TB SPAM Kita Sayang

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Aluh - Aluh merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Dimana kecamatan ini memiliki
luas sebesar 82,48 km dengan jumlah penduduk 29.652 jiwa pada tahun 2014.
Kecamatan ini memiliki sarana dan prasarana yang mendukung wilayah ini terdiri
dari pasar, perkantoran, sekolah, permukiman, pertokoan, puskesmas, rumah sakit
tempat peribadatan, terminal dan lain - lain. Kecamatan Aluh - Aluh terletak pada
posisi koordinat 327 Lintang Selatan sampai 11453 Bujur Timur.
Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup.
Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi
mempertahankan hidupnya. Air yang digunakan untuk konsumsi sehari - hari
harus memenuhi standar kualitas air bersih. Kualitas air bersih dapat ditinjau dari
segi fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Namun kualitas air yang baik ini
tidak selamanya tersedia di alam sehingga diperlukan upaya perbaikan, baik itu
secara sederhana maupun modern. Jika air yang digunakan belum memenuhi
standar kualitas air bersih, akibatnya akan menimbulkan masalah lain yaitu
kerugian bagi penggunanya.
Kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu
semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan.
Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk,
peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan
pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial
ekonomi warga yang dibarengi dengan peningkatan jumlah kebutuhan air per
kapita. Peningkatan kebutuhan air tersebut jika tidak diimbangi dengan
peningkatan kapasitas produksi air bersih akan menimbulkan masalah dimana air
bersih yang tersedia tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
pada wilayah Aluh - Aluh.
Perlunya pembangunan Instalasi Pengolahan Air dengan memanfaatkan
sumber air bersih lainnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
akan semakin bertambah karena pertumbuhan jumlah penduduk, perkembangan
1

aktivitas masyarakat, dan kapasitas mata air yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan air penduduk. Sungai merupakan sumber air bersih lainnya yang
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku air minum.
Oleh karena itu diperlukan suatu sistem penyediaan air bersih yang
memenuhi syarat yang terdiri dari 4 komponen yaitu sumber, transmisi, instalasi
pengolahan, dan distribusi. Sistem distribusi adalah sistem penyaluran air bersih
dari reservoir ke daerah pelayanan. Perencanaan jalur pipa distribusi sangat
penting karena menyangkut kebutuhan orang banyak dan merupakan bagian dari
pelayanan air bersih kepada masyarakat untuk mencapai target kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka kami mengambil judul
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum di Kecamatan Aluh Aluh,
Kabupaten Kotabaru.
1.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dari tugas perencanaan ini adalah :
1. Merencanakan suatu jaringan distribusi penyediaan air minum yang dapat
melayani kebutuhan air minum bagi penduduk di wilayah perencanaan.
2. Mendistribusikan air minum dengan kualitas baik dan kuantitas yang
cukup atau berkelanjutan (continue).
Tujuan penulisan tugas perencanaan ini adalah menyusun rencana secara

rinci dari sistem penyediaan air minum di wilayah perencanaan.

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
2.1. Kondisi Geografis
Secara geografis kecamatan Aluh-Aluh terletak antara 3275 Lintang
Selatan dan 11453 Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan kota
Banjarmasin dan sebelah Timur, Kecamatan Kertak Anyar, Gambut & Beruntung
Baru dan sebelah Selatan dengan Kabupaten Tanah Laut dan sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala. Luas wilayah Kecamatan Aluh-Aluh
yang mencapai 82,48 Km2 atau 4,64 persen dari luas wilayah Kabupaten Banjar,
terbagi atas 19 desa, dengan desa terluas berada pada Desa Aluh-Aluh Kecil
dengan luas wilayah 6,80 Km2, sedangkan Desa Kuin Kecil dengan luas wilayah
paling kecil yaitu 1,77 Km2.
Ibu kota Kecamatan Aluh-Aluh berada di Desa Aluh-Aluh Besar. Desa yang
letaknya paling dekat dengan ibukota Kecamatan adalah Desa Pulantan dan desa
Simpang Warga yang hanya berjarak sekitar 1 Km dari ibukota kecamatan.
Sedangkan desa yang jaraknya paling jauh dari ibukota kecamatan adalah Desa
Kuin Besar & desa Kuin Kecil yang jaraknya sekitar mencapai 26,70 Km.
2.2. Topografi
Kecamatan Aluh-Aluh terletak di sebuah ujung Kabupaten Banjar berbatasan
dengan muara Sungai Barito di laut Jawa (lihat peta Kecamatan Aluh-Aluh pada
Gambar 2.1. Daerah Kecamatan Aluh-Aluh merupakan daerah yang bertopografi
rawa-rawa di pinggiran muara sungai dan laut yang selalu digenangi air pasangsurut laut Jawa dan aliran anak sungai Barito, terkadang digenangi pula luapan
sungai Barito ketika musim hujan. Karena kondisinya yang berawa-rawa
demikian, sebagian besar tanah dan lahan di daerah ini berupa tanah berlumpur
atau lahan rawa dan persawahan pasang surut dengan sungai-sungai kecil
terbentuk akibat aliran pasang-surut, yang dipenuhi air di waktu pasang dan air
mudah hilang diwaktu surut.

