Unit Cost

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 104

PERBANDINGAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN UNIT COST

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA RUMAH SAKIT


(Studi Kasus Pada RSUD Kota Yogyakarta).

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta


untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
WIDAYANTI
11412145007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


maka apabila telah selesai mengerjakan suatu urusan, kerjakanlah dengan
sungguh sungguh urusan yang lainnya (Qs 94:6-7)

Seorang seniman tidak berarti apa-apa tanpa penghargaan,


namun penghargaan tidak berarti apa-apa
tanpa kerja nyata. (Emile Zola)

Wahai sodaraku, carilah ilmu, karena apabila kamu menjadi fakir


maka itulah hartamu, akan tetapi bila engkau kaya,
ilmu itu menjadi perhiasan dirimu. (Luqman Al-Hakim)

PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku yang senantiasa mengiringi
langkahku dengan segala daya dan doa.
2. Keluarga
sahabatku

angkatku

tercinta

yang

senantiasa

semangat dan motivasi.

iv

dan

sahabat-

memberikan

PERBANDINGAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN UNIT COST


DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA RUMAH SAKIT
(Studi Kasus Pada RSUD Kota Yogyakarta).
Oleh :
WIDAYANTI
11412145007

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perhitungan biaya yang
digunakan oleh RSUD Kota Yogyakarta untuk menentukan tarif jasa rawat inap
tahun 2011, (2) Perhitungan Activity Based Costing System untuk menentukan
tarif jasa rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011, (3) Perbandingan
perhitungan tarif jasa rawat inap berdasarkan perhitungan rumah sakit dengan
perhitungan menggunakan Activity Based Costing System tahun 2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode wawancara dan metode dokumentasi. Metode wawancara
digunakan untuk memperoleh data pendukung penulisan, adapun sebagian daftar
pertanyaannya sebagai berikut: Bagaimana perhitungan metode biaya yang
digunakan oleh RSUD Kota Yogyakarta untuk menentukan tarif jasa rawat inap
tahun 2011?. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data daftar tarif
jasa rawat inap, biaya rawat inap, lama hari pasien rawat inap, jumlah pasien
rawat inap, luas ruangan rawat inap, alokasi penggunaan tenaga listrtik, dan tarif
konsumsi tiap kelas.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode yang
diterapkan RSUD Kota Yogyakarta untuk menentukan tarif jasa rawat inap adalah
metode unit cost, dengan tarif untuk kelas VIP sebesar Rp 180.000, kelas I sebesar
Rp 105.000, kelas II sebesar Rp 55.000, dan untuk kelas III sebesar Rp 40.000 (2)
Tarif jasa rawat inap dengan metode Activity Based Costing untuk VIP sebesar Rp
152.559,20, kelas I sebesar Rp 87.168,43, kelas II sebesar Rp 65.149,92, dan
kelas III sebesar Rp 58.023,64, (3) Activity-Based Costing System dibandingkan
dengan metode unit cost maka memberikan hasil yang lebih murah kecuali pada
kelas II dan kelas III. Perbedaan yang terjadi disebabkan karena pembebanan
biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode unit cost biaya
overhead pada masing-masing produk dibebankan pada satu cost driver saja yaitu
jumlah hari rawat inap. Pada Activity-Based Costing System biaya overhead pada
masing-masing produk dibebankan pada beberapa cost driver sehingga ActivityBased Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk
secara tepat berdasar konsumsi masing-masing aktivitas.
Kata Kunci: Tarif Jasa, Unit Cost, ABC System

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala
limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan judul Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap Dengan
Unit Cost Dan Activity Based Costing pada Rumah Sakit (Studi Kasus Pada
RSUD Kota Yogyakarta ). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagai
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan skripsi
ini tidak terlepas dari petunjuk, bimbingan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Dr. Sugiharsono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
3. Dhyah Setyorini M.Si., Ak., Ketua Program Studi Akuntansi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Isroah, M.Si., Dosen Pembimbing yang telah memberi pengarahan dan saran
yang membangun dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Dra. Sumarsih, sebagai narasumber yang bersedia memberikan tenaga dan
waktu untuk memberi arahan kepada penulis.
6. Sri Fajar Astuti, SE., Kepala Bagian Keuangan dan Akuntansi Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Yogyakarta yang telah menbantu penelitian di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
bantuan selama penyusunan tugas akhir ini.

vii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN ........................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN ................ 8
A. Kajian Pustaka .................................................................................... 8
1. Akuntansi Biaya .............................................................................. 8
a. Pengertian Akuntansi Biaya ....................................................... 8
ix

b. Pengertian Biaya ........................................................................ 9


c. Klasifikasi Biaya ........................................................................ 10
2. Metode Akuntansi Biaya Tradisional ............................................. 12
3. Activity Based Costing System ........................................................ 13
a. Pengertian Activity Based Costing System ................................. 13
b. Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based Costing
System ......................................................................................... 14
c. Manfaat Menerapkan Activity Based Costing System ................ 18
d. Kendala-kendala dalam Penerapan Activity Based Costing
System ......................................................................................... 18
e. Perbedaan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan
Activity Based Costing System ....................................................20
f. Syarat Penerapan Activity Based Costing System ...................... 21
g. Activity Based Costing System untuk Perusahaan Jasa .............. 23
4. Tarif ................................................................................................ 24
5. Jasa .................................................................................................. 27
B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 28
C. Kerangka Berfikir ............................................................................... 29
D. Paradigma Penelitian .......................................................................... 31
E. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 33
B. Jenis Penelitian/Desain Penelitian ...................................................... 33
x

C. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................... 33


D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 35
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 39
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 39
1. Deskripsi Data Umum .................................................................... 39
a. Sejarah Singkat Perusahaan ....................................................... 40
b. Visi, Missi, dan Motto RSUD Kota Yogyakarta ........................ 40
c. Struktur Organisasi Perusahaan ................................................. 41
d. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Masing-masing
Jabatan ....................................................................................... 43
e. Bagan Struktur Organisasi RSUD Kota Yogyakarta ................. 49
f. Sarana dan Fasilitas Medis ......................................................... 50
2. Deskripsi Data Khusus ................................................................... 52
a. Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Pada RSUD Kota
Yogyakarta .................................................................................. 52
b. Data Pendukung Sistem ABC .................................................... 54
B. Analisis Data ....................................................................................... 56
1. Penentuan Harga Pokok Rawat Inap dengan Menggunakan
Sistem ABC .................................................................................... 56
2. Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta
dengan Tarif Jasa Rawat Inap Menggunakan Metode ABC .......... 69
xi

C. Pembahasan ........................................................................................ 74
D. Jawaban Atas Pertanyaan Penelitian .................................................. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 81
A. Kesimpulan ......................................................................................... 81
B. Saran ................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 84
LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta ............................................ 54


2. Data Lama Hari Pasien Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2011..54
3. Data Jumlah Pasien Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2011........ 55
4. Data Luas Ruangan per Kelas RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2011........... 55
5. Penggunaan Daya Listrik per Kelas RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2011..55
6. Tarif Makan per Kelas RSUD Kota Yogyakarta Tahun 201157..................56
7. Data Elemen Biaya Rawat Inap RSUD Yogyakarta Tahun 2011.................56
8. Perincian Biaya Depresiasi Fasilitas Setiap Kamar Rawat Inap.................. .61
9. Rincian Biaya Aktivitas.................................................................................63
10. Pengelompokkan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Rawat Inap .............. .64
11. Penentuan Tarif per Unit ............................................................................. .65
12. Tarif Jasa Rawat Inap VIP B RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011 ............ .67
13. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011 ........... .68
14. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011.......... .68
15. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011 ........ .69
16. Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta dengan
Tarif Jasa Rawat Inap menggunakan Metode ABC .................................... .69
17. Hasil Perhitungan Tarif Rawat Inap Tahun 2011 Tanpa Pemberian
Subsidi dari Pemerintah.................................................................................73
18. Tarif Jasa Rawat Inap per hari Setelah Dikurangi Subsidi............................73

xiii

19. Hasil Perhitungan Tarif Rawat Inap Tahun 2011 dengan Pemberian
Subsidi dari Pemerintah...............................................................................73

xiv

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Paradigma Penelitian .................................................................................... 31


2. Bagan Struktur Organisasi RSUD Kota Yogyakarta .................................... 49

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin Pengambilan Data/Observasi dari Rumah Sakit


2. Surat Permohonan Ijin Penelitian
3. Surat Izin dari Dinas Perizinan

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebuah organisasi yang bertujuan usaha mencari laba atau profit, maka
penjualan adalah sumber utama dalam menghasilkan laba. Organisasi yang
orientasinya adalah mencari keuntungan akan berusaha menekan biaya yang
dikeluarkan. Berbeda dengan organisasi yang berorientasi nonprofit

akan

berusaha untuk meningkatkan penjualan dengan tujuan kelangsungan


operasional organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan pelayanan yang
berkualitas.
Contoh organisasi yang berorientasi nonprofit adalah rumah sakit.
Rumah sakit merupakan organisasi yang bergerak di bidang kesehatan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Rumah sakit mempunyai tugas
utama dalam memberikan pengobatan, perawatan kepada pasien, dan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas-tugas rumah sakit itu
menjadikan rumah sakit sebagai pihak yang sangat dibutuhkan dalam
menyediakan kebutuhan masyarakat dan mewujudkan cita-cita masyarakat
yang menjadikan warganya memiliki kesehatan yang lebih baik.
Berdasarkan kondisi tersebut rumah sakit dituntut untuk dapat
memanfaatkan teknologi baik teknologi di bidang kedokteran, teknologi
komunikasi, dan informasi serta teknologi yang mendukung jasa pelayanan
kesehatan yang lain guna memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
kepada masyarakat mulai dari kelas ekonomi sampai dengan kelas eksekutif.

Pemanfaatan teknologi tersebut membuat biaya operasional yang dikeluarkan


rumah sakit menjadi besar yang akan berdampak pada harga atau tarif rawat
inap yang tinggi. Sehingga untuk mengendalikan biaya, pihak rumah sakit
memerlukan suatu metode perhitungan biaya yang tepat guna menghasilkan
informasi biaya yang akurat yang berkenaan dengan biaya aktivitas
pelayanannya. Oleh karena itu, rumah sakit memerlukan suatu strategi yang
dapat membantu meningkatkan daya saing yang unggul dan dapat melakukan
efisiensi dalam melakukan aktivitasnya. Efisiensi dapat dicapai dengan
melakukan aktivitas yang bernilai tambah (value added activity) secara lebih
baik dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value
added) dan pemborosan lainnya. Oleh karena itu, rumah sakit dalam penentuan
tarif jasa rawat inap harus kompetitif dan melakukan efisiensi biaya agar dapat
memenangkan persaingan.
Solusi untuk memenangkan persaingan adalah dengan cara menentukan
tarif yang lebih rendah dan kualitas atau jasa yang lebih tinggi daripada
pesaing, dan hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung secara akurat
biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selama ini
pihak rumah sakit dalam menghitung tarif kamar inapnya atas dasar unit cost.
Unit cost dalam menentukan yang penentuan harga pokoknya tidak lagi
mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori biaya yang
bersifat tidak langsung dan cenderung fixed. Di samping itu, biaya produk yang
dihasilkan memberikan informasi biaya produksi yang terdistorsi yaitu under
costing atau over costing. Distorsi tersebut mengakibatkan kesalahan

pengambilan keputusan dalam hal harga produk dan kelangsungan organisasi.


Sehingga perlu diterapkannya sistem penentuan harga pokok produk
berdasarkan aktivitasnya (activity based) atau lebih dikenal dengan nama
Activity Based Costing System. Activty Based Costing (ABC) memfokuskan
pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan
untuk memproduksi, menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang
produk yang bersangkutan. Activity Based Costing menganggap bahwa
timbulnya biaya disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk.
Pendekatan

ini

menggunakan

penggerak

biaya

pada

aktivitas

yang

menimbulkan biaya dan akan lebih akurat diterapkan pada perusahaan yang
menghasilkan beraneka ragam jenis produk serta sukar untuk mengidentifikasi
biaya tersebut ke setiap produk secara individual. Activity Based Costing
adalah sebuah sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi bermacammacam aktivitas yang dikerjakan di dalam suatu organisasi dan mengumpulkan
biaya dengan dasar sifat yang ada dari aktivitas tersebut. Activity Based
Costing dapat disimpulkan sebagai pendekatn penentuan biaya produk atau
jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.
Penentuan tarif rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta selama ini
kurang pernah dihitung secara benar, karena masih menerapkan sistem tarif
tradisonal dimana penetapan tarif lebih berdasarkan perkiraan, kepantasan, dan
perbandingan dengan tarif rumah sakit lain yang sejenis. Hal ini menyebabkan
terjadinya distorsi dalam penentuan tarif, sehingga kenyataannya menimbulkan
perhitungan yang tidak tepat, berbeda jika menggunakan Activity Based

Costing yang dalam memperhitungkan biaya terjadi akan menghasilkan


informasi biaya yang akurat karena menggunakan lebih dari satu cost driver
(adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya). Disamping itu dengan
menggunakan Activity Based Costing mampu mengukur secara cermat biayabiaya yang keluar dari setiap aktivitas untuk menghasilkan tarif yang tepat
untuk setiap jasa rawat inapnya. Sistem akuntansi biaya tradisional (unit cost)
yang digunakan untuk menentukan tarif pada rawat inap di RSUD Kota
Yogyakarta kurang mampu menyediakan informasi yang layak dan akurat bagi
manajemen, sehingga dapat mempengaruhi profitabilitas rumah sakit. Pada
kenyataannya penetapan tarif rawat inap secara sistem unit cost ini
menimbulkan banyak masalah, disatu sisi rumah sakit menganggap tarif yang
diberlakukan masih kurang, sementara pihak pemakai jasa rumah sakit
mengganggap biaya yang diberikan dirasa tinggi, maka hal ini perlu dilakukan
perubahan sistem yang ada. Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Tarif Jasa Rawat
denagn Unit Cost dan Activity Based Costing System dalam Menentukan Tarif
Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit (Studi Kasus Pada RSUD Kota
Yogyakarta).

