Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam Tradisi Upacara Sedekah Laut

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 42

AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL

DALAM TRADISI UPACARA SEDEKAH LAUT DI PANTAI TELUK PENYU


KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

Disusun Oleh :
AGUS ATIQ MURTADLO
NIM: 04121794

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2009

HALAMAN MOTTO

Barang siapa tidak menyibukkan diri dengan kebaikan,


niscaya ia disibukkan dalam keburukan.
Maka
Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup untuk
selamanya, dan beribadahlah untuk akheratmu seakan-akan
engkau akan mati esok.
Karena
Diantara kesalahan kita adalah kita terlalu merindukan
kematian dari pada membangun kehidupan. Artinya kita
ingin meninggalkan dunia fana ini tanpa mau
membangunnya.

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ibuku yang telah mendidikku tentang ketegaran hidup. Mengingatkanku pentingnya do`a.
Ibu, kan kuingat do`a-do`amu yang kau ajarkan padaku.
Bapakku (almarhum) semoga engkau mendapat tempat yang penuh barokah disisiNya.
(Allahummaghfirlahu warkhamhu wa`afihi wa` fu `anhu Amiiin.)
Kakak-kakakku yang telah membantu dan selalu menyayangiku, dan adik-adikku yang
selalu aku sayangi juga.
Semua teman-teman yang selalu mendampingiku selama aku studi. Terima kasih atas
motivasi, saran, dan nasehatnya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungimu Amin.
Almamaterku Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tempatku menuntut ilmu.
Terimakasih atas segalanya, akan kukenang selalu sampai akhir hayatku.

vi

ABSTRAK
AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL
DALAM TRADISI UPACARA SEDEKAH LAUT DI PANTAI TELUK PENYU
KABUPATEN CILACAP

Agama Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk melakukan


kegiatan-kegiatan ritualistik seperti sholat, puasa, haji dan lain-lain. Begitu juga
dalam kepercayaan masyarakat Jawa terdapat kegiatan-kegiatan ritualistik seperti
selamatan yang terwujud dalam sebuah upacara-upacara tertentu. Pada dasarnya
sebuah upacara itu dilaksanakan dalam rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari
daya kekuatan gaib yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan
manusia. Hal ini seperti yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap di Pantai Teluk
Penyu, setiap tahun sekali mereka melakukan upacara Sedekah Laut dengan harapan
mereka terbebas dari pengaruh buruk dari kekuatan gaib dan senantiasa mendapatkan
keselamatan. Seiring dengan perkembangan agama Islam di Cilacap upacara Sedekah
Laut mengalami akulturasi antara Islam dan budaya lokal yang ada dan hidup sampai
sekarang.
Sesuai uraian di atas, maka penelitian ini terfokus pada akulturasi Islam dan
budaya lokal dalam upacara Sedekah Laut yang ada di Cilacap. Dengan demikian,
untuk memudahkan dalam penelitian tersebut penulis membagi dalam beberapa
rumusan masalah yaitu: bagaimana proses akulturasi Islam dan budaya lokal dalam
pelaksanaan upacara Sedekah Laut, bagaimana nilai-nilai Islam yang terkandung
dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut, dan bagaimana respon masyarakat
terhadap akulturasi Islam dan budaya lokal dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut
tersebut.
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori akulturasi yang dapat
diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing kedalam budaya lokal
tradisional. Keduanya saling bertemu, yang luar mempengaruhi yang telah mapan
untuk menuju suatu keseimbangan. Kemudian untuk meneliti suatu proses akulturasi
penulis juga menggunakan teori tiga kolomnya Malinowski yaitu bagaimana cara
atau metode yang dilakukan oleh pihak luar dalam memasukan unsur budaya asing ke
dalam kebudayaan lokal, menjelaskan tentang jalannya proses akulturasi dalam suatu
kebudayaan, dan menjelaskan bagaimana respon masyrakat terhadap akulturasi
tersebut.
Dari penelitian tersebut dapat dapat diketahui beberapa hal yaitu proses
akulturasi Islam dan budaya lokal dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut Yang
Berawal dari dakwah oleh Haji Hasan Masnawi dengan terlibat langsung dalam
pelaksanaan upacara Sedekah Laut serta dukungan penuh dari bupati Cilacap.
Sebagian besar masyarakat menerima adanya proses akulturasi ini, karena pada masa
ini sebenarnya masyarakat Cilacap sudah banyak yang beragama Islam. Kedua nilainilai Islam yang terkandung dalam upacara Sedekah Laut ada tiga nilai aqidah seperti
adanya pembacaan kalimat syahadat, nilai ibadah seperti adanya pembacaan do`a
selamat, dan nilai akhlak seperti kebersamaan dalam menjaga kebersihan. Dan yang
ketiga bagaimana respon masyarakat terhadap akulturasi Islam dan budaya lokal
dalam upacara Sedekah Laut Bagi masyarakat yang beragama Islam kuat merespon
dengan baik, dengan harapan dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut tidak terdapat

vii

pelanggaran terhadap agama Islam. Bagi masyarakat yang beragama Islam lemah
merespon secara negatif, karena mereka menginginkan keutuhan dan kemurnian
pelaksanaan upacara Sedekah Laut. Sedangkan bagi masyarakat non-Islam merespon
secara positif saja, karena sebenarnya mereka juga tidak setuju dengan kepercayaan
animisme dan dinamisme.
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada para pembaca mengetahui proses
akulturasi Islam dan budaya lokal dalam upacara Sedekah Laut, nilai-nilai Islam yang
terkandung dalam upacara Sedekah Laut, dan bagaimana respon masyarakat terhadap
akulturasi tersebut. Dari penelitian ini juga semoga bisa menambah koleksi
kepustakaan Islam mengenai upacara tradisional di kabupaten Cilacap.

viii

KATA PENGANTAR




( ) .