Gambar 2.1 Letak Kecamatan Aluh-Aluh sebagai bagian dari Kabupaten


Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan
2.3. Jumlah Penduduk dan Fasilitas Kota
Jumlah penduduk di Kecamatan Aluh-Aluh pada tahun 2014 adalah
29.464 jiwa. Jumlah penduduk di wilayah perencanaan selama 10 tahun dari
tahun 2005 sampai 2014, ditunjukkan oleh tabel 2.1
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Aluh-Aluh
TAHUN

JUMLAH

2005

PENDUDUK
27.388 jiwa

2006

27.623 jiwa

2007
30.092 jiwa
2008
28.206 jiwa
2009
29.554 jiwa
2010
27.285 jiwa
2011
27.599 jiwa
2012
28.033 jiwa
2013
28.507 jiwa
2014
29.464 jiwa
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, 2016)

Kecamatan Aluh-Aluh telah dilengkapi oleh berbagai fasilitas yaitu


fasilitas pendidikan, tempat ibadah, kesehatan, perniagaan dan jasa, serta
fasilitas umum dan rekreasi yang ditunjukkan seperti pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Fasilitas Kecamatan Aluh-Aluh
No Jenis Fasilitas
Fasilitas Pendidikan
1
SD
2
SMP
3
SMU/SMK

Unit

No Jenis Fasilitas
Fasilitas Kesehatan
1
Polindes
2
Puskesmas
3
Puskesmas

26
8
4

Unit
10
1
4

Pembantu
Fasilitas Tempat Ibadah
Fasilitas Umum Dan Rekreasi
1
Mesjid
32
1
Balai Pertemuan 1
2
Mushola/Langgar 80
2
Penginapan
7
3
Gereja
0
3
Kantor Pos
2
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, 2016)
2.4. Klimatologi
Wilayah kecamatan Aluh-aluh beriklim tropis yang lembab dan panas.
Sesuai pengamatan stasiun Meteorologi Banjarbaru, keadaan temperatur
udara rata-rata maksimum kurang dari 34,825o C dan minimum kurang lebih
21,26o C ( keadaan bulan januari sampai desember 2011) dengan kelembaban
nisbi 81,15%. Jumlah hari dengan curah hujan terbanyak adalah terbanyak
adalah 30 hari dan banyaknya curah hujan rata-rata adalah 171,33 mm/thn.
Bulan-bulan basah terjadi pada bulan Nopember-Juni dan bulan-bulan
kering pada bulan Juli-Oktober. Data curah hujan ini diperoleh dari stasiun
Meteorologi Banjarbaru tahun 2011 ( Badan Pusat Statistik Kabupaten
Banjar). Jumlah curah hujan dan hari hujan rata-rata tahunan di wilayah ini
pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Data Curah Hujan Kecamatan Aluh-Aluh


Bulan
Januari
Febuari
Maret

Curah Hujan (mm)


362,6
345,9
294,8
5

Hari Hujan ( hari )


28
26
26

April
219,3
20
Mei
72,5
15
Juni
188,2
30
Juli
24,7
11
Agustus
4,6
6
September
2,9
2
Oktober
16,5
1
Nopember
115,6
18
Desember
408,4
21
(Sumber : Petugas Klimatologi Kecamatan Aluh-Aluh)

BAB III
DASAR PERENCANAAN DAN KRITERIA DESAIN
3.1 Proyeksi Perkembangan Penduduk dan Fasilitas Kota
Prediksi jumlah penduduk dan fasilitas kota di masa yang akan datang
sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa
yang akan datang. Prediksi ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan
kecenderungannya, arahan tata guna lahan serta ketersediaan lahan untuk
menampung perkembangan jumlah penduduk.
Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk dan fasilitas
kota masa lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling
mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk dan fasilitas kota di masa
mendatang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa
perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang yaitu :
3.1.1

Metode Aritmatika
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini

digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif


sama tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Rumus metode ini adalah :

dimana :
Pn

= Jumlah penduduk yang diproyeksikan pada tahun ke-n

P0

= Jumlah penduduk tahun dasar

= Kenaikan rata-rata jumlah penduduk

Tn

= Tahun ke-n

T0

= Tahun dasar

= Jumlah data diketahui

Tabel 3.1 Perhitungan Metode Aritmatik

(Perhitungan 3.1 Proyeksi Penduduk dengan Metode Aritmatika)


3.1.2

Metode Geometrik
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data

jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu kewaktu.


Rumus metode geometrik :

dimana :
Pn

= Jumlah penduduk pada tahun yang diproyeksikan

Po

= Jumlah penduduk awal

= Rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun

= Jangka waktu

= Jumlah data diketahui

Tabel 3.2 Perhitungan Metode Geometri

(Perhitungan 3.2 Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometri)


3.1.3

Metode Regresi Linear


Metode regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan :

;
Tabel 3.3 Perhitungan Metode Regresi Linear

(Perhitungan 3.3 Proyeksi Penduduk dengan Metode Regresi Linear)


3.1.4

Metode Eksponensial
Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan :

Tabel 3.4 Perhitungan Metode Eksponensial

10

(Perhitungan 3.4 Proyeksi Penduduk dengan Metode Eksponensial)


3.1.5

Metode Logaritmik
Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan :

11

Tabel 3.5 Perhitungan Metode Logaritmik

(Perhitungan 3.5 Proyeksi Penduduk dengan Metode Logaritmik)


3.1.6

Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk dan Fasilitas Kota


Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan dalam

perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi dan keadaan


perkembangan kota di masa yang akan datang. Koefisien korelasi dan standar
deviasi diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan yang ada
dengan data penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan.
Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Kriteria korelasi adalah sebagai berikut :


a. r < 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan diantara keduanya
berbanding terbalik.
b. r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.
c. r > 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat, diantara
kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi
terendah dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai
dengan fungsi kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan

12

metode proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan


kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Nilai R2 dan STD Masing-Masing Proyeksi

R2
ST
D

Aritmati
k
-0,22

Geometri
k
-0,14

Regresi
Linier
0,04

Eksponens
ial
0,04

995,60

959,92

884,04

884,16

Logaritmik
0,04
884,04

(Perhitungan 3.6 Rekapitulasi Nilai Korelasi dan Standar Deviasi


masing-masing metode)
Tabel di atas menunjukkan nilai korelasi dan standar deviasi yang berbeda
dari tiap metode. Berdasarkan Tabel 3.6, metode proyeksi yang paling tepat
digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk wilayah perencanaan pada
masa yang akan datang adalah metode Eksponensial karena metode ini memiliki
nilai faktor korelasi positif yang paling besar dan nilai standar deviasi paling
kecil. Oleh karena itu metode Eksponensial dianggap metode yang paling
menggambarkan kondisi penduduk wilayah kecamatan Karang Intan 10 tahun
mendatang dan akan digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk pada
periode perencanaan.
Dengan menggunakan 5 metode diatas dapat diketahui proyeksi penduduk
dan fasilitas kota di wilayah perencanaan dengan metode Eksponensial untuk
jangka waktu proyeksi 10 tahun mendatang untuk kategori kota kecamatan atau
desa, yaitu:
Tabel 3.7 Proyeksi Jumlah & Kepadatan Penduduk Sampai Dengan Tahun 2024
No
.

