PBPAM Kelompok 4 Peletakan Ipa

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PELETAKAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR

(PLANT SITING)
MAKALAH TUGAS
MATA KULIAH PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM

Disusun oleh :
Wieddya
Alifa Ghaisani H
Latifah Hajar
Arisa Aqmarina
Lisania Luhur
Riska Andria L
Iswatun
M Faris Ihsan
Tito Hasna Saniy
Siti Aminah
Dhona Widieana
Rizki A

21080112130079
21080112110085
21080112130072
21080112140118
21080112140065
21080112140111
21080112140138
21080112140126
21080112140132
21080112130105

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Peletakan Instalasi Pengolahan Air (Plant Siting). Makalah yang kami susun
ini merupakan salah satu tugas matakuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum.
Penyusunan makalah ini berfungsi untuk menambah wawasan serta pengetahuan
pembaca mengenai pengelolaan air buangan di Indonesia dan di Singapura.
Atas tersusunnya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis, hingga terselesaikannya makalah ini.
Namun penulis menyadari, makalah yang penulis susun ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak. Sebagai manusia
biasa, penulis berusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin, dan sebagai
manusia biasa juga kami tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun
makalah ini.
Untuk menyempurnakan makalah ini, penulis dengan senang hati akan menerima
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Sehingga di kemudian hari
kami dapat menyempurnakan makalah ini dan kami dapat belajar dari kesalahan-kesalahan
yang telah kami lakukan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan. Amin.

Semarang, 23 September 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Umum
Air merupakan kebutuhan esensial bagi makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup
tidak akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan tanpa air, makhluk hidup
akan kehilangan kehidupannya
Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah
air yang dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan pengertian air minum menurut
Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi,
radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum. Air baku adalah air yang digunakan
sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih. Sumber-sumber air baku di
antaranya : sungai, danau, sumur, air hujan, dan lain-lain.
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum menggunakan
Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.
Ketersediaan air yang cukup secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sangat
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Dalam penyediaan air bersih dan air minum
bagi masyarakat, diperlukan suatu Instalasi Pengolahan Air (IPA). Pemilihan unit operasi
dan proses pada IPA harus disesuaikan dengan kondisi air baku yang digunakan. Instalasi
Pengolahan Air ini dikhususkan untuk air baku yang belum memenuhi standar mutu air
bersih maupun air minum, sehingga harus diolah agar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat.

1.2

Tujuan Pengolahan Air Minum

Tujuan pengolahan air minum adalah :


1. Meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang pengolahan air minum untuk antisipasi
jangka panjang.
2. Meningkatkan kepedulian nasional terhadap perlindungan lingkungan hidup.
3. Melindungi lingkungan hidup dari bahaya yang dapat di timbulkan terhadap bidang
kesehatan lingkungan, ekonomi, sosial dan politik
4. Melindungi kesehatan masyarakat
5. Menghindari kerusakan instalasi yang tidak dapat di perkirakan sebelumnya.
6. Melindungi sumber air baku yang digunakan sebagai air baku untuk air minum,
keperluan pembangkit tenaga listrik, irigasi, dan lain-lain
7. Menghilangkan material tersuspensi maupun terlarut, menghilangkan organisme
patogen, mereduksi kandungan Sulfur, Phospor dan komponen organik toksik dan
menghilangkan kontaminan lainnya seperti organik sukar larut, anorganik terlarut,
dll. (Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Unit Air Baku

Berdasarkan sumber air baku untuk air minum, maka air baku dapat di
bedakan menjadi:
1. Mata Air
Sistem penyediaan air minum komunal mata air adalah sistem penyediaan
air minum yang memanfaatkan mata air sebagai sumber air baku untuk air minum
dengan cara melindungi dan menangkap air dari mata air untuk di tampung dan di
salurkan kepada masyarakat pemakai.
2. Air Tanah
Sistem penyediaan air minum komunal air tanah dalam adalah sistem
penyediaan air minum yang menggunakan air tanah dalam sebagai sumber air
baku untuk air minum.
3. Air Hujan
Adalah air yang berasal dari air luar angkasa dalam bentuk air hujan.
4. Air Permukaan
Adalah sistem penyediaan air minum yang memanfaatkan air permukaan
sebagai sumber air baku untuk air minum. Unit air baku dari air permukaan di
jelaskan lebih rinci sebagai berikut karena pada umumnya unit pengambilan air
baku dari air permukaan terpisah dari unit produksiatau unit pengolahannya.
Jenis air baku yang seringkali di gunakan oleh masyarakat perkotaan
adalah air permukaan, seperti : air sungai, danau, atau waduk sekitar kota.
Tentunya air baku ini harus di periksa terlebih dahulu, apakah layak untuk di
konsumsi oleh masyarakat. Pemeriksaan kualitas air baku di lakukan terhadap
kualitas fisik, kualitas kimiawi, dan kualitas mikrobiologis. Hasil yang akurat dari
kualitas air baku dapat di peroleh melalui pemeriksaan sampel air baku di
laboratorium yang telah di tunjuk sebagai laboratorium rujukan. Standar kualitas
air di perairan umum yang di gunakan sebagai sumber air baku sesuai Peraturan
Pemerintah No. 20 Tahun 1990, sedangkan untuk persyaratan kualitas air minum
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Untuk
pemeriksaan di lapangan, kualitas dapat ditinjau dari parameter-parameter berikut:
a.

