75% menganggap dokumen ini bermanfaat (4 suara)
5K tayangan

Resin Akrilik (Tutorial)

Resin akrilik digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan dan restorasi gigi. Monomer sisa yang tersisa setelah proses polimerisasi resin akrilik dapat menyebabkan iritasi dan alergi pada mulut pasien maupun dokter gigi. Penanganannya meliputi pemilihan perbandingan monomer dan polimer yang tepat serta proses kuring yang akurat untuk mengurangi kadar monomer sisa.

Diunggah oleh

FeNyAriska
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
75% menganggap dokumen ini bermanfaat (4 suara)
5K tayangan

Resin Akrilik (Tutorial)

Resin akrilik digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan dan restorasi gigi. Monomer sisa yang tersisa setelah proses polimerisasi resin akrilik dapat menyebabkan iritasi dan alergi pada mulut pasien maupun dokter gigi. Penanganannya meliputi pemilihan perbandingan monomer dan polimer yang tepat serta proses kuring yang akurat untuk mengurangi kadar monomer sisa.

Diunggah oleh

FeNyAriska
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 16

Efek Samping Resin Akrilik dan Mengapa Terjadi Monomer Sisa

Beberapa pasien yang menggunakan resin akrilik basis


mengalami reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil
metakrilat atau benzoil acid, sedangkan yang tidak alergi dapat
mengalami iritasi karena terdapat jumlah monomer sisa yang tinggi
pada basis resin akrilik.
Monomer sisa merupakan sejumlah monomer yang tidak dapat
menjadi polimer pada basis resin akrilik dan dapat menimbulkan
reaksi alergi pada pasien yang menggunakan gigi tiruan.

hipersensitifitas terhadap resin akrilik atau penyakit sistemik yang


tidak berhubungan dengan resin akrilik.
Fisher melakukan pengujian terhadap sejumlah pasien yang memakai
bahan basis gigi tiruan akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik
swapolimerisasi. Dari hasil uji disimpulkan bahwa monomer metil
metakrilat menyebabkan alergi terhadap kulit dan mukosa mulut tetapi
bila resin akrilik berpolimerisasi dengan sempurna, maka tidak ada
sensitizer atau reaksi alergi.
Banyak penelitian menduga bahwa monomer sisa yang tertinggal
akbat polimerisasi yang tidak sempurna dari bahan resin akrilik adalah

Beberapa efek monomer sisa:

alergen pada kontak alergi. Alergi terhadap bahan resin akrilik

1. Pada Rongga mulut

merupakan suatu kemungkinan tetapi tidak umum atau jarang terjadi.

Reaksi terbakar dan eritma di bawah basis gigi tiruan sering

Meskipun jarang, reaksi alergi lebih sering disebabkan oleh resin

diistilahkan dengan denture sore mouth. Penyebabnya bermacam-

akrilik

macam diantaranya trauma, kebersihan mulut yang jelek, infeksi

swapolimerisasi mengandung monomer sisa lebih dari 5%.

bakteri serta reaksi alergi. Kebanyakan denture sore mouth disebabkan

2. Pada dokter gigi dan tekniker

oleh trauma dari adaptasi basis gigi tiruan yang tidak baik.

swapolimerisasi

dan

ini

disebabkan

resin

akrilik

Monomer sisa metil metakrilat dari resin akrilik merupakan

Sejak diperkenalkannya polimetil metakrilat atau yang sering disebut

iritan primer yang mendatangkan respon inflamsi secara cepat dengan

resin akrilik di bidang kedokteran gigi, telah ada dilaporkan tentang

aksi langsung pada jaringan bila berkontak dengan iritan secara

reaksi terhadap bahan pembuat basis gigi tiruan. Reaksi digambarkan

langsung. Akibat tertinggalnya monomer metil metakrilat di dalam

sebagai alergi dan iritasi kimia lokal yang gambaran reaksi oralnya

resin akrilik, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa monomer

terlihat gejala-gejala seperti panasnya mulut dan lidah, eritema dan

sisa metil metakrilat dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas atau

erosi mukosa rongga mulut. Gejala tersebut dapat dihubungkan dengan

alergi, juga iritasi lokal bila tidak mengalami reaksi polimerisasi secara

beberapa

untuk

sempurna. Sedangkan bila metil metakrilat berpolimerisasi secara

memperhatikan semua kemungkinan yang ada termasuk trauma dari

sempurna maka tidak akan menyebabkan reaksi hipersensitifitas. Pada

faktor

penyebab

oleh

karena

itu

penting

pemakaian gigi tiruan, iritasi kimia akibat resin akrilik, alergi

basis resin akrilik umumnya reaksi bersifat lambat dan biasanya

tangan latex untuk manipulasi sehingga menghindarkan kontak

dikenal dengan kontak alergi atau stomatitis venetata.

langsung dengan bahan resin akrilik.