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tahun
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023

Proyeksi
Penduduk
(Jiwa)

Proyeksi
Kepadatan Penduduk
(L = 11603.13 Km)

29464
28720
28785
28852
28918
28984
29051
29118
29184
29252

137
133
134
134
134
135
135
135
136
136

13

%
Pertumbuh
an
-0,025
0,002
0,002
0,002
0,002
0,002
0,002
0,002
0,002

10

2024

29319

136

0,002

(Perhitungan 3.7 Proyeksi penduduk 10 tahun terakhir)


Pertumbuhan di wilayah Kecamatan Aluh-Aluh ini dari waktu ke waktu
tentunya akan menyebabkan bertambahnya jumlah fasilitas umum dan fasilitas
sosial yang terdapat di wilayah tersebut. Untuk memproyeksikan jumlah fasilitas
umum dan fasilitas sosial di wilayah tersebut digunakan standar penduduk
pendukung yang diperoleh dengan cara menghitung jumlah penduduk yang
diwakili oleh satu unit fasilitas umum atau fasilitas sosial yang ada. Sehingga
ketika pada tahun-tahun berikutnya jumlah penduduk meningkat dapat diketahui
jumlah fasilitas umum maupun sosial yang seharusnya tersedia.
Standar Pendukung
per-unit fasilitas (jiwa)

Jenis Fasilitas
FASILITAS PENDIDIKAN
1 TK
2 SD
3 SMP
4 SMU
5 Perguruan Tinggi
TEMPAT IBADAH
1 Masjid
2 Musholla/langgar
3 Gereja
4 Pura/klenteng/vihara
FASILITAS KESEHATAN
1 Rumah sakit umum
2 Rumah sakit bersalin
3 Puskesmas
4 Pustu/klinik/posyandu
5 Apotek
FASILITAS PERNIAGAAN & JASA
1 Warung/kios
2 Toko/Pertokoan
3 Pasar
4 Supermarket
5 Terminal/stasiun
FASILITAS UMUM, REKREASI dan OLAH RAGA
1 Bioskop
2 Gedung serbaguna
3 Balai pertemuan
4 Gelanggang olahraga
5 Kolam renang

1000
1600
4800
9600
70000
30000
2500
30000
30000
240000
10000
30000
3000
10000
250
2500
30000
30000
30000
30000
480000
30000
30000
100000

(Sumber : Ismoyo, 2008)

14

Tabel 3.8 Proyeksi Fasilitas Kota Sampai Tahun 2024

Jenis Fasilitas

Fasilitas
Tahun 2014
(unit)
29464

1
2
3
4

TK
SD
SMP
SMU
Jumlah

10
33
12
4
59

1 Polindes
2 Puskesmas
Jumlah

10
5
15

1 Kantor Desa
Kantor
2
Kecamatan
3 Instansi Otonom
Jumlah

10

Proyeksi Jumlah Fasilitas


2015
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
28720 28785 28852 28918 28984 29051 29118 29184 29252
FASILITAS PENDIDIKAN
9
9
9
9
10
10
10
10
10
33
33
33
33
33
33
33
33
33
12
12
12
12
12
12
12
12
12
4
4
4
4
4
4
4
4
4
58
58
58
58
58
58
58
58
59
FASILITAS KESEHATAN
10
10
10
10
10
10
10
10
10
5
5
5
5
5
5
5
5
5
15
15
15
15
15
15
15
15
15
FASILITAS PERKANTORAN
10
10
10
10
10
10
10
10
10

2024
29319
10
33
12
4
59
10
5
15
10

4
15

4
15

4
15

4
15

4
15

4
15

4
15

4
15

4
15

4
15

4
15

15

Jenis Fasilitas

Fasilitas
Tahun 2014
(unit)
29464

1 Masjid
2 Musholla
Jumlah

32
80
112

1 Pasar
2
Jumlah

1 Balai Pertemuan
2 Kantor Pos
3 Penginapan
Jumlah

Proyeksi Jumlah Fasilitas


2015
28720

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023


28785 28852 28918 28984 29051 29118 29184 29252
TEMPAT IBADAH
32
32
32
32
32
32
32
32
32
80
80
80
80
80
80
80
80
80
112
112
112
112
112
112
112
112
112
FASILITAS PERNIAGAAN
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
FASILITAS UMUM, REKREASI DAN OLAHRAGA
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
7
7
7
7
7
7
10
10
10
10
10
10

2024
29319
32
80
112
1

1
2
7
10

1
2
7
10

1
2
7
10

1
2
7
10

1
2
7
10

(Perhitungan 3.8 Proyeksi Fasilitas sampai tahun 2024)


Proyeksi fasilitas kemudian dibagi berdasarkan blok perencanaan. Pembagian fasilitas pada blok layanan dapat dilihat pada lampiran