Segala puji kami haturkan kepada Sang Maha Suci penguasa segala siang
dan malam yaitu Allah SWT. Kepada-Nya penulis pasrahkan hidup dan semua
yang penulis miliki, sebagaimana langit dan bumi satu drajatpun tak pernah
berpaling. Sebab, penulis berharap menjadi muslim sejati yang senantiasa
menapak jalan lurus yang dirahmati. Sholawat dan salam telah menjadi
keniscayaan hanya teruntuk manusia satu-satunya pembawa rahmat bagi seluruh
alam yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang
yang menjadikan hidayahnya sebagai petunjuk serta berjalan di atas syari`atnya
hingga hari kiamat.
Skripsi yang berjudul Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi
Upacara Sedekah Laut di Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap ini merupakan
upaya penulis untuk memahami pertemuan antara ajaran Islam dengan
kepercayaan asli masyarakat Jawa kuno. Dalam kenyataannya, proses penulisan
skripsi ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak kendala
menghadang selama penulis melakukan penelitian. Oleh karena itu, jika akhirnya
(dapat dikatakan) selesai, maka hal tersebut bukan semata-mata karena usaha
penulis sendiri, melainkan atas bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

ix

Dr. Imam Muhsin, M. Ag. sebagai pembimbing adalah orang pertama


yang paling pantas mendapatkan penghargaan dan ucapan terima kasih setinggitingginya. Di tengah-tengah kesibukannya yang cukup tinggi, beliau selalu
menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk mengarahkan dan memberikan
petunjuk kepada penulis. Oleh karena itu, tidak ada kata yang lebih indah untuk
disampaikan kepada beliau selain ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya,
hanya do`a yang dapat penulis sampaikan semoga jerih payah dan
pengorbanannya baik moril maupun materiil mendapat balasan dari-Nya amin.
Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Dr. H. Syihabudin Qalyubi,
Lc., M. Ag Dekan Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Dr. Maharsi,
M. Hum ketua Jurusan SKI; Dr. Ali Sodiqin, M. Ag dosen pembimbing
akademik; seluruh dosen di Jurusan SKI yang telah memberikan pencerahan
kepada penulis dari kegelapan; serta segenap karyawan Fakultas Adab UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Terima kasih juga kepada teman-teman Jurusan SKI angkatan 2004.
Kebersamaan dan canda tawa kita selama ini serta saling support akan menjadi
kenangan yang paling indah dalam hidup ini sehingga memberikan motifasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Khusus kepada teman-teman
korp Kopi PMII angkatan 2004 kebersamaan kita selama ini dalam suka maupun
duka memberikan energi bagi penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Adab
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tidak lupa kepada teman-teman di LKM baik
SEMA-F, BEM-F dan BEM-J yang memberi arti betapa pentingnya belajar
berorganisasi, kepadanya disampaikan terima kasih banyak.

Terima kasih yang mendalam disertai rasa haru dan hormat penulis
sampaikan secara khusus kepada Bapak dan Ibu. Merekalah yang membesarkan,
mendidik, dan selalu memberi perhatian yang besar kepada penulis sehingga
penulis dapat mengerti arti kehidupan ini. (Allahummaghfir lii waliwaalidayya
warhamhuma kamaa rabbayaanii shagiiraa. Amin) semoga Allah SWT
senantiasa mengampuni dosa-dosanya. Kakak-kakakku dan adik-adikku terima
kasih atas semua dukungan yang telah diberikan.
Atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak di ataslah penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Namun demikian, di atas pundak penulislah skripsi
ini dipertanggungjawabkan. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari sempurna. Karenan itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dari para pembaca sekalian dan mudah-mudahan ilmu
yang penulis dapatkan bisa diamalkan dengan sebaik-baiknya. Amin.

Yogyakarta, 26 Mei 2009


30, Jumadil Ula 1430 H
Penulis

Agus Atiq Murtadlo

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN.... ii
HALAMAN NOTA DINAS...... iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO..... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
ABSTRAK...................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI..

xii

BAB I PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang Masalah...

B. Batasan dan Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

D. Tinjauan Pustaka ..

E. Landasan Teori..

F. Metode Penelitian

13

G. Sistematika Pembahasan..

16

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA CILACAP.....

18

A. Letak Geografis.

18

xii

B. System Keyakinan

22

C. Mitos dan Tradisi-Tradisi Masyarakat Teluk Penyu.

25

BAB III DESKRIPSI UPACARA SEDEKAH LAUT.. 36


A. Asal Usul Upacara Sedekah Laut.. 36
B. Pelaksanaan Upacara Sedekah Laut 41
C. Makna Simbolik Perlengkapan Upacara Sedekah Laut.

49

BAB 1V PERTEMUAN ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DALAM


UPACARA SEDEKAH LAUT DI CILACAP..55
A. Kedatangan Islam Ke Cilacap..

55

B. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Upacara Sedekah Laut 58


1. Unsur-Unsur Lokal.. 58
2. Unsur-Unsur Islam. 61
3. Jalannya Akulturasi. 70
C. Persepsi Masyarakat Terhadap Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Upacara
Sedekah Laut... 73

BAB V PENUTUP. 77
A. Kesimpulan

77

B. Saran-saran..

78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hasil pemikiran, cipta, rasa, dan karsa manusia merupakan kebudayaan
yang berkembang pada masyarakat. Pikiran dan perbuatan yang dilakukan
oleh manusia secara terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi.
Sejalan dengan adanya penyebaran agama, tradisi yang ada pada masyarakat
dipengaruhi oleh ajaran agama yang berkembang. Hal itu misalnya, terjadi
pada masyarakat Jawa yang jika memulai suatu pekerjaan senantiasa diawali
dengan membaca do`a dan mengingat kepada Tuhan yang Maha Esa, serta
meyakini adanya hal-hal yang bersifat gaib.1
Dalam sejarahnya, perkembangan kebudayaan masyarakat Jawa
mengalami akulturasi dengan berbagai bentuk kultur yang ada. Oleh karena itu
corak dan bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang bermacammacam. Setiap masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Hal ini dikarenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu
dengan yang lain berbeda. Kebudayaan asli masyarakat Jawa yang ada di
Indonesia terdiri dari aneka ragam budaya yang mendarah daging di kalangan
suku-suku yang tersebar di Pulau Jawa. Mereka seluruhnya masih memegang
budaya asli dengan beberapa isme seperti animisme, dan dinamisme.2

