Akuisisi Data Gravitasi
Akuisisi Data Gravitasi
Akuisisi Data Gravitasi
digunakan
Lokasi titik pengukuran harus bersifat permanen dan mudah dijangkau oleh
peneliti, serta bebas dari gangguan kendaraan bermotor, mesin dan lain-lain.
4.
Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal dari
satelit dengan baik tanpa ada penghalang. Pada umumnya ruang pandang langit yang
bebas ke segala arah di atas elevasi adalah 100 atau 150. Disamping itu titik
pengukuran diusahakan jauh dari obyek-obyek reflektif yang mudah memantulkan
sinyal GPS, untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya multipath.
Skala pemb.
feedback
Tinggi alat
Pasang surut
Ket.
I. Pendahuluan
Kebutuhan dan harapan pada suatu kegiatan pengukuran di lapangan ialah dapat
diperolehnya data yang tepat, benar dan akurat, karena data sangat mempengaruhi hasil
akhir yang didapat. Untuk mengoperasikan gravitymeter dengan baik diperlukan seorang
operator yang cermat, terutama dalam hal pengaturan dan pengamatan untuk memperoleh data
medan gravitasi yang akurat, baik di lapangan maupun di laboratorium. Pengetahuan yang
baik tentang alat yang digunakan sangat membantu memperoleh prosedur yang benar dalam
memperoleh data yang akurat.
Gravitymeter LaCoste & Romberg terdiri dari dua model, yaitu model G dan model D.
Model G mempunyai jangkauan skala yang lebar (sekitar 7000 skala, setara dengan 7000
mgal), sehingga dalam pengoperasiannya tidak perlu diset ulang. Model D mempunyai
ketelitian satu orde lebih tinggi dari model G, tetapi jangkau skala hanya sekitar 200 mgal. Ini
berarti bila digunakan untuk pengukuran yang mempunyai variasi medan gravitasi lebih dari
200 mgal, gravitymeter perlu diset ulang pada salah satu titik amat di lapangan. Dalam
bagian berikutnya hanya dibahas untuk gravitymeter LaCoste & Romberg model G.
Setiap gravitymeter LaCoste & Romberg dalam pengukurannya menggunakan sistem
pengukuran secara relatif. Data yang terbaca dari gravitymeter tidak langsung dalam satuan
mgal, tetapi dalam satuan skala pembacaan, yang dapat dikonversi ke satuan mgal dengan
menggunakan tabel kalibrasi. Sistem pengungkit (lever) dan sekrup (screw) pada
gravitymeter ini dikalibrasi secara teliti pada semua jangkauan pembacaan. Faktor kalibrasi
(yaitu tabel kalibrasi) hanya bergantung pada sistem pengungkit dan sekrup pengukur, tidak
pada pegas lemah sebagaimana pada alat yang lain. Dengan alasan ini, faktor kalibrasi pada
gravitymeter LaCoste & Romberg tidak berubah terhadap waktu secara jelas. Untuk
mengeliminasi perubahan, pengecekan terhadap faktor kalibrasi dapat dilakukan secara
berkala.
II. Menjalankan Gravitymeter
Posisi Pengamat terhadap Gravitymeter
Untuk mendapatkan harga pembacaan yang teliti dan cepat, di samping kondisi
gravitymeter yang baik, peranan pengamat dalam melakukan pengamatan amat besar. Untuk
itu sangat dianjurkan:
1. Letakkan piringan pada titik amat yang ditentukan. Apabila titik amat tidak
mungkin ditempati piringan (tanah labil, miring, banyak akar pohon, dll), disarankan titik
amat dipindah, atau letakkan piringan di tempat yang memungkinkan sedekat mungkin
dengan titik amat.
2. Letakkan kotak pembawa gravitymeter di depan titik amat.
3. Usahakan berdiri menghadap alat dengan membelakangi matahari, dengan harapan
sinar matahari tidak mengenai gravitymeter. Apabila tidak memungkinkan, gunakan
payung untuk melindungi gravitymeter. Demikian pula pada waktu hujan, dianjurkan
untuk berhenti mengukur. Bila tetap harus dilanjutkan, lindungi gravitymeter dari air.