16

3.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih


Setelah dilakukan proyeksi terhadap jumlah penduduk di wilayah
pelayanan, proyeksi kebutuhan air minum yang telah ditentukan dapat dihitung
selama periode perencanaan dengan menggunakan suatu standar kebutuhan air
bersih yang telah ada.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kebutuhan prasarana
adalah hasil survey nyata. Proyeksi kebutuhan penduduk, scenario pembangunan
perkotaan dan tingkat penyediaan prasarana yang ada saat ini serta persoalan yang
telah diidentifikasikan. Analisis yang dilakukan harus dapat memperlihatkan
besarnya kebutuhan dasar serta kebutuhan pengembangan (development need)
dengan memperhatiakan teknologi yang siap pakai, standar-standar yang ada,
serta perencanaan yang menggunakan teknologi non standar (Tim Penyusun
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 2007).
Adapun kebutuhan Air Minum secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan domestik
2. Kriteria yang digunakan
a. Lihat hasil survey kebutuhan prasarana
b. Pemakaian air untuk SR= 130 lt/org/hr
c. Pemakaian untuk HU/TA = 30 lt/org/hr (standar pelayanan minimum)
3. Kebutuhan non-domestik
4. Kebutuhan industri dengan kriteria pemakaian air = 0,1 0,3 lt/ha/hr
5. Kebutuhan niaga dengan kriteria pemakaian air = 900 lt/niaga/hr (niaga
kecil) dan 5000 lt/niaga/hr (niaga besar)
6. Kebutuhan fasilatas umum (Pendidikan, kantor pemerintahan dsb) dengan
kriteria pemakaian air = 10% -15 % dari kebutuhan domestik
7. Prediksi dilakukan 10 tahun ke depan sesuai dengan Rencana Induk SPAM
8. Kriteria pemakaian di untuk hari maksimum = 1,15 pemakaian hari ratarata
9. Pemakaian air untuk jam puncak = 1,5 1,7 pemakaian hari maksimum

17

Tabel 3.9 Acuan Kebutuhan Air Domestik


No.

Kategori Kota

1.
2.
3.
4.

Kota Metropolitan
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil

5.

Kebutuhan Air
SR
190
170
150
130

HU
30
30
30
30

Kota Kecamatan/Desa
100
30
(Sumber : Ismoyo, 2008)
Kriteria layanan tiap SR = 3 6 orang/rumah
Kriteria layanan tiap HU = 100 orang/HU

18

Perbandingan SRHU
90-10
80-20
80-20
70-30
70-30

Tabel 3.10 Kebutuhan Air Domestik

(Perhitungan 3.9 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik sampai tahun 2024)

19

Non-domestik

: kriteria kebutuhan air berdasarkan jenis fasilitas

Tabel 3.11 Kebutuhan Air Berdasarkan Fasilitas (Non-Domestik)


Jenis Fasilitas

Satuan

Standar
Pengguna
(org/unit)

Kebutuhan
Air Bersih

70

15 - 30

240

15 - 30

360

15 - 30

360

15 - 30

750

15 - 30

FASILITAS PENDIDIKAN
1 TK
2 SD
3 SMP
4 SMU
5 Perguruan Tinggi

lt/org/har
i
lt/org/har
i
lt/org/har
i
lt/org/har
i
lt/org/har
i

TEMPAT IBADAH
1 Masjid
2 Musholla/langgar
3 Gereja

lt/unit/ha
ri
lt/unit/ha
ri
lt/unit/ha
ri
lt/unit/ha
ri

Pura/klenteng/vih
ara
FASILITAS KESEHATAN
Rumah sakit
lt/bed/ha
1
umum
ri
Rumah sakit
lt/unit/ha
2
bersalin
ri
lt/unit/ha
3 Puskesmas
ri
Pustu/klinik/posya lt/unit/ha
4
ndu
ri
lt/unit/ha
5 Apotek
ri
FASILITAS PERNIAGAAN & JASA
lt/unit/ha
1 Warung/toko/kios
ri
lt/unit/ha
2 Pasar
ri
lt/unit/ha
3 Supermarket
ri
Restoran/rumah
lt/kursi/h
4
makan
ari
lt/unit/ha
5 Koperasi
ri
6 Bank
lt/unit/ha
4

20

800 - 2000
300 - 1000
200 - 600
100 - 500

200 - 400
600 - 1000
1000 1200
800 - 1200
100

6 - 12
2500 5000
1500 2500
100

40 - 140
500 - 1000
1100 -

ri
lt/unit/ha
7 Asuransi
ri
lt/unit/ha
8 Terminal/stasiun
ri
FASILITAS UMUM, REKREASI dan OLAH
Kantor
1
pemerintah
lt/org/har
a. Kantor desa
i
b. Kantor
lt/org/har
kecamatan
i
c. Kantor
lt/org/har
kabupaten
i
d. Instansi
lt/org/har
otonom
i
lt/org/har
e. BUMN/BUMD
i

1500
1100
2000 45000
RAGA

15

10 - 50

30

10 - 50

50

10 - 50

30

10 - 50

500

10 - 50

(Sumber : Ismoyo, 2008)

21

Tabel 3.12 Kebutuhan Air Berdasarkan Fasilitas (Non-Domestik)

Jenis Fasilitas

Standar
Pengguna
(jiwa/unit)

Kriteria
kebutuhan
air
(l/o/h)
(l/unit/hari
)

TK

70

20

SD

240

20

SMP

360

20

SMA

360

20

Rumah Sakit

400

Puskesmas

1200

Pasar

3000

2014

2015

Kebutuhan Air Non-Domestik (liter/hari)


Tahun Perencanaan
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022

29464

28720

28785

28852

28918

FASILITAS PENDIDIKAN
10
9
9
9
9
14000 12958 13050 13143 13235
33
33
33
33
33
15840 15616 15636 15656 15676
0
7
4
3
2
12
12
12
12
12
86400 85283 85382 85481 85581
4
4
4
4
4
28800 28242 28291 28341 28390
FASILITAS KESEHATAN
10
10
10
10
10
4000
3999
3999
3999
3999
5
5
5
5
5
6000
5970
5978
5986
5994
FASILITAS PERNIAGAAN
1
1
1
1
1
3000
3000
2996
2996
2997
22