3. Penanggulangan

Proses kuring merupakan hal yang penting dalam pembuatan

Perbandingan monomer dan polimer yang tepat merupakan

basis gigi tiruan sebab bila suhu dan lamanya pemanasan tidak

ahal yang penting untuk dipertimbangkan, perbandingan polimer dan

terkontrol dengan benar maka bahan resin akrilik tidak akan

monomer biasanya 3 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan berat.

mengalami proses kuring yang baik dan kemungkinan basis gigi tiruan

Bila perbandingan terlalu tinggi, tidak semua bubk sanggup dibasahi

akan mengandung monomer sisa yang tinggi. Bila proses kuring

oleh cairan dan akibatnya akrilik yang telah mengalami proses kuring

dilakukan pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu yang terlalu

akan bergranul. Kegagalan dalam menentukan perbandingan monomer

singkat, akan menghasilkan monomer sisa yang besar pada basis gigi

dan polimer seperti terlalau banyaknya monomer dapat menyebabkan

tiruan. Pengaturan suhu dan waktu dalam proses kuring juga harus

reaksi yang tidak diinginkan akibat kelebihan cairannya, sehingga

diperhatikan dimana bila suhu yang terlalu rendah dan waktu yang

pada gigi tiruan yang telah selesai di proses akan banyak mengandung

terlalu singkat akan menghasilkan monomer sisa yang lebih besar.

monomer sisa.

Aplikasi dari Resin Akrilik

Penanggulangan kontak alergi alergi tergantung pada berat

Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture

ringannya kasus yang terjadi, dimana kasus yang ringan cukup dengan

base, landasan pesawat orthodontik (orthodontik base), basis gigi

menghilangkan alerginya dengna mencegah kontak bahan terhadap

tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan (artificial teeth) dan sebagai bahan

kulit atau mukosa mulut misalnya dengan pembuatan gigi tiruan

restorasi untuk mengganti gigi yang rusak. Jenis resin denture base

sementara dengan metode tidak langsung. Bagi kasus yang berat,

yang terbuat sesuai dengan petunjuk pabrik yaitu bahan poly (metil

untuk membantu penyembuhan pasien diobati dengan aplikasi

metakrilat), resin, yang populer disebut sebagai akrilik. Meskipun

kortikosteroid topikal.

secara umun dapat dibedakan sesuai proses pembentukaanya resin

Pemaparan terhadap bahan hampir setiap hari bagi dokter gigi dan

denture base jenis poly (metil metakrilat) atau PMMA. Adapun jenis-

tekniker oleh karena ventilasi laboratorium yang tidak baik. Oleh

jenis resin denture base adalah:

sebab itu penggunaan masker sewaktu memanipulasi bahan basis.

1. Akrilik (dough-type)

Kontak langsung bahan monomer dengan pekerja laboratorium gigi

Bahan ini merupakan bahan basis gigitiruan yang paling sering

dapat menyebabkan sakit kepala yang sedang sampai parah dan dapat

digunakan karena diperoleh dari penyatuan dari liquid degan powder.

dihilangkan dengan meminum aspirin sedangkan penggunaan sarung

Dengan nama lain adalah poli (metil metakrilat).

2. Akrilik (gel-type)

menggunakan malam perekat atau modeling plastik. Bila keadaan ini

Bahan ini merupakan hasil uraian unsur bebentuk gel yang dihasilkan

sudah diperoleh, dibuat model perbaikan dengan menggunakan stone

dengan cara mencampur liquid dengan powder.

gigi. Protesa dipindahkan dari model dan medium perekat dibuang.

3. Akrilik (puor-type)

Kemudian, permukaan patah diasah untuk memberikan ruangan yang

Bahan ini terbentuk dari liquid dengan powder saja.

cukup bagi bahan perbaikan. Model dilapisi dengan medium pemisah

4. Akrilik (high-impact strength)

untuk mencegah pelekatan resin perbaikan, dan bagian basis protesa

Bahan ini memeliki kekuatan tekan pada bahan yang dihasilkan

dikembalikan serta dicekatkan pada model. Persyaratan pengujian

dengan cara menguraikan cabang rubber-like polimer butadiena

untuk resin yang diaktivasi secara kimia untuk perbaikan basis protesa

styrene menjadi molekul akrilik.

dinyatakan pada Spesifikasi ADA No. 13 (Anusavice, 2004).

5. Akrilik (rapid heat-polymerized)

2. Resin Relining (Pelapik) Basis Protesa

Bahan ini hampir sama dengan tipe dough hanya berbeda pada proses

Karena kontur jaringan lunak berubah selama protesa berfungsi,

modifikasi saja. Terkhusus pada proses polimerisasi hibridnya yaitu

seringkali permukaan protesa intraoral yang menghadap jaringan perlu

dengan panas dan kimia.

diubah, untuk menjamin kecekatan dan fungsi. Pada beberapa

6. Polyurethane resins

keadaan, perubahan ini dapat dilakukan dengan prosdur pengasahan

Bahan

ini

memiliki

polomerisasi

dari

resin

dengan

proses

selektif. Sementara pada keadaan lain, permukaan yang menghadap ke

memancarkan spektrum cahaya pada daerah biru dengan panjang

jaringan harus digantikan dengan melapik (relining) atau mengganti

gelombang antara 450-490 nm (Anusavice, 2004).