4. Perhatikan arah angin (terutama bila bertiup kencang) agar tidak mengganggu
pergerakan benang bacaan.
5. Hindarkan alat-alat berat
3. Buka penutup kotak pembawa dan periksa temperatur gravitymeter. Untuk LaCoste &
Romberg G-1118, temperatur minimumnya adalah 55.70
C. Kabel penghubung
terletak di sebelah kanan garis baca, putar sekerup pembacaan berlawanan jarum jam
hingga benang bacaan bergeser ke sebelah kiri garis baca. Baru kemudian lakukan putaran
balik (searah jarum jam) sampai benang bacaan berimpit dengan garis baca. Hal
ini dilakukan untuk menghindari pembacaan semu (backlash) akibat putaran sekerup
pembacaan yang tidak seragam.
Catatan :
Posisi garis baca yang benar adalah keadaan dimana batas bawah (bagian kiri) dari
benang bacaan berimpit dengan garis baca (lihat gambar).
5. Periksa level memanjang dan melintang, bila level berubah lakukan pembetulan level
untuk mendapatkan posisi tegak sempurna. Periksa kembali posisi benang bacaan, apakah
masih berimpit dengan garis baca atau berubah. Bila berubah putar sekerup pembacaan
lagi sampai mendapatkan posisi benang pembacaan yang benar (Ingat aturan putaran
dari kiri ke kanan).
6. Matikan lampu gravitymeter secara pelahan, jangan membuat gerakan yang mengejut.
7. Putar sekerup pengunci searah jam sampai habis untuk mengunci pegas.
8. Baca hasil pengukuran pada skala pembacaan.
Catatan :
Jangan lupa untuk selalu melakukan pengecekan terhadap battery dan suhu alat,
yaitu dengan memutar switch MVR Internal Feedback ke pilihan A untuk battery dan B untuk
suhu. Bila battery sudah mendekati angka 10, segera ganti dengan battery yang penuh.
Untuk praktisnya, lakukan penggantian battery tiap 6 atau 7 jam selama pengukuran di
lapangan.
Ingat pengukuran medan gravitasi merupakan pengukuran relatrif dan hasil bacaan masih
dalam satuan skala baca. Untuk mendapatkan harga dalam mgal perlu dikonversi dengan
menggunakan tabel kalibrasi. Hasil pembacaan merupakan hasil dari pengamatan pada
titik amat tersebut. Untuk tiap titik amat dilakukan prosedur yang sama. Langkah-langkah
ini merupakan prosedur bila pengamatan dilakukan tidak dengan menggunakan MVR
feedback. Prosedur pengamatan dengan menggunakan MVR feedback agak sedikit lain.
tarikan gaya gravitasi ini kemudian diseimbangkan atau dikembalikan pada posisi semula
dengan memutar nulling dial yang akan menggerakkan micrometer kemudian ke long and
short lever dan akhirnya ke zero-length springs. Gaya yang diperlukan untuk mengembalikan
posisi massa dan beam ke posisi semula (dengan memutar nulling dial) diubah menjadi nilai
gravitasi, namun masih relatif
Untuk dapat melakukan interpretasi, maka data hasil pengukuran lapangan perlu
diolah. Pengolahan data gravitasi adalah untuk mencari perbedaan harga gravitasi dari satu
titik ke titik yang lain di suatu tempat yang disebabkan oleh massa batuan yang terdapat di
kulit terluar bumi di bawah permukaan daerah penelitian. Dalam pengolahan data metode
gravitasi dimulai dari data mentah kemudian dilanjutkan dengan :
1. Konversi ke Harga mgal
Untuk mendapatkan harga pembacaan dalam satuan mgal (10-3 cm s-2) maka
harga pembacaan dari gravitymeter harus dikonversikan terlebih dahulu ke harga milligal
dengan menggunakan tabel konversi. Hal ini dilakukan karena besar nilai yang
ditampilkan oleh gravitymeter belum mempunyai satuan dan untuk
setiap
model
gravitymeter mempunyai tabel konversi yang berlainan tergantung spesifikasi model alat
tersebut. Pada gravitymeter Lacoste & Romberg model G-1118 yang dilengkapi dengan
sistem umpan balik elektronik. Rumus konversi ke harga milligal yaitu :
Gs = [ Gm + ( F x 0.001029411)] milligal
dimana :
(4-1)
(4-2)
Koreksi pasang surut ini selalu ditambahkan.