2023

2024

28984

29051

29118

29184

29252

29319

10
13328
33
15696
1
12
85680
4
28440

10
13422
33
15716
1
12
85780
4
28490

10
13515
33
15736
1
12
85880
4
28540

10
13609
33
15756
1
12
85981
4
28590

10
13703
33
15776
3
12
86081
4
28641

10
13797
33
15796
4
12
86182
4
28691

10
3999
5
6002

10
3999
5
6010

10
3999
5
6018

10
4000
5
6026

10
4000
5
6034

10
4000
5
6042

1
2997

1
2997

1
2998

1
2998

1
2999

1
2999

Jenis Fasilitas

Standar
Pengguna
(jiwa/unit)

Kriteria
kebutuhan
air
(l/o/h)
(l/unit/hari

2014
29464

2015
28720

Kebutuhan Air Non-Domestik (liter/hari)


Tahun Perencanaan
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
28785 28852 28918 28984 29051 29118 29184

2023
29252

2024
29319

Masjid

Musholla

1
2

Hotel/pengina
pan
Balai
Pertemuan

Kantor Pos

Gedung
Perkantoran

50

Jumlah Kebutuhan Air

TEMPAT IBADAH
32
32
32
32
32
32
1500
48000 47963 47966 47969 47973 47976
80
80
80
80
80
80
400
32000 31881 31891 31902 31913 31923
FASILITAS UMUM, REKREASI DAN OLAHRAGA
7
7
7
7
7
7
100
35000 34876 34887 34898 34909 34920
0
0
0
0
0
0
1600
0
0
0
0
0
0
2
2
2
2
2
2
1600
3200
2724
2766
2808
2850
2893
18
18
18
18
18
18
1600
28800 28760 28764 28767 28771 28774
Liter/hari
Liter/detik

447.6
00
5,18

441.8
22
5,11

442.3
35
5,12

23

442.8
53
5,13

443.3
74
5,13

443.8
95
5,14

32
47979
80
31934

32
47983
80
31945

32
47986
80
31955

32
47989
80
31966

32
47993
80
31977

7
34931
0
0
2
2936
18
28778

7
34942
0
0
2
2978
18
28782

7
34953
0
0
2
3021
18
28785

7
34965
0
0
2
3064
18
28789

7
34976
0
0
2
3107
18
28792

444.4
17
5,14

444.9
41
5,15

445.4
66
5,16

445.9
92
5,16

446.5
19
5,17

Tabel 3.13 Rekapitulasi Proyeksi Kebutuhan Air

(Perhitungan 3.13 Rekapitulasi Proyeksi Kebutuhan Air)

24

3.3 Kriteria Desain


3.3.1 Unit Air Baku
a. Jenis Air
Potensi jenis sumber air yang dapat dimanfaatkan ditinjau dari segi
kemudahan mendapatkannya, atas dasar pertimbangan terhadap :
1. Pengolahan yang ekonomis, yaitu relatif, mudah dan murah.
2. Kontinuitas yang tidak ekstrim, sehingga kebutuhan air baku tetap dapat
dipenuhi pada musim kemarau (surut).
3. Jarak yang ekonomis, maksudnya adalah lokasi sumber air berada pada
jarak yang tidak menyulitkan untuk menjangkaunya.
4. Urutan prioritas alternatif sumber :
a. Mata air
b. Air tanah dalam/sumur artesis
c. Air danau
d. Air sungai
e. air hujan
5. Pemanfaatan lain dari sumber air selai untuk air minum sesuai
kebijaksanaan pemerintah setempat.
b. Debit Air Sumber
Bagian debit air sumber yang diperuntukkan bagi air minum, dapat menjamin
kebutuhan air pada hari maksimum sepanjan musim, selama waktu yang
direncanakan.
Maka perlu diperhatikan syarat-syarat berikut :
1. Fluktuasi debit air sember tidak berpengaruh terhadap kebutuhan air pada
hari maksimum.
2. Debit minimum air sumber pada musim kemarau jauh lebih besar dari
jumlah antara kebutuhan air hari maksimum pada akhir perencanaan dan
debit minimum air sumber yang tidak boleh diambil atau diizinkan.
3. Kedalaman minimum air sumber pada musim kemarau jauh lebih tinggi
dari

kedalaman

minimum

yang

tidak

boleh

diganggu,

setelah

diperhitungkan terhadap tinggi muka air yang dibutuhkan untuk air


minum.
4. Pemanfaatan lain dari sumber yang bersangkutan selain untuk air minum
harus dipertimbangkan/diperhitungkan.
c. Kualitas Air sumber
Kualitas dari air sumber sedapat mungkin memenuhi standar kualitas air baku
dari departemen kesehatan republik indonesia. Untuk kasus potensi sumber air
25

yang terbatas dilihat dari segi kualitas, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dari
kualitas air sumber adalah :
a. Sedapat mungkin tidak berwarna dan tidak berbau.
b. Tidak mengandung racun yang berbahaya.
c. Relatif mudah dalam pengolahan secara keseluruhan.
d. Sedapat mungkin tidak mengandung zat-zat tertentu diluar standar yang
sulit diolah.
Dari ketiga kriteria di atas, untuk sumber air baku pada wilayah perencanaan,
sudah mencukupi kriteria tersebut. Sehingga sungai tresebut dijadikan sebagai
unit air baku.
3.3.2

Unit Produksi

a. Jenis dan komponen


Unit produksi sistem penyediaan air minum terdiri dari lima komponen utama
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Bangunan pengambil air baku,


Bangunan IPA,
Pembubuh bahan kimia,
Peralatan mekanikal elektrikal, dan
Bangunan penunjang

Yang mana kelima komponen utama tersebut masing-masing merupakan


bagian dari unit produksi sistem penyediaan air minum. Jenis dan komponen unit
produksi sistem penyediaan air minum dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.14 Jenis dan komponen unit produksi sistem penyediaan air minum
No.
Jenis/Komponen
1.
Bangunan pengambil Air
Baku
2.
3.
4.

