Jurnal Levofloxacin Paru
Jurnal Levofloxacin Paru
Jurnal Levofloxacin Paru
Fluoroquinolone merupakan antimicroba yang efektif dan digunakan luas di dunia, dengan
Levofloxacin sebagai satu dari obat-obat aman yang tersedia. Dengan riwayat penggunaan
luas dan jangka panjang yang sangat berguna dalam melawan patogen pada sistem saluran
pernapasan dan saluran kemih. Akhir-akhir ini, banyak dilakukan penilaian ulang pada
Fluoroquinolone karena kekhawatiran tentang keamanan obat ini meningkat, agar melihat
validitas issue ini, diselenggarakan lah pertemuan tiga ahli internasional yang
diselenggrakan pada 8 Juni 2013, di Yokohama, Jepang, saat diadakannya Kongres
Kemoterapi dan Infeksi Internasional ke 28. Moderator pada sesi tersebut adalah Profesor
Kurt. G. Naber, dari Jerman, Prof. Rafael Canton dari Spanyol, dan Prof. Lionel A.
Mandell dari Canada meninjau dan mendiskusikan data-data keamanan dan efikasi
mengenai Levofloxacin pada tahun-tahun terakhir. Mereka menyimpulkan bahwa
walaupun setelah dua puluh tahun penggunaan obat Levofloxacin sejak diedarkan tetap
merupakan obat basis terapi golongan Fluoroquinolone andalan yang paling bermanfaat
secara klinis.
mempertahankan
profil
rasio
Risiko-manfaat
yang
menguntungkan
Quinolon pertama kali dikenalkan pada tahun 1960 dan sejak saat itu Quinolone telah
mengalami sejumlah modifikasi struktural untuk menjadi terapi antimicroba unggulan.
Dari sejarah panjang penggunaan Quinolone, kekhawatiran tentang keamanannya
meningkat. Bagaimanapun selama dua puluh tahun terakhir, Levofloxacin terus digunakan
secara luas dan tampak mempertahankan efikasi nya. Akhir-akhir ini kekhawatiran
mengenai efek samping Levofloxacin meningkat terutama pada hepar dan ginjal. Untuk
mendiskusikan validitas berita-berita tersebut, ahli-ahli internasional bergantung untuk
membahas dan meninjau data-data keamanan Levofloxacin oleh presentasi Prof. Rafael
Canton dari Spanyol yang melaporkan berita-berita tersebut, kemudian Prof. Lionel A.
Mandell dari Kanada, yang meninjau penggunaan Levofloxacin pada sistem respiratori,
dan moderator Prof. Kurt. G. Naber dari Jerman yang menguraikan penggunaan
Levofloxacin pada sistem Urinaria. Levofloxacin telah sering digunakan di Jepang sejak
diedarkan pertama kali pada 1993, dengan efek samping mual (3,3%), pusing (3,1%),
penurunan
jumlah
WBC
(2,7%),
insomnia
(2,6%),
dan
peningkatan
Alanine
Levofloxacin telah digunakan secara luas di seluruh dunia, Levofloxacin telah diedarkan di
124 negara dengan lebih dari 851 juta resep. Bukti yang luas ini jelas menyokong
kegunaan Levofloxacin pada banyak kelompok pasien yang berbeda, keamanan dan efikasi
Levofloxacin telah dikonfirmasi pedoman praktik global. Pengawasan post marketing
sedang berjalan, menyediakan basis data yang berharga dan berkembang mengenai efek
samping potensial lain, memungkinkan dokter merasa aman mengenai keamanan obat
yang sangat bermanfaat ini.
Prof. Canton menyatakan bahwa saat rasio S. pneumoniae yang resisten penislin stabil atau
menurun dibeberapa daerah yang sebelumnya angka resistensinya tinggi itu disebabkan
masih adanya variasi regional yang luas. S. Pneumoniae yang resisten terhadap makrolid
juga masih menjadi permasalahan walaupun beberapa penelitian telah menunjukan
penurunan jumlah. Bagaimanapun Prof.Canton mengatakan bahwa hal tersebut sangat
bergantung wilayah dan hasil dari penelitian Spanyol terbaru menunjukan bahwa angaka
penurunanya tidak signifikan secara statistik. Prof. Canton juga mengatakan bahwa
penyebaran MRSP dengan mekanisme resistensi ganda saat ini menjadi perhatian klinis.
yang
resistensi
terhadap
florokuinolon,
dan
levoflokasasin
telah
Prof.Canton
menyimpulkan
bahwa
aktivitas
spektrum
luas
dan
kontinu
dari
levoflokasasin, dengan efikasi dalam melawan banyak patogen yang resistensi terhadap
antimikroba lainya, membuat levoflokasasin sebagai obat penting dalam pengobatan CAP.