(rebasing) protesa yang lama (Anusavice, 2004).

Cara Reparasi Resin Akrilik

Bila protesa akan direlining, bahan cetak dikeluarkan dari protesa.


Permukaan yang menghadap pada jaringan dibersihkan untuk

1. Resin Perbaikan
Di luar karakteristik fisik resin basis protesa yang disukai, basis
protesa kadang-kadang fraktur. Pada kebanyakan keadaan, fraktur
tersebut dapat diperbaiki dengan menggunakan resin yang sesuai.
Resin perbaikan dapat diaktivasi oleh sinar, panas, maupun kimia.
Untuk memperbaiki protesa yang patah secara akurat, komponenkomponen

haruslah

diatur

kembali

dan

direkatkan

bersama

meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining.


Setelah tahap ini, resin yang tepat kemudian dimasukkan dan dibentuk
menggunakan teknik milding-tekanan. Untuk relining, temperatur
polimerisasi yang rendah lebih disukai guna meminimalkan distorsi
dari basis protesa yang ada. Kemudian, dipilih resin yang diaktivasi
secara kimia. Bahan yang dipilih diaduk menurut anjuran pabrik dan
ditempatkan

dalam

mold,

ditekan

dan

dibiarkan

mengalami

polimerisasi. Protesa dikeluarkan dari kuvet, dirapikan, dan dipoles

Perbandingan polimer dan monomer yang umumnya digunakan

(Anusavice, 2004).

adalah 3:1 satuan volume atau 2,5:1 satuan berat. Bila monomer terlalu

3. Rebasing Basis Protesa

sedikit maka tidak semua polimer sanggup dibasahi oleh monomer

Tahap-tahap yang diperlukan dalam rebasing serupa dengan relining.

akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranula

Cetakan jaringan lunak yang akurat diperoleh dengan menggunaan

tetapi monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat

protesa yang ada sebagai sendok cetak perseorangan. Kemudian,

menyebabkan terjadinya kontraksi yang lebih besar (21% satuan

model stone dibuat dari cetakan. Model dan cetakan disusun dalam

volume) dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada adonan

reline jig, yang dirancang untuk mempertahankan relasi vertikal dan

resin akrilik yang seharusnya (7% volume), sehingga membutuhkan

horizontal yang benar antara model stone dan permukaan gigi tiruan.

waktu yang lebih lama untuk mencapai fase dough (konsistensi) dan

Hasil susunan tersebut memberikan petunjuk tentang permukaan

akhirnya menyebabkan timbulnya porositas pada resin akrilik (Combe,

oklusal gigi tiruan. Setelah petunjuk tersebut diperoleh, protesa dilepas

1992; Craig dkk., 2004).

dan elemen gigi tiruan dipisahkan dari basis yang lama. Elemen gigi

c.

Kurang homogen pada waktu mencampur (pengadukan yang tidak

tiruan disusun kembali sesuai petnjuk yang ada dan ditahan pada

tepat antara komponen

hubungan sebenarnya pada model sementara direkatkan dengan malam

Craig dkk., 2004).

pada pelat basis yang baru (Anusavice, 2004).

e.

Penyebab porositas

melebihi titik didih bahan tersebut (Combe, 1992; Craig dkk.,

Umumnya resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi


dalam water bath dengan suhu konstan

pada 70 C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan akhir


pada suhu 100 C selama 30 menit.12 (Combe, 1992; Craig dkk.,
2004).
b.

Pencampuran komposisi akrilik yang terlalu encer.

Penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul


polimer yang rendah disertai temperatur resin mencapai atau

Menaikkan suhu terlalu cepat hingga 100 C.

dengan menempatkan kuvet

Pendinginan secara tiba tiba mengakibatkan perbedaan kontraksi


antara akrilik dengan gips tanam dan model.

Porositas

a.

d.

polimer dan monomer) (Combe, 1992;

2004).
f.

Pengisian

Sewaktu melakukan pengisian ke dalam mold perlu diperhatikan agar


mold terisi penuh dan sewaktu di-press terdapat tekanan yang cukup
pada mold, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan adonan akrilik
sedikit lebih banyak ke dalam mold. Jika jumlah adonan yang

dimasukkan ke dalam mold kurang, maka dapat menyebabkan

Stabilitas dimensional dapat dipengaruhi oleh proses, molding,

terjadinya shrinkage porosity (Combe, 1992; Craig dkk., 2004).

cooling, polimerisasi, absobsi air dan temperatur tinngi (Annusavice.