Penangkap Pasir
Sumur Penerima
Pembubuh Bahan Kimia

Keterangan
Jenis-jenis bangunan pengambil air
baku dapat dilihat pada SK SNI S2.1.1. tentang konstruksi Bangunan
Pengambil Air Baku
Berbentuk bak
Berbentuk bak
Terdiri dari prekhlorinasi pelunakan
air; koagulasi, netralisasi, disinfeksi
dan fluoridisasi lihat SK SNI S-1.3.11
tentang spesifikasi teknis bahan kimia
26

5.

Pengaduk Cepat

6.
7.
8.

Pengaduk Lambat
Bak Pengendap
Saringan Pasir Cepat

9.
10.

Saringan Pasir Lambat


Clarifier

11.
12.
13

14

dan persyaratan kimiawi dalam air


minum.
Memiliki gardien kecepatan lebih
tinggi dari pada pengaduk lambat
Memiliki kecepatan aliran yang lebih
besar dibandingkan saringan pasir
lambat

Suatu abgunan yang memiliki proses


koagulasi, flokulasi dan pengendapan
serta memiliki selimut lumpur lumpur
(sludge blanket)
Reservoar Air Bersih
Terdapat diunit produksi reservoar
distribusi terdapat di unit distribusi
Pengolah Lumpur
Terdiri dari alat stabilisasi, penekan
pressurre, pengering dan kompaksi
Bangunan Penunjang
Terdiri dari ruang operasi dan kontrol
laboratorium, gudang, bengkel, rumah
kimia, ruma pembangkit listrik, dan
halaman. Lihat SK. SNI S.1.3.9.
tentang spesifikasi teknis bangunan
penunjang sistem penyediaan air
minum.
Peralatan
Elektro
- Lihat SK SNI S.1.3.8. tentang
Mekanik
spesifikasi Teknis instalasi Elektro
Mekanikal Sistem Penyediaan Air
Minum.
(Sumber : Ismoyo, 2008)

b. Fungsi
Unit produksi sistem pengolahan air minum berfungsi untuk mengolah air
baku untuk menjadi air minum. Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan
standar kualitas air minum tersebut air baku diolah dengan proses pemisahan
partikel kasar, proses pemisahan tersuspensi, proses pemiasahan terlarut, proses
netralisasi dan proses disinfeksi.
Tabel 3.15 Fungsi setiap komponen instalasi unit produksi system penyediaan air
minum
No

Komponen

Fungsi

27

Bangunan Pengambil

Menjaga pasokan air agar tidak terganggu oleh

Air Baku

pengotoran yang disebabkan oleh lumpur/bahan


mengapung serta untuk penenang aliran agar

1.

2.
3.

memudahkan pemompaaan.

Penangkap Pasir
Sumur Penerima
Prekhlorinasi

4.

5.

Mengendapkan partikel kasar seperti pasir dan


butiran halus lainnya.
Mengumpulkan air dan sebagai penenang aliran
Disinfeksi awal bagi air baku yang
terpolusi berat, proses prekhlorinasi harus
dilakukan dengan waktu kontak yang cukup dan
menggunakan disinfektan yang efektif.
Mengoksidasi besi dan mangan terlarur
menjadi bentuk besi dan mangan tak terlarut
sehingga dapat dihilangkan dengan cara
pengendapan
Menghil;angkan materi berwarna
Menetralkan amonia bebas didalam air
Mencegah pertumbuhan alga dibak
sedimentasi dan saringan
Membunuh organisme pada sringan pasir
sehingga umur saringan pasir lebih lama

Pelunakan air

Menurunkan tingkat kesadahan yang disebabkan

Koagulan

oleh kation Mg2+ dan Ca+


Untuk menghilangkan gaya tolak menolak antar
vpertikel-partikel koloid yang bermuatan sama
sehingga

6.

akan

terbentuk

flok-flok

yang

berukuran lebih besar agar mudah diendapkan.


Dengan

demikian

diperoleh

aliran

yang

berkecepatan tinggi namun tetap ekonomis.


Pengaduk Cepat
7.

Mempercepat pencampuran bahan kimia serta


menjamin tercapainya nilai gradien kecepatan
yang diinginkan

28

Pengaduk Lambat

Mengatur pengaliran agar terbentuk kondisi


yang memungkinkan terbentuknya flok yang

8.

berat, besar dan padat.


9.

Bak Pengendap
Saringan Pasir Cepat

partikel

10.

12.
13.

Pasir

Menyaring flok-flok halus yang tidak dapat

Clarifier

Menjernihkan air dengan cara menjaring partikel

Reservoir Air bersih

tersuspensi, koloidal, dan mikroorganisme.


Menampung air bersih hasil olahan, sebagai

Pengolahan Lumpur

tempat kontak air dengan disinfektan


Mengolah buangan lumpur dengan

cara

stabilisasi, pengeringan, dan komplikasi

15.

Menjernihkan air dengan cara menjaring partikel


kasar dan halus secara langsung dari baku

Netralisan

ke...tanpa...
Sebagai bahan untuk mencapai pH jenuhatau
nilai indeks tangier (langier indeks/LI)sama

16.

dengan

no;l,

sehingga

air

mencapai

Disinfektan

kesetimbangan
Sebagai bahan

Senyawa Fluor

penyebab penyakit
Untuk menambahkan kekurangan unsur fluor

18.

20.

dan

mengendap pada bak pengendap sebelumnya

Saringan Pasir Cepat

19.

koloidal

Lambat

14.

17.

tersuspensi,

mikroorgannisme.
Saringan

11.

Mengendapkan flok yang sudah terbentuk


Menjerniihkan air dengan cara menyaring

untuk

membunuh

bakteri

pada air sehinggan kebutuhan unsur ini yang


Bak Pembuat Larutan

sebesar 1 mgA pada air minum terpenuhi


Membuat larutan kimia sesuai konsentrasi yang

Kimia

diinginkan dan menjamin tersedianya larutan


kimia selama proses pengolahan air berlangsung

Generator Genset

Sebagai sumber energi listrik


29

Bangunan Penunjang

untuk kelancaran produksi meliputi ruang

21.

