Laporan Praktikum Kimia Organik KLPK 4 (Sokletasi)
Laporan Praktikum Kimia Organik KLPK 4 (Sokletasi)
Laporan Praktikum Kimia Organik KLPK 4 (Sokletasi)
Genap/2014
1
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pala (Mystirica fragrans Houtt) merupakan tanaman buah berhabitus pohon
tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Belanda dan Maluku. Tanaman pala
menyebar ke pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati
pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas
sampai ke pulau Sumatra. Tanaman pala memiliki keunggulan yakni hampir semua
bagian batang maupun buahnya dapat dimanfaatkan, mulai dari kulit, batang, daun, fuli
(benda yang berwarna merah yang menyelimuti kulit biji), biji pala dan daging buah pala
(Menegristek, 2000).
Pala pada umumnya dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, ada pula digunakan
sebagai penghasil minyak atsiri dan bahan obat. Daging buah palanya sendiri digemari
oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan olahan, misalnya: sirup, asinan
pala, marmelade, selai pala, dodol serta kristal daging buah pala. Produksi pala (biji atau
fuli) setiap tahun terus meningkat. Produksi pala padan tahun 1962 sebesar 3200 ton,
kemudian terus meningkat menjadi 10.327 ton pada tahun 1971. Dalam jangka waktu 10
tahun tersebut, kenaikan produksi pala rata-rata 22% per tahun. Luas areal pala nasional
pada tahun 1985 diperkirakan seluas 70,192 hektar dengan jumlah produksi sekitar
18.649 ton per tahun. Kenaikan produksi tersebut terutama disebabkan oleh perluasan
tanaman pala yaitu sekitar 90% yang merupakan pertanaman rakyat. Peranan ekspor pala
juga cukup besar bagi petani, terutama di daerah Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Irian Jaya, Jawa Barat dan Aceh (Menegristek, 2000).
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu sentra penghasil pala,
produksi terbesarnya adalah di Kabupaten Aceh Selatan. Selain kabupaten Aceh Selatan
pala juga dihasilkan di Kabupaten Bireuen. Menurut data dari Badan Investasi dan
Promosi Aceh (2009) komoditi pala (Myristica fragrans) di kabupaten Bireuen pada
tahun 2006 berada pada peringkat ke-7 untuk komoditi perkebunan dan perhutanan
dengan jumlah produksi 153 ton/tahun. Oleh karena itu, dengan melihat potensi tersebut
maka sangat diperlukan suatu pengembangan komoditi tanaman pala melalui pengolahan
dalam berbagai bentuk produk terutama dari hasil bukan kayunya yaitu berupa buah.
Banyak sekali produk obatan olahan makanan yang dapat dihasilkan dari buah
pala tersebut dan sering dijumpai adalah manisan pala serta asinan pala. Namun, dalam
era persaingan bebas saat ini, kita dituntut untuk meningkatkan daya saing produk baik
aspek kualitas maupun keberagaman produk olahan. Disamping itu juga, dengan semakin
ketatnya persaingan dengan produk makanan olahan lainnya maka diperlukan suatu usaha
pengembangan makanan olahan terutama yang berasal dari komoditi lokal. Salah satu
potensi komoditi lokal adalah pala yang dapat diproduksi dalam upaya peningkatan hasil
penjualan.
2.1
2.1.1
Biji Pala
Biji pala mengandung 73% gliserida jenuh yang terdiri atas komponen-komponen
asam lemak (asam laurat 1,5%, asam miristat 76,6%, asam palmitat 10,5%, asam oleat
10,5%, dan asam linoleat 1,3%). Kandungan asam miristat yang begitu besar terikat
dalam trigliserida menunjukkan bahwa senyawa trigliserida, dalam hal ini trimiristin
terdapat dalam jumlah atau kandungan yang sama dengan asam mirista. Jika asam
palmitat dan asam laurat dibandingkan terlatif terhadap asam miristat, maka kandungan
trimiristin didalam gliserida adalah kira-kira 77% atau 55% dari lemak total. Bomer dan
Ebark berhasil mengisolasi 40% trimiristin dengan cara mentransasi biji pala.