Pencegahan

2003).

a. Digunakan akrilik pada fase dough


b. Setelah kuvet diisi akrilik, biarkan terlebih dahulu sampai 30 menit

Abrasi dan ketahanan abrasi


Kekerasan merupakan suatu sifat yang sering kali digunakan untuk

sebelum direbus agar akrilik dapat meneruskan polimerisasinya


c. Adonan resin akrilik yang homogen,

memperkirakan ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk

d. Penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat

mengikis struktur gigi lawannya. Proses abrasi yang terjadi saat

e. Prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik.

mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat.

f. Serta waktu pengisian bahan ke dalam mould yang tepat (Combe,

Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatakan


kerusakan dan terbentuknya pecahan / fraktur. Namun resin akrilik

1992; Craig dkk., 2004).

keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi (Combe,

Sifat Fisik Dan Mekanik Resin Akrilik

1992).
Sifat Fisik

Crazing ( Retak )

Warna dan Persepsi Warna


Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin disebabkan karena
Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya

adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan berat molekul atau

warnanya sama dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan

terpisahnya molekul molekul polimer (Combe, 1992).

dengan

Creep ( Tekanan )

estetika,

dimana

harus

menunjukka

transulensi

atau

transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan


mulut yang digantikannya.Selain itu harus dapat diwarnai atau
dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah
pembentukkan (Annusavice. 2003).
Stabilitas Dimensional

Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu


dari suatu bahan di bawah muatan statis atau tekanan konstan. Akrilik
mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau
tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah
bentuk secara permanen (Combe, 1992).
Termal

Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik,


sehingga dalam kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah.

Thermal conduktivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan

Sifat Kimia

logam, pengahntar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 / detik / cm / 0C / cm2


(Combe, 1992).
Porositas

Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung


gugus vinil. Dalam rumus strukturnya ada 2 kelompok resin akrilik
yaitu : asam akrilik dan asam metakrilat. Meskipun asam poli ini keras
dan transparan, polaritasnya, berkaitan dengan kelompok karboksil,

Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa


akrilik yang telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas
menyebabkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.
Dimana resin akrilik ini mudah porus (Combe, 1992).
Sifat Mekanis
Strength ( Kekuatan)

menyebabkan asam tersebut menyerap air. Air cenderung memisahkan


rantai-rantai serta menyebabkan pelunakan umum dan mengurangi
kekuatan. Metil metakrilat. Poli metil metakrilat sendiri tidak banyak
digunakan dalam kedokteran gigi untuk prosedur molding. Metil
metakrilat adalah suatu cairan bening transparan pada suhu ruang
dengan sifat fisik :

Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik

Titik leleh

prosesing, dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik

Titik didih

mempunyai modolus elastisitas yang relatif rendah yaitu 2400 Mpa,

Kepadatan

Panas polimerisasi

oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari 1 mm (Combe, 1992).
Fraktur

- 48

g/ml pada 20
kcal/mol

Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat

Bahan tersebut menunjukan tekanan uap yang tinggi dan merupakan

menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi

pelarut organik yang baik meskipun polimerisasi metil metakrilat

fatigue dan ahkirnya memyebabkan gigi tiruan fraktur (Combe, 1992).

dapat diawali oleh sinar ultraviolet, sinar tampak, atau panas, bahan

Fleksibilitas.

tersebut biasanya dipolimerisasi dalam kedokteran gigi dengan

Fleksibilitas maksimal didefinisikan sebagai regangan yang terjadi

menggunakan inisiator kimia.

ketika bahan ditekan sampai batas kesetimbangannya. Resin akrilik


mempunyai sifat yang lunak dan fleksibel (Annusavice. 2003 ).

Seperti semua resin akrilik , polimetil metakrilat menunjukan


kecenderungan menyerap air melalui proses imbibisi. Struktur nonkristalnya mempunyai energi internal yang tinggi jadi difusi molekuler

dapat terjadi kedalam resin, karena diperlukan sedikit energi aktivasi

- Dibuthil phtalat

tambahan lagi, gugus karboksil kutub, meskipun teresterifikasi dapat

- Etilen glikol dimetakrilat

membentuk jembatan hidrogen dengan air yang terbatas.


Sifat Biologi
Secara biologi resin tidak meiliki harus tidak meiliki rasa, tidak
berbau, tidak tosik dan tidak mengiritasi jaringan mulut. Untuk
memenuhi syarat inibahan tersebut sama sekali tidak boleh larut dalam
saliva atau cairan lain yang dimasukan ke dalam mulut, serta tidak
tembus cairan mulut,dalam arti tidak tidak boleh menjadi tidak sehat
atau memiliki rasa dan bau yang dapat diterima. Bila resin digunakan

Sifat resin akrilik kuring panas


- Larut dalam ester dan alkohol
- Tidak larut dalam cairan mulut
- Estetika baik
- Konsentrasi monomer sisa tinggi
- Mengalami pengkerutan (polimerisasi dalam pemakaian)
b)

Resin akrilik yang dalam polimerisasinya diaktivasi secara

sebagai bahan tambal atau semen, bahan tersebut harus dengan


struktur gigi untuk mencegah pertumbuhan mikroba sepanjang
pertemuan restorasi permukaan gigi.

kimia dan bisa diproses pada suhu kamar


Komposisi resin akrilik kuring dingin :
Bubuk

a) Resin akrilik kuring panas ( Heat Curing Acrilic Resin )

Cairan

- Etilen glikol dimetakrilat

dan perendaman dalam air.