22.

kontrol,labotrtorium, gudang, bengkel, rumah


Ruang Operasi dan

kimia, rumah pembangkit listrik, dan halaman


Sebagai tempat untuk para operataor

Kontrol
Laboratorium

menjalankan operasi dan pemeliharaan


Sebagai
tempat
melakukan
melakukan

23.

pengukian kualitas air baik fisik, kimiawi,


maupun bakteriologis
Sebagai tempat untuk menyimpan peralatan dan

Gudang
24.

bahan cadangan meliputi perpipaan, elektikal,


mekanikal, bahan kimia, dan peralatan khusus
Sebagai tempat untuk mengadakan kegiatan

Bengkel
25.

26.

27.

28.

Sebagai bangunan penunjang yang berguna

perbaikan bagian-bagian dari komponen unit


Rumah Kimia

produksi
Sebagai tempat

Rumah

pembubuhan bahan kimia


Sebagai
tempat
untuk

Pembangkit

untuk

mengatur
mengatur

operasi
dan

Listrik

mengadakan daya listrik dari trafo dan kubikal

Halaman

PLN maupun generator


Sebagai tempat yang cukup untuk mobilitas
parkir kendaraan dan keamanan kegiatan unit
produksi
(Sumber : Ismoyo, 2008)

3.3.3 Unit Distribusi


a. Sub Unit Penampungan Air (Reservoir)
Reservoir berfungsi untuk menjembatani pemakaian yang berfluktuasi
pada jaringan pipa distribusi dan pasokan air konstan pada unit produksi.
Volume reservoir dirancang sama dengan kebutuhan pada waktu defisit
pemakaian ataupun surplus pemakaian.
Lama penampungan disesuaikan dengan tingkat pemakaian air pada masa
jam pemakaian puncak dan pemakaian jam rata-rata.
Untuk itu diperlukan data / asumsi fluktuasi kebutuhan air

30

Secara praktis volume reservoir dapat dihitung berdasarkan waktu


tampungan atau waktu retensi dari air pada debit rata-rata (umumnya
dihitung 2 8 jam penampungan).
Volume reservoir
V = Q. dt

..(Persamaan 3.14)

Dimana : Q = debit rata-rata


dt = durasi pemakaian (6 jam)
V = volume
Elevasi pada reservoir cuma 10 m, sedangkan untuk pengaliran air pada
wilayah perencanaan elevasinya ada yang sebesar 30 m. Untuk dapat
mengalirkan air dari reservoir ke wilayah perencanaan secara gravitasi,
maka diperlukan penambahan ketinggian elevasi pada reservoir tersebut.
Sehingga reservoir yang digunakan adalah reservoir menara.
b. Sub Unit Perpipaan
Perpipaan adalah suatu sarana yang menghubungkan dari satu simpul ke
simpul yang lain untuk menghantarkan aliran air atau debit air antar
simpul tersebut.
Kapasitas pengaliran tergantung dari beberapa faktor, antara lain besar
pipa dan tekanan yang diberikan untuk pengaliran.
Semakin besar pipa semakin besar kapasitas pipa, sebaliknya semakin
kecil tekanan yang dibutuhkan.
Dalam investasi semakin besar pipa semakin mahal harganya tetapi
semakinkecil tekanan yang dibutuhkan untuk pengaliran semakin murah
biaya operasional.
Perencanaan diamater pipa dapat dilakukan dengan dasar :
i.

Asumsi kecepatan aliran.

ii.

Asumsi kehilangan tekanan sepanjang pipa.

c. Hidrolika Perpipaan
Dalam menelaah aspek hidrolika dalam pipa, digunakan asumsi/
anggapan sebagai berikut :
a. Air adalah fluida yang bersifat incomprsible
tidak mengalami perubahan volume apabila terjadi tekanan.
31

V
P

0
..
(Persamaan 3.15)

b. Fluida yang bergerak dalam pipa dalam kondisi steady state


tidak mengalami perubahan kecepatan dari waktu ke waktu.
v
0
t

.. (Persamaan 3.16)

c. Fluida yang bergerak dalam pipa dalam kondisi uniform flow.


tidak mengalami perubahan kecepatan dalam diameter pipa yang
sama.
v
0
s

...... (Persamaan 3.17)

Setiap aliran air dalam pipa harus memenuhi azas kontinuitas debit
aliran :

Qin Qout

.. (Persamaan 3.18)

Debit aliran air dalam pipa :


Q A.v

.. (Persamaan 3.19)

1
. .D 2
4

.. (Persamaan 3.20)

. .D 2 .v
4

.. (Persamaan 3.21)

Q 0,8.D 2 .v

.. (Persamaan 3.22)

32

Setiap aliran air dalam pipa harus memenuhi azas kontinuitas energi:
Etotin Etotout

................................... (Persamaan 3.23)

Etotal 1. energi potensial ( z dan H)


2. energi kinetik (Ek = v2/2g)
3. kehilangan energi (hL)
v12

2g

Etotin Etot1 z1 H 1

.... (Persamaan 3.24)

v 2
Etotout Etot 2 z 2
H 2 2 ...............(Persamaan
hL
3.25)
2g

Keterangan :

z = muka tanah terhadap muka laut (m)