1
2

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) hlm. 322


Abdul Karim, Islam Nusantara (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher , 2007), hlm

136

Paham animisme dan dinamisme telah dianut oleh masyarakat Jawa


sejak jaman pra-sejarah. Hal ini hingga sekarang masih melekat dalam pribadi
orang Jawa walaupun ajaran-ajaran religi atau agama yang murni telah
diterima selama berabad-abad lamanya. Sebelum kedatangan Islam di Jawa
kepercayaan asli masyarakat adalah animisme, yaitu suatu kepercayaan
tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuhan, hewan dan juga
manusia.3 Semua yang dianggap gerak, dianggap hidup dan mempunyai
kekuatan gaib atau memiliki roh yang berwatak buruk atau baik. Dengan
kepercayaan tersebut mereka beranggapan bahwa di dunia ini terdapat roh
yang berkuasa lebih kuat dari manusia. Agar terhindar dari roh tersebut,
mereka menyembah dengan mengadakan upacara-upacara dan disertai sesaji.4
Ketika Islam datang ke Indonesia, khususnya di pulau Jawa yang
disebarkan oleh para ulama (wali sanga), dalam mendakwahkan agama Islam
mereka menggunakan cara dengan berusaha memasukkan nilai-nilai ajaran
Islam ke dalam budaya Jawa pra-Islam. Hal itu berakibat agama Islam mudah
diterima oleh masyarakat Jawa.5 Kepercayaan-kepercayaan dari agama HinduBudha maupun animisme itulah yang dalam proses perkembangan Islam
berinteraksi dengan kepercayaan-kepercayaan Islam.
Dalam

kehidupan

keberagamaan,

masyarakat

Jawa

untuk

menyesuaikan nilai-nilai ajaran Islam dengan budaya Jawa setempat


3
Masroer Ch.Jb. The History Of Java, Sejarah Perjumpaan Agama-Agama di Jawa
(Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2004), hlm. 19
4
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm.
6
5
Marwati Djoened Poesponegoro Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
Jilid III (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, 1984), hlm. 186

melahirkan kepercayaan-kepercayaan dan upacara-upacara ritual.

Pada

umumnya, upacara tradisi mempunyai tujuan untuk menghormati, memuja,


mensyukuri, dan meminta keselamatan kepada leluhur.6 Tradisi ini bermula
dari pemujaan kepada roh-roh leluhur atau makhluk halus yang merupakan
bentuk kepercayaan asli masyarakat Jawa yaitu animisme. Adanya
penghormatan kepada roh-roh leluhur ini biasanya ditujukan kepada roh-roh
pelindungnya. Roh pelindung yang dimaksud adalah roh-roh tokoh sejarah
yang telah meninggal. Sistem religi dan kepercayaan yang senantiasa
menghubungkan sesuatu dengan Tuhan serta mistik magis yang dengan
menghormati nenek moyang atau leluhurnya dan juga kepercayaan terhadap
kekuatan-kekuatan yang tidak nampak oleh indera manusia, maka mereka
memakai simbol untuk menghormati roh leluhurnya yang diwujudkan dengan
menyediakan sesaji, mengadakan upacara selamatan dan melakukan ziarah ke
makam leluhur maupun tempat yang dianggap keramat.
Penyelenggaraan upacara tradisional mempunyai arti yang sangat
penting bagi warga masyarakat yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena
fungsinya sebagai pengokoh norma-norma atau nilai budaya yang ada dan
berlaku dalam kehidupan masyarakat. Bagi orang Jawa, hidup ini penuh
dengan upacara, baik upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia
sejak dari keberadaannya dalam perut Ibu sampai dengan kematiannya, atau
juga upacara-upacara yang berkaitan dengan aktifitas-aktifitas kehidupan
sehari-hari dalam mencari nafkah, khususnya bagi para petani, pedagang,
6
Rini Iswari dkk, Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional Di Kabupaten
Cilacap (Semarang: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
2006), hlm. 59

nelayan, dan lain sebagainya.7 Upacara-upacara itu semula dilakukan dalam


rangka untuk menangkal pengaruh buruk yang akan membahayakan bagi
kelangsungan hidup manusia, dengan mengadakan sesaji atau semacam
korban yang disajikan kepada daya-daya kekuatan gaib tertentu. Tentu dengan
upacara itu harapan pelaku upacara adalah agar hidup senantiasa dalam
keadaan selamat.8
Di wilayah Kabupaten Cilacap bagian selatan tepatnya di Pantai Teluk
Penyu masih terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang masih mengikuti
atau mendukung kebudayaan Jawa seperti halnya daerah-daerah kejawen
lainnya. Pada umumnya, mereka membentuk kesatuan-kesatuan hidup
setempat yang menetap di desa-desa.9 Kabupaten Cilacap merupakan salah
satu daerah di Jawa Tengah bagian barat, termasuk di dalamnya Pantai Teluk
Penyu yang masyarakatnya masih mendukung kebudayaan Jawa.
Upacara tradisi merupakan ritual yang berkembang dalam masyarakat
dan dijalankan dari generasi ke generasi tanpa atau dengan perubahan yang
mendasar. Di Kabupaten Cilacap khususnya di wilayah Pantai Teluk Penyu
Kelurahan Cilacap masyarakatnya masih melakukan adat istiadat (tradisi) dan
mempunyai kepercayaan terhadap tempat yang dianggap keramat. Tradisi
yang masih dilakukan terutama mengenai upacara selamatan seperti upacara
Sedekah Laut. Sedangkan yang berhubungan dengan tempat yang dianggap

Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm.