Levofloksasin:
mempertahankan
efikasi
dalam
pengobatan
digunakan
untuk mengobati penyakit-penyakit yang lebih serius, seperti pada pasien dengan
komorbiditas atau pasien yang menggunakan antibiotik dalam 3 bulan terakhir. Pasien
tersebut harus diobati dengan flurokuinolon monoterapi (biasanya levofloksasin 750 mg
satu kali/hari) atau, jika mereka sudah mendapat flurokuinolon dalam 3 bulan terakhir,
Prof. Mandell akan menggunakan betalaktamase+makrolid. Pada wilayah-wilayah dengan
proteksi kejadian tinggi MRSP, flurokuinolon atau bektalaktamase dan regimen makrolid
harus dipikirkan. Untuk pasien CAP membutuhkan peawatan RS, tapi bukan di ICU,
Prof.Mandell merekomendasikan monoterapi flurokuinolon, yang punya keunggulan terapi
1 kali/hari, dengan dosis 750 mg. Pilihan lain pada pasien ini betalaktamase+makrolid.
Untuk pasien CAP yang membutuhkan ICU, terapi kombinasi agresif direkomendasikan
bila tidak ada resiko P. aeruginosa, betalaktamase (cefotaxim, ceftrixone, ampisilin)
Hasil lainnya dari penelitian retrospektif menggunakan data pasien CAP di RS menyokong
penggunaan levofloksasain pada CAP. Penelitian ini membandingkan levofloksasin
dengan moxifloksasin dan menunjukan bahwa terapi inisial levofloksasin 750mg iv
berhubungan dengan pengurangan waktu perawatan di RS secara signifikan dibandingkan
moxifloksasin 400mg iv. Prof. Mandell menyampaikan bahwa pengurangan waktu
perawatan di RS berhubungan dengan levofloksasin yang menyebabkan perubahan pasien
dan hasil ekonomi. Prof.Mandell menyimpulkan bahwa levoflokasasin memiliki manfaat
yang signifikan pada pengobatan CAP, levofloksasin dapat diberikan baik secara oral atau
parenteral. Levofloksasin diresepkan sebagai regimen 1 kali/hari, memiliki bioavabilitas
tinggi dan konsentrasi di makrofag alveolus dan cairan epitel. Levofloksasin juga memiliki
cakupan terhadap pseudomonas dan dapat mempertahankan kerentanan pada level stabil
selama 20 tahun terakhir dengan kemampuan dan keamanan yang dibuktikan pada banyak
penelitian.
(86,0%) dan
ciprofloksasin (89,2%) pada perbandingan secara umum, namun pada subgrup dari pasien
yang dikateter, dosis tinggi levofloksasin menunjukan pencapaian eradikasi bakteri lebih
tinggi dibandingkan ciproloksasin selama 10 hari (78,9% vs 53,3%). Dan juga, Prof.Naber
menyampaikan bahwa levofloksasin 750mg selama 5 hari telah terbukti aman dan
bertoleransi baik seperti 500 mg, dengan jadwal 10 hari. Regimen levofloksasin 750mg
juga kurang cenderung menghasilkan resistensi, khususnya dibandingkan dengan dosis
rendah ciprofloksasin.
Prof. Naber kemudian mengalihkan perhatian pada ISK nosokomial dan komplikasi yang
mana pedoman European Association of Urology (EAU) 2013 merekomendasikan
mengobati infeksi tersebut dengan flurokuinolon. Terapi empiris pada prostatitis bakterial
harus dimulai dengan flurokuinolon dan atau obat betalaktamase, kemudian disesuaikan
dengan hasil uji kerentanan.
Diskusi
Pada beberapa tahun terakhir, kekhawatiran meningkat mengikuti berita/laporan mengenai
efek samping pada hepar dan ginjal yang berhubungan dengan Flurokuinolon termasuk
Levofloksasin. Tulisan ini menginvestigasi efek samping pada hepar yang dihasilkan di
MHRA (Medicines and Healthcare product Regulatory Agency) yang mana menerbitkan
tinjauan indikasi levofloksasin, membatasinya beberapa penggunaannya sebagai obat lini
pertama. Dalam menanggapi hal ini, CHMP (Committee for Medicinal Products for
Human Use) menyampaikan laporan resmi kepada European Medicines Agency (EMA).
Mereka menyimpulkan bahwa dibutuhkan harmonisasi informasi produk, rasio resiko dan
manfaat dari Levofloksasin dianggap menguntungkan. Untuk mengklarifikasi berita ini,
prof. Naber meninjau penelitian dan laporan bahwa pengaruh ke hepar dan ginjal mungkin
hanya efek kelas. Konsensus penemuan ini adalah bahwa profil resiko dan manfaat dari
levofloksasin tetap positif.
Levoflkosasin telah memiliki sejarah yang lama. Levofloksasin telah dipasarkan di 124
negara dengan lebih dari 851 juta pasien yang menggunakannya. Keamanan dan efikasinya
telah dikonfirmasi pedoman praktis global. Pada infeksi saluran nafas, termasuk resiko
resistensi seperti PRSP, MRSP, Ampisilin Resisten H.Influenza, Makrolid Resisten M.
10
Pada kasus berat dan pengobatan ISK, flurokuinolon, terutama Levofloksasin menunjukan
hasil yang baik, berdasarkan aktivitas antimikroba yang hebat dan menawarkan pilihan
terapi penting berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaatnya. Rasio manfaat dan resiko
obat ini dianggap menguntungkan dan sesuai dengan tujuan terapetik dokter.