Bubuk : - Poli metil metakrilat


-

Benzoil peroksida

Dibuthil phtalat

Cairan :- Metil metakrilat


- Hidrokinon

: - Metil metakrilat
- Hidrokinon

Resin akrilik yang dalam polimerisasinya membutuhkan pemanasan

Komposisi resin Akrilik kuring panas :

: - Polimetil metakrilat
- Benzoil peroksida

Macam-macam Resin Akrilik


1. Macam-macam resin akrilik berdasarkan aktivasinya

Resin akrilik kuring dingin ( cold cured resin akrilik )

Tertier amine

Sifat resin akrilik kuring dingin


-

Aktivasi pada suhu kamar melalui bahan kimia

Larut dalam ester dan alkohol

Tidak larut dalam cairan mulut

Cara manipulkasi lebih mudah dan lebih cepat

Resin Basis Protesa Teraktivasi dengan Panas (Heat Cured)

Berat molekul lebih rendah

Konsentrasi monomer sisa lebih tinggi

Mengalami pengkerutan

Porusitas lebih banyak

Penyerapan air lebih besar

Agak lunak

Bahan bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam pembuatan


hampir semua basis protesa. Energi termal yang diperlukan untuk
polimerisasi
menggunakan

c) Resin akrilik gelombang mikro ( mikrowaved activated resin )


Komposisinya sama dengan resinj akrilik kuring panas dengan
komposisi

dalam

monomer

trietilen

atau

tetraetilen

dimetakrilat.
Sifat resin akrilik gelombang mikro
- Proses lebih cepat, lebih bersih tetapi sangat mahal
- Estetika sangat bagus
- Minimal porositas karena tidak banyak menyerap cairan
- Biokompatibilitas tinggi

glokol

bahan-bahan
perendaman

tersebut
air

dapat

atau

oven

diperoleh

dengan

gelombang

mikro

(microwave). Karena prevalensi dari resin ini, sistem teraktivasinya


dengan panas lebih di tekankan.
Waktu yang diperlukan bagi adukan resin mencapai tahap menyerupai
adonan disebut waktu pembentukan adonan. Spesifikasi ADA No.12
untuk resin basis protesa menyebutkan bahwa konsistensi ini diperoleh
kurang dari 40 menit sejak mulai proses pengadukan. Secara klinis,
kebanyakan resin mencapai konsistensi menyerupai adonan dalam
waktu kurang dari 10 menit.
Resin Basis Protesa Teraktivasi Secara Kimia (Self Cured)

d) Resin Akrilik Cahay tampak ( Visible light cured )

Aktivator kimia mungkin juga digunakan untuk melangsungkan

Sifat resin akrilik cahay tampak

polimerisasi basis protesa. Aktivasi kimia tidak memerlukan

- Dapat berikatan secara fisiko mekanik

penggunaan energi termal dan karena dpat dilakukan pada temperatur

- Mempunyai kekuatan yang baik

ruang. Sebagai hasilnya, resin yang teraktivasi secara kimia sering

- Dapat dikerjakan dengan mudah dan murah

disebut sebagai resin cold curing, self curing atau otopolimerisasi.

- Tidak menyebabkan poerubahan dimensi

Resin Basis Protesa Teraktivasi dengan Sinar (Light Cured)

Aplikasi resin akrilik

Sinar

1. Basis Protesa

camphoroquinone bertindak sebagai pemulai polimerisasi. Resin basis

a. Gigi Tiruan Lepasan dan Sebagian Lepasan

yang

dilihat

oleh

mata

adalah

aktivator,

sementara

protesa komponen tunggal dipasok dalam bentuk lembaran dan benang


serta dibungkus dalam kantung kedap cahaya untuk mencegah

polimerisasi yang tidak diinginkan. Resin yang diaktifkan dengan sinar

Selama ini dikenal beberapa macam sendok cetak antara lain: Sendok

tidak dapat dimasukkan dalam kuvet seperti cara konvensional

cetak sipa pakai (Stock tray), Sendok cetak perorangan (Custom Tray)

(Anusavice, 2003).

dan sendok cetak siap pakai dengan modifikasi (Modified Stock Tray).

b. Basis untuk Pesawat Lepas Orthodontik (Space Maintainer)

Kasus yang seluruh tepi jaringan mulutnya harus tercetak dengan tepat

Heat Cure Akrilik Resin

atau ukurannya tidak biasa, memerlukan sendokcetak khusus, berupa


sendok cetak perorangan. Dengan penggunaan sendok cetak jenis ini,

Heat cure resin memberi produk akhir yang keras, padat dan memiliki

ketebalan bahan dapat dikontol, dukungan pada bahan cetak lebih baik

warna yang stabil, bebas porous dan bila digunakan polimer yang tidak

karena bentuknya sesuai dengn rahang yang akan dicetak.