GST = Gs + T
(4-3)
dimana :
GST = pembacaan percepatan gravitasi dalam miligal terkoreksi pasang surut.
Gs
(4-4)
dimana :
GSTH = pembacaan percepatan gravitasi terkoreksi pasang surut dan tinggi alat
(mgal) GST
H
(4-7)
dimana :
GSTHD
= G bacaan dalam miligal setelah dikoreksi pasut, tinggi alat dan drift.
GSTHD ikat = G bacaan dalam miligal setelah dikoreksi pasut, tinggi alat dan drift
pada titik ikat.
6. PROGRAM PASANG SURUT (Longman, 1959)
Nilai gravitasi di bumi dipengaruhi oleh adanya gaya tarik menarik bumi
dengan benda-benda langit khususnya dengan matahari dan bulan, sehingga nilai
gravitasi bumi akan berubah secara temporal sebagai fungsi waktu. Data hasil
pengukuran di lapangan perlu dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh efek pasang surut
tersebut. Koreksi terhadap efek ini disebut koreksi pasang surut. Koreksi pasang surut akibat
gaya tarik benda-benda langit dihitung dengan menggunakan rumus (4-2).
Program yang digunakan dalam perhitungan koreksi pasang surut disebut program
Pasut dalam bahasa fortran. Masukkan dalam program ini adalah :
1. Data posisi (lintang dan bujur titik ukur) serta elevasi (ketinggian) titik ukur
Polynomial
fitting
1. Proyeksi ke Bidang Datar
Dalam proses membawa kebidang datar dapat digunakan dua metode yaitu metode
sumber ekuivalen titik massa (Dampney, 1969) dan metode pendekatan deret Taylor. Proses
yang ditempuh dengan metode Dampney ini adalah menentukan sumber ekuivalen titik
massa diskrit pada kedalaman tertentu di bawah permukaan dengan memanfaatkan data
anomali Bouguer lengkap permukaan. Kemudian dihitung medan gravitasi teoritis yang
diakibatkan oleh sumber ekuivalen tersebut pada regular surface sebarang sesuai yang
dikehendaki.
Hal yang menarik dalam proyeksi ke bidang datar adalah masalah penentuan posisi
kedalaman sumber ekuivalen titik-titik massa yang optimum.
Batas bawah dari posisi sumber ekuivalen titik massa diperoleh dari teori yang
dikemukakan oleh Bullard dan Cooper (1948) dimana mereka berpendapat bahwa jika titiktitik massa diskrit terletak jauh di bawah permukaan sedemikian sehingga massa diskrit
tersebut berada di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi yang sangat besar
pada medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar.
continuation). Metode ini pada dasarnya dipakai untuk menghilangkan efek lokal sehingga
yang didapatkan hanyalah kecenderungan regionalnya. Hasil yang diperoleh kemudian
dikurangkan terhadap anomali medan gravitasi Bouguer lengkap yang sudah terpapar pada
bidang datar sehingga diperoleh anomali medan gravitasi Bouguer lengkap lokal yang siap
diinterpretasi.
3. Pembahasan
Dalam upaya menganalisis data anomali medan gravitasi di atas sferoida referensi
untuk mendapatkan anomali massa di bawah permukaan (baik di atas maupun di bawah
sferoida referensi) yang menyebabkan distribusi medan gravitasi tersebut harus dipahami
bahwa data medan gravitasi yang akan diinterpretasi berada di permukaan topografi. Hal ini
didasari oleh suatu pemahaman bahwa dengan dilakukannya koreksi udara-bebas tidaklah
menyebabkan titik observasi berpindah ke sferoida referensi tetaapi koreksi ini dimaksudkan
untuk membawa medan gravitasi normal di sferoida referensi menjadi medan gravitasi
normal di permukaan topografi.