Trimiristin adalah suatu gliserida atau lebih tepat trigliserida yang berbentuk dari
glisero dan asam miristat. Rumus molekulnya adalah :
Nama lain dari asam miristat adalah asam tetradekanoar wujudnya berupa kristal
berwarna putih agak berminyak. Rumus molekunya adalah CH 3(CH2)12COOH. Titik leleh
54,4oC dan titik didih 326,2oC. Sangat larut dalam alkohol dan eter. Asam miristat
pertama kali diisolasi oleh Playfair pada tahun 1841 dan sekaligus menemukan bahwa
asam mirirstat merupakan komponen utama biji pala dan ditemukan pula asam mirirstat
terdapat dalam semua spesies miritica tetapi dalam jumlah yang tidak begitu besar
dibandingkan dengan biji pala. Meskipun asam miristat larut dalam alkohol dan eter, ia
tidak larut dalam air. Sifat ini digunakan untuk menkristalkan asam miristat dari hasil
hidrolisa trimiristin. Kegunaan asam miristat adalah untuk sabun, kosmetik, parfum, dan
ester sintesis untuk flavor dan aditif pada makanan.
Kandungan Kimia
Buah pala mengandung zat-zat seperti miristin, pinen, kamfen (zat membius),
dipenten, pinen safrol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliseda (asam-miristat, asam oleat,
borneol, giraniol), protein, lemak, pati gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap
mengandung trimiristin. Biji pala dikenal sebagai Myristicae Semen yang mengandung
biji Myristica Fragrans dengan lapisan kapur, setelah fulinya disingkirkan. Bijinya
mengandung minyak terbang, dan memiliki wangi dan fasa aromatis yang agak pahit.
Sebanyak 8 17% minyak terbang yang ditawarkan merupakan bahan yang terpenting
pada fuli. Daging buah pala seberat 100g kira-kira terkandung air 10g, protein 7g,
lemak 33g,
hidrokarbon
minyak
yang
menguap
dengan
komponen
utama
beta pinene,
monoterpene
sabinene),
asam
b)
Kegunaan Pala
Pala dikenal sebagai obat pelepas kelebihan gas di usus dan sebagai obat perut.
Kulit dan daunnya mengandung minyak terbang dengan wangi pala yang menyenangkan.
Pala Irian dipakai sebagai obat pencahar sedangkan pala jantan dipakai sebagai obat
mencret dan obat perangsang. Bunga kering (kembang pala) dipakai pada campuran
jamu. Getah segar yang berwarna kehijau-hijauan dari buahnya (beserta air) dipakai
sebagai obat kumur untuk mengobati sariawan. Sabun pala berguna untuk mengobati
encok. Kegunaan khusus dari biji pala yang dikenal sebagai Nux moschata M. Moschata
adalah sebagai obat homoeo-pathi. Biji kerasnya setelah dicuci untuk menghilangkan
kapurnya, dibuat menjadi tepung (direndam dalam alkohol). Obat homoeopathi berguna
untuk mengobati sakit histeri, sambelit, mencret dan penyakit sulit tidur atau perut
kembung. Biji pala telah terbukti berhasil mengobati mencret pada manusia maupun pada
hewan. Di India maupun di Indonesia, biji pala sudah umum dipakai sebagai obat
mencret. Berdasarkan pembuktian di laboratorium bahwa biji pala bereaksi dengan
prostaglandin-prostaglandin. Jika takaran biji pala terlampau tinggi maka akam
menimbulkan efek merangsang (hampir mendekati keracunan), karena biji pala
menimbulkan efek membius dan menimbulkan rangsangan yang kuat pada urat saraf
disusul oleh depresi dan tanda-tanda keracunan seperti sakit kepala, kejang, halusinasi,
pusing kepala, runtuh, dan sebagainya. Biji pala menyebabkan rasa ngantuk, kulit dan
selaput lendir kering, gemetaran, hilang ingatan dan rasa berat di kepala.
Manfaat pada selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai
tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakkan dalam industri pengalengan,
minuman dan kosmetik.
sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri.
Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti
anyaman pala, disebut bunga pala. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual
didalam negeri.
Biji pala
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-
rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri
yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala
sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainnya.
Daging buah pala
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah
diproses menjadi makanan ringan, misalnya asinan pala, manisan pala, marmelade, selai
pala, kristal daging buah pala.
Beberapa khasiat dari pala diantaranya adalah :
Pereda sakit perut
Buah pala ternyata sejak zaman dulu dikenal sebagai obat alami untuk mengatasi
gangguan pencernaan, diare, dan kembung. Minyak esensial dan zat kimiawi alami
lainnya yang ada didalam buah ini membantu kelancuran saluran pencernaan. Untuk
membantu masalah pencernaan, taburkan sedikit, tak lebih dari setengah sendok teh
dalam semangkuk oatmeal sarapan setiap hari selama 2 minggu.
Membantu tidur
Jika anda memiliki masalah untuk tidur, tuangkan segelas susu hangat dan sedikit
pala bubuk. Susu mengandung tryptophan, asam amino yang berubah menjadi seoronin
dalam tubuh, sementara buah pala membantu serotonin bertahan lebih lama.
Pereda sakit gigi
Bagi yang pernah merasakan sakit gigi, pasti pernah merasakan obat yang
dioleskan dokter pada gigi. Rasanya pedas seperti pala. Ya, karena buah pala memang
sudah sejak lama digunakan untuk meredakan sakit gigi pada gusi meradang. Zat yang
didalam minyak pala membantu memerangi bekteri dalam mulut yang bisa menyebabkan
gigi berlubang.
2.1.2 N-Heksana
Heksana
(C6H14)
atau
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
merupakan
pelarut non polar yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan
titik didih 69 oC, pada T dan P normal berbentuk cair. Senyawa ini
merupakan fraksi petroleum eter yang ditemukan oleh Castille da
Henri. Secara umum, Heksana merupakan senyawa dengan 6 rantai
karbon lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyak mentah.
Heksana biasanya digunakan dalam pembuatan makanan termasuk
ekstraksi dari minyak nabati.
C6H14
86.18 gr/mol
0.6548 gr/mol
-95oC (178 K)
69oC (342 K)
0.294 Cp pada 25oC
(Roy, 2011)
adalah
proses
pemisahan
suatu
komponen
a)
Ekstraksi dingin
Ekstraksi
dingin
adalah
metode
ekstraksi
yang
tidak
Maserasi
Maserasi
adalah
ekstraksi
menggunakan
pada suhu
kamar.
pelarut
dengan
Secara teknologi
Ekstraksi panas
Ekstraksi panas adalah metode ekstraksi yang melibatkan energi
Refluks
Refluks adalah ekstraksi pelarut pada temperatur didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
Maserasi
Tidak tahan
Perkolasi
Tidak tahan
digunakan
panas
Kurang
panas
Hasil ekstraksi
Proses kerja
Peralatan
Biaya
Waktu yang
dibutuhkan
Sistem Alat
Sokletasi
Tahan panas
Maksimal
Maksimal
Sampel
Sampel
direndam
dialiri
direndam dan
pelarut
Sederhana
Murah
pelarut
Sederhana
Mahal
dialiri pelarut
Agak rumit
Mahal
Lama
Lama
Lama
Tertutup
Terbuka
Tertutup
maksimal
Sampel
(Irwan,
2010)
Sokletasi
Pengertian
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni
sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara
sokletasi
perlu
dikeringkan
sebelum
disokletasi.
Tujuan
prosedur
sokletasi
hanya
pengulangan,sistematis
dan
pengocokan
Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau
setelah
nonpolar
Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut:
berulang-ulang
Jumlah pelarut yang digunakan sedikit
Proses sokletasi berlangsung cepat
Jumlah sampel yang diperlukan sedikit
Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang
kali
Tidak
baik
dipakai
untuk
mengekstraksi
bahan
bahan
dengan
reagen lainnya.
Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah,
sehingga mudah menguap (Yolani, 2012).
Labu didih
Labu alas
bulat
pada alat
ini
berfungsi
sebagai
tempat
f) Sambungkan tabung soklet yang berisi contoh dengan labu soklet, jangan lupa
mengolesi bagian ujung yang disambungkan dengan vaselin, gunanya untuk
memudahkan waktu membukanya nanti.
g) Berdirikan labu pada mantel pemanas, dan tabung soklet yang tersambung pada
labu, di klemkan pada standar, posisinya harus berdiri tegak lurus.
h) Masukkan pelarut n-heksana dari mulut tabung soklet, sampai terisi penuh.
Setelah penuh, pelarut dengan sendirinya akan turun ke labu soklet. Setelah
tabung soklet kosong dari pelarut, tambahkan lagi n-heksana sampai contoh yang
i)
ada dalam tabung terendam sempurna (Pelarut tidak turun ke labu soklet).
Pasangkan pendingin pada mulut tabung soklet dan jangan lupa mengolesi bagian
o) Bila proses pengambilan pelarut sudah dianggap selesai, yakni minyak yang ada
di labu sudah terlihat pekat, maka pemanas dimatikan, dan alat dilepas menjadi
bagian-bagiannya.
p) Minyak yang ada dalam labu, dikeringkan lagi dari pelarutnya dengan cara
memanaskan dalam oven pada suhu diatas titik didih pelarut. Diovenkan selama
15 menit, kemudian didinginkan dan ditimbang.
q) Pekerjaan seperti no. p dilakukan beberapa kali, sampai didapat berat tetap.
r) Berat minyak dapat dihitung, sehingga persentase minyak dalam biji buah jarak
juga dapat dihitung.
s) Minyak hasil sokletasi disimpan dalam botol tersendiri.
Hasil Praktikum
1.
2.
3.
4.
Berat sampel
Berat labu didih + batu didih
Berat benang dan kertas saring
Volume heksana yang digunakan
:
:
:
:
40g
210g
37g
300mL
Pukul
13.51
14.17
14.47
15.03
15.15
16.03
16.20
16.35
16.49
10
17.15
Berat (gram)
13.1
11.9
11.3
11.2
10.6
10
4.2 Pembahasan
Pada percobaan isolasi minyak biji pala terlebih dahulu biji pala dijadikan serbuk
halus. Hal ini dilakukan agar zat-zat yang terkandung dalam biji pala mudah larut dalam
pelarut, karena semakin halus serbuk maka semakin luas permukaan sentuh antara pelarut
dengan sampel sehingga akan semakin besar kontak dengan pelarut yang digunakan
(Wolcox, 1995).
Selanjutnya sebelum memulai proses sokletasi serbuk biji pala dibungkus dengan
kertas saring berbentuk lonjong yang didalam kertas saring terdapat kapas dibagian atas
dan bawah kertas saring supaya biji pala tidak bisa keluar dari kertas saring dan diikat
dengan benang agar sampel tidak keluar dari kertas saring pada saat proses sokletasi.
Penggunaan kertas saring sebagai pembungkus karena kertas saring mempunyai dinding
yang tipis dan berpori yang dapat mempermudah pelarut untuk menyerap lemak yang
terkandung dalam serbuk biji pala.
Kemudian sampel serbuk biji pala yang sudah dibungkus kertas saring tadi
disoklet. Dalam percobaan ini menggunakan metode pemisahan dengan soklektasi karena
dalam percobaan ini sampel yang digunakan berupa padatan yaitu serbuk biji pala.
Adapun pelarut yang digunakan adalah n-heksana. Penggunaan pelarut ini karena nheksana dapat digunakan untuk melarutkan trimiristin yang merupakan gliseraldehid
bersifat non polar pula dan trimiristin ini terkandung dalam serbuk pala. Kemudian
pelarut n-heksana ini dimasukkan dalam labu bundar dan ditambahkan pula dengan batu
didih yang bertujuan untuk menjaga tekanan dan suhu larutan agar tetap stabil.
Selanjutnya melakukan sokletasi selama 3 jam 24 menit dengan beberapa siklus
untuk menghasilkan ekstrak yang berupa larutan bening. Dengan terbentuknya larutan
bening maka menandai proses ekstraksi ini berlangsung sempurna.