berwarna, akan terbentuk bahan yan transparan dan bening. Pesawat


harus dibuat dalam bentuk malam dan ditanam serta resin diproses
dalam flask dibawah tekanan dan panas.
Self Cure Akrilik Resin

Sendok cetak ini dirasakan kurang praktis karena pasien harus dicetak
dua kali, pertama untuk membuat model malam yang jadi basis
pembuatan sendok cetak perorangan dan kedua untuk pencetakan yang
sebenarnya. Sendok cetak perorangan dapat dibuat dari resin akrilik,
guttapercha atau shellac base plate (Gunadi, 1991).

Penggunaan bahan akrilik yang dapat mengeras sendiri membuat


pesawat ortodonti dan dapat diperbaiki dan dirubah tanpa perlu
mengikuti prosedur normal dari waxing.
Kekurangan yang berhubungan dengan penggunaan self cure akrilik
adalah bahwa bahan sulit untuk dipoles sampai mengkilap, adanya
kecenderungan terbentuknya porous dan ketidakstabilan warna. Juga
kadang kadang ditemukan bahwa jaringan mulut sensitif terhadap
bahan ini. Penggunaan self cure akrilik akan sangat bermanfaat untuk
merawat pasien jika kecepatan merupakan faktor yang penting

3. Restorasi Gigi Tiruan


a. Temporary crown
Mahkota penuh terbuat dari aluminium, resin, baja tahan karat atau
resin akrilik untuk melindungi gigi yang telah dipreparasi dan jringan
lunak disekelilingnya. Mudah dibuka, menjaga oklusi dan dipasang
pada gigi sambil menunggu penyelesaian restorasi permanennya
(Harty, 1995)
b. Temporary brigde

(Adams, 1991).
2. Sendok Cetak Perorangan .

Gigi tiruan jembatan dibuat dari bahan bahan sementara (resin akrilik)
yang dipasang pada gigi yang telah dipreparasi selama menunggu gigi
tiruan jembatan permanen selesai dibuat (Harty, 1995)

c. Jacket crown
Mahkota penuh yang seluruhnya menutupi gigi yang telah dipreparasi
dan mempunyai bahu servikal. Dibuat dari porcelen atau resin akrilik
dan disemenkan pada gigi (Harty, 1995)

mulut.
l. Mudah dibersihkan.
Teknik manipulasi
1. Teknik Molding-Tekanan

Syarat Resin Akrilik

Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.

Menurut Anusavice tahun 2003 syarat-syarat yang dibutuhkan untuk

Master model ditanam didalam dental stone yang dibentuk dengan

resin akrilik yaitu :


a. Tidak toxic dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada

tepat.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit
terbuka untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet.
Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap

bagian yang tipis.

ini, dental stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet

d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena

perlahan-lahan diletakkan pada tempatnya dan stone dibiarkan

stress tidaak mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.

mengeras. Setelah proses pengerasan sempurna, malam dikeluarkan

e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah

dari mould. Untuk melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air

atau pecah jika terbentur atau jatuh.

mendidih selama 4 menit. Kuvet kemudian dikeluarkan atau

f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehinnga acrylic dapat dipakai

diangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka. Kemudian malam

sebagai bahan restorai yang cukup lama.

luar dikeluarkan.Penempatan medium pemisah berbasis alginat

g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.

untuk melindungi bahan protesa (OBrien, dkk., 1985).

h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah

2. Teknik Molding-Penyuntikan

dipigmen. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.

Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master

i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar

diletakkan ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan

x jika tertelan.

mengeras.

j. Mudah direparasi jika patah.

Sprue diletakkan dalam basis malam.

k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya didalam

Permukaan oklusal dan insisal gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka


untuk memudahkan pengeluaran protesa.

Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua kuvet


disatukan kembali.
Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
Resin dibiarkan dingin dan memadat.

Adonan atau campuran akrilik ini akan mengalami empat fase,


yaitu :
a. Sandy stage
Mula mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.
b. Sticky stage

Kuvet dimasukkan kedalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu


bahan terpolimerisasi, resin bahan dimasukkan ke dalam rongga mold.
Setelah selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diprose akhir,
dipoles (OBrien, dkk., 1985)
Aspek aspek yang mempengaruhi manipulasi

Bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan.


c. Dough stage
Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan konsistensinya
tidak melekat lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini merupakan
saat yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mold dalam
waktu 10 menit.

1. Perbandingan bubuk dan cairan


Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume
atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua
bubuk sanggup dibasahi oleh cairan akibatnya akrilik yang telah
selesai berpolimerisasi akan bergranul dan adonan tidak akan mengalir
saat dipress ke dalam mold . Sebaliknya, cairan juga tidak boleh terlalu
banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan
akrilik , maka pengerutan selama polimerisasi akan lebih besar (dari
7% menjadi 21 % satuan volume ) dan membutuhkan waktu yang
lama untuk mencapai konsistensi dough dan dapat menimbulkan
porositas pada bahan gingiva tiruan (Anusavice ,2003).
2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur
dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga
mencapai fase dough .

d. Rubbery stage
Bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk adonan
menyerupai karet dan menjadi kaku (rubbery hard ) sehingga tidak
dapat dimasukkan ke dalam mould (Anusavice ,2003).
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk
mencegah merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi
sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekatnya dengan
bahan tanam gips dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin
akrilik.
Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi
penuh dan saat dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould.
Setelah pengisian adonan ke dalam mould penuh kemudian dilakukan
press pertama sebesar 1000 psi ditunggu selama 5 menit agar mould
terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan press

terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit .

Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan .

Selanjutnya kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring

Pendinginan dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama

4. Kuring

proses ini, harus dihindari pendinginan secara tiba-tiba karena

Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan

semalaman pendinginan terdapat perbedaan kontrasksi antara gips dan

tiruan dalam water bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8

akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila

jam atau dengan cara dipanaskan pada suhu 70 C selama 1 jam 30

pendinginan dilakukan secara perlahan, maka stress diberi kesempatan

menit

keluar akrilik oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin

kemudian

meningkatkan

temperatur

smapai

100

dikeluarkan dari cetakan dengan hati hati untuk mencegah patahnya

dipertahankan selama 1 jam (Anusavice, 2003).


Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk
mendapatkan kekuatan dan derajat polimerisasi resin akrilik yang
tinggi dan juga akan mengurangi sisa monomeryang tertinggal
Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin

gingiva tiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik.


Ada Dua Jenis Polimerisasi Resin Akrilik

akrilik kemudian dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya

1. Reaksi Kondensasi
Reaksi yang menghasilkan polimerisasi pertumbuhan bertahap atau

pemanasan harus dikontrol .

kondensasi berlangsung dalam mekanisme yang sama seperti reaksi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring , yaitu :

kimia antara 2 atau lebih molekul-molekul sederhana. Senyawa

a. Bila

bahan

mengalami

kuring

yang

tidak

sempurna

memungkinkan mengandung monomer sisa tinggi.


b. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer

untama bereaksi, seringkali dengan pembentukan produk sampingan


seperti air, asam halogen, dan ammonia. Pembentukan produk
sampingan ini adalah alasan mengapa polimerisasi pertumbuhan

mendidih pada suhu 100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai

bertahap, seringkali disebut polimerisasi kondensasi.

suhu ini sewaktu masih terdapat sejumlah bagian monomer yang

2. Reaksi Adisi

belum bereaksi . Reaksi polimerisasi adalah bersifat eksotermis.

Tidak seperti polimerisasi kondensasi, tidak ada perubahan

Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang belum dikuring

komposisi

selama

polimerisasi

tambahan/adisi.

tiba tiba dimasukkan ke dalam air mendidih , suhu resin bisa naik

dibentuk dari unit-unit yang kecil, atau monomer, tanpa perubahan

di atas 100,3 C sehingga menyebabkan monomer menguap . Hal ini

dalam komposisi, karena monomer dan polimer memiliki rumus

menyebabkan gaseous porosity.

empiris yang sama. Dengan kata lain struktur monomer diulangi


berkali-kali dalam polimer (Anusavice, 2004)

Makromolekul

Pada proses polimerisasi polimetil metakrilat terjadi reaksi

Tahap ini terjadi apabila dua radikal bebas bereaksi membentuk

kimia berupa reaksi adisi. Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi

suatu molekul yang stabil.Pertumbuhan rantai polimer merupakan

polimetil metakrilat berlangsung dengan tahap sebagai berikut

suatu proses random yaitu sebagian rantai tumbuh lebih cepat dan

(Umriati, 2000):

sebagian terminasi sebelum yang lainnya sehingga tidak semua rantai

a) Aktivasi dan Initiasi

mempunyai panjang yang sama. Terjadi pergerakan rantai polimer dari

Untuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas,

rantai yang satu ke rantai lainnya sewaktu menerima beban stress,

yaitu senyawa kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki

sehingga semakin panjang rantai polimer semakin sedikit monomer

electron ganjil (tidak mempunyai pasangan). Radikal bebas tersebut

sisa pada basis gigi tiruan dan proses polimerisadi lebih sempurna

dibentuk misalnya, dalam penguraian peroksida, dimana satu molekul

(Umriati, 2000).

benzoil peroksida dapat membentuk dua radikal bebas. Radikal bebas

Manipulasi resin akrilik

inilah yang menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut

Manipulasi Heat Cured Acrylic Perbandingan monomer dan polymer

inisiator. Sebelum terjadi inisiasi, inisiatornya perlu diaktifkan dengan

akan menentukan sturktur resin. Perbandingan monomer dan polymer,

penguraian peroksida baik dengan sinar, ultraviolet, panas atau dengan

biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan berat. Bila

bahan kimia lain seperti tertian amina.

ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup dibasahi oleh

Proses yang terjadi pada tahap inisiasi adalah:

monomer akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain itu

- Benzoil peroksida menghasilkan dua radikal bebas

juga tidak boleh terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi monomer

- Radikal bebas dapat terurai dan menghasilkan radikal bebas lain.

murni terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada adonan

b) Propagasi

acrylic yang berasal dari perbandingan monomer dan polymer yang

Stadium terjadinya reaksi antara radikal bebas dengan monomer

benar, kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer, maka

dan mendorong terbentuknaya rantai polimer. Proses yang terjadi pada

kontraksi yang terjadi akan lebih besar.Pencampuran polymer dan

tahap ini adalah:

monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat dari keramik

- Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas

atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini dimaksudkan

sehingga monomer teraktifkan.


- Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain
dan seterusnya menjadi pertumbuhan rantai.
c) Terminasi

supaya tidak terjadi polymerisasi awal.


Bila polymer dan monomer dicampuur, akan terjadi reaksi dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).

Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).

kuvet (pelat logam yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga

Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat,

tersebut diisi dengan acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan

apabila ditarik akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir

separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could mould seal

polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.

(CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai

Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat

tahap plastis (dough stage). Pemberian separator tersebut dimaksudkan

lekat hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita

untuk:

inginkan.

a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan ber-

Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih

polimerisasi di dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang

banyak monomer yang menguap, terutama pada permukaannya

kasar dan merekat dengan bahan cetakan/gips.

sehingga terjadi permukaan yang kasar.

b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic.

Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah

Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :

menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian

- Cetakan terisi penuh.

dalam adukan masih kenyal.Waktu dough (waktu sampai tercapainya


konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat
dan lebih cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat
terbentuk konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan
adonan dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu
dough lebih singkat.
Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic
Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi
dengan acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam

- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat
dicapai dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam
cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan
berkurangnya tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat
menyebabkan terjadi shrinkage porosity. Ruang cetak diisi dengan
acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis (dough). Agar merat
dan padat, maka dipelukan pengepresan dengan menggunakan alat
hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan dilakukan dilakukan
berulang-ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat. Cara
pengepresan yang benar adalah:
1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam
rongga cetak, kemudian kedua bagian kuvet ditutup dan diselipi kertas
selofan.

Pengepresan awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic

(dipertahankan selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan

dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan,

mendingin sampai temperature ruang.

diselipi kertas selofan.

3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian

2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan

kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali.

ditingkatkan menjadi 1200 psi. Kelebihan acrylic dipotong dengan

Setelah mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.

pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan tanpa diselipi kertas

Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin

selofan.

secara perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan

3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian

kontraksi antara gips dan acrylic yang menyebabkan timbulnya stress

kuvet diambil dan dipindahkan pada begel.

di dalam polimer. Pendinginan secara perlahan-lahan akan memberi


kesempatan terlepasnya stress oleh karena perubahan plastis. Selama

Pemasakan (Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah
pengisian (packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan
(curing) di dalam oven atau boiling water (air panas). Di dalam
pemasakan harus diperhati-kan, lamanya dan kecepatan peningkatan

pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol


perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah
menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan
kurang sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada
permukaan acrylic.

suhu/temperature.
Metode pemasakan dapat dilakukan dengan tiga metode pemasakan

Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:

resin acrylic, yaitu:

1. Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.

1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi

2. Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.

air setinggi 5 cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas

3. Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer

nyala api hingga mencapai temperature 700C (dipertahankan selama

(100,30C).

10 menit). Kemudian temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C

Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%.

(dipertahankan selama 20 menit). Selanjutnya api dimatikan dan

Pemasakan pada temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu

dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.

singkat akan menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus

2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian

dicegah, karena:

kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali

a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan

mulut.

3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi,

b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin

sejumlah monomer berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan

menjadi lunak dan lebih flexible.

keretakan.

Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada

Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:

kekuatan dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat

1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.

berupa shrinkage porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan

2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang

pada permukaan acrylic) dan gaseous porosity (berupa gelembung

selama

uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian acrylic yang

pemakaian.

tebal dan jauh dari sumber panas).


Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras
adalah terjadinya crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini
disebabkan adanya tensile stress ysng menyebabkan terpisahnya
moleku-molekul primer. Retak juga dapat terjadi oleh karena pengaruh
monomer yang berkontak pada permukaan resin acrylic, terutama pada
proses reparasi.
Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan
dan pembasahan denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi
secara berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil
untuk lapisan cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu
pemasakan; selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka dapat
menyebabkan keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi
termis antara denture porselen atau bahan lain seperti klamer dengan
landasan denture acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai