PBPAM Kelompok 4 Peletakan Ipa
PBPAM Kelompok 4 Peletakan Ipa
PBPAM Kelompok 4 Peletakan Ipa
(PLANT SITING)
MAKALAH TUGAS
MATA KULIAH PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
Disusun oleh :
Wieddya
Alifa Ghaisani H
Latifah Hajar
Arisa Aqmarina
Lisania Luhur
Riska Andria L
Iswatun
M Faris Ihsan
Tito Hasna Saniy
Siti Aminah
Dhona Widieana
Rizki A
21080112130079
21080112110085
21080112130072
21080112140118
21080112140065
21080112140111
21080112140138
21080112140126
21080112140132
21080112130105
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Peletakan Instalasi Pengolahan Air (Plant Siting). Makalah yang kami susun
ini merupakan salah satu tugas matakuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum.
Penyusunan makalah ini berfungsi untuk menambah wawasan serta pengetahuan
pembaca mengenai pengelolaan air buangan di Indonesia dan di Singapura.
Atas tersusunnya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis, hingga terselesaikannya makalah ini.
Namun penulis menyadari, makalah yang penulis susun ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak. Sebagai manusia
biasa, penulis berusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin, dan sebagai
manusia biasa juga kami tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun
makalah ini.
Untuk menyempurnakan makalah ini, penulis dengan senang hati akan menerima
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Sehingga di kemudian hari
kami dapat menyempurnakan makalah ini dan kami dapat belajar dari kesalahan-kesalahan
yang telah kami lakukan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Umum
Air merupakan kebutuhan esensial bagi makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup
tidak akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan tanpa air, makhluk hidup
akan kehilangan kehidupannya
Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah
air yang dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan pengertian air minum menurut
Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi,
radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum. Air baku adalah air yang digunakan
sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih. Sumber-sumber air baku di
antaranya : sungai, danau, sumur, air hujan, dan lain-lain.
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum menggunakan
Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.
Ketersediaan air yang cukup secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sangat
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Dalam penyediaan air bersih dan air minum
bagi masyarakat, diperlukan suatu Instalasi Pengolahan Air (IPA). Pemilihan unit operasi
dan proses pada IPA harus disesuaikan dengan kondisi air baku yang digunakan. Instalasi
Pengolahan Air ini dikhususkan untuk air baku yang belum memenuhi standar mutu air
bersih maupun air minum, sehingga harus diolah agar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat.
1.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Berdasarkan sumber air baku untuk air minum, maka air baku dapat di
bedakan menjadi:
1. Mata Air
Sistem penyediaan air minum komunal mata air adalah sistem penyediaan
air minum yang memanfaatkan mata air sebagai sumber air baku untuk air minum
dengan cara melindungi dan menangkap air dari mata air untuk di tampung dan di
salurkan kepada masyarakat pemakai.
2. Air Tanah
Sistem penyediaan air minum komunal air tanah dalam adalah sistem
penyediaan air minum yang menggunakan air tanah dalam sebagai sumber air
baku untuk air minum.
3. Air Hujan
Adalah air yang berasal dari air luar angkasa dalam bentuk air hujan.
4. Air Permukaan
Adalah sistem penyediaan air minum yang memanfaatkan air permukaan
sebagai sumber air baku untuk air minum. Unit air baku dari air permukaan di
jelaskan lebih rinci sebagai berikut karena pada umumnya unit pengambilan air
baku dari air permukaan terpisah dari unit produksiatau unit pengolahannya.
Jenis air baku yang seringkali di gunakan oleh masyarakat perkotaan
adalah air permukaan, seperti : air sungai, danau, atau waduk sekitar kota.
Tentunya air baku ini harus di periksa terlebih dahulu, apakah layak untuk di
konsumsi oleh masyarakat. Pemeriksaan kualitas air baku di lakukan terhadap
kualitas fisik, kualitas kimiawi, dan kualitas mikrobiologis. Hasil yang akurat dari
kualitas air baku dapat di peroleh melalui pemeriksaan sampel air baku di
laboratorium yang telah di tunjuk sebagai laboratorium rujukan. Standar kualitas
air di perairan umum yang di gunakan sebagai sumber air baku sesuai Peraturan
Pemerintah No. 20 Tahun 1990, sedangkan untuk persyaratan kualitas air minum
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Untuk
pemeriksaan di lapangan, kualitas dapat ditinjau dari parameter-parameter berikut:
a.
Bau
b.
Rasa
c.
Kekeruhan
d.
Warna
2.2
(straining), flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses biologis.
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat (Martin
D, 2001).
7. Desinfeksi
Desinfeksi air minum bertujuan membunuh bakteri patogen yang ada
dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:pemanasan,
penyinaran antara lain dengan sinar UV, ion-ion logam antara lain dengan copper
dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan chlorinasi (Sutrisno,
2002).
8.
Reservoir
Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk meratakan aliran, untuk
mengatur tekanan, dan untuk keadaan darurat. Jenis pompa penyediaan air yang
banyak digunakan adalah: jenis putar (pompa sentrifugal, pompa diffuser atau
pompa turbin meliputi pompa turbin untuk sumur dan pompa submersibel untuk
sumur dalam), pompa jenis langkah positif (pompa torak, pompa tangan, pompa
khusus meliputi pompa vortex atau pompa kaskade, pompa gelembung udara atau
air lift pump, pompa jet, dan pompa bilah). Efisiensi pompa umumnya antara 60
sampai 85% (Noerbambang, 2000).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
2. Berlokasi di tempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak
bangunan.
3. Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam bangunan IPA
4. Lokasi sebaiknya tidak berada di daerah cekungan
5. Sebaiknya tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang bisa
menstimulus pertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor pengotor dari luar
6. Tanah tempat dibangunnya IPA haruslah stabil
7. Bangunan IPA harus kedap air
8. Pipa IPA ditempatkan di bawah permukaan sungai atau danau untuk mendapatkan
air yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang mengapung
9. Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran
10. Lokasi bukan merupakan daerah patahan atau bencana, sehingga resiko rusaknya
bangunan dapat diminimalkan.
11. Dekat dengan sumber air, sehingga tidak diperukan banyak pipa untuk
menghemat biaya
3.2
Pertumbuhan populasi
Perkembangan kebutuhan air industri
Kemunduran kualitas sumber air
Meningkatnya kualitas standard
Ketidakterawatan unit yang ada
3.3
2.
Aspek kualitas
a. Data kualitas air selama periode kurun waktu tertentu
3)
tangga.
c. Tingkat usulan pengembangan lahan saat ini dan mendatang
d. Tingkat manajemen dan pengawasan pemilik
Aspek Kontinutas
Ketersediaan air pada musim hujan maupun musim kemarau harus
mencukupi kebutuhan.
3.3
pelaksanaan
konstruksi,
yang biasanya
diketahui sebelumnya
atau metode pengerjaan
lebih
efisien,
lebih
baru
baik
dan
lebih
cepat pengerjaannya
d. Sambungan sistem las yang tidak sesuai dengan SNI 07-0071-1987 tentang mutu dan cara uji
pipa baja las spiral
e. Sambungan antara profil dengan profil menggunakan sistem las atau baut yang tidak sesuai
dengan SNI 07-2295-1988
f. ditemukannya jenis peralatan material atau metoda pengerjaan yang lebih murah
g. kondisi topografi daerah yang berbeda-beda
h. karakteristik tanah yang berbeda-beda di tiap daerah.
3.5
Faktor Lokasi
Bentuk dan lokasi sumber air baku sangatlah berpengaruh pada lokasi peletakan
instalasi dan dalam beberapa kasus bahkan menjadi kriteria dasar,seperti :
a.
Sumur
Sumur umumnya adalah sumber yang paling fleksibel. Seringnya sumur dapat
Sungai
Sungai adalah sumber yang sering menghasilkan masalah yang cukup serius dalam
unit instalasi. pemilihan lokasi pabrik harus dilakukan bersamaan dengan pemilihan titik
pengalihan dari sungai. Dalam banyak kasus, titik paling diinginkan jelas
penyelewengan, baik itu dari asupan kosong sungai, struktur outlet di bendungan, tempat
tidur terendam, atau tempat penyimpangan lain, akan mustahil atau tidak diinginkan pada
pemeriksaan lebih dekat.
Namun, evaluasi ekonomi dari unit alternatif, mungkin menunjukkan konstruksi yang
lebih murah dari sungai. Beberapa alasan untuk mempertimbangkan ini adalah:
1. Banjir
2. Air tanah
3. Miskinnya bahan dasar
4. Pembuangan air pencuci dan lumpur
c.
Bendungan
Bendungan sebagai hasil pengolahan masyrakat biasanya memiliki tantangan
tersendiri terutama yang berkaitan dengan pompa hidrolika. Jika sumber air yang
digunakan adalah bendungan maka besar kemungkinan distribusi air ke daratan yang
elevasinya lebih tinggi dari elevasi bendungan, oleh karena itu digunakan pompa
hidrolika. Desainnya haruslah mampu menampung air di saat maksimum dan saat berada
di level minimum.
Untuk mencegah pembuangan energi berlebih maka penanaman unit instalasi
haruslah hati-hati sehingga struktur penanaman dapat dibangun sehingga mencegah
penanaman pompa yang tidak perlu.
d.
memilih lokasi pabrik atau unit instalasi.Jika unit/instalasi yang dimaksud adalah bukan
satu-satunya penerima air dari saluran air, garis tingkat hidrolik di saluran air mungkin di
luar kendali badan usaha dalam kasus ini,. penting untuk menemukan unit sedemikian
rupa sehingga aliran desain unit maksimum dapat dicapai terlepas dari laju aliran di
saluran air utama. Aqueduct aliran yang di bawah tekanan dari struktur kontrol terbuka
untuk membuka struktur pengendalian memiliki aliran tertinggi
3.6
Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan yang sering terjadi adalah:
Bising selama operasi pengolahan air, seperti bunyi pompa, mesin generator,
mesin ozon
kebisingan dan debu selama pengerjaan konstruksi
perlindungan erosi
bahaya dari zat kimia
Instalasi Pengolahan Air (IPA) menggunakan sejumlah bahan kimia, termasuk
yang berbahaya. Bahan kimia diangkut oleh kendaraan-kendaraan operasional
yang dibawa ke gudang penyimpanan dan hal ini dapat menimbulkan resiko
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
4.1
Ada beberapa sumber air baku , yaitu : mata air, air tanah, air hujan, air
permukaan
Ada beberapa parameter air untuk menjadi layak di konsumsi, yaitu : bau,
rasa,warna dan kekeruhan.
Faktor dari sumber ditinjau dari kualitas air baku dan aspek tambahan untuk air
permukaan.
Faktor Lokasi ditinjau dari sumber mata air yaitu dari sumur, sungai, bendungan,
dan tekanan saluran air.
Faktor lingkungan adalah Bising selama operasi pengolahan air, seperti bunyi
pompa, mesin generator, mesin ozon, kebisingan dan debu selama pengerjaan
konstruksi, perlindungan erosi, bahaya dari zat kimia, Bau yang timbul pada zat
kimia dan lumpur, Pertimbangan Arkeologi dan Sejarah Situs.
DAFTAR PUSTAKA