Seperti halnya koreksi udara-bebas, koreksi Bouguer juga tidak menyebabkan
berpindahnya posisi titik observasi ke sferoida referensi dan juga tidak menyebabkan
terjadinya diskontinuitas densitas dari massa-massa yang terletak di atas dan di bawah sferoida
referensi. Densitas Bouguer yang diperoleh bersamaan dengan perhitungan anomali medan
gravitasi Bouguer, merupakan densitas rata-rata untuk seluruh massa baik yang berada di
atas maupun di bawah sferoida referensi. Proses perhitungan densitas dilakukan secara
analitik yaitu dengan menggunakan persamaan matematis untuk menghitung koefisien
korelasi dari semua data pengukuran gravitasi. Berbeda dengan metode Nettleton yang
menggunakan data gravitasi perlintasan, cara analitik ini sangat baik karena memasukkan
semua data pengukuran gravitasi sehingga menjadi kros korelasi dua dimensi.
Anomali medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar yang diperoleh dari metode
sumber ekuivalen titik massa (Dampney, 1969) memberikan harga anomali yang berosilasi.
Hal ini terjadi karena posisi sumber ekuivalen titik massa berada di bawah sumber
sebenarnya dan seperti dikatakan oleh Dampney (1969) dalam jurnalnya bahwa jaka sumber
ekuivalen titik massa ditempatkan di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi
yang sangat besar terhadap anomali medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar. Jadi
penempatan sumber ekuivalen titik massa di bawah sumber sebenarnya merupakan suatu
larangan dalam metode ini.
Berkaitan dengan proses pengangkatan ke bidang datar dengan grid yang teratur,
Sarkowi (1998) melakukan proses tersebut dengan menggunakan metode yang diajukan
oleh Dampney. Sarkowi, pada salah satu kesimpulannya, menyatakan bahwa perbedaan
kedalaman sumber ekuivalen titik massa tidak mempengaruhi hasil proyeksi medan gravitasi
ke bidang datar tetapi hanya mempengaruhi jumlah iterasi untuk mendapatkan ralat yang
minimum. Pernyataan tersebut tentunya mengandung kesalahan karena alasan-alasan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan teori gravitasi Newton secara fisis dinyatakan bahwa jarak kuadrat antara
sumber medan terhadap titik pengukurannya berbading terbalik dengan medan gravitasi
sehingga memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga medan gravitasi.
Dengan
demikian
perbedaan
kedalaman
sumber
ekuivalen
titik
massa
akan
mempengaruhi hasil proyeksi medan gravitasi ke bidang datar dimana semakin besar
jaraknya maka semakin kecil medan gravitasinya.
2. Jika sumber ekuivalen titik massa diletakkan sangat jauh di bawah permukaan maka akan
menyebabkan terjadinya ill-conditioned terhadap tensor perhitungan.
3. Jika sumber ekuivalen itu berada di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi
terhadap medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar.
Proyeksi ke bidang datar dengan menggunakan pendekatan deret Taylor memberikan
hasil yang lebih realistis. Pola yang hampir sama ditunjukkan oleh kontur anomali Bouguer
lokal.
Interpretasi data yang digunakan dalam metode gravitasi adalah secara kualitatif dan
kuantitatif. Dalam hal ini interpretasi secara kuantitatif adalah pemodelan, yaitu dengan
pembuatan model benda geologi atau struktur bawah permukaan dari respon yang
ditimbulkan oleh medan gravitasi daerah penelitian. Pemodelan yang digunakan adalah
benda 2 dimensi seperti yang diajukan oleh Talwani (1959) dengan program komputer Grav2DC. Sedangkan untuk interpretasi kualitatif dilakukan dengan cara menafsirkan peta kontur
anomali Bouguer lengkap di bidang datar.
Untuk interpretasi kuantitatif dapat dilakukan dengan menslice kontur ABL yang
tentunya dapat menggambarkan anomali pada lokasi penelitian. Hasil slice ini di save disave
format .dta Kemudian hasil slice tadi dibuat suatu bentuk permodelan dengan program Grav2DC yang menggambarkan kondisi bawah permukaan dari anomalinya.