Manajemen Farmasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN OBAT

Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung
jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah untuk mendapatkan:

Prakiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.

Menghindari terjadinya kekosongan obat.

Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Adapun yang menjadi pedoman dalam perencanaan pengadaan obat yaitu DOEN,
formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku;
data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa
persediaan, data pemakaian periode yang lalu, serta rencana pengembangan.
Kegiatan pokok dalam perencanaan pengadaan obat adalah:

Seleksi/ perkiraan kebutuhan, meliputi memilih obat yang akan dibeli dan
menentukan jumlah obat yang akan dibeli.

Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana

Ada 3 metode perencanaan perbekalan farmasi, yaitu:


Metode Konsumsi
Metode konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya
dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Langkah-langkah metode konsumsi yaitu :
1. Langkah Evaluasi

Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu

Evaluasi suplai obat periode lalu

Evaluasi data stock, distribusi, dan penggunaan obat periode lalu

Pengamatan kecelakaan dan kehilangan obat

2. Estimasi jumlah kebutuhan obat periode mendatang dengan memperhatikan :

Perubahan populasi cakupan pelayanan

Perubahan pola morbiditas

Perubahan fasilitas pelayanan

3. Penerapan perhitungan

Penetapan periode konsumsi

Perhitungan penggunaan tiap jenis obat periode lalu

Lakukan koreksi terhadap kecelakaan dan kehilangan

Lakukan koreksi terhadap stock out

Hitung lead time untuk menentukan safety stock

Rumus Metode Konsumsi (yang telah disederhanakan) :


CT = (CA x T) + SS Sisa Stock
Keterangan :
CT = Kebutuhan per periode waktu
CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
SS = Safety Stock
Berikut contoh perhitungan :
1. Salah satu RS di Kalimantan tengah yang berada di sampit (RS. Murjani) membeli RL
(infus Ringer Laktat) sebanyak 2000 infus dengan pembelian setiap 2 bulan sekali.
Karena pabrik obat tidak ada di Pulau Kalimantan, sehingga infus dibeli dari Surabaya
dengan lead time (waktu tunggu) sekitar 3 minggu (21 hari), sedangkan sisa stock di
RS. Murjani hanya ada 1000 infus. Harga infus adalah Rp. 12.000/satuan, maka
hitunglah berapa infus RL yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk
membeli sediaan infus tersebut ?
Jawab :
Sebelum memasukkan data ke dalam rumus metode konsumsi, terlebih dahulu di hitung
SS (safety stock) nya dengan :

Infus yang harus dibeli adalah :

CT = (CA x T) + SS Sisa Stock


= (2000 botol x 2 bulan) + 1400 1400
= 4400 botol
Anggaran yang harus dikeluarkan = 4400 x Rp. 12.000 = Rp. 52.800.000
2. Kebutuhan obat Amoksisilin di RS. Murjani setiap bulannya sebanyak 6000 obat
dengan pembelian setiap 1 minggu. Karena PBF tidak ada di Pulau Kalimantan,
sehingga obat dibeli dari Surabaya dengan lead time (waktu tunggu) hanya 1 hari,
sedangkan sisa stock di RS. Murjani hanya ada 500 obat. Harga amoksisilin adalah Rp.
8.000/satuan, maka hitunglah berapa obat amoksisilin yang harus dibeli dan anggaran
yang harus dikeluarkan untuk membeli obat tersebut ?
Jawab :
T = 1 minggu = bulan
Sama seperti no.1 hitung SS (safety stock) nya terlebih dahulu yaitu dengan :

Infus yang harus dibeli adalah :


CT = (CA x T) + SS Sisa Stock
= (6000 obat x bulan) + 500 obat 200 obat
= 1200 obat
Anggaran yang harus dikeluarkan = 1200 x Rp. 8.000 = Rp. 9.600.000
3. Kebutuhan obat Adrenalin di RS. Murjani setiap bulannya sebanyak 100 ampul setiap
3 bulan pembelian dengan lead time (waktu tunggu) 1 bulan, tetapi terjadi stock out di
PBF Surabaya selama 2 bulan, sedangkan sisa stock di RS. Murjani hanya ada 500
ampul. Harga adrenalin adalah Rp. 5.000/ampul, sehingga hitunglah berapa adrenalin
yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli obat tersebut ?
Jawab :
Karena terjadi stock out, jadi T = Lead time + lama stock out = 1 + 2 = 3 bulan
Sama seperti no.1 hitung SS (safety stock) nya terlebih dahulu :

Infus yang harus dibeli adalah :

CT = (CA x T) + SS Sisa Stock


= (100 obat x 3 bulan) + 300 obat 50 obat
= 550 obat
Anggaran yang harus dikeluarkan = 550 x Rp. 5.000 = Rp. 2.750.000
Metode Epidemiologi
Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi
penyakit dan standar pengobatan yang ada. Langkah-langkah perencanaan dalam
metode ini adalah sebagai berikut:

Susun daftar masalah kesehatan/ penyakit utama yang terjadi

Lakukan pengelompokkan pasien, misal : Pengumpulan dan pengolahan data


dilakukan dengan cara :

1.

Anak 0-4 tahun

2.

Anak 5-14 tahun

3.

Wanita 15-44 tahun

4.

Laki-laki 15-44 tahun

5.

Orang tua > 45 tahun

Prinsip penggolongan umur harus sesederhana mungkin

Tentukan frekuensi tiap penyakit per periode

Sususn standar terapi rata-rata/ terapi ideal

Dengan mengetahui data epidemiologi, estimasikan tipe dan frekuensi


pengobatan yang diperlukan

Contoh : untuk kasus diare, estimasikan :

1.

90% kasus diberi oral dehidrasi

2.

10% kasus diberi cairan intravena

3.

5% kasus perlu metronidazole untuk amuba

4.

10% kasus perlu antibiotik untuk disentri, basiler dan kolera

Susun daftar obat yang dikuantifikasikan

Hitung jumlah episode pengobatan untuk setiap penyakit

Hitung safety stock atau jumlah obat diperkirakan hilang

Rumus Metode Konsumsi (yang telah disederhanakan) :


CT = (CE x T) + SS Sisa Stock
Keterangan :
CT = Kebutuhan per periode waktu
CE = Perhitungan standar pengobatan
T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)

SS = Safety Stock
Contoh perhitungan :
4. Kalimantan tengah merupakan wilayah yang masih banyak terdapat hutan yang lebat,
sehingga pasien gigitan ular di wilayah sampit saja cukup tinggi. RS. Murjani dalam
setiap bulannya menerima pasien gigitan ular sebanyak 5 orang/ bulan. Standar
pengobatan untuk gigitan ular, yaitu :

Antibisa ular diberikan 2 botol untuk 1 hari, terapi selama 3 hari

Asam traksenamat diberikan 3 x Injeksi 500 mg, selama 3 hari

Ketorolac injeksi 3% diberikan 2 ampul untuk 1 hari, selama 3 hari

Cefotaxim injeksi diberikan 2 x injeksi 1 g, selama 3 hari

Obat-obatan untuk terapi gigitan ular tersebut hanya tersisa 1 di RS, sedangkan
pembelian setiap 1 bulan sekali dengan lead time (waktu tunggu) 1 minggu (7 hari).
Harga untuk 1 kali pemberian standar pengobatan gigitan ular adalah Rp. 600.000,
maka hitunglah berapa obat dalam standar terapi yang harus dibeli dan anggaran yang
harus dikeluarkan untuk membeli persediaan tersebut ?
Jawab :

Antibisa ular = 2 botol x 3 hari = 6 botol x 5 pasien = 30

Asam traksenamat = 3 ampul x 3 hari = 9 ampul x 5 pasien = 45

Ketorolac inj. 3% = 2 ampul x 3 hari = 6 ampul x 5 =30

Cefotaxim inj = 2 ampul x 3 hari = 6 ampul x 5 pasin =30

Sehingga rata-rata standar pengobatan (CE) = 30


Sama seperti metode konsumsi, untuk melakukan perhitungan terlebih dahulu dihitung
Safety stock, yaitu :

Terapi pengobatan yang harus dibeli adalah :