B. Identifikasi Masalah
1. RSUD Kota Yogyakarta dalam penentuan tarif rawat inapnya masih
menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional (unit cost), sehingga pihak
rumah sakit menganggap tarif yang diberlakukan masih kurang, sementara

pihak pemakai jasa rumah sakit mengganggap biaya yang diberikan dirasa
tinggi.
2. Harga pokok tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena masih
menggunakan sistem biaya tradisional.
3. Adanya informasi biaya yang terdistorsi yang mengakibatkan kesalahan
dalam pengambilan keputusan dalam harga produk dan kelangsungan
organisasi.
4. RSUD Kota Yogyakarta belum menerapkan Activity Based Costing System
dalam penentuan tarif jasa rawat inap.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi
pada Perbandingan Tarif Jasa Rawat denagn Unit Cost dan Activity Based
Costing System dalam Menentukan Tarif Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit
(Studi Kasus Pada RSUD Kota Yogyakarta), maka pembatasan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah perhitungan biaya yang digunakan
oleh RSUD Kota Yogyakarta dan Activity Based Costing System untuk
menentukan tarif rawat inap tahun 2011.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan di atas
maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perhitungan biaya yang digunakan oleh RSUD Kota Yogyakarta


untuk menentukan tarif jasa rawat inap tahun 2011?
2. Bagaimana perhitungan Activity Based Costing System untuk menentukan
tarif jasa rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011?
3. Bagaimana perbandingan perhitungan tarif jasa rawat inap berdasarkan
perhitungan rumah sakit dengan perhitungan menggunakan Activity Based
Costing System tahun 2011?

E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perhitungan biaya yang digunakan oleh RSUD Kota Yogyakarta
untuk menentukan tarif jasa rawat inap tahun 2011.
2. Mengetahui perhitungan Activity Based Costing System untuk menentukan
tarif jasa rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011.
4. Mengetahui perbandingan perhitungan tarif jasa rawat inap berdasarkan
perhitungan rumah sakit dengan perhitungan menggunakan Activity Based
Costing System tahun 2011.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pihak rumah sakit,

penelitian berikutnya serta pembaca yang

berkepentingandalam rangka penentuan jasa rawat inap di rumah sakit.

b. Memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi terutama yang


terkait dengan penentuan tarif jasa rawat inap dengan Activity Based
Costing System pada rumah sakit.
2. Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Membantu rumah sakit memberikan masukan informasi tentang
kemungkinan

penerapan

Activity-Based

Costing

System

dalam

memperhitungkan biaya dan penentuan harga pokok, khususnya di unit


rawat inap.
b. Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan mengenai teori Activity Based Costing System
yang kemudian penerapannya akan berkaitan dengan penentuan tarif jasa
rawat inap dan untuk membandingkan sekaligus latihan penerapan teori
yang diperoleh mengenai Activity-Based Costing System selama studi
dengan praktek yang terjadi di dunia bisnis secara nyata dapat menambah
kepustakaan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN

A. Kajian Teori
1. Akuntansi Biaya
a. Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Dunia Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah (2009 : 4)
Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana
merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan
pada penentuan dan pengendalian biaya. Akuntansi biaya menghasilkan
informasi biaya untuk memenuhi berbagai macam tujuan. Untuk tujuan
penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya menyajikan biaya yang
telah terjadi dimasa yang lalu. Untuk tujuan pengendalian biaya,
akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang diperkirakan akan
terjadi dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, kemudian menyajikan
analisis

terhadap

penyimpangannya.

Untuk

tujuan

pengambilan

keputusan khusus, akuntansi biaya menyajikan biaya yang relevan


dengan keputusan yang akan diambil, dan biaya yang relevan dengan
pengambilan keputusan khusus ini selalu berhubungan dengan biaya
masa yang akan datang.
Akuntansi Biaya (Cost Accounting) berhubungan dengan
penetapan dan pengendalian biaya. Pengumpulan dan analisis data biaya,
baik biaya yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam menyusunan program perhitungan


biaya dimasa yang akan datang.
b. Pengertian Biaya
Hansen dan Mowen (2006:40) mendefinisikan biaya sebagai:
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan
untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi
manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi. Dikatakan
sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan
barang atau jasa yang diinginkan. Jadi, kita dapat menganggap
biaya sebagai ukuran dollar dari sumber daya yang digunakan
untuk mencapai keuntungan tertentu.
Perusahaan mengeluarkan biaya (cost) jika menggunakan sumber
daya untuk tujuan tertentu (Blocher 2007:102). Contohnya, sebuah
perusahaan yang memproduksi mobil, mempunyai biaya bahan baku
(seperti spare parts dan ban), biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya
lainnya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dengan satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi. Suatu sumber merupakan sumber ekonomis jika ada kelangkaan
(Mulyadi, 2005: 8).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa barang
dan jasa yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk
memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.
c. Klasifikasi Biaya
Menurut Mulyadi (2009: 13-16) penggolongan atau pengklasifikasian
biaya dapat dilakukan berdasarkan:

10

1) Objek pengeluaran
Biaya dapat digolongkan atas dasar objek yang dibiayai. Contoh
penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran pada perusahaan
kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji
dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya
bunga, dan biaya zat warna.
2) Fungsi di dalam perusahaan
Penggolongan biaya ini dihubungkan dengan fungsi-fungsi yang ada
dalam perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi
pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi
administrasi dan umum. Biaya-biaya tersebut terdiri dari:
a) Biaya produksi
Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya
depresiasi mesin dan equipment, biaya bahan baku, biaya gaji
karyawan baik yang langsung maupun tidak langsung.
b) Biaya pemasaran
Biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran
produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya gaji
karyawan bagian kegiatan pemasaran.
c) Biaya administrasi dan umum
Biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan
pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan Bagian

11

Keuangan,

Akuntansi,

Personalia,

dan

Bagian

Hubungan

Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotokopi.


3) Hubungan biaya dengan produk yang dibiayai
a) Biaya produksi langsung
Biaya yang sejak terjadinya sudah mempunyai hubungan sebabakibat dengan kesatuan produk yang dibiayai. Apabila biaya ini
tidak terjadi maka tidak akan ada produk yang dihasilkan. Biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja adalah biaya produksi langsung.
b) Biaya produksi tidak langsung
Biaya produksi yang tidak mempunyai hubungan sebab akibat
dengan kesatuan produk yang dibiayai. Biaya ini pasti terjadi
meskipun tidak ada produk yang dihasilkan. Biaya produksi tidak
langsung disebut juga biaya overhead pabrik (BOP).
4) Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume aktivitas
Biaya-biaya ini terdiri dari:
a) Biaya variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
b) Biaya semivariabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.

12

c) Biaya semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi tertentu.
d) Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan
tertentu.
5) Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
Biaya-biaya ini digolongkan menjadi:
a) Pengeluaran modal (capital expenditures)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Contohya adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap.
b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi
terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya adalah biaya iklan,
biaya telex, dan biaya tenaga kerja.

2. Metode Akuntansi Biaya Tradisonal


Metode akuntansi biaya tradisional yang menggunakan pemandu
biaya yang berhubungan dengan volume produksi beranggapan bahwa
biaya-biaya akan meningkat secara proporsional dengan besarnya volume
output. Sistem ini tidak dapat menjelaskan mengapa biaya-biaya produksi
semakin meningkat dengan hasil yang semakin beragam. Metode akuntansi
biaya tradisional rentan akan kelemahan yang dapat mengakibatkan untuk

13

pembuatan keputusan terdistorsi. Metode ini cenderung mengandalkan


alokasi tingkat unit. Akibatnya produk dibebani oleh sumber daya yang
tidak digunakan.
Definisi sistem akuntansi biaya tradisional menurut Willam K.
Carter dan Milton F. Usri (2006: 496) menyatakan bahwa perhitungan
biaya tradisional hanya menelusuri biaya bahan baku langsung dan biaya
tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Sedangkan menurut Ray H.
Garrison dan Eric W. Noreen (2006: 293) bahwa dalam biaya akuntansi
tradisional

hanya biaya produksi yang dibebankan ke produk, bahkan

biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa akuntansi biaya tradisional merupakan penentuan kos produk
dengan fokus ke biaya produksi.

3. Activity Based Costing System


a. Pengertian Activity Based Costing System
Terdapat beberapa definisi tentang Activity Based Costing System
yaitu, menurut Carter Usry (2006:496) menjelaskan bahwa:
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing
System) adalah suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat
penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu
dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau
lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volumerelated factor).
Mulyadi (2007: 47) berpendapat bahwa:
Activity Based Costing System pada dasarnya merupakan
penentuan harga pokok produk/jasa secara cermat bagi keputusan
manajemen dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber

14

daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan


produk/jasa.
Adapun menurut Garisson, dkk (2006: 440) berpendapat bahwa:
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas- Activity Based Costing
System adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang
untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk
keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap.
Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Activity
Based Costing adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya
ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan

lalu

membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan
melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen
agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya,
dan pengambilan keputusan.
b. Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based Costing System
Metode Activity Based Costing akan dihasilkan perhitungan yang
lebih akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasikan secara teliti
aktivitas-aktivitas yang dilakukan manusia, mesin dan peralatan dalam
menghasilkan suatu produk maupun jasa.
Menurut Supriyono (2002:231-233) terdapat dua tahapan
pembebanan biaya overhead dengan metode Activity Based Costing
yaitu:
1) Prosedur tahap pertama
Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas
meliputi empat langkah sebagai berikut:

15

a) Penggolongan berbagai aktivitas;


b) Menghubungkan biaya dengan aktivitas;
c) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen;
d) Penentuan tarif kelompok (pool rate).
Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah
penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan
ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik
yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses
produksi yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai
aktivitas, maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya
dengan setiap aktivitas. Kemudian, langkah ketiga adalah penentuan
kelompok-kelompok biaya yang homogen yang ditentukan. Kelompok
biaya homogen (homogenous cost pool) adalah sekumpulan biaya
overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang
dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan
oleh cost driver tunggal. Dengan kata lain suatu kelompok biaya dapat
dikatakan homogen apabila aktivitas-aktivitas overhead dapat
dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama
untuk semua produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan
eksistensi dari sebuah cost driver. Cost driver yang dipilih harus
mudah dipahami berhubungan langsung dengan aktivitas yang
dikerjakan dan memadai untuk ukuran kinerja.

16

Jika kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka


langkah terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok
(pool rates) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang
dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung
dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu
dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver adalah
pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini
aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas,
yaitu:
a) Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit level activities)
Aktivitas yang dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi,
besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk
yang diproduksi. untuk masing-masing output yang diproduksi.
b) Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities)
Aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu batch produk diproduksi,
besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk
yang diproduksi.
c) Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level activities)
Aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang
diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini menggunakan masukan
(input)

yang

bertujuan

untuk

mengembangkan

dan

atau

memproduksi produk untuk dijual. Biaya dari aktivitas jenis ini

17

cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah produk


yang berbeda.
d) Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities)
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan proses
produksi secara keseluruhan. Aktivitas ini tidak berhubungan
dengan volume atau bauran produk (sekumpulan dari semua
produk) yang diproduksi dan dimanfaatkan secara bersama oleh
berbagai jenis produk yang berbeda. Aktivitas ini memberikan
keuntungan bagi organisasi sampai tingkat tertentu, akan tetapi
tidak memberikan keuntungan untuk satu spesifik produk.
2) Prosedur tahap kedua
Di dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari setiap overhead pool
ditelusuri kembali ke hasil produksi. Ini dilakukan dengan
menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama dan
dengan mengukur jumlah sumber-sumber yang digunakan oleh setiap
hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver
yang digunakan oleh setiap hasil produksi, dapat dihitung sebagai
berikut:
Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost yang digunakan

Sumber: Supriyono (2002; 234)


c. Manfaat Menerapkan Activity Based Costing System
Dalam Activity Based Costing System juga menekankan bahwa
produk-produk atau jasa yang dihasilkan tidak secara langsung menyerap

18

sumber daya, tetapi menyerap aktivitas-aktivitas. Menurut Abdul Halim


(1999:469) Activity Based Costing System diakui sebagai sistem
manajemen biaya yang baru sebagai pengganti sistem akuntansi biaya
tradisional, karena mempunyai manfaat-manfaat sebagai berikut:
1) Mendorong
perusahaan-perusahaan
untuk
membuat
perencanaan secara spesifik atas aktivitas-aktivitas dan
sumberdaya untuk mendukung tujuan strategis
2) Memperbaiki sistem pelaporan memperluas ruang lingkup
informasi tidak hanya berdasar unit-unit organisasi tertentu.
Sistem pelaporan yang dimaksud lebih luas di sini meliputi
interdependensi antara satu unit dengan unit organisasi yang
lain.
3) Dengan adanya interpendensi akan dapat mengenal aktivitasaktivitas yang perlu dieliminasi dan yang perlu dipertahankan.
4) Penggunaan aktivitas-aktivitas sebagai pengidentifikasi yang
alamiah akan lebih memudahkan pemahaman bagi semua
pihak yang terlihat dalam perusahaan.
5) Lebih berfokus pada pengukuran aktivitas yang nonfinansial.
6) Memberikan kelayakan dan kemampuan untuk ditelusuri atas
pembebanan biaya overhead terhadap biaya produksi dengan
menggunakan pemandu biaya sebagai basis alokasi.
7) Memberi dampak pada perencanaan strategis, pengukuran
kinerja, dan fungsi manajemen yang lain.
d. Kendala-kendala dalam Penerapan Acticity Based Costing System
Meskipun

sistem

manajemen

biaya

berdasarkan

aktivitas

merupakan pendekatan yang lebih baik daripada sistem akuntansi biaya


tradisional bahkan dapat dipakai sebagai analisis biaya strategis, namun
dalam kenyataannya manajer perlu menyadari bahwa sistem manajemen
biaya Activity Based Costing System sudah benar-benar memberikan
informasi biaya yang merupakan biaya produksi. Menurut Abdul Halim
(1999:470) terdapat tiga kendala biaya produksi yang dilaporkan
berdasarkan Activity Based Costing System, yaitu:

19

1) Alokasi
Walaupun data aktivitas penting diperoleh, tetapi beberapa
biaya masih memerlukan alokasi biaya yang berdasarkan
volume. Misalnya biaya-biaya yang berhubungan dengan
gedung, biasanya mencakup biaya-biaya seperti sewa,
asuransi, dan pajak bangunan. Usaha-usaha untuk menelusuri
aktivitas-aktivitas penyebab biaya-biaya ini merupakan
tindakan yang sia-sia dan tidak praktis
2) Periode periode akuntansi
Periode-periode waktu yang arbiter masih digunakan dalam
menghitung biaya-biaya. Banyak manager yang ingin
mengetahui apakah produk yang dihasilkan menguntungkan
atau tidak. Tujuannya tidak saja untuk mengukur seberapa
banyak biaya yang sudah diserap oleh produk tersebut, tetapi
juga untuk mengukur segi kompetitifnya dengan produk
sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
3) Beberapa yang terabaikan
Dalam menganalisis biaya produksi berdasarkan aktivitas,
beberapa biaya yang sebenarnya berhubungan dengan hasil
produk diabaikan begitu saja dalam pengukurannya. Aktivitasaktivitas seperti pemasaran, promosi, riset dan pengembangan
servis purna jual dan sebagainya juga menimbulkan biaya
Selain kendala-kendala di atas, kendala lain yang timbul dalam
penerapan Activity Based Costing System, yaitu:
1) Banyak perusahaan yang belum terkomputerisasi sehingga manajer
merasa belum perlu mengganti sistem akuntansi tradisional menjadi
sistem akuntansi baru untuk menyesuaikan perubahan lingkungan
manufaktur tersebut.
2) Para manajer hanya memusatkan perhatian pada perubahan proses
produksi dalam pelaksanaan otomatisasi yang dilakukan secara
bertahap.
3) Para manajer sering berpendapat bahwa yang utama yaitu
pelaksanaan produksi dan urusan kertas kerja belakangan.

20

4) Keterbatasan sumber daya untuk melakukan atau melaksanakan


sistem akuntansi yang baru. (Abdul Halim, 1999: 471)
e. Perbedaan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan Activity
Based Costing System
Dalam penerapannya metode akuntasi biaya tradisional dengan
Activity Based Costing System terdapat perbedaan. Menurut Amin Wijaja
Tunggal (2012: 26-27) perbedaan dari kedua metode tersebut, yaitu
sebagai berikut:
1) ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk
menentukan berapa besar setiap overhead tidak langsung dari
setiap produk mengkonsumsikan. Sistem tradisional
mengalokasi overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau
dua basis alokasi yang non representatif, dengan demikian
gagal menyerap konsumsi overhead yang benar menurut
produk individual.
2) Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan fakor waktu. Sistem
tradisional terutama memfokus pada kinerja keuangan jangka
pendek, seperti laba, dengan cukup akurat. Apabila sistem
tradisional digunakan untuk penetapan harga dan untuk
mengidentifikasi produk yang menguntungkan, angkaangkanya tidak dapat diandalkan/dipercaya.
3) ABC membagi konsumsi overhead ke dalam empat kategori:
unit, batch, produk, dan penopang fasilitas (facility
substaining). Sistem tradisional membagi biaya overhead
kedalam unit dan yang lain. Sebagai akibatnya, ABC
mengkalkulasi konsumsi sumber daya, tidak semata-mata
pengeluaran organisasional.
4) ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk
analisis varian daripada sistem tradisional, karena kelompok
biaya (cost pools) dan pemacu (driver) jauh lebih akurat dan
jelas, dan karena ABC dapat menggunakan biaya historis pada
akhir periode untuk menghitung biaya aktual apabila
kebutuhan muncul.
5) ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen.
Persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih
baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang
mengenai organisasi.

21

f. Syarat Penerapan Activity Based Costing System


Penerapan

sistem

Activity

Based

Costing

memerlukan

persyaratan, antara lain diversifikasi produk yang tinggi, persaingan yang


ketat, dan biaya pengukuran yang relatif kecil. Diversifikasi produk yang
tinggi berarti perusahaan memproduksi bermacam-macam jenis produk.
Maka yang menjadi masalah adalah pembebanan biaya overhead ke
setiap produk secara logis sesuai dengan aktivitas untuk membuat setiap
produk. Sebab selama ini pembebanan masih berdasarkan satu cost
driver yaitu unit based yang ternyata hanya terjadi subsidi silang yang
berdampak pada kehancuran perusahaan itu sendiri. Meskipun secara
teoritis dapat diketahui bahwa Activity Based Costing System
memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, namun tidak semua
perusahaan dapat menerapkan sistem ini. Karena terdapat persyaratan
dalam menentukan harga pokok dengan menggunakan Activity Based
Costing System. Menurut Supriyono (2002:664), persyaratan tersebut
sebagai berikut:
1) Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi.
Activity Based Costing System mensyaratkan bahwa
perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini
produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang
sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan
masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2) Tingkat persaingan industri yang tinggi
Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk
yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan
yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin
meningkatkan persaingan untuk memperluas pasarnya.
Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran
informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan
keputusan manajemen.

22

3) Biaya pengukuran yang rendah


Biaya yang digunakan Activity Based Costing System untuk
menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah
dibandingkan dengn manfaat yang diperoleh.
Ada dua hal yang mendasar yang harus dipenuhi sebelum
kemungkinan penerapan Activity Based Costing System, yaitu:
1) Biaya berdasarkan non unit harus merupakan persentase yang
signifikan dari biaya overhead. Biaya overhead yang hanya
dipengaruhi oleh volume produksi saja dari keseluruhan overhead
pabrik, sebaiknya menggunakan akuntansi biaya tradisional karena
informasi biaya yang dihasilkan masih akurat, sehingga penggunaan
Activity Based Costing System akan lebih baik diterapkan pada
perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh
volume produksi saja.
2) Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan
non-unit harus berbeda. Apabila rasio konsumsi antar aktivitas sama
atau semua biaya overhead yang terjadi diterangkan dengan satu
pemicu biaya, maka penggunaan Activity Based Costing System tidak
tepat karena Activity Based Costing System hanya dibebankan ke
produk dengan menggunakan biaya pemicu baik unit maupun non unit
(memakai banyak cost driver) (Supriyono, 2002: 247).
g. Activity Based Costing System untuk Perusahaan Jasa
Penerapan Activity Based Costing System banyak digunakan pada
perusahaan manufaktur, tetapi juga bisa digunakan pada perusahaan jasa,
dengan beberapa ketentuan khusus yang disebabkan oleh karakteristik

23

yang dimiliki perusahaan jasa itu sendiri. Menurut Brinker (melalui


Made Agung Raharja, 2013) karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa,
yaitu:
1) Output seringkali sulit didefinisi
2) Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi
3) Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost pada seluruh
kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output
dengan aktivitasnya. Manfaat dari output itu sendiri kebanyakan tidak
berwujud yang membuat perhitungan menjadi sulit, contohnya
kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuasan konsumen.
Output pada perusahaan jasa tidak berwujud membuat perhitungan
menjadi sulit. Meskipun sulit, penggunaan metode Activity Based
Costing masih bisa diterapkan dalam proses bisnis untuk memperoleh
suatu keakuratan informasi biaya. Untuk menjawab permasalahan
diatas, Activity Based Costing benar-benar dapat digunakan pada
perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activy Based Costing pada
perusahaan jasa adalah:
a) Identifying and costing activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka
beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien.

24

b) Spesial challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan
memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan
itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu
jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang
ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak
dapat dihindari.
c) Output diversity
Perusahaan

jasa

juga

memiliki

kesulitan-kesulitan

dalam

mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity


yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal
yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan.

4. Tarif
Menurut Buchari Alma (2007: 304) istilah harga yang kita kenal
pada umumya di perusahaan jasa pelayanan disebut tarif. Dalam bukunya,
Fandy Tjiptono (2001:151) menyatakan bahwa harga bisa diungkapkan
dengan berbagai istilah misalnya iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi,
upah, gaji, honorarium, SPP, dan sebagainya.

Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2005:388), harga :1. Nilai barang yang ditentukan atau
dirupakan dengan uang, 2. Jumlah uang atau alat tukar lain yang senilai,
yang harus dibayarkan untuk produk atau jasa pada waktu tertentu dan di
pasar tertentu. Selain itu, menurut Laksono Trisnantoro (2006: 146) Tarif

25

adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah
uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah
rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Istilah harga dengan
tarif sama-sama memiliki keterkaitan dengan uang. Dari berbagai pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa tarif adalah harga atau uang yang
dibayarkan oleh seseorang yang telah mendapatkan suatu produk atau jasa.
Adapun tujuan dari penentuan tarif menurut Laksono Trisnantoro
(2006: 147-149), sebagai berikut:
a. Penentuan tarif untuk pemulihan biaya
Tarif ditentukan untuk meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit.
Keadaan ini terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah yang
semakin lama semakin berkurang subsidinya berdasarkan teori, namun
pada kenyataannya subsidi tersebut bertambah.
b. Penentuan tarif untuk subsidi silang
Kebijakan tarif untuk tujuan ini ditentukan oleh manajemen rumah sakit
agar masyarakat ekonomi kuat dapat ikut meringankan pembiayaan
pelayanan rumah sakit bagi masyarakat ekonomi lemah. Kebijakan ini
dilakukan dengan penentuan tarif yang berbeda pada bagian-bagian
dalam rumah sakit.
c. Penentuan tarif untuk meningkatkan akses pelayanan
Keadaan dimana rumah sakit mempunyai misi untuk melayani
masyarakat miskin. Oleh karena itu, pemerintah atau pemilik rumah sakit
mempunyai kebijakan penentuan tarif serendah mungkin sehingga

26

diharapkan akses orang miskin terhadap layanan kesehatan menjadi lebih


baik.
d. Penentuan tarif untuk meningkatkan mutu pelayanan
Di berbagai rumah sakit, misalnya pada rumah sakit pemerintah daerah,
kebijakan penentuan tarif pada bangsal Very Important Person (VIP)
dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk peningkatan mutu pelayanan
dan peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis.
e. Penentuan tarif untuk tujuan lain
1) Penentuan tarif untuk mengurangi pesaing
Kebijakan ini dapat dilakukan untuk mencegah adanya rumah sakit
baru yang akan menjadi pesaing. Dengan cara ini, rumah sakit yang
sudah terlebih dahulu beroperasi mempunyai strategi agar tarifnya
tidak sama dengan rumah sakit baru.
2) Penentuan tarif untuk memperbesar keuntungan
Kebijakan ini dapat dilakukan pada pasar rumah sakit yang cenderung
dikuasai satu rumah sakit (monopoli). Oleh karena itu, penentuan tarif
dapat dilakukan dengan tujuan memaksimalkan pendapatan. Tanpa
kehadiran pesaing dalam suasana pasar dengan demand tinggi, maka
tarif dapat dipasang pada tingkat yang setinggi-tingginya, sehingga
dapat meningkatkan surplus secara maksimal.
3) Penentuan tarif untuk meminimalisasi penggunaan pelayanan atau
mengurangi pemakaian

27

Tarif ditentukan secara tinggi dengan cara ini, maka fungsi rujukan
dapat ditingkatkan sehingga masyarakat hanya menggunakan rumah
sakit apabila perlu saja.
4) Penentuan tarif untuk meningkatkan corporate image
Penentuan tarif dengan tujuan meningkatkan citra sebagai rumah sakit
golongan masyarakat kelas atas. Sebagai contoh, berbagai rumah sakit
di Jakarta yang menentukan tarif super VIP dengan nilai yang sangat
tinggi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan citra rumah sakit yang
super mewah.

5. Jasa
Menurut Kotler (melalui Nasution, 2001: 83) berpendapat bahwa
jasa merupakan aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak
kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
menghasikan kepemilikan apa pun. Produksi jasa bisa berhubungan dengan
produk fisik maupun non fisik. Dalam kaitannya dengan kehidupan, jasa
merupakan suatu aktivitas atau pelayanan yang memberikan segala sesuatu
yang diperlukan oleh orang lain.
Jasa memiliki berbagai macam karakteristik, yaitu sebagai berikut:
a. Tidak berwujud (intangibility)
Jasa adalah sesuatu yang tidak dapat disentuh dan diraba.
b. Tidak terpisahkan (inseparability)

28

Pada umumnya jasa yang dikonsumsi pada waktu yang sama biaya dijual
terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara simultan.
c. Keanekaragaman (varriability)
Karakteristik ini mempunyai maksud bahwa mutu jasa tergantung siapa
yang menyediakan jasa tersebut.
d. Tidak tahan lama (perishability)
Dalam karakteristik ini, jasa berarti tidak dapat disimpan untuk dijual
atau dipakai kemudian seperti halnya produk.

B. Penelitian yang Relevan


1. Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Metode Activity Based Costing
untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah oleh Kurnia Endrawati (2011). Persamaanya terletak pada
subjek penelitian yaitu pada Activity Based Costing, sedangkan
perbedaannya pada salah satu variabel dan tempat kedudukan rumah sakit
yaitu penelitian ini salah satu variabelnya pada mutu pelayanan konsumen,
sedangkan peniliti tarif jasa rawat inap. Tempat kedudukan rumah sakit
penelian ini rumah sakit swasta, sedangkan peneliti rumah sakit
pemerintah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perhitungan jasa rawat
inap menggunakan metode Activity Based Costing memberikan hasil yang
sesuai dengan aktivitas-aktivitas yang dibebankan akan tetapi lebih mahal
jika dibandingkan dengan tarif yang berlaku di Rumah Sakit PKU
Muhamamadiyah Yogyakarta.

29

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ridha Susana (2007) yang berjudul


Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Metode Activity Based Costing
pada Rumah Sakit Grhasia Kabupaten Sleman. Persamaannya sama-sama
menggunakan metode Activity Based Costing, sedangkan perbedaanya pada
kedudukan tempat rumah sakit. Penelitian ini, menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan metode Activity Based Costing dalam penentuan tarif
jasa rawat inap dapat menghasilkan informasi biaya yang tepat dalam setiap
pengambilan keputusan dimana metode Activity Based Costing telah
mengalokasi biaya-biaya aktivitas kesetiap kelas kamar secara tepat
berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas kamar. Perhitungan tarif
jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activitiy Based Costing
memberikan hasil yang lebih besar tarif jasa rawat inap yang digunakan
Rumah Sakit Grhasia.

C. Kerangka Berfikir
Mulyadi (2007:47) berpendapat bahwa Activity Based Costing System
pada dasarnya merupakan penentuan harga pokok produk/jasa secara cermat
bagi keputusan manajemen dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber
daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk/jasa.
Garisson (2006:440) berpendapat bahwa perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas-Activity Based Costing System adalah metode perhitungan biaya
(costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer

30

untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan


mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap.
Dari definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Activity
Based Costing System adalah metode yang mengumpulkan biaya-biaya ke
dalam

aktivitas-aktivitas

yang

terjadi

dalam

perusahaan

kemudian

membebankan biaya atau aktivitas kepada produk atau jasa yang akan
dilaporkan kepada pihak manajemen yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pengendalian
biaya. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah metode perhitungan
biaya yang menekankan pada aktivitas-aktivitas dan dapat meningkatkan mutu
pengambilan keputusan sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam
memperbaiki perencanaan strategisnya, karena dalam penerapan Activity
Based

Costing

System

mengharuskan

perusahaan

untuk

melakukan

identifikasi dan perbaikan atas seluruh kegiatan yang dilakukan pada sebuah
perusahaan.
Activity Based Costing System merupakan salah satu alternatif bagi
rumah sakit dalam menentukan biaya tarif rawat inap. Hal tersebut
dikarenakan Activity Based Costing System menggunakan beberapa cost driver
yang lebih rinci berdasarkan aktivitas sehingga perhitungan harga pokok/tarif
menjadi lebih akurat. Activity Based Costing System juga bermanfaat untuk
menyempurnakan perencanaan strategis, meningkatkan kemampuan yang
lebih baik untuk mengelola aktivitas-aktivitas, mengarahkan orang agar
berorientasi pada aktivitas, dan lain-lain. Sehingga penelitian ini diharapkan

31

menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi rumah sakit dalam perencanaan,
pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan untuk menentukan biaya tarif
jasa rawat inap.

D. Paradigma Penelitian
Komponen-komponen
biaya
Penentuan tarif

Metode yang digunakan di


RSUD Yogyakarta(Unit Cost)

Metode Activity Based


Costing (ABC)

Membandingkan dan menganalisis


hasil perhitungan

Hasil/laporan penelitian
Gambar 1. Paradigma Penelitian

32

E. Pertanyaan Penelitian
1. Komponen-komponen

biaya

apa

saja

yang

diperhitungkan

dalam

menentukan tarif rawat inap dengan menggunakan Activity Based Costing


System?
2. Bagaimana perhitungan biaya yang digunakan oleh RSUD Kota Yogyakarta
untuk menentukan tarif jasa rawat inap tahun 2011?
3. Bagaimana perhitungan Activity Based Costing System untuk menentukan
tarif jasa rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011?
4. Bagaimana perbandingan perhitungan tarif jasa rawat inap berdasarkan
perhitungan rumah sakit dengan perhitungan menggunakan Activity Based
Costing System tahun 2011?

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta yang terletak di Jl.
Wirosaban No 1 Yogyakarta. Observasi dan pengambilan data dilaksanakan
pada tanggal 24 Oktober s/d 24 November 2012, kemudian bulan Februari
2013 dilaksanakan perhitungan data dan analisis data serta penyusunan laporan
penelitian.

B. Jenis Penelitian/Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Penelitian
ini dilakukan dengan cara membandingkan antara metode yang digunakan
pihak rumah sakit dengan Activity Based Costing System.

C. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah RSUD Yogyakarta dan objek dari
penelitian ini adalah data-data yang berhubungan dengan metode ABC dan
metode tradisional tahun 2011. Data-data yang dimaksud seperti profil RSUD
Yogyakarta, struktur organisasi, data tarif rawat inap, data jumlah pasien rawat
inap, data lama hari pasien, tarif konsumsi tiap kelas, data penggunan listrik,
data luas bangunan RSUD Yogyakarta tiap kelas, data fasilitas rawat inap,

33

34

daftar tarif rawat inap yang digunakan rumah sakit yang akan dijadikan sebagai
bahan perbandingan dengan metode dalam penelitian ini, dan lain-lain.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang ada di penelitian ini adalah Activity Based
Costyng System dan Unit Cost System yang diterapkan pada rumah sakit untuk
menghitung biaya rawat inap.
Activity Based Costing menurut Mulyadi (2007:47) berpendapat bahwa:
Activity Based Costing System pada dasarnya merupakan penentuan harga
pokok produk/jasa secara cermat bagi keputusan manajemen dengan mengukur
secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan
untuk menghasilkan produk/jasa. Jadi, Activity Based Costing adalah suatu
sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas
yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut
kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa
tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan,
pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
Sistem akuntasi biaya tradisional menggunakan unit/ kuantitas produk
yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Metode semacam ini sering disebut
juga dengan Unit Costing System. Pada sistem ini biaya-biaya yang timbul
dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan, berdasar atas elemem-elemennya ke
dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka biayabiaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang diserap.

35

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk memperoleh data
sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Langkah awal sebelum melakukan penelitian, yaitu pengamatan secara
langsung objek yang akan diteliti unttuk melihat situasi dan kondisi objek
tersebut.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab secara langsung
dengan pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian untuk memperoleh
data yang dibutuhkan, yaitu dengan manajer bagian keuangan.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data-data atau dokumendokumen yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Data-data tersebut meliputi:
a. Profil RSUD Yogyakarta
b. Struktur organisasi RSUD Yogyakarta
c. Data tarif rawat inap 2011
d. Data biaya rawat inap tahun 2011
e. Data jumlah pasien rawat inap 2011

36

f. Data jumlah hari pakai perawatan pasien rawat inap tahun 2011
g. Data penggunaan tenaga listrik tahun2011,
h. Data jumlah dan luas kamar rawat inap tahun 2011
i. Data tarif konsumsi tiap kelas rawat inap tahun 2011
j. Data fasilitas kamar rawat inap tahun 2011.

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif. Penelitian ini akan membandingkan antara Activity Based
Costing System dengan metode yang diterapkan oleh Rumah Sakit. Data yang
diperlukan diperoleh dengan cara pengumpulan data, kemudian dianalisis
berdasarkan pertanyaan penelitian. Data yang diperlukan adalah tentang
aktivitas-aktivitas biaya rawat inap. Setelah pengumpulan data selesai,
dilakukan penghitungan biaya dengan menggunakan sistem ABC melalui dua
tahap, yaitu:
1. Tahap pertama
Mendokumentasikan data-data tentang daftar tarif rawat inap yang
digunakan oleh pihak RSUD Yogyakarta.
2. Tahap kedua
Menghitung biaya rawat inap dengan cara pengumpulan biaya dalam cost
pool yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 5
langkah:
a. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas.

37

b. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas, pada


langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4
kategori: unit level activities, batch level activities, product sustaining
activities, facility sustaining activities.
c. Mengidentifikasikan cost driver yang dimaksudkan untuk memudahkan
dalam penentuan tarif/unit cos driver.
d. Menentukan tarif/unit cos driver yang artinya biaya per unit cost driver
yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cos driver dapat dihitung
dengan rumus sbb:
Tarif/unit cos driver = jumlah aktivitas
cost driver
Sumber: Supriyono (2002; 232)
e. Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas ke masing-masing produk
yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap
aktivitas dihitung dengan rumus sbb:
BOP yang dibebankan = tarif/unit cost driver x cost driver yang dipilih
Sumber: Supriyono (2002; 234)
3. Tahap ketiga
Membandingkan tarif inap rumah sakit berdasarkan Actiity Based Costing
System dengan realisasi. Kemudian menganalisis harga rawat inap antara
kedua metode tersebut dan membuat kesimpulan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Umum
a. Sejarah Singkat Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta berdiri sejak
tanggal 1 Oktober 1987. RSUD Kota Yogyakarta merupakan
pengembangan Klinik Bersalin Tresnowati yang beralamat di Jalan
Letkol Sugiyono Yogyakarta, menjadi RSUD dengan tipe kelas D dan
dikenal sebagai Rumah Sakit Wirosaban. Pengembangan selanjutnya,
RSUD Kota Yogyakarta ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum tipe C
milik Pemerintah Kota Yogyakarta dengan SK Menkes RI No.
496/Menkes/SK/V/1994. Keberadaan RSUD dikukuhkan dengan Perda
No. 1 Tahun 1966 sebagai UPT dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.
Berkaitan dengan pengelolaan keuangan, RSUD diujicobakan
sebagai RS Swadana Tahun 1999 sesuai Keppres No. 38 Tahun 1991.
Penetapan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana pada tanggal 20
Desember 2000 dengan Perda No. 42. Pada perkembangannya
pengelolaan keuangan rumah sakit ditetapkan sebagai Badan layanan
Umum Daerah dengan Penetapan Menjadi PPK secara penuh BLUD oleh
keputusan

Walikota

Yogyakarta

No. 423/Kep/2007

tanggal

21

September 2007 dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 59/2007


tentang Pedoman Teknis PPK BLUD RSUD.

38

39

Perkembangan dan penambahan jenis dan jumlah tenaga dokter


spesialis, penambahan jenis layanan, sarana dan prasarana rumah sakit,
membawa RSUD Kota Yogyakarta meningkat kelasnya menjadi Rumah
Sakit

berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

1214/Menkes/SK/IX/2007 tanggal 28 November 2007 sebagiai Rumah


Sakit Kelas B Non Pendidikan. Dengan telah ditetapkannya Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Yogyakarta menjadi Rumah Sakit kelas B Non
Pendidikan maka susunan dan tata kerja organisasi telah disempurnakan
dengan peraturan WalikotaYogyakarta Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis
Daerah yang sudah sesuai peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007.
Uraian Rincian Tugasnya ditetapkan berdasar Peraturan Walikota No. 64
Tahun 2008. Berdasarkan Keputusan Walikota Yogyakarta No.
337/KEP/2010 tanggal 8 Juni 2010 RSUD Kota Yogyakarta memiliki
brand name Rumah Sakit Jogja.
b. Visi, Misi dan Moto RSUD Kota Yogyakarta
Untuk mendukung misi Kota Yogyakarta dalam mewujudkan
Kota Yogyakarta yang sehat, maka dengan ini disusun Visi, Misi, dan
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta.
Visi
Unggul, pilihan utama masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya

40

Misi
1) Mewujudkan pelayanan dengan standar profesi tertinggi berbasis
keselamatan pasien;
2) Mewujudkan

pelayanan

yang

sesuai

dengan

kebutuhan

dan

menyenangkan pelanggan tanpa diskriminasi;


3) Mengembangkan sarana prasarana dan infrastruktur yang modern
serta berwawasan lingkungan;
4) Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang
handal;
5) Mewujudkan organisasi pembelajar, terus menerus meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kinerja pegawai;
6) Mewujudkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan, wahana penelitian,
pelatihan dan pembangunan;
7) Mewujudkan manajemen modern, efektif dan efisien dalam iklim
kerja serasi, mengutamakan kebersamaan.
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta
Pelayanan dengan senyum, sapa, sopan, santun, dan sembuh (5S).
c. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tanggal 29
November 2008 Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan
Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah maka susunan
organisasi dan Tata Kerja RSUD Kota Yogyakarta sebagai berikut:
1) Direktur Utama

41

2) Wakil Direktur Pelayanan


a) Bidang Pelayanan Media, terdiri dari:
(1) Seksi Rawat Jalan
(2) Seksi Rawat Inap
b) Bidang Penunjang Pelayanan, terdiri dari:
(1) Seksi Penunjang Medis
(2) Seksi Penunjang Non Medis
c) Bidang Paramedis
(1) Seksi Keperawatan
(2) Seksi Non Keperawatan
3) Wakil Direktur Umum dan Keuangan
a) Bagian Umum, terdiri dari:
(1) Sub Bagian Hukum dan Pelayanan Pelanggan
(2) Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga
(3) Sub Bagian Kepegawaiandan Pengembangan Sumber Daya
Manusia
b) Bagian Keuangan, terdiri dari:
(1) Sub Bagian Keuangan dan Akuntansi
(2) Sub Bagian Administrasi Data Dan Pelaporan
4) Komite Medis
5) Komite Paramedis
6) Kelompok Jabatan Fungsional
7) Instalasi-Instalasi

42

d. Tugas, Wewenang, Tanggung jawab Masing-Masing Jabatan


1) Direktur Utama
Dalam pelaksanaannya direktur menpunyai fungsi dan tugas sebagai
berikut :
a) Direktur

wajib

menerapkan

prinsip

koordinasi,

integrasi,

sinkronisasi, dan simplifikasi secara vertikal dan horizontal.


b) Direktur bertanggung jawab memimpin, menberikan bimbingan,
petunjuk, perintah, dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahannya.
c) Direktur mengadakan rapat berkala dalam rangka menberikan
bimbingan kepada bawahannya.
2) Wakil Direktur Pelayanan
Wakil Direktur Pelayanan mempunyai fungsi melaksanakan kebijakan
direktur dibidang operasional pelayanan medis, para medis dan
pelayanan non medis di RSUD.
Wakil Direktur Pelayanan mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Merumuskan kebijakan operasional pelayanan kesehatan sesuai
tugas pokok dan fungsinya.
b) Menyelenggarakan pengunpulan data, informasi, permasalahan,
peraturan perundang-undangan dan kebijakan teknis dan upaya
pemecaham masalah yang berkaitan dengan bidang operasional
pelayanan medis, para medis dan pelayana non medis RSUD.
c) Menyelenggarakan

perencanaan,

pelaksanaan,

pengendalian,

evaluasi, dan pelaporan kegiatan Wakil direktur pelayanan.

43

d) Menyelenggarakan bimbingan dan pembinaan serta petunjuk teknis


yang berkaitan dengan operasional pelayanan medis, para medis
dan pelayanan non medis RSUD.
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan pelayanan medis,
pelayanan para medis dan pelayanan non medis serta pelayanan
yang berhubungan dengan pelayanan terhadap pasien dan keluarga
pasien.
f) Mengkoordinasi pelaksanaan tugas administrasi kesehatan yang
berhubungan dengan pelayanan medis, pelayanan para medis dan
pelayanan non medis.
g) Mengkoordinasikan ketugasan kepala bidang dan kepala seksi
dibawahnya, dan melakukan komunikasi dengan komite medis
komite para medis, ketua-ketua kelompok jabatan fungsional agar
dapat terselenggara pelayanan medis, pelayanan para medis,
pelayanan non medis, dan pelayanan rumah sakit lainnya dalam
jalinan

kerja

sama

yang

sinergis,

harmonis,

dan

saling

menghormati.
h) Menyusun kebijakan kebutuhan tenaga medis baik tenaga penuh
maupun tenaga paruh waktu agar pelayanan kedokteran selalu
terselenggara dengan baik.
i) Melakukan perencanaan pengembangan pelayanan medis, para
medis dan non medis.

