Kerajaan Buleleng - Sejarah Indonesia
Kerajaan Buleleng - Sejarah Indonesia
Kerajaan Buleleng - Sejarah Indonesia
KERAJAAN BULELENG
DISUUN OLEH :
1. M. Ali Fathoni
2. Amy Mafulah
3. Septian Hananto
X TKJ
SMK NEGERI 1 KALITENGAH
2014
A. Sejara Berdirinya
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17 dan
jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari
Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal
dengan nama Den Bukit (Buleleng).
B. Lokasi Kerajaan
Buleleng berdeatan dengan sungai Tukad Bueleng. Disana juga terdapat sebuah puri yang disebut sebagai
puri Buleleng. Puri ini umurnya lebih tua yang berada di Desa Sangket
Nama
Keterangan
1660
1697/99
1697/99
1732
1732
1757/65
1757/65
1757/65
1757/65
1780
1793
Nama
Keterangan
1806
1806
1818
1818
1822
1822
1825
1825
1849
Awal
Akhir
memerintah memerintah
Keterangan
1849
1853
1854
1872
1929
1944
1944
1947
1947
1950
D. Sistem Kepercayaan
Agama Hindu Syiwa mendominasu kehidupan masyarakat Buleleng. Tetapi tradisi megalitik masih
mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktukan dengan ditemukannya beberapa
bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar pura-pura di Hindu. Pada masa pemerintahan
Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan penemuan
unsure-unsur Budha seperti arca Budha di Gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.
Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa Raja Udayana. Pada masa ini
pendeta Syiwa dan brahmana Budha diangkat sebagai salah satu penasehat raja. Masyarakat Buleleng
menganut agama Hindu Waesnawa.
E. Kehidupan Kemasyarakatan/Politik
Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Berdasarkan prasasti Belanjong, Sri
Kesari Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang gagal menklukan Kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan Sri Kesari Warmadewa memilih pergi ke
Bali dan mendirikan pemeerintahan baru.
Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa. Udayana memiliki 3
putra yaitu, Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Yang nantinya Airlangga akan menjadi raja
terbesar di Medang Kemulan, Jawa Timur. Menurut prasasti yang terdapat di pura Batu Madeg, Raja
Udayan menjlain hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan karena
permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok. Raja Udayana
digantikan oleh putranya Marakatapangkaja.
Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran hukum karena selalu
melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat peribadatan untuk rakyat. Salah
satu peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi di Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan
Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya yaitu Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan Raja terbesar
dari Dinasti Warmadewa. Ia berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai
gangguan dari dalam maupun luar kerajaan.
Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasehat pusat yang disebut
pakirankiran I jro makabehan. Badan ini berkewajiban memberikan tafsirandan nasihat kepada raja atas
berbagai permasalahan yang muncul.
F. Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng bertumpu pada sektor pertanian. Keterangan kehidupan
masyarakat Buleleng dapat dipelajari dari prasasti Bulian. Dalam prasasti Bulian terdapat bebrapa istilah
yang berhubungan dengan sistem bercocok tanam seperti sawah, parlak (sawah kering), (gaga) ladang,
kebwan (kebun), dan lain sebagainya.
Perdagangan antar pulau di Buleleng juga sudah cukup maju. Kemajuan ini ditandai dengan
banyaknya saudagar yang bersandar dan melakukan kegiatan perdagangan dengan penduduk Buleleng.
Komoditas yang terkenal di Buleleng adlah kuda. Dalam prasasti Lutungan disebutkan bahwa Raja Anak
Wungsu melakukan transaksi perdagangan 30 ekor kuda dengan saudagar dari Pulau Lombok. Keterangan
tersebut membuktikan bahwa perdagangan pada saat itu sudah maju sebab kuda merupakan binatang yang
besar sehingga memerlukan kapal yang besar pula untuk mengangkutnya.
G. Kehidupan Sosial
Dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali, tidak terlepas dari agama yang dianutnya yaitu agama
hindu (mempunyai pengaruh yang paling besar) dari Budha sehingga keadaan sosialnya sebagai berikut
1. Terdapat pembagian golongan/kasta dalam masyarakat yaitu Brahmana, Ksatria dan Waisya
2. Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama disbanding keagamaan
3. Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus yaitu pande besi, pande
emas, dan pande tembaga dengan tugas membuat alat-alat pertanian, alat-alat rumah tangga, senjata,
perhiasan dan lain-lain.
Dari ketiga hal diatas dapa kiata ambil kesimpulan sebagi berikut
1. Kehidupan sosial masyarakat Bali sudah teratur dan rapi
2. Sudah ada system pembagian kerja
Hasil budaya kerajaan Bali antara lain berupa
1. Prasasti
2. Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
3. Arca misalnya arca durga
4. Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan Jayasakti yaitu Uttara Widdhi Balawan
dan Rajawacana/Rajaniti
5. Pada zaman Jayasakti agam Budha dan Syiwa berlambang dengan baik bahkan raja sendiri disebut
sebagai
penjelmaan dewa Wisnu (airan Waisnawa)
6. Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno sehingga hubungan dengan Jawa
diperkirakan terjalin dengan baik.
kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga,
tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan
Belanda. Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.
4. Masa Keruntuhan
Perbedaan pendapat antar saudara keturunan ki Panji akhirnya memperlemah kekuatan kerajaan
Buleleng. Buleleng Perlahan tapi pasti mengalami kemunduran.
Dampak buruknya buleleng terpecah-pecah menjadi beberapa bagian kecil. Blambangan yang dulu
masih satu dengan Buleleng akhirnya lepas dan dikuasai oleh Kerajaan Mengwi sebelum akhirnya
Blambangan jatuh di Kerajaan Karangasem tahun 1783
5. Peninggalan
a. Prasasti
Sebuah prasasti ditemukan di desa Sembiran yang berangka tahun 1065, berisi : mengkana ya
hana banyaga sakeng sabrangjong, bahitra, rumunduk i manasa. .. Artinya, andai kata ada
saudagar dari seberang yang datang dengan jukung bahitra datang berlabuh di manasa ..
b. Pura dalem Jagaraga
Pura ini digunakan Jero Jempiring -- istri patih I Gusti Ketut Jelantik -- bertahan sebagai sentra
perlawanan, menghadang serangan musuh, tatkala benteng Jagaraga yang berjarak sekitar 200 meter
dari pura ini diduduki Belanda. Jero Jempiring dikenal luas lantaran berhasil mengatur jalannya
pertempuran di sekitar Pura Dalem Jagaraga pada 1848, selaku komando dan penyala semangat
laskar Bali saat menghadapi Belanda.