CT = (CE x T) + SS Sisa Stock
= (30 x 1 bulan) + 7 1
= 36
Anggaran yang harus dikeluarkan = 36 x Rp. 600.000 = Rp. 21.600.000
Metode Kombinasi
Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi.
Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana telah
mempunyai data konsumsi yang jelas namun kasus penyakit cenderung berubah (naik
atau turun). Gabungan perhitungan metode konsumsi dengan koreksi epidemiologi yang

sudah dihitung dengan suatu prediksi (boleh prosentase kenaikan kasus atau analisa
trend).
Metode kombinasi digunakan untuk obat & alkes yng terkadang fluktuatif, maka dapat
menggunakan metode konsumsi dengan koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan,
jenis/ jumlah tindakan, perubahan pola peresepan, perubahan kebijakan pelayanan
kebijakan.
Rumus Metode Kombinasi :
C kombinasi = (CA + CE) x T + SS Sisa stock
Keterangan :
CE = Perhitungan standar pengobatan
CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
SS = Safety Stock
Contoh perhitungan :
5. Murjani setiap tahunnya pasti ada pasien menderita DBD (deman berdarah),
diprediksi ada sebanyak 100 pasien. Penanganan pasien DBD tersebut dengan
diberikan infus RL (500 cc) 20 tetes/ menit selama 5 hari. Konsumsi RL setiap bulan
adalah 5000 infus, dengan lead time (waktu tunggu) bulan, sehingga hitunglah berapa
RL yang harus disediakan rumah sakit agar tidak terjadi kekosongan?
Jawab :
RL (20 tts/menit) = 1 mL/menit x 60 menit
= 60 mL/jam x 24 jam
= 1440 mL/hari : 500 mL
= 2,88 botol = 3 botol/hari
RL yang dibutuhkan = 3 botol/hari x 5 hari x 100 pasien = 1500 botol RL

C kombinasi = (CA + CE) x T + SS Sisa stock


= (5000 + 1500) x 1 bulan + 3250 5000
= 4750 botol RL
Kelebihan metode konsumsi:

Data konsumsi akurat (metode paling mudah).

Tidak membutuhkan data epidemiologi maupun standar pengobatan.


Jika data konsumsi dicatat dengan baik, pola preskripsi tidak berubah dan
kebutuhan relatif konstan.

Kekurangan metode konsumsi:

Data konsumsi, data obat dan data jumlah kontak pasien kemungkinan sulit
untuk didapat.

Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan
pola preskripsi.

Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan, obat
yang berlebih atau adanya kehilangan.

Pencatatan data morbiditas yang baik tidak diperlukan.

Kelebihan metode epidemiologi:

Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran.

Program-program yang baru dapat digunakan.


Usaha memperbaiki pola penggunaan obat dapat didukung oleh standar
pengobatan.

Kekurangan metode epidemiologi:

Memerlukan waktu yang banyak dan tenaga yang terampil.

Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan terdapat penyakit
yang tidak termasuk dalam daftar/tidak melapor.

Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan.

Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama.

Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan insidentil tidak
terpenuhi.
Variasi obat terlalu luas.

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERAMALAN PENGADAAN OBAT DI RUMAH


SAKIT DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY
ABSTRAK
Ketersediaan obat di rumah sakit terkait erat dengan kualitas layanan kesehatan yang diberikan
oleh rumah sakit tersebut. Pengadaan obat bagi rumah sakit merupakan proses yang penting dan
utama bagi kegiatan operasional rumah sakit. Oleh karena itu menjaga kesinambungan pengadaan
obat dan menjalin hubungan baik dengan supplier farmasi merupakan aktivitas yang harus selalu
dijaga. Proses pengadaan pada umumnya membutuhkan banyak waktu dan sumber daya. Dengan
penggunaan sistem peramalan diharapkan dapat membantu rumah sakit meningkatkan efisiensi
ektivitas pada proses pengadaan obat. Untuk membuat pemesanan obat sesuai dengan dugaan
permintaan yang akan terjadi digunakan metode Economic Order Quantity. Proses development
perangkat lunak menggunakan metode waterfall, dan dibangun dengan berbasis dekstop
menggunakan Delphi XE2. Hipotesis yang didapat menunjukkan bahwa sistem ini akan
mengefisienkan stok obat dan cycle penggunaan yang merata sehingga menghindari over
stock atau under stock. Di samping itu, sistem ini juga memiliki fasilitas sistem informasi obat
yang memastikan persediaan obat selalu terpantau dengan benar.
Kata Kunci :
Sistem Informasi
sakit, Economic Order Quantity
I.

Manajemen, forecasting,

pengadaan

obat,

rumah

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum membutuhkan keberadaan suatu sistem
informasi yang akurat dan handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya
kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Dengan lingkup pelayanan yang begitu
luas, tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses pelayanan di
rumah sakit. Banyaknya variabel di rumah sakit turut menentukan kecepatan arus informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan rumah sakit.

Kegiatan operasional sehari-hari sebuah rumah sakit membutuhkan obat yang selalu tersedia pada
saat dibutuhkan. Ketersediaan obat di rumah sakit terkait erat dengan kualitas layanan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit tersebut. Keberadaan obat yang dibutuhkan, akan membantu
merawat bahkan memberikan kehidupan bagi sekelompok pasien. Banyaknya jumlah obat di
sebuah rumah sakit menjadi sebuah kendala dalam proses pengadaan obat tersebut. Semakin
banyak jenis obat yang digunakan, semakin sulit pula dalam mengendalikan persediaan obat. Hal
ini dapat disebabkan karena makin bertambahnya jumlah supplier yang terlibat dalam pengadaan
obat (Widjaja, 2009).
Banyaknya rumah sakit yang masih menggunakan proses pendataan manual, sehingga terjadi
banyak kesalahan dari bagian-bagian yang bertanggungjawab seperti bagian penjualan, tidak
terdapatnya peramalan kebutuhan barang juga menjadi permasalahan untuk efisiensi biaya
operasionalnya. Hal ini menyebabkan bagian pembelian rumah sakit mengalami kesulitan dalam
menentukan stok minimum obat yang harus dipenuhi untuk menjaga ketersediaan obat karena
bergantung kepada obat yang sering digunakan, kondisi persediaan obat yang tidak konstan,
kapan waktu yang tepat untuk memesan obat dan jumlah permintaan obat untuk mengetahui
berapa jumlah pesanan maksimal. Hal ini dikarenakan begitu banyak jenis obat yang dijual,
sehingga terjadi ketidakpastian persediaan. Jika persediaan tidak mencukupi, rumah sakit akan
menanggung kerugian karena kehilangan kesempatan untuk menjual dan hilangnya kepercayaan
pelanggan, sedangkan jika kelebihan persediaan obat juga akan rugi karena obat-obatan akan
rusak jika disimpan dalam waktu yang lama (ada masa kadaluarsa yang pendek untuk jenis obat
tertentu) disamping biaya simpan dan harga obat yang cukup tinggi.
Perkembangan teknologi dan sistem informasi pada saat ini menempati peranan utama dan sangat
dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini diwujudkan dengan menggunakan
komputer sebagai alat bantu yang mampu menyimpan dan mengolah data secara cepat, tepat dan
akurat. Seiring dengan perkembangan tersebut, rumah sakit dituntut untuk dapat meningkatkan
kualitas sistem informasi agar bisa memaksimalkan pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan. Untuk meningkatkan kualitas dari sistem informasi tersebut, penggunaan teknologi
yang optimal akan menunjang efisiensi dan efektifitas kerja, sehingga dapat menghasilkan
keluaran yang akurat.
Penerapan Sistem Informasi Manajemen berlandaskan komputer dalam dunia bisnis sekarang ini
telah menjadi suatu keharusan, hal ini sebagai salah satu strategi pencapaian efisiensi. Dengan
Sistem Informasi Manajemen ini maka proses pengolahan data menjadi suatu bentuk Sistem
Informasi Manajemen yang terintegrasi dan dapat digunakan secara mudah, cepat dan akurat.
Berdasarkan kendala-kendala yang ada maka dibutuhkan sistem perencanaan dan pengendalian
persediaan obat berupa Sistem Informasi Manajemen yang menggunakan metode Economic
Order Quantity untuk memperoleh nilai batas persediaan serta jumlah pemesanan optimal.
Sehingga diharapkan sistem ini membantu pengelola mengambil keputusan dalam penentuan
pengadaan obat.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.

Bagaimana cara pendataan stok obat menggunakan sistem yang terkomputerisasi.

2.

Bagaimana menentukan frekuensi waktu untuk memesan obat.

3.

Bagaimana cara untuk mengetahui jumlah permintaan obat .

4.

Bagaimana cara untuk menentukan stok minimum obat yang harus dipenuhi (safety
stock).
5.
Bagaimana membuat Sistem Informasi Manajemen yang dapat membantu pengelola
dalam peramalan kebutuhan obat.
6.

Bagaimana cara untuk meminimalisasi biaya operasional.

7.

Bagaimana menerapkan metode Economic Order Quantity dalam Sistem Informasi


Manajemen pengadaan obat.
I.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan yang ada maka tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah :
1.
Membuat sistem pendataan obat menggunakan sistem terkomputerisasi.
2.

Merancang dan membangun Sistem Informasi Manajemen yang dapat membantu


pengelola dalam peramalan kebutuhan obat sehingga dapat menentukan stok minimum obat
yang harus dipenuhi (safety stock), jumlah permintaan obat, jumlah pesanan maksimal (ROP)
serta frekuensi waktu yang tepat untuk memesan obat.
3.
Membuat sistem untuk meminimalisasi biaya operasional (EOQ).
4.

Menerapkan metode Economic Order Quantity dalam Sistem Informasi Manajemen


Pengadaan Obat
II. LANDASAN TEORI
II.1 Pengadaan Obat
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit dan untuk unit
pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari
manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi. Pada siklus pengadaan tercakup pada
keputusan-keputusan dan tindakan dalam menentukan jumlah obat yang diperoleh, harga yang
harus dibayar, dan kualitas obat-obat yang diterima. Siklus pengadaan obat mecakup pemilihan
kebutuhan, penyesuaian kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, penetapan atau
pemilihan pemasok, penetapan masa kontrak, pemantauan status pemesanan, penerimaan dan
pemeriksaan obat, pembayaran, penyimpanan, pendistribusian dan pengumpulan informasi
penggunaan obat. Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan
jumlah yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan
(Depkes RI, 2002).
II.2 Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen (SIM) adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang
meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen
untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis.
Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan
untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi.
Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode
manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan

keputusan manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi
eksekutif (Anonim, 2012).
Tujuan dari SIM adalah:

Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa,


produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.

Menyediakan informasi yang dipergunakan


pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.

dalam

perencanaan,

pengendalian,

Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

II.3 Peramalan
Menurut (Martiningtyas, 2004) peramalan (forecasting) adalah kegiatan untuk memperkirakan
apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Pengumpulan data yang relevan berupa
informasi dapat menghasilkan peramalan yang akurat disertai pemilihan teknik peramalan yang
tepat maka pemanfaatan informasi data akan diperoleh secara optimal. Menurut (Makridarkis,
1991) peramalan kuantitatif dapat diterapkan jika terdapat 3 (tiga) kondisi berikut :
1.
Tersedia informasi masa lalu.
2.
3.

Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik.


Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa
mendatang.

II.4 Metode Economic Order Quantity


Metode Economic Order Quantity adalah jumlah unit (kuantitas) barang yang dibeli dengan biaya
minimal. Tujuan model persediaan ini adalah menentukan jumlah pesanan yang dapat
meminimumkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Dengan menggunakan
perhitungan EOQ, persediaan yang ada di dalam gudang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga
aktivitas perusahaan tidak terganggu.
EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau
sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal (Riyanto, 1995). Model EOQ
memungkinkan manajer membuat sejumlah keputusan kunci dibidang persediaan, manajer yang
memesan barang dari seorang pemasok dapat menggunakan EOQ untuk memutuskan berapakali
pemesanan harus dilakukan,jika digunakan untuk menentukan banyaknya batch yang akan
dihasilkan dan kapan metode ini diset modal jumlah ekonomisnya, prinsip-prinsip model tersebut
adalah sama untuk barang yang dipesan maupun yang diproduksi.
Perhitungan EOQ dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :
EOQ (Q/Q*)
C

: Jumlah pembelian yang optimal


: Biaya pemesanan setiap kali pesan

R
H

: Jumlah kebutuhan dalam unit pertahun


: P x T = Biaya simpan perunit pertahun

P
T

: Biaya pembelian per unit (harga)


: Persentase biaya simpan total pertahun

2
: Konstanta
Dari persamaan EOQ diatas dapat diketahui jumlah frekuensi pemesanan selama satu tahun atau
F dengan cara sebagai berikut :

Pemesanan kembali (Reorder Point = Rop) ditentukan berdasarkan kebutuhan selama tenggang
waktu pemesanan jikaposisi persediaan cukup untuk memenuhi permintaan selama tenggang
waktu pemesanan maka pemesanan kembali harus dilakukan sebanyak Q* unit atau EOQ.
Formulasi berikut dapat digunakan untuk menentukan kapan melakukan pemesanan kembali
apabila tenggang waktu pemesanan L ditentukan dalam bulan maupun minggu.

Keterangan:
Lead time ( L )

: tenggang waktu

ROP
: titik pemesanan kembali
Jika jumlah pemesanan kembali (B) lebih kecil dari jumlah pemesanan (Q) atau B < 0 , maka
tidak akan pernah terjadi kekurangan persediaan . Jika jumlah pemesanan kembali (B) lebih besar
dari jumlah pemesanan (Q) atau B>Q, maka akan terjadi kekurangan persediaan dalam setiap
pemesanan.
Total biaya minimum per tahun dapat ditentukan dengan mengganti Q dengan Q* yang terdapat
dalam rumus total annual cost, rumus total biaya pembelian minimum pertahun adalah :
TC (Q*) = PR+ HQ*
Ada 2 biaya yang relevan untuk di pertimbangkan dalam EOQ yaitu biaya pesan dan biaya
simpan, harga item diasumsikan tidak mengalami perubahan oleh karena itu kategori biaya selain
biaya pesan dan biaya simpan tidak akan mempengaruhi keputusan berapa jumlah yang harus
dipesan maupun kapan harus dipesan kembali.

Gambar
1. Economic Order Quantity
Model EOQ ini sangat mudah dan sederhana namun berlakunya memerlukan asumsi-asumsi
sebagai berikut :
1.
Jumlah kebutuhan barang selama setahun dapat diperkirakan dan kebutuhan barang
sepanjang tahun relative stabil.
2.

Hanya ada 2 macam biaya yang relevan, yaitu biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan
obat.

3.

Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesanan besarnya selalu sama, tidak terpengaruh
oleh jumlah yang dipesan.

4.

Biaya pemeliharaan barang setiap unit setiap tahun sama dengan kata lain pemeliharaan
obat ini bersifat variabel tergantung pada umlah obat yang disimpan dan lama waktu
penyimpanan.

5.

Usia barang relative lama tidak cepat rusak/ harga setiap unit barang selalu sama (stabil).

6.

Tidak ada kendala atau batasan mengenai jumlah barang yang dipesan.

III. METODOLOGI
III.1 Metode Pembuatan
Desain pelaksanaan dibuat dengan mengikuti salah satu metode Sistem Development Live
Cycle (SDLC) yaitu waterfall. Tahapan-tahapan dari model proses air terjun ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

Gambar 2. Tahapan Model Proses Air Terjun (waterfall)


Spesifikasi software dituliskan
secara
rinci
pada
dokumen Software

Requirement

Spesification (SRS) yang berisi berbagai rincian pokok sebagai berikut:


1.
Identification, menjelaskan komposisi isi dokumen SRS.
2.
Sistem Overview, menjelaskan gambaran software dan fungsi software secara umum
3.
Document Overview, menjelaskan ketentuan-ketentuan yang dipakai dalam menyatakan
maksud dari isi dokumen.
4.
Bagian Requirement berisi:
5.
6.
7.

Use Case, menggambarkan tugas-tugas yang bisa dilakukan user padasoftware.


Use Case Description, menjelaskan secara rinci dari setiap tugas pada diagram Use Case.
Requirement, menyebutkan suatu fasilitas yang harus diadakan pada softwaresebagai
konsekuensi dari suatu Use Case yang ditentukan sebelumnya.
8.
Activity Diagram, yaitu diagram yang menggambarkan alur semua aktivitas yang
mungkin dilakukan melalui software ini.
9.
Activity Description, menjelaskan secara rinci setiap aktivitas yang berjalan beserta
algoritma globalnya.
1.
Desain antarmuka program, sebagai gambaran tampilan program sebelum semua
fungsi diimplementasikan.
III.2 Variabel Data
Pada sistem ini, ada beberapa atribut yang digunakan untuk membuat sistem, seperti nama obat,
jumlah obat, dan harga obat.
IV. PEMBAHASAN
Pembuatan sistem ini bertujuan untuk membuat Sistem Informasi Manajemen yang digunakan
untuk membantu pihak rumah sakit dalam pengelolaan pengadaan obat yang diresepkan. Sistem
Informasi Manajemen didefinisikan sebagai sistem informasi berbasis komputer yang digunakan
untuk mendukung proses manajemen sebuah perusahaan.
Metode Economic Order Quantity digunakan untuk mengolah data pengadaan obat.
Metode Economic Order Quantity adalah jumlah unit (kuantitas) barang yang dibeli dengan biaya

minimal. Tujuan model persediaan ini adalah menentukan jumlah pesanan yang dapat
meminimumkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Dengan menggunakan
perhitungan EOQ, persediaan yang ada di dalam gudang sesuai dengan kebutuhan.
Sistem akan mengolah data berdasarkan data obat yang sudah ada, dari data yang ada, maka dapat
diperoleh pola kebutuhan berdasarkan data obat yang terjual, sehingga bisa digunakan
perhitungan untuk mengetahui nilai EOQ, total biaya pembelian per item obat selama setahun,
frekuensi pemesanan per item obat selama setahun, dan ROP untuk mengetahui jumlah item yang
akan di pesan selama setahun. Melihat hasil data prediksi selama setahun, rumah sakit bisa
menentukan dana yang harus disiapkan untuk membeli obat. Selain itu, pihak rumah sakit juga
bisa mengetahui kapan obat harus dibeli lagi, sehingga rumah sakit tidak akan kehabisan stok dan
stok yang tersedia akan selalu mencukupi kebutuhan pasien. Keuntungannya, obat tidak sampai
kadaluarsa karena stok obat selalu di update dan tersedianya obat sesuai kebutuhan.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembuatan Sistem Informasi Manajemen ini berupa hipotesis yang
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Penggunaan Sistem Informasi Manajemen dengan fasilitas peramalan yang terintegrasi
akan meningkatkan kecepatan dan ketepatan proses dalam mengorganisir obat dan
manajemen stok obat.
2.
Dengan antarmuka yang mudah bagi pengguna dan dibangun dengan efesiensi untuk
kenyamanan tinggi, akan membuat petugas nyaman dalam pekerjaannya.
3.
Metode Economic Order Quantity akan menghindarkan kesalahan stok dari permintaan
yang akan datang dengan toleransi paling besar 15% kesalahan jika kemungkinan terjadi
permintaan di luar prakiraan.
4.
Penggunaan peramalan dalam pemesanan obat sacara nyata menghindarkan kekurangan
stok dan terjadinya obat yang kadaluarsa karena persediaan berlebihan. Hal ini berarti
peningkatan secara signifikan tehadap pelayanan dan penghindaran dari pengeluaran yang
tidak perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Sistem Informasi
Manajemen. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_manajemen Diakses tanggal 16 Mei
2012
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD) , Jakarta.
Makridarkis, M. A., 1991, Metode dan Aplikasi Peramalan Edisi Kedua. Jakarta, Erlangga.
Martiningtyas, N., 2004, Buku Materi Kuliah STIKOM Statistika. Surabaya. STIKOM Surabaya.
Riyanto, B., 1995, Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta, BPPE.
Widjaja, H.A.E, 2009, Implementasi E-Procurement Pada Rumah
Sakit. http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1179/1000 Diakses tanggal 13 Mei
2012

KASUS HIPERTENSI
Ny. Eka (55 tahun/ 150 cm/ 70 Kg) adalah seorang pasien yang baru terdiagnosis hiperlipidemia.
hasil pemeriksaan kolesterol dalam darah : HDL : 30 mg/dl, LDL : 195 mg/dl, Kolesterol total :
220 mg/dl. Pasien juga mengidap hipertensi dan sebelumnya sempat memperoleh Captensin 25
mg, 2 x sehari dan terkontrol, dengan baik (120/90 mmHg). Hasil pemeriksaan TD terakhir saat
kontrol 180/100 mmHg saat diperiksa oleh dokter, sampai akhirnya dokter memberikan terapi

kombinasi obat yang terdiri dari Captensin dan HCT. Pasien mengeluh beberapa hari ini sering
sakit kepala dan pegal dibagian tengkuknya. Pekerjaan pasien adalah guru di SMA. Resep yang
diterima Ny. Eka adalah sebagai berikut :
R/ Captensin 25 mg XX
S 2 d d 1 tab
R/ Hidroklorotiazid
S 1 d d 1 tab
R/ Simvastatin