Bau

b.

Rasa

c.

Kekeruhan

d.

Warna

2.2

Unit Pengolahan Air Bersih


1. Intake
Beberapa lokasi intake pada sumber air yaitu intake sungai, intake danau dan
waduk, dan intake air tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake,
intake crib, intake pipe atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur
dalam (Kawamura, 1991).
2. Aerasi
Aerasi digunakan untuk menyisihkan gas yang terlarut di air permukaan atau
untuk menambah oksigen ke air untuk mengubah substansi yang di permukaan
menjadi suatu oksida. Tipe aerator yang sering digunakan pada IPA adalah
multiple tray aerator. Pertimbangan pemilihan multiple tray aerator adalah tidak
memerlukan lahan yang luas dan sesuai untuk kapasitas pengolahan kecil sampai
sedang. Pada proses aerasi ini di harapkan terjadi kontak antara air yang
mengandung besi (Fe+2) dan Mangan (Mn+2) dengan udara (O2). (Al-Layla,1977)
3. Koagulasi
Pada proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama
beberapa saat hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi
koloid yang ada pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau
terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik sehingga cenderung untuk
membentuk gumpalan yang lebih besar. Faktor yang menentukan keberhasilan
suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang digunakan, dosis pembubuhan
koagulan, dan pengadukan dari bahan kimia (Martin D, 2001; Sutrisno, 2002).
4. Flokulasi
Flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe
dari suspended solids, pH, alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya
pengadukan (Sutrisno, 2002).
5. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi. Pengendapan
kandungan zat padat di dalam air dapat digolongkan menjadi pengendapan diskrit
(kelas 1), pengendapan flokulen (kelas 2), pengendapan zone, pengendapan
kompresi/tertekan (Martin D, 2001; Peavy, 1985; Reynolds, 1977).
6. Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku
melalui media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan

(straining), flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses biologis.
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat (Martin
D, 2001).
7. Desinfeksi
Desinfeksi air minum bertujuan membunuh bakteri patogen yang ada
dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:pemanasan,
penyinaran antara lain dengan sinar UV, ion-ion logam antara lain dengan copper
dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan chlorinasi (Sutrisno,
2002).
8.

Reservoir
Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk meratakan aliran, untuk
mengatur tekanan, dan untuk keadaan darurat. Jenis pompa penyediaan air yang
banyak digunakan adalah: jenis putar (pompa sentrifugal, pompa diffuser atau
pompa turbin meliputi pompa turbin untuk sumur dan pompa submersibel untuk
sumur dalam), pompa jenis langkah positif (pompa torak, pompa tangan, pompa
khusus meliputi pompa vortex atau pompa kaskade, pompa gelembung udara atau
air lift pump, pompa jet, dan pompa bilah). Efisiensi pompa umumnya antara 60
sampai 85% (Noerbambang, 2000).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Faktor Prinsip Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Lokasi IPA harus memperhatikan beberapa faktor berikut ini:


1. Kualitas air yang tersedia di lokasi harus baik

2. Berlokasi di tempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak
bangunan.
3. Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam bangunan IPA
4. Lokasi sebaiknya tidak berada di daerah cekungan
5. Sebaiknya tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang bisa
menstimulus pertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor pengotor dari luar
6. Tanah tempat dibangunnya IPA haruslah stabil
7. Bangunan IPA harus kedap air
8. Pipa IPA ditempatkan di bawah permukaan sungai atau danau untuk mendapatkan
air yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang mengapung
9. Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran
10. Lokasi bukan merupakan daerah patahan atau bencana, sehingga resiko rusaknya
bangunan dapat diminimalkan.
11. Dekat dengan sumber air, sehingga tidak diperukan banyak pipa untuk
menghemat biaya

3.2

Perencanaan dan Batas Lingkungan


Sesuai dengan penjelasan di bab dua perencanaan IPA terdiri atas unit Intake, Aerasi,

Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Filtrasi, Desinfeksi, dan Resevoir. Penambahan dalam


konstruksi pengolahan air yang paling umum dibutuhkan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Pertumbuhan populasi
Perkembangan kebutuhan air industri
Kemunduran kualitas sumber air
Meningkatnya kualitas standard
Ketidakterawatan unit yang ada

Proses perencanaan normalnya memperhatikan tujuan dan laju pertumbuhan penduduk di


lingkungan sekitar daerah yang akan dibangun (biasanya akan berbentuk tipikal dalam 10-20
tahun mendatang). Biasanya, dokumen perencanaan akan mencakup kerangka umum yang
luas di mana terdapat perencanaan rinci untuk air,drainase, air limbah, listrik, jalan, dan
infrastruktur lainnya harus sesuai.

3.3

Faktor Faktor dari Sumber


Ada beberapa faktor dari sumber air baku yang berpengaruh pada perencanaan
Instalasi Pengolahan Air (IPA), diantara lain:
1.

Kualitas Air Baku


Kualitas air baku yang dapat diolah dengan IPA paket adalah sebagai
berikut:
a) Kekeruhan, maksimum 600 NTU atau 400 mg/L SiO2,
b) Kandungan warna asli (appearent colour) tidak melebihi dari 100 Pt Co dan
warna sementara mengikuti kekeruhan air baku,
c) Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai Peraturan
Pemerintah No.82 tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
d) Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan warna, besi dan
atau bahan organik melebihi syarat tersebut di atas tetapi kekeruhan rendah
(< 50 NTU) maka digunakan IPA sistem DAF (Dissolved Air Flotation) atau
sistem lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.

Aspek Tambahan untuk Air Permukaan


1)
Aspek kuantitas
a. Data jumlah air selama masa kekurangan untuk menunjang analisis
statistik dari curah hujan, limpasan dan aliran sungai
b. Kecukupan pasokan yang aman untuk memnuhi kebutuhan saat ini dan
mendatang
c. Pengukuran tingkat kelestarian oleh federal atau Lembaga Negara
termasuk daerah cakupan dan penggunaan anak sungai di masa
mendatang
d. Studi menyeluruh tentang kandungan air lokal
e. Tingkat penggunaan lahan didaerah cakupan air.
2)

Aspek kualitas
a. Data kualitas air selama periode kurun waktu tertentu

b. Penilaian resiko kontaminasi oleh ketidaksengajaan tercampur bahan


yang mungkin beracun, berbahaya atau merusak pengguna rumah

3)

tangga.
c. Tingkat usulan pengembangan lahan saat ini dan mendatang
d. Tingkat manajemen dan pengawasan pemilik
Aspek Kontinutas
Ketersediaan air pada musim hujan maupun musim kemarau harus
mencukupi kebutuhan.

3.3

Kesulitan dalam Konstruksi


a. kondisi tanah yang biasanya mempengaruhi sistem pondasi. Pondasi dari beton bertulang,
beton tumbuk atau pasangan batu belah yang tidak sesuai dengan daya dukung tanah setempat
dimana IPA akan diletakan
b. adanya bangunan bawah tanah yang tidak
c. ditemukannya jenis peralatan lain, material
terhadap

pelaksanaan

konstruksi,

yang biasanya

diketahui sebelumnya
atau metode pengerjaan
lebih

efisien,

lebih

baru
baik

dan
lebih
cepat pengerjaannya
d. Sambungan sistem las yang tidak sesuai dengan SNI 07-0071-1987 tentang mutu dan cara uji
pipa baja las spiral
e. Sambungan antara profil dengan profil menggunakan sistem las atau baut yang tidak sesuai
dengan SNI 07-2295-1988
f. ditemukannya jenis peralatan material atau metoda pengerjaan yang lebih murah
g. kondisi topografi daerah yang berbeda-beda
h. karakteristik tanah yang berbeda-beda di tiap daerah.
3.5

Faktor Lokasi

Bentuk dan lokasi sumber air baku sangatlah berpengaruh pada lokasi peletakan
instalasi dan dalam beberapa kasus bahkan menjadi kriteria dasar,seperti :
a.

Sumur
Sumur umumnya adalah sumber yang paling fleksibel. Seringnya sumur dapat

diletakan di sebelah kanan unit yang tersedia.


Analisis perbandingan biaya perpipaan , lahan, air cucian, dan pembuangan lumpur dan
energi yang dibutuhkan cukup membangun sisi ekonomi pembangunan.
b.

Sungai
Sungai adalah sumber yang sering menghasilkan masalah yang cukup serius dalam

unit instalasi. pemilihan lokasi pabrik harus dilakukan bersamaan dengan pemilihan titik
pengalihan dari sungai. Dalam banyak kasus, titik paling diinginkan jelas
penyelewengan, baik itu dari asupan kosong sungai, struktur outlet di bendungan, tempat

tidur terendam, atau tempat penyimpangan lain, akan mustahil atau tidak diinginkan pada
pemeriksaan lebih dekat.
Namun, evaluasi ekonomi dari unit alternatif, mungkin menunjukkan konstruksi yang
lebih murah dari sungai. Beberapa alasan untuk mempertimbangkan ini adalah:
1. Banjir
2. Air tanah
3. Miskinnya bahan dasar
4. Pembuangan air pencuci dan lumpur
c.

Bendungan
Bendungan sebagai hasil pengolahan masyrakat biasanya memiliki tantangan

tersendiri terutama yang berkaitan dengan pompa hidrolika. Jika sumber air yang
digunakan adalah bendungan maka besar kemungkinan distribusi air ke daratan yang
elevasinya lebih tinggi dari elevasi bendungan, oleh karena itu digunakan pompa
hidrolika. Desainnya haruslah mampu menampung air di saat maksimum dan saat berada
di level minimum.
Untuk mencegah pembuangan energi berlebih maka penanaman unit instalasi
haruslah hati-hati sehingga struktur penanaman dapat dibangun sehingga mencegah
penanaman pompa yang tidak perlu.
d.

Tekanan Saluran Air


Tekanan saluran air sebagai sumber juga memerlukan analisis hidrolik sebelum

memilih lokasi pabrik atau unit instalasi.Jika unit/instalasi yang dimaksud adalah bukan
satu-satunya penerima air dari saluran air, garis tingkat hidrolik di saluran air mungkin di
luar kendali badan usaha dalam kasus ini,. penting untuk menemukan unit sedemikian
rupa sehingga aliran desain unit maksimum dapat dicapai terlepas dari laju aliran di
saluran air utama. Aqueduct aliran yang di bawah tekanan dari struktur kontrol terbuka
untuk membuka struktur pengendalian memiliki aliran tertinggi
3.6

Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan yang sering terjadi adalah:
Bising selama operasi pengolahan air, seperti bunyi pompa, mesin generator,

mesin ozon
kebisingan dan debu selama pengerjaan konstruksi
perlindungan erosi
bahaya dari zat kimia
Instalasi Pengolahan Air (IPA) menggunakan sejumlah bahan kimia, termasuk
yang berbahaya. Bahan kimia diangkut oleh kendaraan-kendaraan operasional

yang dibawa ke gudang penyimpanan dan hal ini dapat menimbulkan resiko

terhadap lingkungan, serta pekerja.


Bau yang timbul pada zat kimia dan lumpur
Pertimbangan Arkeologi dan Sejarah Situs
Lokasi dengan struktur atau benda yang terdaftar atau memenuhi syarat di Badan
Tempat Bersejarah Nasional daerah tersebut harus dihindari, karena akan merusak
nilai-nilai kebudayaan setempat. Benda-benda peninggalan sejarah harus dijaga
agar menjadi bahan studi bagi masa kini dan masa depan

Selain itu adanya pertimbangan terhadap kemungkinan pengaruh keberadaan instalasi


pengolahan air yang direncanakan terhadap kenyamanan dan kesehatan penduduk di sekitar
lokasi. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan jarak minimum lokasi pengolahan terhadap
pemukiman penduduk. Selain itu, perlu diperhatikan juga kondisi lokasi perencanaan IPA,
diusahakan agar tidak merusak ekosistem yang ada di sekitar lokasi.

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan

4.1

Ada beberapa sumber air baku , yaitu : mata air, air tanah, air hujan, air
permukaan

Ada beberapa parameter air untuk menjadi layak di konsumsi, yaitu : bau,
rasa,warna dan kekeruhan.

Unit pengelolahan air bersih, yaitu : intake, aerasi, koagulasi, flokulasi,


sedimentasi, filtrasi, desinfeksi dan reservoir.

Prinsip pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) harus memperhatikan


bagaimana situasi atau kondisi yang di mana bangunan IPA tersebut akan di
bangun agar dapat beroperasi secara optimal.

Faktor dari sumber ditinjau dari kualitas air baku dan aspek tambahan untuk air
permukaan.

Faktor Lokasi ditinjau dari sumber mata air yaitu dari sumur, sungai, bendungan,
dan tekanan saluran air.

Faktor lingkungan adalah Bising selama operasi pengolahan air, seperti bunyi
pompa, mesin generator, mesin ozon, kebisingan dan debu selama pengerjaan
konstruksi, perlindungan erosi, bahaya dari zat kimia, Bau yang timbul pada zat
kimia dan lumpur, Pertimbangan Arkeologi dan Sejarah Situs.

DAFTAR PUSTAKA

Al Layla, 1977, Water Supply Engineering Design, Michigan: Ann Arbor


Science Publishers, Inc
Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten,1999, Klaten dalam Angka 1999
Darmasetiawan, 2001, Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air,
Bandung: Yayasan Suryono
Fair, 1968, Water and Wastewater Engineering Vol 2. Water Purification and
Wastewater Treatment and Disposal, New York: John Wiley & Sons, Inc
Japan International Coorperation Agency, 1974, Water Treatment Engineering

Anda mungkin juga menyukai