44

j) Mengawasi dan mengendalikan kebutuhan bahan medis pakai habis


dan sarana pendukung lainnya yang dierlukan untuk pelaksanaan
pelayanan medis, Rawat Jalan dan Rawat Inap.
k) Merumuskan kebijakan mutu pelayanan medis, paramedis, dan
penunjang pelayanan RSUD.
l) Mengkoordinasi kebutuhan instalasi-instalasi Rawat Jalan, Rawat
Inap, Rawat Darurat, Rawat Intensif Hemodilisa, Bedah sentral
dan Instalasi Penunjang Medis dan Non Medis, dan instalasi
pelayanan lainnya.
m) Menyelenggarakan anlisis dan pengembangan kinerja Wakil
Direktur Pelayanan,
n) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh direktur.
3) Wakil Direktur Umum dan Keuangan
Wakil Direktur Umum dan Keuangan mempunyai fungsi pelaksanan
kebijakan di bidang administrasi, hukum, manajemen keuangan,
pengelolaan aset, ketatausahaan, kerumah tanggaan, kepegawaian,
pengembangan sumber daya manusia, administrasi data dan
pelaporan.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan mempunyai tugas sebagai
berikut :
a) Merumuskan

kebijakan

administrasi,

hukum,

manajemen

keuangan, pengelolaan aset, ketatausahaan, kerumahtanggaan,

45

kepegawaian, pengembangan sumber daya manusia, administrasi


data dan pelaporan.
b) Menyelenggarakan pengumpulan data, informasi, permasalahan,
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan teknis dan upaya
pemecahan masalah yang berkaitan dengan administrasi, hukum,
manajemen

keuangan,

pengelolaan

aset,

ketatausahaan,

kerumahtanggaan, kepegawaian, pengembangan sumber daya


manusia, administrasi data dan pelaporan.
c) Menyelenggarakan

perencanaan,

pelaksanaan,

pengendalian,

evaluasi, dan pelaporan kegiatan Wakil Direktur Umum dan


keuangan.
d) Menyelenggarakan bimbingan dan pembinaan serta petunjuk teknis
yang berkaitan dengan administrasi, hukum, manajemen keuangan,
pengelolaan aset, ketatausahaan, kerumahtanggaan, kepegawaian,
pengembangan sumber daya manusia, administrasi data dan
pelaporan.
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan administrasi rumah sakit, hukum,
pengelolaan keuangan, pengelolaan aset, ketatausahaan dan rumah
tangga

serta

pelaksanaan

pengelolaan

kepegawaian

dan

pengembangan SDM.
f) Merumuskan kebijakan mutu pelayanan administrasi umum dan
keuangan.

46

g) Mengkoordinasikan

perencanaan

program

rumah

sakit,

administrasi data dan pelaporan.


h) Mengkoordinasikan ketugasan kepala bagian.
i) Menyusun kebujakan kebutuhan anggaran untuk pelayanan
perumahsakitan.
j) Melaksanakan penilaian kinerja kepala bagian.
k) Mengevaluasi ketugasan bagian di bawahnya dan menbuat laporan
berkala sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada
direktur.
l) Menyelenggarakan analisa dan pengembangan kinerja Wakil
Direktur Umum dan keuangan.
m) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh direktur.
4) Komite Medis dan Komite Para Medis
Komite Medis dan Para Medis mempunyai fungsi dan tugas senagai
berikut :
a) Komite Medis dibentuk untuk membantu Direktur dalam
menyusun standar pelayanan medis, melaksanakan pemantauan dan
evaluasi, melaksanakan pembinaan etika profesi, mengatur
kewenangan

profesi

anggota

staf

medis

fungsional

dan

mengembangkan program pelayanan.


b) Komite Para Medis di bentuk untuk membantu direktur dalam
menyusun standar pelayanan, pembinaan asuhan keperawatan,
kebidanan, paramedis lainnya, dan melaksanakan pembinaan etika

47

profesi, kewenangan ptofesi dan pengembangan progran pelayanan


keperawatan, kebidanan, para medis lainnya.
c) Komite Medis dan Komite Para Medis masing-masing dipimpin
oleh seorang ketua yang dipilih dari dan oleh anggotanya, yang
ditetapkan dengan keputusan direktur.
5) Instalasi-instalasi
Instalsi-instalasi mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut :
a) Instalasi-instalasi

dibentuk

untuk

melaksanakan

pelayanan

kesehatan di RSUD sesuai fungsi dan standar pelayanan rumah


sakit.
b) Pembentukan jumlah dan jenis-jenis instalasi disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan RSUD yang ditetapkan oleh direktur.
c) Instalasi-instalasi dalam melaksanakan fungsinya dipimpin oleh
seorang kepala instalasi yang diangkat dan diberhentikan oleh
direktur.
d) Kepala instalasi bukan merupakan jabatan struktural
e) Uraian fungsi dan tugas kepala instalasi ditetapkan oleh direktur.

48

e. Bagan Struktur Organisasi RSUD Kota Yogyakarta

Sumber: Data RSUD Kota Yogyakarta


Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi RSUD Kota Yogyakarta

49

f.

Sarana dan Fasilitas Medis


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta telah mempunyai
pelayanan sebagai berikut:
1) Fasilitas Medis
a) ICU untuk empat tempat tidur lengkap dengan monitor ICU dan
Ventilator
b) Kamar Hemodialisa dengan mesin sebanyak tiga buah
c) Peralatan Radiodiagnostik
d) Peralatan Elektromedik (EKG dan EEG/Brain Mapping), Treadmill
e) Peralatan Patologi Klinik
f) Peralatan Rehabilitasi Medik
g) Peralatan Klinik Mata (Autovent Keratometer, Non
h) Contact, Tonometer, Operating Microscope)
i) Peralatan Klinik Gizi dengan peralatan yang canggih (Dental Unit)
j) Peralatan Klinik Kulit dan Kelamin
k) Peralatan Incubator Perinatologi (Baby Incubator, Phototeraphy,
Invant Warmer), peralatan CPAP.
2) Fasilitas Non Medis, terdiri dari:
a) Genset dengan kemampuan 150 KVA untuk menghidupkan listrik
apabila PLN mengalami gangguan
b) SIM-RS dengan dua server dan 60 workstation meliputi informasi
kesehatan, informasi keuangan, dan farmasi yang terhubung ke

50

unit-unit kerja seperti: Pendaftaran, IRD, Rekam Medis, Poliklinik,


Bangsal Rawat Inap, Farmasi, dan Instalasi Penunjang lainnya.
c) Mobil ambulan dan jenasah.
3) Fasilitas Pelayanan, terdiri dari:
a) Pelayanan Rawat Darurat 24 Jam:
(1) IGD
(2) Ambulan
(3) Farmasi
b) Pelayanan Rawat Jalan, meliputi empat spesialis dasar:
(1) Poliklinik Spesialis Anak
(2) Poliklinik Spesialis Bedah
(3) Poliklinik Spesialis Dalam
(4) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan
c) Dan Spesialis Lainnya, yaitu:
(1) Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin
(2) Poliklinik Spesialis THT
(3) Poliklinik Spesialis Mata
(4) Poliklinik Spesialis Syaraf
(5) Poliklinik Spesialis Jiwa
(6) Poliklinik Spesialis Gigi dan Mulut
4) Pelayanan Penunjang Medik
a) Rehabilitasi Medik
b) Radiologi

51

c) Farmasi
d) Laboratorium Klinik
5) Pelayanan Lainnya
a) Laundry
b) Kamar Jenazah
c) Sanitasi
d) Gizi
e) Ambulan
f) incenerator

2. Deskripsi Data Khusus


a. Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap pada RSUD Kota Yogyakarta
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan
masyarakat, RSUD Kota Yogyakata menyediakan empat kelas jasa, yaitu
kelas VIP, kelas I, kelas II, kelas III, dimana tiap-tiap kelas mempunyai
fasilitas yang berbeda-beda. Fasilitas yang tersedia di setiap kelas adalah
sebagai berikut:
1) Kelas VIP
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, tempat tidur
penunggu, kursi penunggu, meja makan tarik, lemari pasien, TV,
kulkas, AC, wastafel, dan kamar mandi dalam. Satu kamar ditempati
oleh 1 orang pasien. Luas ruangan 4x4

52

2) Kelas I
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari
pasien, kipas angin, dan kamar mandi dalam. Satu kamar ditempati
oleh 1 orang pasien. Luas ruangan 3x4
3) Kelas II
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, dan
lemari pasien. Satu kamar ditempati rata-rata oleh 3 orang pasien.
Luas ruangan 3x4
4) Kelas III
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, dan
lemari pasien. Satu kamar ditempati rata-rata oleh 8 orang pasien.
Luas ruangan 8x5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh keterangan
bahwa RSUD Kota Yogyakarta menghitung tarif kamar rawat inapnya
atas dasar unit cost. Perhitungan unit cost dilakukan secara terpisah untuk
setiap jenis kelas rawat inap. Cara perhitungannya yaitu dengan
menjumlahkan biaya tetap, biaya semi variabel, dan biaya variabel
sehingga dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total dibagi dengan
jumlah hari rawat inap. Dalam penentuan tarif jasa rawat inap, pihak
manajemen RSUD Kota Yogyakarta memiliki beberapa pertimbangan,
yaitu survey harga pasar (tarif pesaing) dan keadaan sosial masyarakat.
Dalam penentuan tarif, rumah sakit harus memperhitungkan kemampuan
ekonomi masyarakat umum.

53

Adapun besarnya tarif tiap kelas jasa yang ditetapkan adalah :


Tabel 1. Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta
Tarif/Hari
Tipe Kamar
(Rp)
No
180.000
1 Kelas VIP
2

Kelas I

105.000

Kelas II

55.000

40.000
4 Kelas III
Sumber: Data RSUD Kota Yogyakarta
b. Data Pendukung Sistem ABC
Di dalam menentukan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan
metode ABC, diperlukan data-data seperti elemen biaya yang berhubungan
langsung dengan rawat inap dan data pendukung lainnya seperti data lama
hari pasien menginap satu tahun, data jumlah pasien rawat inap selama satu
tahun, data luas ruang rawat inap. Data di bawah ini merupakan data
pendukung untuk perhitungan dengan menggunakan rumus ABC.
Tabel 2. Data Lama Hari Pasien Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta Tahun
2011.
Kelas
Bulan
VIP
I
II
III
348
641
1020
1364
Januari
298
621
1063
1207
Februari
339
692
1176
1210
Maret
366
650
1116
1131
April
413
702
1126
1266
Mei
371
619
965
1091
Juni
328
639
1095
1225
Juli
363
607
1073
1205
Agustus
337
643
1021
1184
September
381
673
1145
1396
Oktober
417
692
1086
1208
November
437
687
1119
1625
Desember
4398
7866 13005 15112
Jumlah

54

Sumber : Data RSUD Kota Yogyakarta


Tabel 3. Data Jumlah Pasien Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta Tahun
2011.
Kelas
Bulan
VIP
I
II
III
Januari
76
113
217
753
Februari
66
99
306
658
Maret
86
118
244
651
April
70
130
276
623
Mei
57
114
281
746
Juni
66
82
194
777
Juli
93
102
181
685
Agustus
58
106
227
765
September
85
128
258
682
Oktober
97
142
249
706
November
105
108
276
725
Desember
86
132
353
682
Jumlah
945
1374
3062
8453
Sumber: Data RSUD Kota Yogyakarta
Tabel 4. Data Luas Ruangan Per Kelas RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011
No
Tipe Kamar
Luas Ruangan
528 m2
1
Kelas VIP
2

Kelas I

376 m2

Kelas II

337 m2

Kelas III
Total
Sumber: Data RSUD Kota Yogyakarta

388 m2
1629 m2

Tabel 5. Penggunaan Daya Listrik Per Kelas RSUD Kota Yogyakarta tahun
2011
No
Tipe Kamar
Daya (kwh)
9.186
1
Kelas VIP
2

Kelas I

7.114

Kelas II

6.073

Kelas III
Total
Sumber: Data RSUD Kota Yogyakarta

7.650

30.023

55

Tabel 6. Tarif Makan per Kelas RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011
No
Tipe Kamar
Biaya Konsumsi/Hari (Rp)
58.000
1
Utama B
2

Kelas I

45.000

Kelas II

35.000

4
Kelas III
Sumber: Data RSUD Kota Yogyakarta

15.000

Tabel 7. Data Elemen Biaya Rawat Inap RSUD Yogyakarta tahun 2011
Elemen Biaya
Jumlah
Biaya gaji perawat
Rp 77.229.000,00
Biaya listrik dan air
Rp 407.428.669,00
Rp 1.035.883.000,00
Biaya konsumsi
Biaya laundry
Rp
94.032.000
Biaya kebersihan
Rp
336.010.950
Biaya administrasi
Rp 535.618.658,00
Biaya pemeliharaan gedung
Rp 246.357.297,00
Biaya depresiasi gedung
Rp 317.150.000,00
Biaya depresiasi fasilitas
Rp 63.162.900,00
Sumber: RSUD Yogyakarta

B. Analisis Data
1. Penentuan Harga Pokok Rawat Inap dengan Menggunakan Sistem
ABC
a. Mengidentifikasi Aktivitas-aktivitas
Berdasarkan hasil wawancara yang peniliti lakukan di bagian
personalia dan keuangan, terdapat sembilan aktivitas biaya yang terdapat
pada unit rawat inap. Aktivitas-aktivitas biaya tersebut antara lain:
1) Biaya gaji perawat
2) Biaya depresiasi gedung
3) Biaya depresiasi fasilitas