Pada sokletasi terjadi suatu siklus yaitu ketika pelarut yaitu ketika pelarut nheksana dalam labu bundar akan menguap akibat dari pemanasan penangas.Uap pelarut
akan naik, kemudian akan dikondensasikan oleh kondensor menjadi molekul-molekul
cairan pelarut yang jatuh kedalam tempat sampel serbuk biji pala. Terjadinya
pengembunan ditandai dengan adanya tetesan-tetesan pelarut ke dalam sampel. Setelah
volume tempat sampel dipenuhi oleh pelarut, maka seluruh cairan (pelarut yang telah
membawa solut) akan turun kembali ke labu dasar bundar melalui pipa kecil dan proses
inilah yang disebut dengan satu siklus.
Siklus ini terjasdi berulang-ulang (kontinu) sehingga terjadi suatu sirkulasi.
Dalam percobaan ini diperoleh siklus sebanyak 10 kali, hasil siklus ini adalah pelarut nheksana beserta zat-zat non polar yang terkandung dalam serbuk biji pala dan senyawa
non polar yang ikut terlarut bersama-sama dengan pelarut n-heksana adalah minyak pala.
Dalam proses sokletasi ini, ketika pelarut n-heksana masuk ke dalam tempat
sampel maka pelarut n-heksana yang bersifat non polar akan melarutkan zat-zat yang
bersifat non polar yang terkandung dalam biji pala lalu akan turun kembali ke dalam labu
bundar bersama-sama dengan pelarut n-heksana. Semakin banyak siklus yang terjadi
maka semakin banyak ekstrak yang didapat karena semakin banyak zat-zat yang ikut
terlarut di dalam pelarut sehingga hasil ekstrak akan semakin besar sampai pada batas
kandungan zat/jumlah zat tersebut di dalam sampel. Dari proses sokletasi ini diperoleh
minyak yang berwarna kuning kecoklatan bening.
Pada proses pemisahan ekstrak biji pala dari pelarutnya ini dilakukan dengan
pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu bundar. Pelarut n-heksana dapat
menguap 5-10oC di bawah titik didih pelarutnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
penurunan tekanan. uap pelarut akan menguap naik ke kondensor dan mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul pelarut murni yang ditampung dalam labu bundar
penampung pelarut dan terpisah dengan hasil ekstraknya.
Siklus pertama terjadi sekitar 26 menit dari awal mulai proses, siklus kedua
terjadi sekitar 26 menit setelah siklus pertama, siklus ketiga terjadi 30 menit setelah siklus
kedua, siklus keempat terjadi sekitar 16 menit setelah siklus ketiga, siklus kelima tejadi
sekitar 12 menit setelah siklus keempat,siklus keenam terjadi sekitar 48 menit setelah
siklus kelima,siklus ketujuh terjadi sekitar 17 menit setelah siklus keenam,siklus
kedelapan terjadi sekitar 15 menit setelah siklus ketujuh, siklus kesembilan terjadi sekitar
14 menit setelah siklus kedelapan, siklus kesepuluh terjadi sekitar 16 menit setelah siklus
kesembilan.
Setelah siklus kesembilan dilakukan pengujian yaitu dengan mengambil beberapa
tetes larutan yang merendam sampel dengan pipet tetes dan diteteskan pada selembar
kertas saring. Setelah kering kertas saring tersebut tidak terdapat noda bearti semua lemak
atau minyak telah terekstrak dari sampel.
Proses terakhir yaitu pengeringan dengan oven pada suhu sekitar 75 oC, dalam
proses terakhir ini harus dilakukan pencatatan berat minyak yang didapat sekitar 15 menit
sekali ditimbang hingga berat minyak konstan hasilnya yaitu 10 gram minyak dalam 40
gram serbuk biji buah pala. Hasil presentase berat minyak yang didapat adalah:
rendemen=
10
100 =25
40
Hasil rendeman minyak yang diperoleh termasuk sama, yaitu 25%, jika di
bandingkan dengan beberapa percobaan dari referensi, hasil minyak yang dapat diperoleh
berdasarkan literatur sekitar 20-25% dari berat kering biji pala (Wilcox,1995).
Dari percobaan yang kami lakukan terdapat sedikit masalah yaitu pada saat
sebelum memasuki proses pemanasan menggunakan oven terdapat endapan pada minyak
yang ada dilabu. Ini kelihatannya seperti sebuah produk yang gagal, tetapi dari berbagai
informasi yang ada, keadaan minyak pala memang seperti itu, karena dari teori yang ada
menyatakan bahwa kandungan minyak pala itu lebih banyak lemak jenuhnya. Lemak
jenuh berbentuk padat suhu ruang, contoh kandungan lemak jenuh yang terbesar adalah
asam miristat (gliserida jenuh) 76%, Asam miristat mempunyai titik cair 58 oC. Menurut
Purseglove et
al. (1981),
biji pala mengandung
25-40% fixed
oil
(yaitu bagian minyak yang tidak mudah menguap) yang dapat diambil dengan metode
penghancuran biji pala di antara piringan panas yang dialiri uap atau dengan
mengekstraksinya menggunakan pelarut organik. Produk ini dikenal dengan nama
mentega pala (nutmeg butter). Ditambah lagi setiap minyak mengandungn asam lemak
bebas. Walaupun kadarnya sangat sedikit, ALB bisa bertambah banyak karena adanya
faktor-faktor tertentu, contohnya air, kadar asam lemak bebas dipengaruhi oleh air yang
masuk kedalam lemak sehingga terjadi reaksi hidrolisis yang menyebabkan kerusakan
lemak. Pada saat pemanasan air yang masuk kedalam labu didih berubah menjadi uap air.
Semakin banyak uap air maka semakin banyak pula lemak yang terhidrolisis olehnya,
sehingga kadar asam lemak bebas meningkat.
Kadar asam lemak bebas dipengaruhi oleh air yang masuk dalam lemak sehingga terjadi
reaksi hidrolisis yang menyebabkan kerusakan lemak. Semakin lama pengasapan maka
semakin tinggi kadar asam lemak bebas telur asin asap, karena lama pengasapan
berpengaruh terhadap banyak sedikitnya uap air yang dihasilkan. Uap air dari pengasapan
yang lama lebih banyak daripada uap air yang lebih singkat pengasapannya. Semakin
banyak uap air maka semakin banyak pula lemak yang terhidrolisis olehnya, sehingga
kadar asam lemak bebas meningkat, Menurut Kurashige (1993).
Kesimpulan
5.2
1.
2.
3.
4.
Saran
Harus berhati-hati dalam merangkai alat.
Penggunaan vaselin harus setipis mungkin agar tidak menyebabkan reaksi lain.
Penggunaan pelarut n-heksana harus hati-hati karena mudah menguap.
Kurangnya ketersediaan alat sangat menghambat jalannya praktikum.
Daftar Pustaka
Fessenden & Fessenden, 1991, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Firhadj,
Zulfikar,
2012,
Khasiat
Minyak
Pala
Untuk
Pengobatan,
http://vistabunda.com/kesehatan/khasiat-minyak-pala-untuk-pengobatan, Diakses
Rabu 19 Maret 2014.
Irwan, 2010, Ektraksi Menggunakan Proses Maserasi, Perkolasi, dan
Sokletasi, http://www.irwanfarmasi.blogspot.com/2010, Diakses
Rabu 19 Maret 2013.
Menegristek,
2000,
Pala
(Myristica
fragrans
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/pala,
Houtt),
Diakses Kamis
20 Maret 2013.
Nazzarudin,
dkk,
1992,
Pengembangan
Minyak
Biji
Karet
di
Yolani,
2012,
Sokletasi,
http://yolanisyaputri.blogspot.com/2012/01/sokletasi.html,
Diakses Minggu 24 Maret 2014.
Tondra,
Roy,
2011,
Ekstraksi,
http://abangroy1.blogspot.com/2011/02/ekstraksi.html,
Diakses