131
8

Purwadi, Upacara Tradisional Jawa, Menggali Untaian Kearifan Lokal


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 93
9
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Djamban,
1976), hlm. 322

keramat adalah laut selatan yang dianggap mempunyai penunggu yaitu Nyi
Roro Kidul, dan juga Pantai Karang Bandung di Pulau Majeti sebelah timur
Pulau Nusakambangan yang dianggap keramat oleh masyarakat.10
Upacara Sedekah Laut adalah suatu bentuk upacara tradisional yang
dilaksanakan oleh warga masyarakat Pantai Teluk Penyu Desa Cilacap dan
sekitarnya sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan Rasul-Nya
yang telah melimpahkan karuniaNya serta sebagai bentuk penghormatan
kepada para leluhurnya. Upacara Sedekah Laut merupakan upacara yang
sudah dilakukan oleh masyarakat pantai Teluk Penyu Desa Cilacap sudah
sejak nenek moyang mereka jauh sebelum Islam datang ke pulau Jawa. Hal itu
menjadi kebanggaan bagi masyarakat setempat karena merasa berhasil
mempertahankan kebudayaan yang diwariskan oleh para leluhur kepada
mereka. Namun demikian, seiring dengan masuknya agama Islam ke pulau
Jawa khususnya di Kabupaten Cilacap, upacara Sedekah Laut di Pantai Teluk
Penyu Kelurahan Cilacap mengalami perubahan.
Bagi masyarakat nelayan di pantai Teluk Penyu Desa Cilacap, ritual
Sedekah Laut bukanlah sekedar rutinitas tahunan atau keinginan untuk
bersenang-senang belaka. Akan tetapi, upacara tradisional Sedekah Laut sudah
menjadi bagian dari kultur (budaya) yang menyiratkan simbol penjagaan
terhadap kelestarian kearifan lokal. Oleh karena itu jelas, bahwa salah satu
tujuan dari pelaksanaan upacara adat Sedekah Laut ini dimaksudkan untuk
mempertahankan warisan budaya leluhur yang kaya akan simbol dan makna.
10

Rini Iswari dkk, Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional Di Kabupaten


Cilacap, hlm. 77

Sebab, setiap bangsa atau suku memiliki kebudayaannya sendiri dan berbeda
dengan bangsa lainnya. Demikian juga halnya yang terjadi pada suku Jawa,
mereka memiliki sistem budaya yang khas dan kaya akan simbol sebagai
sarana untuk menyampaikan pesan bagi masyarakat pendukungnya.
Upacara Sedekah Laut yang tadinya merupakan ajaran murni HinduBudha, tetapi setelah Islam datang banyak sekali unsur-unsur Islam yang
masuk dan dijadikan bagian dari ritual upacara tersebut. Ini semua tidak lepas
dari proses Islamisasi yang dilakukan oleh para ulama dalam menyebarkan
agama Islam di Pulau Jawa. Pertemuan antara Islam dan budaya lokal berjalan
secara alamiah dan memakan waktu yang lama, di tengah-tengah maraknya
kebudayaan modern yang terus berkembang kebudayaan yang telah
berakulturasi dengan Islam ini masih tetap bertahan dan dijalankan oleh
masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting
sebagai khasanah kebudayaan bangsa.

B. Batasan dan Rumusan Masalah


Pembahasan dalam penelitian ini terfokus pada upacara Sedekah Laut
yang dilaksanakan di pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap. Adapun
permasalahan pokok dalam kajian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses akulturasi Islam dan budaya lokal dalam upacara
Sedekah Laut di pantai Teluk Penyu Cilacap?
2. Bagaimana nilai-nilai Islam yang terkandung dalam upacara Sedekah
Laut di pantai Teluk Penyu Cilacap?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap akulturasi Islam dan budaya


lokal dalam upacara Sedekah Laut di pantai Teluk Penyu Cilacap?

C. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan upacara Sedekah Laut di pantai Teluk
Penyu Cilacap.
2. Menggali nilai-nilai Islam yang terkandung dalam upacara Sedekah
Laut di pantai Teluk Penyu Cilacap.
3. Untuk mengetahui proses dan persepsi masyarakat terhadap akulturasi
Islam dengan kebudayaan lokal dalam upacara Sedekah Laut di pantai
Teluk Penyu Cilacap.
Sedangkan kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberi pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat
tentang upacara Sedekah Laut.
2. Menggali kebudayaan sebagai salah satu peninggalan yang perlu untuk
dilestarikan.
3. Untuk menambah koleksi kepustakaan Islam mengenai upacara
tradisional di Kabupaten Cilacap.

D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bukanlah uraian tentang daftar pustaka yang akan
digunakan, namun merupakan uraian singkat hasil-hasil penelitian tentang

masalah sejenis yang telah dilakukan oleh orang lain sebelumnya.11 Adapun
penelitian sejenis yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional Di Kabupaten
Cilacap, yang ditulis oleh Dra. Rini Iswari, M.Si dkk pada tahun 2006. Isi dari
buku tersebut adalah kondisi masyarakat Cilacap secara garis besar, sejarah
Cilacap yang berkaitan dengan upacara Sedekah Laut, dan prosesi upacara
Sedekah Laut. Penulisan ini dimaksudkan untuk menginventarisasikan budaya
tradisional yang ada di Jawa Tengah termasuk Cilacap.
Upacara Tradisional Jawa, Menggali Untaian Kearifan Lokal, buku
ini ditulis oleh Dr. Purwadi, M. Hum pada tahun 2005. Di dalam buku tersebut
terdapat beberapa penelitian tentang upacara-upacara adat masyarakat Jawa,
salah satunya adalah tentang upacara Labuhan yang dilaksanakan oleh
masyarakat Desa Kemadang di Pantai Baron Kabupaten Gunung Kidul.
Penelitian tersebut membahas tentang prosesi upacara Labuhan dari awal
persiapan sampai akhir upacara, selain itu juga membahas tentang
perkembangan upacara dari yang sifatnya sederhana sampai keterlibatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul yang bersifat mewah, serta
membahas manfaat upacara Labuhan terhadap masyarakat setempat.
Skripsi yang ditulis oleh Neng Ipat Fathul Karomah (Fakultas Adab,
2002) dengan judul Pengaruh Upacara Hajat Laut Terhadap Masyarakat
Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Dari
redaksinya mungkin terdapat perbedaan, tetapi upacara ini mempunyai
11

Musthofa, Panduan Penulisan Proposal, Skripsi dan Munaqasyah (Yogyakarta:


Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 12

kesamaan tradisi dari yang penulis teliti. Skripsi ini memfokuskan


pembahasan pada pengaruh upacara Hajat Laut terhadap masyarakat setempat
dalam beberapa bidang yaitu bidang agama, sosial, dan budaya.
Skripsi yang ditulis oleh Asrofi (Fakultas Adab, 1997), dengan judul
Tradisi Upacara Sedekah Laut di Desa Purworejo, Bonang, Demak.
Skripsi tersebut memfokuskan pembahasannya terhadap proses upacara
Sedekah Laut, dan perubahan-perubahan yang ada sejak Islamisasi di Pulau
Jawa.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dalam
penelitian terdahulu sebagian besar membahas prosesi upacara Sedekah Laut,
perubahan-perubahan yang terjadi, serta pengaruhnya terhadap masyarakat
setempat dalam beberapa bidang yaitu bidang agama, sosial, dan budaya.
Sedangkan penelitian ini selain membahas tentang prosesi upacara juga
menjelaskan tentang nilai-nilai Islam yang terkandung dalam upacara Sedekah
Laut, dan terfokus pada akulturasi Islam dan budaya lokal pada tradisi upacara
tersebut.

E. Landasan teori
Suatu hal yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya
adalah akal. Dengan akalnya manusia mampu berbudaya, sehingga
kelangsungan hidupnya bisa berlanjut.
Sesuai dengan orientasi di atas, penulis menggunakan pendekatan
antropologi. Antropologi yaitu ilmu yang mempelajari makhluk anthropos

10

atau manusia, merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang masingmasing mempelajari suatu komplek masalah-masalah khusus mengenai
makhluk manusia.12 Pendekatan antropologi merupakan salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktek
berkembang

dalam

masyarakat.13

Wujud

praktek

yang tumbuh dan


keagamaan

yang

dimaksudkan di sini adalah tentang tradisi-tradisi atau upacara-upacara yang


dijalankan oleh masyarakat muslim di kabupaten Cilacap pada upacara
Sedekah Laut.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi. J.
Powel mengungkapkan bahwa akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya
nilai-nilai budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Budaya yang
berbeda itu bertemu, yang luar mempengaruhi yang telah mapan untuk menuju
suatu keseimbangan.14 Koentjaraningrat juga mengartikan akulturasi sebagai
suatu kebudayaan dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh suatu kebudayaan
asing yang demikian berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing
tadi lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu
sendiri tanpa kehilangan kepribadian dan kebudayaannya.15
Akulturasi antar suku yang berhubungan dan berbeda kebudayaan
biasanya salah satu dari bangsa yang berhubungan itu menduduki posisi yang
dominan. Mula-mula istilah tersebut dipakai dalam hubungan antara bangsa
timur dan barat. Penduduk timur yang didatangi barat akhirnya menyatakan
12

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI Press, 1987) hlm. 1


Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2000) hlm. 35
14
J.W.M. Bakker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar (Yogyakarta:
Kanisius, 1984), hlm. 115
15
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II (Jakarta: UI Press, 1990) hlm. 91
13

11

diri jejak-jejak hubungan itu dalam segi kehidupannya. Misalnya dalam


pakaian, perumahan, pendidikan, pergaulan, ekonomi, kesenian, dan lain-lain.
Dalam sejarah perkembangannya, kebudayaan masyarakat Jawa
mengalami akulturasi dengan berbagai bentuk kultur yang ada. Oleh karena
itu, corak dan bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang
bermacam-macam seperti Animisme, Dinamisme, Hinduisme, Budhisme, dan
Islam. Salah satu bentuk budaya Jawa yang menonjol adalah adat istiadat atau
tradisi kejawen (Islam Jawa). Maka ketika Islam dipeluk oleh sebagian besar
masyarakat Jawa, kebudayaan dari mereka masih tetap melestarikan unsurunsur kepercayaan lama seperti tradisi selametan serta upacara-upacara
persembahan sesaji kepada arwah leluhur dan makhluk-makhluk halus.
Pengislaman yang terjadi di pulau Jawa terjadi secara damai, karena
menggunakan metode yang sangat akomodatif yakni dengan menggunakan
unsur-unsur budaya lama (Hinduisme dan Budhisme), tetapi secara tidak
langsung memasukan nilai-nilai Islam ke dalam unsur-unsur lama itu.16
Sehingga secara tidak langsung pergulatan antara Islam dan budaya Jawa
melahirkan tiga bentuk keislaman dengan dasar pikiran yang berbeda dan
kadang memancing konflik antara satu dengan yang lainnya, yaitu Islam
Pesantren, Islam Kejawen, dan Islam Modernis.17
Malinowski dalam buku, The Dynamics Of Culture Change
mengemukakan teori untuk meneliti suatu proses akulturasi dengan
16

Ridin Sofwan, Para Wali Mengislamkan Tanah Jawa, dalam Merumuskan Kembali
Interelasi Islam-Jawa (Semarang: Pusat Kajian Islam dan Budaya Jawa IAIN Walisongo, 2004),
hlm. 5
17
Simuh, Interaksi Islam dan Budaya Lokal, dalam Ibid, hlm. 17

12

pendekatan

fungsional

terhadap

akulturasi

(fungsional

approach

to

acculturation). Merupakan suatu kerangka yang terdiri dari tiga kolom,


pertama; menjelaskan tentang keterangan mengenai kebutuhan, maksud,
kebijaksanaan, dan cara-cara yang dilakukan oleh agen atau ulama Islam yang
dalam hal ini dimotori oleh Haji Hasan Masnawi yang didukung oleh
pemerintah Kabupaten, untuk memasukkan pengaruh kebudayaan asing ke
dalam suatu kebudayaan tradisional. Kedua; menjelaskan tentang jalannya
proses akulturasi dalam suatu kebudayaan tradisional. Ketiga; menjelaskan
tentang reaksi masyarakat terhadap pengaruh kebudayaan Islam yang keluar
dalam bentuk usaha atau gerakan untuk menghindari pengaruh tadi, atau
sebaliknya untuk menerima dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing
dengan unsur-unsur kebudayaan mereka sendiri.18

F. Metode penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan bersifat kualitatif.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung dilakukan untuk
memperoleh fakta nyata tentang tradisi upacara Sedekah Laut dan
hal-hal yang berkaitan kemudian melakukan pencatatan.

18

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II , hlm. 95-96

13

Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke


lapangan untuk melakukan pengamatan tentang pelaksanaan
upacara

Sedekah

Laut,

yang

meliputi

prosesi

upacara,

perlengkapan upacara, dan tempat penyelenggara upacara. Agar


terpenuhinya standar ilmiah maka peneliti harus mampu masuk di
dalamnya untuk berperan serta dalam ritual yang dilakukan oleh
pelaku upacara.19
b. Interview
Interview atau wawancara adalah metode pengumpulan
data dengan mengadakan dialog atau percakapan terkait dengan
tema penelitian kepada informan.20 Metode ini dimaksudkan untuk
memperoleh data primer, karena data ini diperoleh langsung
melalui wawancara dengan pelaku upacara. Adapun pelaku
upacara itu adalah tokoh masyarakat seperti Kepala Desa, tokoh
agama, pemimpin upacara, dan sebagian pengunjung upacara, serta
berbagai pihak yang bersangkutan.
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini penulis mengkaji bahan tertulis dan
tidak tertulis yang bertujuan untuk mendapatkan data sekunder
sebagai pelengkap dari kedua data di atas. Sumber tertulis tersebut
berupa data monografi dan arsip-arsip yang ada relevansinya

19

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gajah


Mada University Press, 2006), hlm. 169
20
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 186

14

dengan penelitian, sedangkan sumber tidak tertulis berupa foto-foto


tentang upacara Sedekah Laut.
2. Analisis Data
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan tujuan untuk menyeleksi
dan mengubah data mentah yang berasal dari catatan lapangan.
Dalam hal ini penulis memilah-milah data yang relevan dan
bermakna sesuai dengan pembahasan.
b. Display Data
Hasil dari reduksi data perlu disajikan dalam laporan
sistematis, mudah dibaca dan dipahami oleh orang lain. Penyajian
data dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan tentang data
yang diperoleh selama mengadakan penelitian. Data tersebut
disajikan dalam bentuk teks naratif yang berupa informasi maupun
hal-hal yang berkaitan dengan upacara Sedekah Laut.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang diperoleh tersebut kemudian ditarik kesimpulan
dengan menggunakan metode deduktif.21 Kesimpulan-kesimpulan
yang masih kaku kemudian diverifikasi selama penelitian
berlangsung sehingga diperoleh kesimpulan yang kredibilitas dan
21
Dudung Abdurahman, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2003), hlm. 67

15

obyektifitas terjamin. Verifikasi bisa berupa pemikiran kembali


yang melintas dalam pemikiran peneliti saat mengadakan
penelitian atau berupa tinjauan ulang terhadap catatan-catatan di
lapangan.
3. Laporan Penelitian
Langkah terakhir dalam seluruh proses penelitian ini adalah
penyusunan laporan. Laporan ini merupakan langkah yang sangat
penting karena dengan laporan itu syarat keterbukaan ilmu pengetahuan
dan penelitian dapat terpenuhi.22 Di samping itu, melalui laporan hasil
penelitian dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang proses
penelitian yang telah dilakukan.23

G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, penulis
menyusun kerangka pembahasan secara sistematis ke dalam lima bab. Bab
pertama merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Pembahasan dalam bab ini merupakan uraian pokok yang menjadi bahasan
selanjutnya.
Bab kedua, membahas tentang latar belakang budaya masyarakat
pantai Teluk Penyu Cilacap yang meliputi letak geografis dan demografis,
22
23

Sumadi Subrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 89


Dudung Abdurahman, Pengantatr Metode Penelitian, hlm. 69

16

sistem keyakinan, mitos dan tradisi-tradisi upacara masyarakat pantai Teluk


Penyu. Sebab, sebelum pembahasan lebih jauh tentang objek penelitian perlu
kiranya mengetahui latar belakang budaya masyarakat setempat. Pembahasan
ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi
masyarakat pantai Teluk Penyu kabupaten Cilacap sebelum terjadinya
akulturasi. Serta memberikan gambaran awal tentang pembahasan yang akan
dikaji yaitu akulturasi Islam dan budaya lokal dalam tradisi upacara Sedekah
Laut.
Bab ketiga, memfokuskan pada pembahasan upacara Sedekah Laut
yang meliputi tentang pengertian upacara Sedekah Laut, asal usul upacara
Sedekah Laut, pelaksanaan upacara dari pembukaan sampai penutupan
upacara Sedekah Laut serta makna perlengkapan simbolik upacara Sedekah
Laut. Di bab ini akan diuraikan pembahasan tentang objek penelitian, setelah
mengetahui secara umum latar belakang budaya masyarakat pantai Teluk
Penyu. Pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui asal usul dan
pelaksanaan upacara Sedekah Laut.
Bab keempat, merupakan pembahasan yang memfokuskan terhadap
akulturasi Islam dan budaya lokal dalam tradisi upacara Sedekah Laut yang
terdiri dari tiga sub bab yaitu, pertama: kedatangan Islam ke Cilacap, kedua:
Akulturasi Islam dan budaya lokal dalam upacara Sedekah Laut yang
meliputi: unsur-unsur lokal, unsur-unsur Islam dan jalannya akulturasi.
Ketiga: persepsi masyarakat terhadap akulturasi Islam dan budaya lokal dalam
tradisi upacara Sedekah Laut.

Setelah mengetahui hasil penelitian, maka

17

dalam bab ini akan membahas tentang inti permasalahan dalam penelitian.
Pembahasan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan terhadap
adanya adanya akulturasi dan persepsi masyarakat terhadap akulturasi Islam
dan budaya lokal dalam upacara Sedekah Laut.
Bab kelima, merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saransaran, yang diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada
dan menjadikan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Proses akulturasi dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut di pantai
Teluk Penyu Cilacap dimulai sejak tahun 1975 M. Berawal dari
dakwah oleh Haji Hasan Masnawi dengan terlibat langsung dalam
pelaksanaan upacara Sedekah Laut serta dukungan penuh dari bupati
Cilacap. Dakwah yang dilakukan oleh Haji Hasan Masnawi yaitu
dengan cara memberikan pengertian kepada masyarakat tentang
keistimewaan agama Islam dan mengajak agar dalam berdo`a
menggunakan cara Islam juga. Pada awalnya banyak masyarakat yang
menolak dengan ajakan Haji Hasan Maswawi, tetapi karena kegigihan
dan kesabaran Haji Hasan Masnawi masyarakat mau menerima
ajakannya walaupun masih ada yang menolaknya.
2. Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam upacara Sedekah Laut ada
tiga: Pertama; nilai aqidah, adanya pembacaan kalimat syahadat
merupakan nilai aqidah, karena seseorang yang melafalkan kalimat
tersebut berarti telah berikrar menjadi seorang yang berkeyakinan
Islam. Kedua; nilai ibadah, pembacaan do`a dalam upacara Sedekah
Laut merupakan nilai ibadah sebagaimana firman Allah SWT dalam

77

78

surah Al-Mukmin ayat 60. Ketiga, nilai akhlak, adanya kebersamaan


masyarakat dalam membersihkan lingkungan sekitar dan menjaga
kebersihan merupakan manifestasi dari akhlakul karimah, sebagaimana
Islam mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.
3. Masyarakat desa Cilacap dalam menyikapi adanya akulturasi Islam
dan budaya lokal dalam upacara Sedekah Laut berbeda-beda. Bagi
masyarakat yang beragama Islam kuat merespon dengan baik, dengan
harapan dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut tidak terdapat
pelanggaran terhadap agama Islam. Bagi masyarakat yang beragama
Islam lemah merespon secara negatif, karena mereka menginginkan
keutuhan dan kemurnian pelaksanaan upacara Sedekah Laut.
Sedangkan bagi masyarakat non-Islam merespon secara positif saja,
karena sebenarnya mereka juga tidak setuju dengan kepercayaan
animisme dan dinamisme.
B. Saran-saran
1. Setiap masyarakat pasti memiliki ciri khas tradisi yang melembaga
dalam ritualitas kehidupan sehari-hari. Ciri tersebut telah menjadi
identitas yang hendaknya harus dihormati sebagai wujud pergulatan
rasionalitas bagi para penganutnya. Oleh karena itu, tradisi upacara
Sedekah Laut yang dilakukan oleh masyarakat pantai Teluk Penyu
desa Cilacap, hendaknya jangan dipahami sekedar ritualitas belaka,

79

melainkan dimensi sepiritualitas yang mendalam yang harus diteliti,


digali dan diungkapkan.
2. Kepada masyarakat pantai Teluk Penyu desa Cilacap khususnya yang
menganut agama Islam haruslah berhati-hati dalam melaksanakan
tradisi upacara Sedekah Laut. Bentuk kehati-hatian tersebut bisa
dilakukan dengan meluruskan niat yang semata-mata ditujukan kepada
Allah SWT, hal ini dikarenakan niat merupakan modal yang sangat
penting dalam melakukan suatu perbuatan.
3. Untuk menghindari kesalahpahaman tentang tradisi upacara Sedekah
Laut yang masih dianggap syirik oleh sebagian masyarakat, maka
perlu bagi pemerintah setempat untuk menerbitkan buku yang
menjelaskan tentang tradisi tersebut, terutama dari sudut pandang
agama Islam.
4. Penelitian ini masih terfokus pada proses akulturasi, nilai-nilai Islam
yang terandung di dalamnya, dan respon masyarakat terhadap adanya
akulturasi dalam upacara Sedekah Laut tersebut. Oleh karena itu,
diharapkan kepada para peneliti yang selanjutnya untuk lebih menggali
lebih dalam makna yang terandung dalam pelaksanaan upacara
Sedekah Laut di pantai Teluk Pentu Cilacap.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fattah, Munawir, Tradisi Orang-Orang NU, Yogyakarta, Pustaka


Pesantren, 2006.
Abdurahman, Dudung, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta, Kurnia Kalam
Semesta, 2003.
Al-Ghazali, Rahasia Dzikir dan do`a, Terj. M. Al Baqir, Bandung: Kharisma,
1994.
Al-Qur`an dan Terjemahannya, Departemen Agama, 1991.
Amin, Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Astuti, Yuli, Tradisi Upacara Labuhan di Gunung Merapi Pada Masa Sri Sultan
Hamengku Buwono ke IX, Skripsi. Fakultas Adab, 2001.
Bakker SJ, J.W.M, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar, Yogyakarta,
Kanisius, 1984.
Bisri, Adab, Kamus Al-Bisri, Surabaya, Progresif, 1999.
Ch.Jb, Masroer, The History Of Java, Sejarah Perjumpaan Agama-Agama di
Jawa, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2004.
Geertz, Cifford, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab
Mahasin, Jakarta: Pustaka Jaya, 1983
Djoened Poesponegoro Nugroho Notosusanto, Marwati, Sejarah Nasional
Indonesia Jilid III, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Balai Pustaka, 1984.
Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2006.
Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta,
Bulan Bintang, 1976.
Hasyim Sidik Tono, Mohamad, Akhidah Islam, Yogyakarta, UII Press, 2006.
Herusatoto, Budiono, Simbolisme Dalam Budaya Jawa, Yogyakarta, Hanindita,
2003.

Ibtihaj, Musyaraf, Islam Jawa, Kajian Fenomenal Tentang Pengaruh Islam dalam
Budaya Jawa, Yogyakarta: Tugu Publisher, 2006.
Iswari, Rini, Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional Di Kabupaten
Cilacap, Semarang, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, 2006.
Karim, Abdul, Islam Nusantara, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
___________, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djamban, 1976.
___________, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta: UI Press, 1987.
___________, Sejarah Teori Antropologi II, Jakarta: UI Press, 1990.
___________, Pengantar Antropologi I, Jakarta, Rineka Cipta, 2005.
Kuntowijoyo, Muslim Kelas Menengah Indonesia 1910-1950, Bandung, Mizan,
1993.
Maharsi, Pola Perpaduan Islam dan Budaya Jawa dalam THAQAFIYYAT Jurnal
Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam, Yogyakarta, Fakultas Adab
UIN Sunan Kalijaga , 2007.
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Mualim Aunur Rahman Faqih, Amir, Ibadah Dan Akhlak Dalam Islam,
Yogyakarta, UII Press, 2002.
Muhsin, Imam, Islam dan Kebudayaan Jawa: Sebuah Pergumulan Nilai-Nilai,
dalam Sugeng Sugiono, dkk, (ed), Menguak Sisi-Sisi Khasanah
Peradaban Islam, Yogyakarta: Adab Press, 2008.
Musthofa, Panduan Penulisan Proposal, Skripsi dan Munaqasyah, Jurusan
Bahasa dan Sastra Arab FAkultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2006.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2000.
Purwadi, Upacara Tradisional Jawa, Menggali Untaian Kearifan lokal,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Purwanto, Hari, Kebudayaan dan Lingkungan, Dalam Perspektif Antropologi,


Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000.
Siti

Maemunah, Terbentuknya Basis Islam Di Surabaya dalam


THAQHAFIYYAT Jurnal Bahasa, Peradaban, Dan Informasi Islam,
Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.

Subrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Rajawali Press, 1992.


Sofwan, Ridin, Merumuskan Kembali Interelasi Islam-Jawa, Semarang: Pusat
Kajian Islam dan Budaya Jawa IAIN Walisongo, 2004.
Sairin, Sjafri, Pengantar Antropologi Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002.
Soedarta dkk, Buku Sejarah Cilacap, Pemerintah Kabupaten Daerah TK II
Cilacap, 1975.
Susanto, Hari, Mitos Menurut Pemikiran Mirsea Eliade, Yogyakarta, Kanisius,
1987.

DAFTAR INFORMAN
1. Nama

: Maryadi

Umur

: 40 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Nelayan/Ketua Rt 05

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 05/08

2. Nama

: Sastrowijoyo

Umur

: 73 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Nelayan/Sesepuh Nelayan

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 05/08

3. Nama

: Muhamad Lutfi

Umur

: 57 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ustadz/Guru SD

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 05/08

4. Nama

: Sumiati

Umur

: 39 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pedagang

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 05/08

5. Nama

: Mulyono

Umur

: 58 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Nelayan

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 05/08

6. Nama

:Warisno

Umur

: 44 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Nelayan/Ketua Rw 15

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 09/15

7. Nama

: Marthosinga

Umur

: 64 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Nelayan/Sesepuh Nelayan

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 09/15

8. Nama

: Amin

Umur

: 37 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Nelayan

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 09/15

9. Nama

: Pujiono

Umur

: 35 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Staf Administrasi Kantor Desa Cilacap

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 09/15

10. Nama

: Atas Munandar

Umur

: 55 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Nelayan

Alamat

: Desa Cilacap Rt/Rw 09/15

11. Nama

: Sugiarto

Umur

: 45 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Staf pemasaran Diparta Cilacap

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah Sedekah Laut itu?


2. Bagaimana pelaksanaan Sedekah Laut di Cilacap?
3. Bagaimana sejarah upacara Sedekah Laut?
4. Apakah tujuan Sedekah Laut bagi masyarakat Cilacap?
5. Apa sajakah perlengkapan yang digunakan dalam prosesi upacara Sedekah
Laut di Cilacap?
6. Adakah perbedaan cara pelaksanaan upacara Sedekah Laut dulu dan sekarang?
7. Bagaimana kondisi sosial ekonomi, budaya, keagamaan, dan tingkat
pendidikan masyarakat Cilacap?
8. Adakah nilai-nilai Islam yang terkandung dalam upacara Sedekah Laut?
9. Siapakah yang memasukan nilai-nilai Islam tersebut.
10. Sejak kapan nilai-nilai Islam digunakan dalam upacara Sedekah Laut?
11. Bagaimana perpaduan antara Islam dan budaya lokal dalam upacara Sedekah
Laut?
12. Bagaimana respon masyarakat terhadap nilai-nilai Islam yang masuk dalam
upacara Sedekah Laut?

CURICULUM VITAE

Nama

: Agus Atiq Murtadlo

Tempat/tgl. lahir

: Cilacap, 28 Agustus 1983

Alamat

: Bendagede Sarwwadadi, Kawunganten, Cilacap. Jawa Tengah

Riwayat pendidikan

1. MI Nahdlotul Muta`alim Bendagede Sarwadadi

Lulus 1996

2. MTs Negeri Kawunganten, Cilacap

Lulus 1999

3. MAN Majenang, Cilacap

Lulus 2002

4. Masuk UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tahun 2004

Pengalaman organisasi :
1. Pengurus Himmah Suci

periode 2005-2006

2. Pengurus BEM-J SKI

periode 2005-2006

3. Pengurus BEM-F ADAB

periode 2007-2009

4. Pengurus PMII RAYON FAK. ADAB periode 2006-2007

Anda mungkin juga menyukai