Prosedur Perawatan
Prosedur Perawatan
Prosedur Perawatan
Prosedur Perawatan
Prosedur perawatan GTSL adalah sebagai berikut (Haryanto, 1995) :
A. Kunjungan Pertama
1. Anamnesa Indikasi
2. Membuat Studi Model
- Alat : Sendok cetak nomor dua
- Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
- Metode Mencetak : Mucostatik
Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien
Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar lantai,
posisi mulut setinggi siku operator.
- Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan atau petujuk pabrik, setelah
dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata,
kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi ke atas atau ke bawah
sesuai dengan rahang yang dicetak. Disamping itu dilakukan muscle triming agar
bahan cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi
dipertahankan
sampai
setting,
kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan
diisi dengan stone gips dan diboxing (Haryanto, 1995).
B.Kunjungan Kedua
1. Membuat work model
- Alat : sendok cetak fisiologis
- Bahan cetak : Immpresion compound
- Metode mencetak : mucocompresi
- Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam
sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang. Masukkan sendok cetak
dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis tengah sendok cetak berimpit
dengan garis median wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke
atas. Sebelumnya bibir
dengan jari
telunjuk kiri,
sedang jari manis, tengah dan kelingking turut menekan sendok dari posterior ke
anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam
sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi operator
disamping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut,
kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk
menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. Dilakukan muscle trimming supaya bahan
mencapai lipatan mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.
2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan
melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai
tempat cangkolan berada nantinya.
3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang dibuat sesuai
dengan desain gigi tiruan.
4. Proses flasking, wax elimination,
C. Kunjungan Ketiga
1. Try in basis dengan cangkolannya.
2. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang tepat
dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara : pada basis
gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam merah
dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam merah
dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam tersebut.
3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan relasi
gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior maka
perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi gigi
ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan dengan
gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat
oklusi
yang
seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi
gingiva.
5. Proses flasking, wax elimination,
D. Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTSL dalam mulut pasien. Hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain (Haryanto, 1995):
1. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat
pada saat
pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat
dengan cara :
- Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi tiruan
dengan membarana mukosa di bawahnya.
- Retensi
struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari lengan traumatik yang
menempati undercut gigi abutment.
3. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi,
misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan
bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh
menunjukkan pergeseran pada saat tes ini.
4. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan
anteroposterior. Caranya dengan memakai
bawah gigi
kertas artikulasi
yang diletakkan di
secara
merata
pada
permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka
dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode
selective
grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Selective
grinding
yaitu
pengrindingan
gigi-gigi
menurut
hukum
MUDL
(pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL (pengurangan bagian
bukal RA dan lingual RB).
E.Kunjungan Kelima
2. Pemeriksaan objektif
o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya maupun
pada mukosa di bawahnya.
o Melihat posisi cangkolan.
o Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan
Tahap Laboratoris
Tahap Laboratoris dalam perawatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah
sebagai berikut (Haryanto, 1995) :
1. Persiapan model kerja
a.
Garis median
Garis vertikal imajiner yang membagi model kerja menjadi dua sisi yang
sama besar, caranya :
pada RA dimulai dari frenulum labialis, melewati midpalatal
suturesampai ditengah-tengah fovea palatine. Untuk RB dimulai dari
frenulumlaialis dan melintas ke frenulumlingualis kemudian di
proyeksikan pada basis model
b.
Tiga cekungan
Cekungan pada basis model ukuran kedalaman 5-7 pada daerah posterior
dan 1-3 pada daerah anterior
Lengan cengkram tidak boleh melewati garis survey atau diatas tepi
gingival
Model direndam dalam air, kemudian potong malam merah sesuai dengan
lebar rahang dan disesuaikan dengan outline (Haryanto, 1995).
Galengan gigit
Bentukan malam menyerupai tapal kuda untuk sarana pengukuran tinggi gigit
dan tempat penyusunan gigi tiruan.
Tujuannya : untuk pedoman pengukuran tinggi gigit dan penyusunan gigi
(Haryanto, 1995).
5. Pemilihan dan Penyusunan gigi
Suatu proses pemilihan dan penyusunan anasir gigi untuk ditempatkan di atas
galengan gigit sehingga menyerupai susunan normal gigi manusia (Haryanto,
1995).
Cara:
-
Rencana Perawatan
1. Tn. Arif : Klasifikasi Kennedy kelas 1
4. Basis diperluas hingga di atas cingulum gigi 31, 32, 33, 34, 41, 42, 43, 44
2. Tn. Jumari
1. Basis Logam
2. Anasir gigi porselain: 14, 15, 16, 25, 27
3. Klamer Tuang
-
3. Tn. Anji
Haryanto. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta: EGC.