56

4) Biaya kebersihan
5) Biaya pemeliharaan gedung
6) Biaya konsumsi
7) Biaya listrik dan air
8) Biaya administrasi
9) Biaya laundry
Dari delapan aktivitas biaya di atas, dapat dikelompokkan lagi ke
dalam beberapa pusat aktivitas, yaitu:
1) Aktivitas perawatan pasien
a) Biaya gaji perawat
2) Aktivitas pemeliharaan inventaris
a) Biaya depresiasi gedung
b) Biaya depresiasi fasilitas
c) Biaya kebersihan
3) Aktivitas pemeliharaan pasien
a) Biaya konsumsi
4) Aktivitas pelayanan pasien
a) Biaya listrik dan air
b) Biaya administrasi
c) Biaya laundry
Di bawah ini merupakan penjelasan dari beberapa aktivitas yang
terdapat pada empat pusat aktivitas di atas:

57

1) Biaya gaji perawat


Perawat merupakan pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan rawat
inap. Oleh karena itu, biaya ini termasuk unit level activity cost.
Besarnya gaji perawat selama satu tahun adalah sebesar Rp
77.229.000,00. Besarnya gaji perawat seluruhnya dialokasikan pada
setiap kamar.
2) Biaya konsumsi
Pasien yang menjalani rawat inap membutuhkan makan dan minum
untuk mempercepat proses penyembuhan. Biaya konsumsi pasien
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan makanan dan
minuman pasien. Jenis makanan dan minuman yang diberikan kepada
pasien berbeda jenisnya untuk masing-masing kelas, sehingga biaya
menimbulkan biaya sebesar Rp 1.035.883.000,00. Biaya konsumsi ini
dapat digolongkan ke dalam unit level cost activity, karena tergantung
pada lamanya pasien menjalani rawat inap.
3) Biaya laundry
Aktivitas laundry adalah aktivitas yang dilakukan untuk menyediakan
linen bersih kepada pasien rawat inap seperti sprei, selimut, sarung
bantal, dan lain-lain. Biaya ini terdiri dari biaya yang dikeluarkan
untuk mnyediakan bahan pencuci, biaya listrik dan kebutuhan air
sehingga menimbulkan biaya sebesar Rp 94.032.000,00. Biaya ini
termasuk ke dalam kategori unit level activity cost.

58

4) Biaya administrasi
Untuk memperlancar proses administrasi, maka sangat diperlukan
biaya administrasi. Dengan adanya biaya administrasi, proses
penyediaan sarana dan prasarana akan lebih lancar. Biaya administrasi
terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan form yang
berhubungan dengan pasien rawat inap, belanja alat tulis kantor, biaya
listrik ruang administrasi, dan lain-lain. Sehingga biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 535.618.658,00 termasuk kategori batch
related activity based costing.
5) Biaya listrik dan air
Tenaga listrik dan air sangat diperlukan oleh setiap instansi. Begitu
juga rumah sakit, rumah sakit sangat memerlukan tenaga listrik dan
air untuk melangsungkan aktivitasnya. Ruang tentu saja memerlukan
tenaga listrik untuk menghidupkan AC, kipas angin, lampu, dan air
untuk minum. Biaya listrik dan air setahun sebesar Rp 407.428.669,00
termasuk ke dalam kategori unit level activity cost.
6) Biaya kebersihan
Dalam memelihara kebersihan lingkungan rumah sakit, diperlukan
biaya kebersihan. Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka
pasien akan merasa nyaman dan akan mempercepat proses
pnyembuhan. Komponen biaya kebersihan terdiri dari biaya
penyediaan bahan dan alat kebersihan, biaya penyediaan sabun, dan
alat pembersih, serta tenaga kerja kebersihan yang menyewa dari

59

perusahaan outsourcing. Dengan demikian menimbulkan biaya


sebesar Rp 336.010.950,00 termasuk kategori unit level activity cost.
7) Biaya pemeliharaan bangunan
Biaya ini untuk memelihara bangunan agar kondisinya tetap terjaga
dan dapat digunakan dengan baik. Biaya yang ditimbulkan dari
aktivitas ini adalah sebesar Rp 246.357.297,00- temasuk ke dalam
kategori facility sustaning activity cost.
8) Biaya depresiasi gedung
Biaya depresiasi gedung adalah biaya yang ditanggung oleh rmah
sakit akibat penyusutan nilai bangunan. Biaya depresiasi bangunan
rumah sakit selama satu tahun adalah sebesar Rp 31.714.985,00-.
Besarnya biaya depresiasi diperoleh dari besarnya ongkos awal aset
dibagi dengan masa manfaat. Biaya ini termasuk dalam kategori
facility sustaining activity cost.
9) Biaya depresiasi fasilitas
Biaya depresiasi fasilitas adalah biaya yang ditanggung rumah sakit
karena penyusutan nilai barang yang digunakan akibat penggunaan
fasilitas. Penyusutan fasilitas terdiri dari penyusutan TV, AC, kulkas,
tempat tidur psien, kipas angin, almari, dan lain-lain. Total biaya
depresiasi fasilitas selama satu tahun adalah sebesar Rp 63.162.900.
Berdasarkan Leputusan Menteri Keuangan No 138/KMK.03/2002,
untuk furniture seperti tempat tidur pasien, almari, kursi, meja
menggunakan metode depresiasi garis lurus dengan masa manfaat 8

60

tahun karena termasuk dalam kelompok harta golongan 2. Untuk


peralatan elektronik seperti TV, AC, kulkas, termasuk golongan 1
dengan nilai manfaar 4 tahun, metode penyusutan yang digunakan
adalah garis lurus. Untuk metode garis lurus besarnya biaya depresiasi
diperoleh dari besarnya ongkos awal fasilitas dibagi dengan masa
manfaat. Fasilitas yang ada berbeda antara masing-masing tipe kamar.
Perincian biaya depresiasi fasilitas masing-masing tipe kamar
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. Perincian Biaya Depresiasi Fasilitas Setiap Kamar Rawat
Inap
Kelas

Tempat tidur pasien

Rp

8.464.500

Tahun
Pembelian
2005

Tempat tidur pasien


Penunggu
Bedside cabinet
AC

Rp

800.000

2007

Rp

800.000

Rp
Rp

2.138.400
7.500.000

8
8

2000
2007

8
8

Rp
Rp

2.138.400
7.500.000

Fasilitas

Harga Satuan

Jumlah

Umur
Ekonomis
8

Biaya
Depresiasi
Rp 8.464.500

Kursi dan meja


Penunggu
TV 21 inch

Rp

900.000

2006

Rp

900.000

Utma B

Rp

950.000

2006

Rp

1.900.000

Rp

1.983.000

2009

Rp

1.983.000

Kelas 1

Lemari baju dan


rak TV
Water heater
Kursi teras
Wastafel
Kulkas
Tempat tidur pasien
Kipas angin
Kursi tunggu
Almari pasien
Tempat tidur pasien
Kursi tunggu
Almari pasien
Tempat tidur pasien
Kursi tunggu
Almari pasien

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

2.421.750
8
8
375.000
2.000.000
8
970.000
8
3.500.000
23
50.000
23
150.000
23
256.000
23
1.600.000
37
150.000
37
250.000
37
630.000
52
150.000
52
250.000
52
Total Biaya Depresiasi

2006
2006
2008
2007
2006
2000
2006
2006
2007
2006
2005
2002
2006
1997

4
8
8
4
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8

Rp 4.843.500
Rp
375.000
Rp 2.000.000
Rp 1.940.000
Rp 10.062.500
Rp
143.750
Rp
431.250
Rp
736.000
Rp 9.800.000
Rp
918.750
Rp 1.531.250
Rp 4.095.000
Rp
975.000
Rp 1.625.000

Kelas 2

Kelas 3

Sumber: Data RSUD Kota Yogyakarta

Total

Rp 32.844.400

Rp 11.373.500

Rp 12.250.000

Rp 6.695.000
Rp 63.162.900

61

b. Menggolongkan Aktivitas Biaya ke dalam Berbagai Aktivitas


1) Berdasarkan unit level activity cost
Aktivitas berdasarkan unit level activity cost merupakan aktivitas yang
dilakukan setiap hari dalam melaksanakan kegiatan yang ada di
dalam pelayanan rawat inap. Aktivitas yabg termasuk dalam unit level
activity cost adalah aktivitas perawatan pasien, aktivitas penyediaan
listrik dan air, aktivitas penyediaan konsumsi, aktivitas penyediaan
laundry.
2) Berdasarkan batch related activity cost
Aktivitas ini timbul jika ada order produksi yang belum tentu
frekuensinya. Besar kecilnya tergantung frekuensi order produksi
yang ada. Aktivitas yang termasuk dalam batch related activity cost
adalah aktivitas pengelolaan administrasi, dan aktivitas kebersihan.
3) Berdasarkan product sustaining activity cost
Aktivitas berdasarkan product sustaining activity cost berhubungan
dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya
untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas
ini tidak ditemukan di RSUD Kota Yogyakarta.
4) Berdasarkan facility sustaining activity cost
Aktivitas ini timbul karena untuk mempertahankan fasilitas yang
dimiliki oleh rumah sakit. Aktivitas yang termasuk dalam facility
sustaining activity cost adalah biaya pemeliharaan gedung, biaya
depresiasi gedung, dan biaya depresiasi fasilitas.

62

Untuk mempermudah dalam memahami aktivitas di atas terdapat


rincian biaya yang termasuk dalam berbagai aktivitas dapat dilihat di
tabel di bawah ini:
Tabel 9. Rincian Biaya Aktivitas
Elemen Biaya
Jumlah
Unit level activity cost
Biaya gaji perawat
Rp 77.229.000,00
Biaya listrik dan air
Rp 407.428.669,00
Rp 1.035.883.000,00
Biaya konsumsi
Biaya laundry
Rp
94.032.000
Batch related activity cost
Biaya kebersihan
Rp
336.010.950
Biaya administrasi
Rp 535.618.658,00
Facility sustaning activity cost
Biaya pemeliharaan
gedung
Rp 246.357.297,00
Biaya depresiasi gedung
Rp 31.714.985,00
Biaya depresiasi fasilitas
Rp 63.162.900,00
Sumber: RSUD Yogyakarta
c. Mengidentifikasi Cost Driver
Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan kategorinya,
langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya
aktivitas. Pengidentifikasian yang dimaksudkan dalam penentuan
kelompok aktivitas adalah tarif atau unit cost driver. Pengidentifikasian
cost driver dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

63

Tabel 10. Pengelompokkan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Rawat
Inap
No.
1

Akivitas
Unit level activity cost
a. Biaya gaji perawat
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
b. Biaya listrik dan air
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
c. Biaya konsumsi
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
d. Biaya laundry
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Batch related activity cost
a. Biaya kebersihan
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
b. Biaya administrasi
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Facility sustaning activity cost
Biaya pemeliharaan gedung
Kelas VIP
Kelas I

Driver

Cost
Driver

Jumlah

Jumlah hari rawat inap


Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Kwh
Kwh
Kwh
Kwh
Kwh
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap

40381
4398
7866
13005
15112
30023
9.186
7.114
6.073
7.650

Rp 77.229.000,00
Rp 12.427.692,48
Rp 10.423.936,32
Rp 26.104.565,76
Rp 28.272.221,00
Rp 407.428.669,00

40381
4398
7866
13005
15112
40381
4398
7866
13005
15112

sesuai dengan tarif

Luas bangunan
Luas bangunan
Luas bangunan
Luas bangunan
Luas bangunan
Jumlah pasien
Jumlah pasien
Jumlah pasien
Jumlah pasien
Jumlah pasien

1629
528
376
337
388
13833
945
1374
3062
8452

Luas bangunan
Luas bangunan
Luas Bangunan

1629
528
376

Rp

94.032.000,00

Rp 336.010.950,00

Rp 536.618.658,00

Rp 246.357.297,00
Rp 78.834.335,04

64

No

Aktivitas
Kelas II
Kelas III
Biaya depresiasi gedung
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Biaya depresiasi fasilitas
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III

Driver
Luas bangunan
Luas bangunan
Luas bangunan
Luas bangunan
Luas bangunan
Luas bangunan
Luas bangunan
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap
Jumlah hari rawat inap

Cost
Driver
337
388
1629
528
376
337
388
40381
4398
7866
13005
15112

Jumlah

Rp

31.714.985,00

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

63.162.900,00
32.844.400,00
11.373.500,00
9.250.000,00
6.695.000,00

Sumber: Data diolah


d. Menentukan Tarif per Unit Cost Driver
Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per unit
cost driver. Perhiungannya dilakukan dengan cara membagi jumlah biaya
dibagi dengan cost driver. Perhitungannya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 11. Penentuan Tarif per Unit
No.
1

Akivitas
Unit level activity cost
a. Biaya gaji perawat
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
b. Biaya listrik dan air
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
c. Biaya konsumsi

Jumlah
Rp 77.229.000,00
Rp 12.427.692,48
Rp 10.423.936,32
Rp 26.104.565,76
Rp 28.272.221,00
Rp 407.428.669,00

Rp 1.035.883.00,00

Cost
Driver

4398
7866
13005
15112
30023
9186
7114
6073
7650
40381

Tarif/Unit

Rp 2.825,76
Rp 1.325,19
Rp 2007,27
Rp 1870,85
Rp 13.570,55

65

No.