H = beda tinggi dari muka air ke muka tanah (m)
v = kecepatan aliran air (m/dt)
hL = kehilangan energi (m)
Pada contoh perhitungan diketahui bahwa apabila kecepatan aliran
sama, maka energi kinetik dapat diabaikan, sehingga faktor-faktor
penting untuk menghitung sisa tekanan dalam pipa adalah :
1. Elevasi tanah (z).
2. Tenaga pendorong awal (H1) dapat berupa menara air atau pompa.
3. Kehilangan energi atau kehilangan tekanan (hL).
Elevasi tanah didapat dari hasil pengukuran yang baik.
Tenaga pendorong diperkirakan ketinggian tekannya dengan
baik.
Kehilangan energi/tekanan dihitung berdasarkan rumusanrumusan empiris.
d. Perhitungan Kehilangan Energi/Tekanan

33

Pada perhitungan kehilangan energi kami menggunakan persamaan


Hazen-William, karena persamaan ini merupakan persamaan yang paling
sering digunakan untuk menentukan kehilangan tekanan pada perpipaan.
Persamaan Hazen - William secara empiris menyatakan bahwa debit
yang mengalir dalam pipa sebanding dengan diameter pipa dan kemiringan
hidrolis (S) yang dinyatakan sebagai kehilangan tekanan (hL) dibagi dengan
panjang pipa (L).
Disamping itu ada faktor C yang menggambarkan kondisi fisik dari
pipa, seperti kehalusan dinding dalam pipa yang menggambarkan jenis dan
umur pipa.
S

hL
L

(Persamaan 3.26)

.. (Persamaan 3.27)

Q 0,2785.C.D 2 , 63 .S 0 ,54

hL

2 , 63
0,2785.C .D

1,85

.L

.. (Persamaan 3.28)

Tabel 3.16 Koefisien Hazen William ( C )


No

Jenis (Material)Pipa

Nilai C
Perencanaan

1.

Asbes Cement

120

2.

Poly Vinil Chloride (PVC)

3.

High Density Poly Ethylene (HDPE)

130

4.

Medium Density Poly Ethylene (MDPE)

130

5.

Ductile Cast Iron Pipe (DCIP)

110

6.

Besi Tuang, cast Iron (CIP)

110

7.

Galvinized Iron Pipe (GIP)

110

8.

Steel Pipe (Pipa Baja)


(Sumber : Ismoyo, 2008)

110

120 -140

e. Hidrolika Jaringan Perpipaan

34

Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling


terhubung satu sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu pipa
mengalami perubahan debit aliran maka akan terjadi penyebaran pengaruh
ke pipa-pipa yang lain.
Pipa yang tergabung dalam suatu jaringan pipa dapat dibedakan satu
dengan yang lain dari segi :
1. Panjang pipa
2. Diameter pipa
3. Jenis pipa
4. Kedudukan pipa dalam jaringan, diyatakan dengan ;
a. nomor pipa
b. node (titik atau simpul) yang dihubungkan oleh pipa
Aspek penting dalam mengkonstruksi sebuah jaringan pipa adalah
keterangan yang terdapat dalam setiap node dan pipa.
Keterangan tersebut terdiri dari :
Keterangan aspek fisik
(panjang pipa, diameter pipa, ketinggian node dll)
Keterangan karakteristik hidrolis
(debit, tekanan, head loss dll)
Karakteristik Hidrolis Node
Aspek hidrolis node yang perlu diidentifikasi adalah :
a. Debbit tapping (mengambilan air dari pipa distribusi)
berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih dalam satu
block layanan
b. Tekanan air
hasil perhitungan tekanan air dan head loss berdasarkan data
elevasi
Karakteristik Hidrolis Pipa dalam jaringan
Aspek hidrolis node yang perlu diidentifikasi adalah :
a. Debit aliran dalam pipa
berdasarkan prinsip kontinuitas debit
b. Tekanan air dalam pipa
35

Karakteristik hidrolis :
1. Berdasarkan prinsip kontinuitas debit
2. Berdasarkan prinsip kontinuitas tekanan

Qin = Qout
hj 1 = hj 2

Simulasi Hidrolis Jaringan Pipa


Secara matematis apabila diketahui Q (debit air) maka dapat
diketahui / ditentukan perhitungan penyebaran aliran air di setiap pipa
dalam jaringannya dengan memperhatikan karakteristik hidrolis dari pipa
(dimana selalu ada hubungan antara Q dan hL). Dengan diketahuinya hL
maka H (tekanan di setiap node) dapat diperhitungkan juga.
Model perhitungan/simulasi hidrolis jaringan pipa dapat dilakukan
dengan metode Perataan (adjustent) yang diperkenalkan oleh Hardy
Cross (1936). Metode ini didasari pada dua kaidah fisika, yaitu :
1. Jumlah debit air di pipa yang masuk dan keluar dari suatu node sama
dengan jumlah debit air yang masuk dan keluar dari node tersebut
2. Tekanan di suatu node adalah tunggal dalam arti di hitung dari segala
arah hasilnya sama.
Aliran air di pipa dihitung dan diratakan secara iteratif dengan
menggunakan persamaan :

Qi

# pipe

i 1
# pipe

n.
i 1

(Persamaan 3.29)

Hi
Qi

Dengan nilai n :
Hazen Williams = 1,85
metode ini menggunakan cara iterasi sampai dengan nilai Qi
memenuhi suatu kriteria konvergensi (< 0,005 lt/dt).

36

37

Daftar Pustaka
Buku dan Jurnal :
BPPT. 2002. Model Pengelolaan Persampahan Perkotaan. Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Pedoman Pengelolaan Persampahan Perkotaan bagi Pelaksana.
E. Damanhuri. 2001. Pengelolaan Sampah di Kawasan Metropolitan Minimasi Sampah Terangkut dan Optimasi TPA. Workshop
Pengelolaan Sampah Jakarta. Jakarta 15 11 2001.
Fadhilah, dkk, 2011
G.H. Tchobanoglous, H. Theissen, S.A. Vigil. 1993. Integrated Solid Waste Management. McGraw Hill.
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Kabupaten Kotabaru. 2011
Data Penduduk dan Fasilitas Umum :
Undang Undang dan Peraturan :
Undang Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Web :
Ardy, 2014)

Anda mungkin juga menyukai