X
X

S 2 d d 1 tab
Saat mendapatkan resep beserta dengan keluhan pasien di atas, maka yang harus kita lakukan
adalah menanyakan kepada pasien, apakah pasien ada alergi terhadap obat tertentu, apakah pasien
sedang hamil atau menyusui, dan apakah pasien mengalami efek samping selama penggunaan
Captensin (captopril) sehingga terapi dapat diberikan dengan tepat. Selanjutnya melakukan
skrining administratif, farmasetik dan klinis.
Pada kasus ini Ny.Eka mengalami hipertensi stage 2, dimana TD > 160/ > 100 mmHg, sehingga
diperlukan kombinasi dengan tiazid. Mengenai dosis Captensin 25 mg, 2 x sehari tidak ada
masalah, karena dosis lazim captopril adalah 12,5-150 mg, 2-3 x sehari, untuk dosis HCT juga
aman karena dosis lazimnya 12,5-50 mg, 1 x sehari. Dosis Simvastatin untuk penyakit
hiperlipidemia yang baru dialami Ny. Eka kurang tepat, seharusnya untuk pemakaian awal yaitu
cukup 10 mg, 1 x sehari. Sehingga dapat diusulkan kepada dokter untuk menurunkan frekuensi
pemberian simvastatin menjadi 1 x sehari. Pemilihan terapi simvastatin ini dengan alasan
antihiperlipidemia golongan statin merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan kolesterol
total dan LDL pada hiperkolesterolemia primer dan demikian dapat mengurangi insiden
gangguan koroner dan kematian. Perlu diinformasikan kepada pasien tentang waktu penggunaan
obat, seperti Captensin (captopril) diminum tiap 12 jam, 1 jam sebelum makan/ 2 jam sesudah
makan. Hidroklorotiazid diminum pada pagi hari, karena HCT menyebabkan sering kencing,
sehingga bila diminum malam hari dapat mengganggu tidur pasien, sedangkan untuk Simvastatin
diminum pada malam hari, agar memaksimalkan efek obat, dikarenakan pada malam
hari kerja hati maksimal untuk memproduksi kolesterol.
Peracikan obat dapat dilakukan setelah terlebih dahulu menanyakan kepada pasien, ingin
mengambil berapa obatnya, apakah diambil semua atau diambil separo. Setelah mendapat
persetujuan, barulah mulai meracik obat dan jangan lupa memberikan etiket. Etiket berwarna
putih untuk obat dengan pemakaian dalam, sedangkan etiket berwarna biru untuk obat dengan
pemakaian luar. Etiket idealnya mencantumkan nama apotek, alamat apotek, nama apoteker, SIK
apoteker, no. obat, tanggal pengambilan resep, nama obat, nama pasien, umur/BB pasien, aturan
pakai obat, waktu minum obat, cara penggunaan obat, anjuran khusus (sirup : kocok dahulu,
antibiotik : harus dihabiskan), harapan (semoga lekas sembuh) dan tidak lupa paraf peracik obat.
Hal-hal ini harus diperhatikan dalam penulisan etiket, agar memudahkan pasien dalam
penggunaan obatnya. Penulisan etiket yang benar membantu farmasis dalam penyampaian
informasi yang efektif.

Pemberian KIE (komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada pasien meliputi :

Nama Obat

Kegunaan Obat

Aturan Pakai Obat

Waktu Minum Obat

Cara Penggunaan Obat

Durasi penggunaan Obat

Efek Samping

Penyimpanan

Aktivitas yang dianjurkan/ dihindari

Hal-hal yang harus diperhatikan apoteker saat berkomunikasi dengan pasien ataupun dokter yaitu
salam dan etika harus dijalankan..

Anda mungkin juga menyukai