Akivitas
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
d. Biaya laundry
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Batch related activity cost
a. Biaya kebersihan
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
b. Biaya administrasi
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Facility sustaning activity cost
Biaya pemeliharaan gedung
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Biaya depresiasi gedung
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Biaya depresiasi fasilitas
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Sumber: Data diolah

Jumlah
Rp 255.084.000,00
Rp 353.970.00,00
Rp 455.175.000,00
Rp 226.680.000,00
Rp 94.032.000,00

Rp 336.010.950,00

Rp 536.618.658,00

Rp

246.357.297,00

Rp

31.714.985,00

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

63.162.900,00
32.844.400,00
11.373.500,00
9.250.000,00
6.695.000,00

Cost
Driver
4398
7866
13005
18763
40381
4398
7866
13005
15112

Tarif/Unit
Rp 58.000,00
Rp 45.000,00
Rp 35.000,00
Rp 15.000,00
Rp 2.328,62

1629
528
376
337
388
13834
776
1290
1558
3965

Rp 206.268,23

1629
528
376
337
388
1629
528
376
337
388
40381
4398
7866
13005
15112

Rp 151.232,23

Rp 38.792,64

Rp 19.468,99

Rp
Rp
Rp
Rp

7.468,03
1.445,91
711,26
443,03

66

e. Menghitung Harga Pokok Rawat Inap


Tahap-tahap yang dilakukan dalam perhitungan tarif rawat inap adalah
sebagai berikut :
1) Menghitung biaya overhead yang dibebankan pada masing-masing
kelas dengan cara :
BOP yang dibebankan = tarif cost driver per unit x driver yang
digunakan oleh masing-masing kelas rawat inap.
2) Menjumlahkan seluruh biaya aktivitas yang telah dikelompokkan
3) Membaginya total biaya aktivitas masing-masing kelas rawat inap
dengan jumlah hari rawat inap di masing-masing kelas.
Untuk menghitung harga pokok tarif rawat inap masing-masing kelas
dapat dilihat tabel di bawah ini:

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 12. Tarif Jasa Rawat Inap kelas VIP RSUD Kota Yogyakarta tahun
2011
Tarif Cost
Driver
Total
Elemen Biaya
Driver
Biaya gaji perawat
Rp 2.825,76
4398 Rp 12.427.692,48
Biaya listriki dan air
Rp 13.570,55
9186 Rp124.659.072,30
Biaya konsumsi
Rp 58.000,00
4398 Rp255.084.000,00
Biaya laundry
Rp 2.328,62
4398 Rp 10.241.270,76
Biaya kebersihan
Rp 206.268,23
528 Rp108.909.625,44
Biaya administrasi
Rp 38.792,64
945 Rp 36.659.044,80
Biaya pemeliharaan gedung
Rp 151.232,23
528 Rp 79.850.617,44
Biaya depresiasi gedung
Rp 19.468,99
528 Rp 10.279.626,72
Biaya depresiasi fasilitas
a. Kelas VIP
Rp 7.468,03
4398 Rp 32.844.395,94
Total Biaya
Rp670.955.345,88
Lama Hari Pemakaian
4398
Tarif Rawat Inap per kamar
Rp
152.559,20
Sumber: Data diolah

67

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 13. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I RSUD Kota Yogyakarta tahun
2011
Tarif Cost
Driver
Total
Elemen Biaya
Driver
Biaya gaji perawat
Rp 1.325,19
7866 Rp 10.423.944,54
Biaya listriki dan air
Rp 13.570,55
7114 Rp 96.540.892,70
Biaya konsumsi
Rp 45.000,00
7866 Rp 353.970.000,00
Biaya laundry
Rp 2.328,62
7866 Rp 18.316.924,92
Biaya kebersihan
Rp206.268,23
376 Rp 77.556.854,48
Biaya administrasi
Rp 38.792,64
1374 Rp 53.301.087,36
Biaya pemeliharaan gedung
Rp151.232,23
376 Rp 56.863.318,48
Biaya depresiasi gedung
Rp 19.468,99
376 Rp 7.320.340,24
Biaya depresiasi fasilitas
a. Kelas I
Rp 1.445,91
7866 Rp 11.373.528,06
Total Biaya
Rp 685.666.890,78
Lama Hari Pemakaian
Rp
7.866,00
Tarif Rawat Inap per kamar
Rp
87.168,43
Sumber: Data diolah

Tabel 14. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II RSUD Kota Yogyakarta tahun
2011
Tarif Cost
Driver
Total
No
Elemen Biaya
Driver
1 Biaya gaji perawat
Rp 1.870,85 13005
Rp 24.330.404,25
2 Biaya listriki dan air
Rp 13.570,55
6073
Rp 82.413.950,15
3 Biaya konsumsi
Rp 35.000,00 13005
Rp455.175.000,00
4 Biaya laundry
Rp 2.328,62 13005
Rp 30.283.703,10
5 Biaya kebersihan
Rp206.268,23
337
Rp 69.512.393,51
6 Biaya administrasi
Rp 38.792,64
3062
Rp118.783.063,68
7 Biaya pemeliharaan gedung
Rp151.232,23
337
Rp 50.965.261,51
8 Biaya depresiasi gedung
Rp 19.468,99
337
Rp 6.561.049,63
9 Biaya depresiasi fasilitas
a. Kelas II
Rp 711,26 13005
Rp 9.249.936,30
Total Biaya
Rp 847.274.762,13
Lama Hari Pemakaian
13005
Tarif Rawat Inap per kamar
Rp
65.149,92
Sumber: Data diolah

68

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 15. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Yogyakarta tahun
2011
Tarif Cost
Driver
Total
Elemen Biaya
Driver
Biaya gaji perawat
Rp 2.007,27 15112
Rp 30.333.864,24
Biaya listriki dan air
Rp 13.570,55
7650
Rp 103.814.707,50
Biaya konsumsi
Rp 15.000,00 15112
Rp 226.680.000,00
Biaya laundry
Rp 2.328,62 15112
Rp 35.190.105,44
Biaya kebersihan
Rp206.268,23
388
Rp 80.032.073,24
Biaya administrasi
Rp 38.792,64
8452
Rp 327.875.393,28
Biaya pemeliharaan gedung
Rp151.232,23
388
Rp 58.678.105,24
Biaya depresiasi gedung
Rp 19.468,99
388
Rp
7.553.968,12
Biaya depresiasi fasilitas
a. Kelas III
Rp 443,03 15112
Rp
6.695.069,36
Total Biaya
Rp 876.853.286,42
Lama Hari Pemakaian
15112
Tarif Rawat Inap per kamar
Rp
58.023,64
Sumber: Data diolah

2. Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta dengan


Tarif Jasa Rawat Inap menggunakan Metode ABC
Tabel 16.
Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta dengan Tarif Jasa
Rawat Inap menggunakan Metode ABC
Hasil
Tipe
Tarif RSUD
Tarif Metode
Selisish
%
Perbandingan
Kamar
Yogyakarta
ABC
VIP
Rp180.000,00
Rp152.559,20 Rp27.440,80 15,24 Lebih murah
Kelas I
Rp105.000,00
Rp 87.168,43 Rp17.831,57 16,98 Labih murah
Kelas II
Rp 55.000,00
Rp 65.149,92 Rp10.149,92 18,45 Lebih Mahal
Kelas III
Rp 40.000,00
Rp 58.023,64 Rp17.993,81 45,06 Lebih Mahal
Sumber: Data yang diolah
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC untuk kelas VIP
sebesar Rp 152.559,20, kelas I sebesar Rp 87.168,43, kelas II sebesar Rp
65.149,92, dan kelas III sebesar Rp 58.023,64. Dari hasil tersebut, jika

69

dibandingkan dengan tarif yang digunakan RSUD Kota Yogyakarta, maka


metode ABC memberikan hasil yang lebih mahal pada kelas II dan kelas III.
Dengan selisih untuk kelas II sebesar Rp 10.149,92 atau 18,45%, dan kelas
III sebesar Rp 17.993,81 atau 45,06%. Sedangkan untuk kelas VIP dan kelas
I metode ABC memberikan hasil yang lebih murah, dengan selisih untuk
kelas VIP sebesar Rp 27.440,80 atau 15,24%, dan untuk kelas I sebesar
Rp17.831,57.
Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap pada RSUD Kota
Yogyakarta dengan metode activity based costing adalah disebabkan karena
rumah sakit pemerintah harus memberlakukan sistem subsidi silang dalam
penentuan tarifnya. Subsidi silang yaitu pemberian tarif yang lebih tinggi
kepada masyarakat ekonomi kuat agar dapat ikut meringankan pembiayaan
pelayanan rumah sakit bagi masyarakat ekonomi lemah. Pada tahun 2011,
terjadi kelebihan pasien rawat inap yang menyebabkan penambahan tempat
tidur di kelas II dan kelas III. Kebijakan ini menyebabkan rumah sakit harus
menarik biaya yang lebih rendah dari biaya satuan untuk kalangan kurang
mampu (pasien kelas II dan kelas III) dan menarik biaya yang lebih tinggi
dari biaya satuan untuk kalangan mampu (pasien kelas VIP). Pada tarif jasa
rawat inap yang berlaku di RSUD Kota Yogyakarta saat ini, biaya overhead
pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja
dan karena penerapan subsidi silang yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya
overhead. Sedangkan pada metode ABC biaya overhead pada masing-

70

masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam


metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar
secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
Hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC dapat
dianalisis dengan membandingkan hasil tarif jasa rawat inap yang berlaku di
rumah sakit. Kedua tarif dibandingkan berdasarkan data yang ada pada
tahun 2010. Data tersebut merupakan data jumlah pasien, lama hari pasien,
dan biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk aktivitas
rawat inap adalah sebesar Rp 2.827.437.459,00. Biaya tersebut merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran konsumsi pasien, pembayaran
listrik dan air, administrasi, kebersihan, bahan habis pakai, pemeliharaan,
dan biaya depresiasi. Jumlah pendapatan yang diperoleh dari jasa rawat inap
dengan tarif yang berlaku di rumah sakit adalah sebesar Rp 2.937.325.000
dan hasil penghitungan dengan metode ABC adalah sebesar Rp
3.080.750.189,26. Pendapatan diperoleh dari perkalian antara tarif rawat
inap per hari baik tarif rumah sakit maupun metode ABC dengan lama hari
pasien dirawat pada tahun 2011. Pada tahun 2011, sisa pendapatan dengan
tarif yang berlaku sekarang sebesar Rp 109.887.541,00 dan sisa pendapatan
apabila menggunakan metode ABC adalah sebesar Rp 253.312.730,26-.
Nilai sisa pendapatan metode ABC yang lebih besar disebabkan
karena dalam proses penghitungannya, metode ABC menggambarkan
penggunaan nyata dari aktivitas rawat inap. Sedangkan sisa pendapatan

71

yang lebih kecil dari tarif rumah sakit karena harus mempertimbangkan
kelayakan tarif untuk tahun selanjutnya dan sistem subsidi silang. Subsidi
silang yang dimaksud adalah menarik biaya yang lebih rendah dari biaya
satuan atau bahkan gratis terhadap kalangan tidak mampu yang ada di kelas
II dan kelas III, menarik biaya yang lebih tinggi dari biaya satuan untuk
kalangan mampu di kelas I dan kelas VIP serta pemakaian alat yang tinggi
frekuensinya mensubsidi penggunaan alat yang jarang digunakan.
Dari biaya-biaya tersebut ada beberapa biaya yang sesungguhnya
tidak dimasukkan dalam penghitungan tarif rawat inap karena berasal dari
subsidi pemerintah yaitu biaya untuk gaji PNS dan honorarium sebagian
PTT RSUD tidak dimasukkan dalam perhitungan tarif karena termasuk
dalam anggaran APBD dan biaya depresiasi gedung dan depresiasi fasilitas
RSUD tidak dimasukkan juga dalam perhitungan tarif karena pada tahun
2011 pihak rumah sakit belum menghitung biaya depresiasi fasilitas dan
depresiasi gedung yang akan dimasukkan dalam anggaran biaya atau
pengeluaran berikutnya. Dari perhitungan metode ABC, biaya rawat inap
per hari setelah dikurangi subsidi untuk kelas VIP sebesar Rp 139.928,07,
kelas I Rp 83.466,70, kelas II Rp 62.063,31, dan kelas III Rp 55.073,48.
Penjelasan tersebut ada pada tabel 18 dan 19.

72

Tabel 17 Hasil Perhitungan Tarif Rawat Inap Tahun 2011 Tanpa Pemberian
Subsidi dari Pemerintah.
Lama Hari

Pendapatan
Rumah Sakit

Kelas VIP

4398

Rp180.000

Rp152.559,20

Rp 791.640.000,00

Rp 670.955.361,60

Kelas I

7866

Rp105.000

Rp 87.168,43

Rp 825.930.000,00

Rp 685.666.870,38

Kelas II

13005

Rp 55.000

Rp 65.149,92

Rp 715.275.000,00

Rp 847.274.709,60

Kelas III

15112

Rp 40.000

Rp 58.023,64

Rp 604.480.000,00

Rp 876.853.247,68

Rp2.937.325.000,00

Rp3.080.750.189,26

Rp109.887.541,00

Rp253.312.730,26

ABC System

Tarif Jasa Rawat Inap


Rumah sakit
ABC System

Pengeluaran
Biaya Gaji
Biaya Listrik dan air

Rp
Rp

77.229.000,00
407.428.669,00

Biaya Konsumsi

Rp

1.035.883.000,00

Biaya Laundry

Rp

94.032.000,00

Biaya kebersihan

Rp

336.010.950,00

Biaya administrasi

Rp

535.618.658,00

Biaya pemeliharaan gedu

Rp

246.357.297,00

Biaya depresiasi gedung

Rp

31.714.985,00

Biaya depresiasi fasilitas

Rp

63.162.900,00

Rp

2.827.437.459,00

Total Pengeluaran

Sisa Pendapatan

Sumber: Data diolah


Tabel 18 Tarif Jasa Rawat Inap per hari Setelah Dikurangi Subsidi
Komponen Biaya
Biaya Listrik dan air
Biaya Konsumsi
Biaya Laundry
Biaya kebersihan
Biaya administrasi
Biaya pemeliharaan gedung
Biaya Per Hari

Sumber: Data diolah

Kelas VIP
Rp 28.344,49
Rp 58.000,00
Rp 2.238,62
Rp 24.763,44
Rp 8.335,39
Rp 18.156,12
Rp139.928,07

Tipe Kamar
Kelas I
Kelas II
Rp12.273,19,00
Rp 45.000,00
Rp 2.328,62
Rp 9.859,76
Rp 6.776,14
Rp 7.229,00
Rp 83.446,70

Rp 6.337,10
Rp35.000,00
Rp 2.328,62
Rp 5.345,05
Rp 9.133,65
Rp 3.918,90
Rp62.063,31

Kelas III
Rp 6.869,69
Rp 15.000,00
Rp 2.328,62
Rp 5.295,62
Rp 21.696,36
Rp 3.882,88
Rp 55.073,48

