Makalah Provenans Dan Lingkungan Pengendapan
Makalah Provenans Dan Lingkungan Pengendapan
Makalah Provenans Dan Lingkungan Pengendapan
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa batuan sedimen berasal dari pelapukan, erosi,
tertransportasi, dan terlitifikasi yang mana materinya berasal dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Sedimen tertransportasi oleh bermacam-macam agen, yaitu : gravitasi, air,
angin dan es (gletser). Sediment tersebut akan berpindah dari asalnya ke tempat-tempat
pengendapan yang beragam (lingkungan pengendapan). Di tempat tersebut sedimen
diendapkan dalam berbagai macam litofasies yang karakternya tergantung pada lingkungan
pengendapannya. Setelah pengendapan dan terjadinya timbunan sedimen, akumulasi
sedimen itu mengalami diagenesis. Proses-peroses fisika, kimia dan biologi mengakibatkan:
terjadi perubahan dari sediment menjadi batuan sediment dan terjadinya modifikasi pada
tekstur dan mineralogi pada batuan. Diagenesis berlawanan dengan pelapukan karena
proses pelapukan merupakan perubahan dari batuan menjadi tanah, sedangkan diagenesis
(litifikasi) proses pembatuan. Arah reaksi keduanya berlawanan. Pada pelapukan terjadi
degradasi dan proses yang mengakibatkan batuan menjadi lepas, terdiri dari mineral yang
stabil pada permukaan bumi, sedangkan pada diagenesis material sedimen berubah menjadi
lebih padu. Disini kita akan membahas tentang provenans (sumber dari material sedimen
yang diendapkan pada cekungan) dan lingkungan pengendapan sedimen tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penjelasan dari provenans
2. Apa saja bentuk-bentuk lingkungan pengendapan sedimen
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan provenans pada sedimen
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk lingkungan pengendapan sedimen
BAB II
ISI
A. Provenans
Sifat endapan sediment pada berbagai lingkungan tergantung pada beberapa faktor
yaitu :
1. Sumber atau tempat sediment itu berasal, yang mengontrol jenis material yang terdapat
sebagai sedimen
2. Proses pelapukan dan transportasi, yang mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi
pada material sedimen
3. Keadaan lingkungan pengendapan sedimen.
Pelapukan pada batuan secara umum terbagi menjadi 2 proses yaitu:
1. Proses fisika yang disebut sebagai disintegrasi
2. Proses kimia yang disebut dekomposisi.
Prinsip disintegrasi pada pembentukan tanah atau sedimen yaitu berkurangnya
ukuran butir tanpa perubahan pada komposisi kimianya. Hal ini terjadi akibat penghancuran
secara fisika melalui:
Abrasi, yaitu proses penggerusan batuan oleh agen transport seperti air dan es.
Frost Action, yaitu proses pembekuan air dalam batuan. Hal ini mengakibatkan
batuan terpecah akibat bertambahnya volume air ketika membeku.
Aktivitas biologi, di antaranya rekahan pada batuan karena pertumbuhan akar.
provenance mengontrol proses pelapukan dan sifat sedimen yang dapat disuplai oleh
berbagai macam agen. Faktor ini diantaranya :
relief ;
elevasi
Yang mana keduanya merupakan fungsi dari setting tektonik, iklim dan vegetasi yang
bersangkutan, serta komposisi dari batuan asal.
Pada komposisi batuan asal kita bisa mengambil contoh yang sederhana, bila batuan
asalnya banyak mengandung kuarsa maka sedimen yang dihasilkan akan banyak
mengandung kuarsa juga. Bila batuan sumbernya kaya akan feldsfar maka sedimen yang
dihasilkan akan banyak mengandung feldsfar dan mineral lempung tergantung dari tingkat
pelapukan batuannya.
Relief dan elevasi dari provenance akan berpengaruh pada dekomposisi dan
disintegrasi, dan transportasinya. Relief adalah perbedaan ketinggian didalam cekungan
erosional, yang mengontrol laju erosi. Secara umum, daerah yang memiliki relief yang tinggi,
yang merupakan daerah uplift yang aktif, akan mengalami laju erosi yang tinggi. Sebaliknya
pada daerah yang berelief rendah yang umumnya datar memiliki laju erosi yang rendah.
Daerah yang datar merupakan daerah metastabil dimana energi potensial minimum.
Konsekuensinya material tidak bisa turun dan mengakibatkan laju disintegrasi rendah, hal
ini akan mengakibatkan proses dekomposisi berlangsung cukuip lama.
Elevasi provenance juga penting, karena elevasi akan mempengaruhi iklim, dimana
pada gilirannya akan mempengaruhi proses disintegrasi dan dekomposisi. Pada elevasi yang
tinggi air akan membeku, hal ini tentunya akan menyebabkan proses disintegrasi terutama
frost action berperan cukup dominan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
elevasi yang tinggi proses disintegrasi cukup dominan sedangkan pada elevasi yang rendah
terutama daerah tropis proses dekomposisi cukup dominan.
Iklim dan vegetasi juga memiliki peran yang penting. Pada iklim dingin laju proses
dekomposisi akan rendah sedangkan laju proses disintegrasi akan tinggi. Sebaliknya pada
iklim hangat proses dekomposisi akan lebih dominan daripada proses disintegrasi dan pada
iklim panas proses yang dominan adalah disintegrasi sama seperti pada iklim dingin.
Vegetasi akan banyak pada iklim hangat, basah dari pada iklim dingin dan panas. Vegetasi
dapat menghasilkan asam organik dan senyawa lain yang dapat menyebabkan proses
dekomposisi. Contohnya lava muda di Hawaii yang ditutupi oleh tumbuhan (lichens, yang
banyak mengandung besi, terlapukan lebih tinggi daripada batuan yang sama dan seumur.
Hal ini dapat menjawab pertanyaan mengenai proses disintegrasi dan dekomposisi pada
pre-Devonian yang vegetasinya kurang, dimana pada pre-Devonian proses disintegrasi lebih
penting dari pada dekomposisinya sehingga sedimennya sedikit mengandung lempung.
B. Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi dimana proses fisik,
kimia dan biologi berbeda dengan daerah yang berbatasan dengannya (Selley, 1988).
Nichols (1999) menambahkan yang dimaksud dengan proses tersebut adalah proses yang
berlangsung selama proses pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen.
Perbedaan fisik dapat berupa kecepatan, arah dan variasi angin, ombak dan aliran
air, cuaca dan iklim yang merupakan komponen dari lingkungan pengendapan.
perbedaan kimia adalah komposisi dari cairan pembawa sedimen, geokimia dari
batuan asal di daerah tangkapan air.
perbedaan biologi tentu saja perbedaan pada fauna dan flora di tempat sedimen
diendapkan maupun daerah sepanjang perjalanannya sebelum diendapkan.
Litofasies: didasarkan pada ciri fisik dan kimia pada suatu batuan
Biofasies: didasarkan pada kandungan fauna dan flora pada batuan
Iknofasies: difokuskan pada fosil jejak dalam batuan
Berbekal pada ciri-ciri fisik, kimia dan biologi dapat dikonstruksi lingkungan dimana
suatu runtunan batuan sedimen diendapkan. Proses rekonstruksi disebut analisa fasies.
Klasifikasi lingkungan pengendapan
Terestrial
Daratan
Sungai
Encer (aqueous)
Rawa (paludal)
Lakustrin
Delta
Peralihan
Estuarin
Lagun
Litoral (intertidal)
Reef
Laut
1. Lingkungan Sungai
Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe sungai, sungai
lurus (straight), sungai teranyam (braided), sungai anastomasing, dan sungai kekelok
(meandering).
Sungai yang berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai energi aliran kuat
atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas erosi vertikal yang tinggi, jauh
lebih besar dibandingkan erosi mendatarnya. Kondisi seperti itu membuat sungai jenis ini
mempunyai pengendapan sedimen yang lemah, sehingga alirannya lurus tidak berbelokbelok . Karena kemampuan sedimentasi yang kecil inilah maka sungai tipe ini jarang yang
meninggalakan endapan tebal. Sungai tipe ini biasanya dijumpai pada daerah pegunungan,
yang mempunyai topografi tajam.
Sungai teranyam umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi arus
alirannya lemah dan batuan di sekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan debit air dan
pengendapan sedimen tinggi. Daerah yang rata menyebabkan aliran dengan mudah belok
karena adanya benda yang merintangi aliran sungai utama
Sungai kekelok adalah sungai yang alirannya berkelok-kelok atau berbelok-belok.
Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan sedimen kuat. Erosi
horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal, perbedaan ini semakin besar pada
waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering berpindah tempat secara mendatar.
Ini terjadi karena adanya pengikisan tepi sungai oleh aliran air utama yang pada daerah
kelokan sungai pinggir luar dan pengendapan pada kelokan tepi dalam (Gambar VII.1c).
Kalau proses ini berlangsung lama akan mengakibatkan aliran sungai semakin bengkok.
Pada kondisi tertentu bengkokan ini terputus, sehingga terjadinya danau bekas aliran sungai
yang berbentuk tapal kuda atau oxbow lake
Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabangcabang, dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu kembali pada titik dan
kemudian bersatu kembali pada titik yang lain membentuk satu aliran. Energi alir sungai
tipe ini rendah
2. Sungai Kekelok
Pada tipe sungai kekelok proses pengendapan terakumulasi pada 5 (lima) bagian
yang berbeda yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
saluran utama,
gosong (point bar),
tanggul alam (natural levee),
dataran banjir (flood-plain),
danau oxbow.
Tanggul alam (natural levee) adalah tanggul di kanan kiri sungai yang membatasi
aliran sungai. Tanggul alam ini terbentuk bersamaan dengan terbentuknya aliran itu sendiri.
Akibat proses pengikisan mendatar pada belokan sungai dan pengendapan yang terjadi di
sisi lain mengakibatkan suatu saat dua buah kelokan aliran meander saling bertemu. Akibat
dari peristiwa ini menyebabkan terjadinya aliran yang terputus yang menyerupai danau
yang disebut oxbow lake.
3. Lacustrin
Lacustrin adalah suatu lingkungan tempat berkumpulnya air yang tidak berhubungan
dengan laut (danau). Pada lingkungan ini juga dijumpai adanya delta, barried island hingga
kipas bawah air yang diendapkan dengan arus turbidit. Danau juga mengendapkan klastika
dan endapan karbonat termasuk oolit dan terumbu dari algae. Pada daerah beriklim kering
dapat terbentuk endapan evaporit. Endapan danau ini dibedakan dari endapan laut dari
kandungan fosil dan aspek geokimianya.
Visher (1965) dan Kukal (1971) membagi lingkungan lacustrin menjadi 2 yaitu
danau permanen
danau ephemeral
Fosil yang umum dijumpai pada endapan danau dengan kedalaman kurang dari 10 m
adalah cangkang-cangkang bivalves, ostracoda, gastropoda, diatome, chloropites dan algae.
Keberadaan fosil tersebut akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman.
Sapropelite dapat membentuk oil-shales yang mempunyai potensi sebagai source
rock yang dapat menghasilkan minyak dan gas. Danau yang terletak pada temperatur
sedang dapat membentuk batubara, sedangkan danau hipersaline membentuk endapan
evaporites dalam jumlah yang cukup potensial.
4. Lagun
Lagun adalah suatu kawasan berair dangkal yang masi berhubungan dengan laut
lepas, dibatasi oleh suatu punggungan memanjang (barrier) dan relatif sejajar dengan
pantai.
Bentuk dan Genesa Lagun
Bentuk lagun umunnya memanjang relatif sejajar dengan garis panti sedangkan yang
dibatasi oleh atol reef bentuk lagunnya relatif melingkar.
Bentuk lagun yang memanjang sejajar garis pantai terjadi apaabila tanggul relatif
sejajar dengan garis pantai yang disusun oleh reef ataupun berupa sedimen klasik yang lain
misalnya satuan batu pasir . Lagun yang dibatasi atol reef terbentuk relatif bersamaan
dengan pembentukan atol, akibat proses penurunan dasar cekungan (tempat reef tumuh)
kecepatnya seimbang dengan pembentukan reef (Gambar 2 ).
Teori pembentukan atol yang klasik dikemukakan oleh Darwin (1842), dimana reef
tumbuh di atas batuan vulkanik. Selain itu atol berumur resen di beberapa tempat dijumpai
tumbuh dibagian tepi plato yang bentuknya.
5. Delta
Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen fluvial (sungai)
pada locustrine atau marine coasline. Deposit (endapan) pada delta purba telah diteliti
(identifikasi) dalam urutan umur stratigrafi, dan sedimen yang ada di delta sangat penting
dalam pencarian minyak, gas, batubara dan uranium.
Klasifikasi dan pengendapan delta
Delta dibedakan menjadi dua :
a. Alluvial Delta
b. Non Alluvial Delta
c. Di daerah pantai, di puncak pulau penghalang (barrier island) atau di muka pantai
terbuka dalam berbagai iklim.
Gurun terjadi pada lintang tengah dan rendah yang berhubungan dengan daerah
yang tertutup dengan curah hujan dari 30 cm.
Pelapukan di gurun terjadi secara mekanis dan kimiawi. Pelapukan mekanis
tergantung pada perubahan gradien temperatur oleh pemanasan pada siang hari dan
pendinginan pada malam hari.
Bukit pasir dapat pula terbentuk di muka pantai. Meskipun demikian hanya terjadi
pada pantai pada daerah kering dimana vegetasi (tumbuhan) tidak ada.
Butiran yang halus (0 - 0,2 mm ) akan diangkat secara suspensi, yaitu sedimen
dibawa oleh angin tanpa terjadi kontak dengan lapisan.
Cara kedua adalah saltasi dimana butiran dengan ukuran yang lebih besar (0,2 - 2
mm) akan diangkut dengan cara menggelinding, bergeser dan bertumbukan.
Proses pemindahan bahan-bahan oleh angin dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu
deflasi dan abrasi (Sukendar Asikin, 1978)
Deflasi adalah proses pemindahan bahan dengan cara menyapu bahan - bahan yang ringan.
Proses ini menghasilkan relief di gurun-gurun pasir. Deflasi
dapat pula menyebabkan
lekukan yang dalam hingga beberapa ratus meter di bawah permukaan laut. Kalau mencapai
batas permukaan air tanah, maka akan membentuk oase (mata air di gurun)
Abrasi adalah pengikisan oleh angin yang menggunakan bahan yang diangkutnya sebagai
senjata.
Macam Endapan Oleh Angin
Bahan yang diangkut oleh angin akan menimbulkan tiga macam endapan yang
sangat berbeda (Boggs, 1995) yaitu :
Endapan lanau (silt), kadang-kadang disebut loess yang berasal dari sumber yang cukup
jauh.
Endapan pasir yang terpilah sangat baik.
Endapan lag (lag deposit), terdiri dari partikel berukuran gravel yang diangkut oleh
angin dengan kecepatan yang cukup besar.
Lingkungan bukit pasir pada umumnya yang diangkut dan diendapkan adalah pasir
yang diakumulasi dalam berbagai bentuk dune .
Interdune
Interdune adalah antara dua dune, dibatasi oleh bukit pasir atau sand sheet.
Sand Sheet
Sand sheet adalah badan pasir yang berundulasi dari datar sampai tegas yang
terdapat di sekitar lapangan bukit pasir..
7. Sistem Pengendapan Glasial
Sistem pengendapan glasial dapat terlihat dengan jelas pada geometri 3 dimensi,
dimana proses hubungan fasiesnya mencatat bahwa elemen paleogemorphic basin yang
terbesar. Berdasarkan pemisahan dan krnologis lingkage, sistem pengendapan ini
diidentifikasi menjadi dua bagian yaitu glacioterrestrial dan glaciomarine
Sistem Glacioterestrial Tract.
a.
b.
c.
d.
Subglacial
Supraglacial
Glaciolacustrine
Glaciofluvial
BAB III
Kesimpulan
Sifat endapan sediment pada berbagai lingkungan tergantung pada beberapa faktor
yaitu :
a. Sumber atau tempat sediment itu berasal, yang mengontrol jenis material yang terdapat
sebagai sedimen
b. Proses pelapukan dan transportasi, yang mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi
pada material sedimen
c. Keadaan lingkungan pengendapan sedimen.
Pelapukan pada batuan secara umum terbagi menjadi 2 proses yaitu:
a. Proses fisika yang disebut sebagai disintegrasi
b. Proses kimia yang disebut dekomposisi.
Provenance adalah sumber dari material sedimen yang akan diendapkan pada
cekungan, yang merupakan faktor utama yang menentukan komposisi sedimen. Faktor
provenance mengontrol proses pelapukan dan sifat sedimen yang dapat disuplai oleh
berbagai macam agen. Faktor ini diantaranya :
relief ;
elevasi
Lingkungan pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi dimana proses fisik,
kimia dan biologi berbeda dengan daerah yang berbatasan dengannya (Selley, 1988).
Nichols (1999) menambahkan yang dimaksud dengan proses tersebut adalah proses yang
berlangsung selama proses pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen.
Perbedaan fisik dapat berupa kecepatan, arah dan variasi angin, ombak dan aliran
air, cuaca dan iklim yang merupakan komponen dari lingkungan pengendapan.
perbedaan kimia adalah komposisi dari cairan pembawa sedimen, geokimia dari
batuan asal di daerah tangkapan air.
perbedaan biologi tentu saja perbedaan pada fauna dan flora di tempat sedimen
diendapkan maupun daerah sepanjang perjalanannya sebelum diendapkan.
fasies merupakan ciri dari suatu satuan batuan sedimen. Ciri-ciri ini dapat berupa ciri
fisik, kimia dan biologi; seperti ukuran tubuh sedimen, struktur sedimen, besar dan bentuk
butir, warna serta kandungan biologi dari batuan sedimen tersebut.
Beberapa contoh istilah fasies yang dititikberatkan pada kepentingannya:
Litofasies: didasarkan pada ciri fisik dan kimia pada suatu batuan
Biofasies: didasarkan pada kandungan fauna dan flora pada batuan
Iknofasies: difokuskan pada fosil jejak dalam batuan
Daratan
Sungai
Encer (aqueous)
Rawa (paludal)
Lakustrin
Delta
Peralihan
Estuarin
Lagun
Litoral (intertidal)
Reef
Laut
Lingkungan Sungai
Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe sungai, sungai
lurus (straight), sungai teranyam (braided), sungai anastomasing, dan sungai kekelok
(meandering).
Sungai yang berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai energi aliran kuat
atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas erosi vertikal yang tinggi, jauh
lebih besar dibandingkan erosi mendatarnya. Kondisi seperti itu membuat sungai jenis ini
mempunyai pengendapan sedimen yang lemah, sehingga alirannya lurus tidak berbelokbelok . Karena kemampuan sedimentasi yang kecil inilah maka sungai tipe ini jarang yang
meninggalakan endapan tebal. Sungai tipe ini biasanya dijumpai pada daerah pegunungan,
yang mempunyai topografi tajam.
Sungai teranyam umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi arus
alirannya lemah dan batuan di sekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan debit air dan
pengendapan sedimen tinggi. Daerah yang rata menyebabkan aliran dengan mudah belok
karena adanya benda yang merintangi aliran sungai utama
Sungai kekelok adalah sungai yang alirannya berkelok-kelok atau berbelok-belok.
Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan sedimen kuat. Erosi
horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal, perbedaan ini semakin besar pada
waktu banjir.
Sungai Kekelok
Pada tipe sungai kekelok proses pengendapan terakumulasi pada 5 (lima) bagian
yang berbeda yaitu :
f.
g.
h.
i.
j.
saluran utama,
gosong (point bar),
tanggul alam (natural levee),
dataran banjir (flood-plain),
danau oxbow.
Lacustrin adalah suatu lingkungan tempat berkumpulnya air yang tidak berhubungan
dengan laut (danau). Visher (1965) dan Kukal (1971) membagi lingkungan lacustrin menjadi
2 yaitu
danau permanen
danau ephemeral
Endapan lanau (silt), kadang-kadang disebut loess yang berasal dari sumber yang cukup
jauh.
Endapan pasir yang terpilah sangat baik.
Endapan lag (lag deposit), terdiri dari partikel berukuran gravel yang diangkut oleh
angin dengan kecepatan yang cukup besar.
Daftar Pustaka
Boggs,Sams. 2006 Principle of sedimentology and Stratigraphy. Oregon: Pearson Prentice
Hall
http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com/2010/12/provenance-proses-dandiagenesis.html
http://geologi.iagi.or.id/2008/03/11/apakah-provenance-itu/