73

Tabel.19 Hasil Perhitungan Tarif Rawat Inap Tahun 2011 dengan


Pemberian Subsidi dari Pemerintah
Pendapatan
Rumah Sakit
Lama Hari

ABC System

Tarif Jasa Rawat Inap


Rumah sakit
ABC System

Kelas VIP

4398

Rp180.000

Rp139.928,07

Rp791.640.000,00

Rp 615.403.651,86

Kelas I

7866

Rp105.000

Rp 83.466,70

Rp825.930.000,00

Rp 656.549.062,20

Kelas II

13005

Rp 55.000

Rp 62.063,31

Rp715.275.000,00

Rp 807. 133.346,55

Kelas III

15112

Rp 40.000

Rp 55.073,48

Rp604.480.000,00

Rp 832.270.429,76

Rp2.937.325.000,00

Rp2.911.356.490,37

Rp281.994.426,00

Rp 256.025.916,37

Pengeluaran
Biaya Listrik dan air

Rp 407.428.669,00

Biaya Konsumsi

Rp 1.035.883.000,00

Biaya Laundry

Rp

Biaya kebersihan

Rp 336.010.950,00

Biaya administrasi

Rp 535.618.658,00

Biaya pemeliharaa gedung

Rp 246.357.297,00

Total Pengeluaran

94.032.000,00

Rp 2.655.330.574,00

Sisa Pendapatan

Sumber: Data diolah

C. Pembahasan
1. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Teori
Berdasarkan hasil penelitian bahwa RSUD Kota Yogyakarta selama
ini dalam menentukan tarif jasa rawat inap menggunakan metode unit cost.
tarif per kelas yang berdasarkan unit cost, yaitu untuk VIP sebesar Rp
180.000, kelas I sebesar Rp 105.000, kelas II sebesar Rp 55.000, dan untuk
kelas III sebesar Rp 40.000. Di dalam menentukan tarif tersebut rumah sakit
mempunyai pertimbangan survey harga pasar (tarif pesaing) dan keadaan
sosial masyarakat. Dalam arti, rumah sakit harus memperhitungkan
kemampuan ekonomi masyarakat umum. Perhitungan di dalam menentukan
tarif jasa rawat inap dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya tetap dan

74

biaya variabel dibagi denga jumlah hari rawat inap. Dalam menentukan tarif
pihak RSUD Kota Yogyakarta mengkategorikan biaya-biaya menjadi dua
macam, yaitu:
a. Biaya tetap
Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kategori biaya tetap disini adalah
biaya administrasi, biaya depresiasi gedung, dan depresiasi fasilitas
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya operasional unit rawat inap yang diperlukan
untuk pelaksanaan kegiatan produksi yang bersifat habis pakai atau
waktu relatif singkat. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya
perawat, biaya konsumsi, biaya listrik dan air, biaya laundry, dan biaya
kebersihan.
Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan
menggunakan metode ABC diperoleh hasil untuk kelas VIP sebesar Rp
152.559,20, kelas I sebesar Rp 87.168,43, kelas II sebesar Rp 65.149,92,
dan kelas III sebesar Rp 58.023,64. Sehingga perbandingan tarif jasa rawat
inap dengan menggunakan metode unit cost dan metode ABC dapat
diketahui bahwa dengan menggunakan metode activity based costing
memberikan hasil yang lebih murah untuk kelas VIP dan kelas I
dibandingkan dengan metode unit cost, sedangkan untuk kelas II dan kelas
III memberikan hasil yang lebih mahal dibandingkan dengan metode unit
cost, karena rumah sakit pemerintah harus memberlakukan sistem subsidi
silang dalam penentuan tarifnya.

75

Activity based costing system adalah sistem akuntansi biaya yang


terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas
dan kemudian ke berbagai produk. menurut Mulyadi (2007:47) perhitungan
biaya berdasarkan aktivitas adalah penentuan harga pokok produk/jasa
secara cermat bagi keputusan manajemen dengan mengukur secara cermat
konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan

produk/jasa.

Sesuai

dengan

hasil

penelitian

bahwa

perhitungan tarif jasa rawat inap dengan activity based costing system pada
RSUD Kota Yogyakarta telah mengalokasikan biaya-biaya berdasarkan
aktivitas yang ada di unit rawat inap. Masing-masing aktivitas mempunyai
cost driver yang menjadi pemicu dari setiap biaya yang timbul.
Manfaat yang diperoleh dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan
activity based costing system pada RSUD Kota Yogyakarta adalah
menyajikan biaya jasa rawat inap yang lebih akurat sehingga dapat
menetapkan harga pokok rawat inap yang lebih baik. Selain itu, biaya-biaya
yang ada di unit rawat inap juga lebih terperinci dalam perhitungan tarifnya.
Hal ini dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan yang
lebih baik untuk penentuan tarif jasa rawat inap. Manfaat tersebut mengacu
pada pendapat Garisson, dkk (2006:440) yaitu metode perhitungan biaya
yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk
keputusan

strategis

dan

keputusan

lainnya

yang

mungkin

akan

mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Dengan demikian metode activity


based costing merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan

76

informasi cost produk atau jasa secara akurat sehingga informasi tersebut
dapat digunakan sebagai dasar yang dapat diandalkan dalam penetapan
kebijakan harga jual produk/jasa.
2. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
Jika dibandingkan antara hasil penelitian saat ini dengan penelitian
terdahulu,

terdapat

persamaan

dan

perbedaan

antara

keduanya.

Persamaannya adalah perhitungan tarif jasa rawat inap dengan activity


based costing system telah mengalokasi biaya-biaya aktivitas ke setiap
kamar. Hasil perhitungan dengan activity based costing system juga
menunjukkan angka yang lebih besar atau lebih murah pada penelitian saat
ini maupun penelitian terdahulu. Perbedaannya adalah pada peneliti yang
penelitiannya di rumah sakit swasta pembiayaan bersumber dari pendapatan
rumah sakit itu sendiri, sedangkan pada penelitian saat ini ada subsidi dari
pemerintah untuk tarif jasa rawat inap. Oleh sebab itu, pihak manajemen
arus teliti dalam penentuan tarif jasa rawat inap agar dapat dijadikan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan dan informasi yang lebih baik.

D. Jawaban Atas Pertanyaan


1. Komponen-komponen

biaya

apa

saja

yang

diperhitungkan

dalam

menentukan tarif rawat inap dengan menggunakan Activity Based Costing


System?
Sesuai dengan data yang diperoleh dari RSUD Kota Yogyakarta di bagian
keuangan mengenai komponen-komponen biaya yang diperhitungkan dalam

77

metode ABC untuk menentukan tarif jasa rawat inap diperoleh dari biayabiaya yang dikeluarkan selama tahun 2011, dimana peniliti kemudian
mengelompokkan biaya-biaya tersebut yang termasuk ke dalam empat
kategori yaitu unit level activity cost, batch related activity cost, product
sustaining activity cost, dan facility sustaining activity cost. Biaya yang
termasuk ke dalam kategori unit level activity costi adalah biaya gaji
perawat, biaya listrik dan air, biaya konsumsi, dan biaya laundry. Biaya
yang termasuk kategori batch related activity cost adalah biaya kebersihan
dan biaya administrasi. Biaya yang termasuk ke dalam kategori , product
sustaining activity cost dalam penelitian ini tidak ditemukan karena karna
aktivitas berdasarkan product sustaining activity cost berhubungan dengan
penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk
mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Biaya yang termasuk
kategori facility sustaining activity cost adalah biaya pemeliharaan gedung,
depresiasi gedung, dan depresiasi fasilitas.
2. Bagaimana perhitungan biaya yang digunakan oleh RSUD Kota Yogyakarta
untuk menentukan tarif jasa rawat inap tahun 2011?
Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan bagian keuangan
RSUD Kota Yogyakarta bahwa RSUD Kota Yogyakarta dalam menentukan
tarifnya menggunakan unit cost. Perhitungan unit cost dilakukan secara
terpisah untuk setiap jenis kelas rawat inap. Cara perhitungannya yaitu
dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel sehingga dihasilkan
biaya total. Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap.

78

Sehingga dengan melakukan wawancara tersebut diperoleh tarif per kelas


yang berdasarkan unit cost, yaitu untuk VIP sebesar Rp 180.000, kelas I
sebesar Rp 105.000, kelas II sebesar Rp 55.000, dan untuk kelas III sebesar
Rp 40.000. Adapun alasan pihak rumah sakit menggunakan unit cost adalah
tarif pesaing dan kemampuan masyarakat. Selain kedua faktor tersebut,
alasan pihak rumah sakit menggunakan metode unit cost karena metode
tersebut sudah menjadi dasar perhitungan tarif jasa rawat selama ini.
3. Bagaimana perhitungan Activity Based Costing System untuk menentukan
tarif jasa rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2011?
Setelah melakukan perhitungan dengan metode activity based costing
diketahui bahwa tarif jasa rawat inap untuk VIP sebesar Rp 152.559,20,
kelas I sebesar Rp 87.168,43, kelas II sebesar Rp 65.149,92, dan kelas III
sebesar Rp 58.023,64.
4. Bagaimana perbandingan perhitungan tarif jasa rawat inap berdasarkan
perhitungan rumah sakit dengan perhitungan menggunakan Activity Based
Costing System tahun 2011?
Setelah mengetahui hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan
menggunakan metode activity based costing, diperoleh perbandingan antara
tarif jasa rawat inap yang berlaku di RSUD Kota Yogyakarta saat ini dengan
perhitungan tarif jasa rawat inap menggunakan metode activity based
costing, yaitu sebagai berikut: metode activity based costing memberikan
hasil yang lebih mahal pada kelas II dan kelas III. Dengan selisih untuk
kelas II sebesar Rp 10.149,92 atau 18,45%, dan kelas III sebesar Rp

79

17.993,81 atau 45,06%. Sedangkan untuk kelas VIP dan kelas I metode
ABC memberikan hasil yang lebih murah, dengan selisih untuk kelas VIP
sebesar Rp 27.440,80 atau 15,24%, dan untuk kelas I sebesar Rp17.831,57.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis penelitian yang telah
dilakukan terhadap tarif jasa rawat inap pada RSUD Kota Yogyakarta, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. RSUD Kota Yogyakarta dalam menentukan tarif jasa rawat inap
menggunakan metode unit cost. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
rumah sakit dalam menggunakan metode unit cost adalah tarif pesaing dan
keadaan sosial masyarakat, dimana rumah sakit harus memperhitngkan
kemampuan ekonomi masyarakat umum, serta karena metode tersebut
sebagai dasar perhitungan dalam menentukan tarif jasa rawat inap di SRUD
Kota Yogyakarta selama ini dan lebih mudah dalam melakukan
perhitungannya. Tarif/biaya rawat inap yang telah digunakan selama tahun
2011 adalah untuk VIP sebesar Rp 180.000, kelas I sebesar Rp 105.000,
kelas II sebesar Rp 55.000, dan untuk kelas III sebesar Rp 40.000.
2. Perhitungan tarif jasa rawat inap menggunakan metode activity based
costing memberikan hasil yang sesuai dengan aktivitas aktivitas yang
dibebankan. Untuk tarif jasa rawat inap yang dihitung dengan
menggunakan metode ABC adalah sebagai berikut: metode activity based
costing diketahui bahwa tarif jasa rawat inap untuk VIP sebesar Rp
152.559,20, kelas I sebesar Rp 87.168,43, kelas II sebesar Rp 65.149,92,
dan kelas III sebesar Rp 58.023,64.

80

81

Dari hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode
activity based costing apabila dibandingkan dengan tarif rawat inap yang
berlaku di RSUD Kota Yogyakarta saat ini, maka metode ABC memberikan
hasil yang lebih mahal pada kelas II dan kelas III. . Dengan selisih untuk
kelas II sebesar Rp 10.149,92 atau 18,45%, dan kelas III sebesar Rp
17.993,81 atau 45,06%. Sedangkan untuk kelas VIP dan kelas I metode
ABC memberikan hasil yang lebih murah, dengan selisih untuk kelas VIP
sebesar Rp 27.440,80 atau 15,24%, dan untuk kelas I sebesar Rp17.831,57.,
atau 16,98%. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap yang
berlaku di rumah sakit ini dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan
biaya overhead pada masing-masing produk dan pemberian subsidi dari
pemerintah. Pada metode akuntansi biaya tradisional/unit cost biaya
overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost
driver. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya
overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masingmasing produk dibebankan pada banyaknya cost driver. Sehingga dalam
metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar
secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat
saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan. Saran tersebut antara lain:

82

1. Bagi Pihak RSUD Kota Yogyakarta


Pihak manajemen sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan tarif
jasa rawat inap dengan menggunakan Activity Based-Costing System
dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang lain seperti
harga pesaing dan kemampuan masyarakat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat lebih terperinci dalam hal
menyajikan data-data atau informasi yang berkaitan dengan metode ABC
sehingga hasil yang didapat lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 1999. Dasar-dasar Akuntansi Biaya. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.


Buchari Alma. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:
Alfabeta.
Blocher, Edward J, dkk. 2007. Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Jakarta:
Salemba Empat.
Caster . William K. dan F. Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Buku 1, Edisi 13.
Jakarta: Salemba Empat.
Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi7.
Jakarta: Salemba Empat.
Dunia Firdaus. A and Abdullah Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya .Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Fandy Tjiptono. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.
Garisson, Ray H, dkk. 2006. Akuntansi Manajerial. Edisi 11. Jakarta: Salemba
Empat.
Garrison, Ray H and Eric W. Noreen. 2000. Akuntansi Manajerial. Terjemahan
Budisantoso. Jakarta: Salemba Empat.
Kurnia Endrawati. 2011. Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Metode
Activity Based Costing untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan
pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Laksono Trisnantoro. 2006. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam
Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Made

Agung
Raharja.
2013.
Activity-Based
Costing
(ABC).
(http://dueeg.blogspot.com/2010/11/activity-based-costing-abc.html,
diakses tanggal 8 Januari 2013).

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi 5. Yogyakarta: STIE YKPN.


. 2007. Activity Based Costing System. Edisi 6. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.

83

84

. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi 5. Yogyakarta: STIE YKPN


Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Ridha Susana. 2011. Peneranapan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Metode Activity
Based Costing System pada Rumah Sakit Grhasia Kabupaten Sleman.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional.
Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi
Maju dan Globalisasi. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Tunggal, Amin Wijaya. 2012. Intisari Activity Based Costing System (ABC) &
Management (ABM). Jakarta: Harvarindo.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai