Landasan Iptek Dalam Pengembangan Kurikulum

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya

peranan

kurikulum

dalam

pendidikan

dan

perkembangan

kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan


tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
Mungkin anda dapat membayangkan andaikata sebuah bangunan rumah
yang dibangun tidak menggunakan landasan (fondasi) yang kokoh, maka
ketika terjadi goncangan atau diterpa oleh angin sedikit saja rumah tersebut
akan mudah rubuh. Demikian halnya dengan kurikulum, jika dikembangkan
tidak didasarkan pada landasan yang tepat dan kuat, maka kurikulum
tersebut tidak bisa bertahan lama, dan bahkan dengan mudah dapat
ditinggalkan oleh para pemakainya.
Dengan demikian dalam mengembangkan kurikulum terlebih dahulu
harus diidentifikasi dan dikaji secara selektif, akurat, mendalam, dan
menyeluruh
merancang,

landasan apa

saja

mengembangkan,

yang harus
dan

dijadikan

pijakan dalam

mengimplementasikan

kurikulum.

Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan akan kuat, yaitu
program pendidikan yang dihasilkan akan dapat menghasilkan manusia yang
terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, baik kehidupan masa kini
maupun menyongsong kehidupan yang jauh kemasa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan maksud landasan IPTEK
2. Menguraikan alasan mempertimbangkan
pengembangan kurikulum
C. Tujuan

landasan

IPTEK

dalam

Agar kita dapat memahami apa yang dimaksud dengan landasan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan apa saja alasan mempertimbangkan
landasan IPTEK dalam pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
(Hayatun Fajriah)
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab (alama) yang berarti pengetahuan.
Dalam bahasa Indonesia, kata ilmu sering diidentikkan dengan sains
(science)

yang

berarti

ilmu,

bahkan

sering

disatukan

dengan

kata

pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Pada awalnya manusia mencari


pengetahuan berdasarkan fakta yang terlepas-lepas, tidak sistematis, dan
tidak

berdasarkan

teori

yang

jelas.

Sesuai

dengan

perkembangan

kebudayaan, mulailah manusia menyusun teori tentang berbagai hal sesuai


dengan fakta yang ada. Dalam perkembangannya, fakta dan teori tersebut
digunakan juga untuk memahami fenomena lain yang didukung oleh
pengalaman. Akhirnya, menjadi pengetahuan yang logis dan sistematis.
Inilah yang disebut dengan ilmu pengetahuan (science).
Menurut Arthur Thomson dalam Sidi Gazalba (1973), ilmu adalah
pelukisan fakta-fakta pengalaman secara lengkap dan konsisten dalam
istilah-istilah sesederhana mungki. Disamping pengalaman yang ada, ilmu
selalu ingin mendapatkan kebenaran dari suatu gejala melalui hukum sebabakibat (kausalita) dalam memahaminya sebagaimana adanya. Pengalaman
merupakan sumber pengetahuan. Pengetahuan adalah seperangkat objek
tertentu yang diketahui individu. Pengetahuan dan pengalaman akan
menjadi ilmu pengetahuan jika pengetahuan itu disusun secara sistematis,
menggunakan pola berpikir logis, berlandaskan prosedur kerja hukum
kausalita pada masalah yang dialami itu. Hilda Taba membedakan tingkatan

pengetahuan

seperti

berikut:

(a)

fakta

khusus,

(b)

ide-ide

pokok,

prinsip0prinsip, generalisasi, (c) konsep, dan (d) system pemikiran dan


metode penelitian, metode merumuskan pertanyaan menurut disiplin ilmu
tertentu, cara-cara logis untuk melihat hubungan antara berbagai ide.1
Teknologi

pada

hakikatnya

adalah

penerapan

ilmu

pengetahuan

(technology is application of science). Teknologi memegang peranan penting


dalam

kehidupan

budaya

manusia

salah

satu

indikator

kemajuan

peradaban manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi. Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.
Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien, dan
sinergis terhadap pola perilaku manusia. Produk teknologi tidak selalu
berbentuk fisik, seperti komputer, televisi, radio, tape recorder, video, film
dan sebagainya, tetapi ada juga non-fisik, seperti prosedur pembelajaran,
sistem evaluasi, teknik mengajar dan sebagainya. Produk teknologi tersebut
banyak digunakan dalam pendidikan sehingga memberikan pengaruh yang
sangat signifikan terhadap proses dan hasil pendidikan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi terbentuk karena adanya karya-karya
pikir manusia. Mengingat sifatnya yang lebih objektif dalam menanggapi
fenomena-fenomena alam, baik mengenai benda-benda, makhluk hidup
maupun mengenai kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bentuk informasi lebih mudah meresapi kebudayaan yang ada di tiap
masyarakat yang terjangkau atau dapat menjangkaunya. Informasi jenis lain
dalam budaya manusia yang sarat dengan interprestasi subjektif dari
masyarakat yang menghasilkan budaya itu, pada umumnya tidak dapat
meresapi budaya-budaya masyarakat lain semudah informasi ilmu dan
teknologi. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi cepat menyebar
luas, terutama segi-segi yang sangat terasa kegunaannya dan dapat
langsung serta mudah digunakan. Bagi lingkungan masyarakat yang banyak
1 Zainal Arifin,M.Pd, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,
(Bandung:Remaja Rosdakarya,2012), hal.76.

menghasilkan karya pikir berupa ilmu dan teknologi, lingkup produk ilmu dan
teknologi yang dapat dimanfaatkan, dan kedalam kemampuan dalam
memanfaatkannya, tentunya akan lebih baik dari masyarakat yang banyak
menerima produk, tetapi tidak banyak menghasilkan ilmu dan teknologi
tersebut.
1. Fungsi Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum
Dari segi ini pendidikan mempunyai fungsi bagi kepentingan masyarakat
sebagai berikut:2
1. Mengadakan perbaikan bahkan perombakan sosial
2. Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan mengadakan
penelitian ilmiah
3. Mendukung dan turut memberi sumbangan kepada pembangunan
nasional
4. Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional
5. Mewujudkan revolusi sosial untuk melenyapkan pengaruh
pemerintahan terdahulu
6. Menyebarluaskan falsafah, politik dan kepercayaan tertentu
7. Mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
8. Memberikan ketrampilan pokok seperti membaca, menulis dan
berhitung serta ketrampilan hidup (live skill).
2. Pendidikan Multikultural
Pendidikan

multikultural

(Zulfikar)
adalah

proses

penanaman

cara

hidup

menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang


hidup ditengah-tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural,
diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa dalam
menghadapi benturan dan konflik sosial. Dalam konteks Indonesia, yang
dikenal

dengan

muatan

yang

sarat

kemajemukan,

maka

pendidikan

multikultural menjadi sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan


secara kreatif. Tanpa pendidikan multikultural, maka konflik sosial yang
2 Muhammad Zaini,MA, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta:Sukses
Offset,2009), hal.46.

destruktif akan terus menjadi suatu ancaman yang serius bagi keutuhan dan
persatuan bangsa.3
Pendidikan multikultural membantu siswa mengerti, menerima, dan
menghargai orang dari suku, budaya, dan nilai berbeda. Untuk itu, anak didik
diajak untuk melihat nilai budaya lain, sehingga mengerti secara dalam, dan
akhirnya dapat menghargainya. Modelnya bukan dengan menyembunyikan
budaya lain, atau menyeragamkan sebagai budaya nasional, sehingga
budaya lokal hilang. Dalam model pendidikan lama, sering karena ada
ketakutan, anak didik tidak diberitahu tentang budaya lain. Akibatnya
mereka tidak mengerti dan tidak dapat memahami mengapa temannya yang
bersal dari suku dan ras lain bersikap seperti itu. Kadang ada ketakutan bila
nilai budaya lain diajarkan, nanti akan membuat siswa tidak menghargai
budaya sendiri. Padahal, pengenalan budaya lain justru akan membantu kita
mengerti budaya kita lebih jelas.
Para ahli kurikulum seperti Hilda Taba, menyadari bahwa kebudayaan
adalah

salah

satu

landasan

pengembangan

kurikulum.

Murray

Print

menyatakan pentingnya kebudayaan sebagai landasan bagi kurikulum


dengan mengatakan

bahwa curriculum is a construct of that culture.

Kebudayaan merupakan keseluruhan totalitas cara manusia hidup dan


mengembangkan pola

kehidupannya

sehingga

ia

tidak

saja

menjadi

landasan dimana kurikulum dikembangkan tetapi juga menjadi target hasil


pengembangan kurikulum.
J. Banks menyatakan bahwa pendidikan multikultural sebagai pendidikan
untuk orang berwarna/minoritas (people of color). M.S. Hanley juga
menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan hanya untuk
orang berwarna/minoritas (education only for students of color). Sleeter
menegaskan bahwa pendidikan multikultural adalah proses pendidikan yang
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Bandung:Remaja Rosdakarya,2013), hal.72

dilakukan di sekolah untuk orang-orang yang tertindas (any set of process by


which schools work with rather than against oppressed group). Pengertian ini
jelas tidak sesuai dengan konteks pendidikan di Indonesia. Andersen dan
Cusher mengatakan bahwa multikultural adalah pendidikan mengenai
keragaman kebudayaan. Definisi ini lebih luas dibandingkan dari yang
dikemukakan di atas.4
Atas dasar posisi multikultural sebagai pendekatan dalam pengembangan
kurikulum maka pendekatan multikultural untuk kurikulum diartikan sebagai
suatu prinsip yang menggunakan keragaman kebudayaan peserta didik
dalam mengembangkan filosofi, misi, tujuan, dan komponen kurikulum, serta
lingkungan

belajar

sehingga

siswa

dapat

menggunakan

kebudayaan

pribadinya untuk memahami dan mengembangkan berbagai wawasan,


konsep, ketrampilan, nilai, sikap, dan moral yang diharapkan.
3. Tugas Para Pengembang Kurikulum

(Mulyassir)

Dalam

mengenai

mengambil

suatu

keputusan

kurikulum,

para

pengembang mesti merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka


tinggal, merespon terhadap kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan oleh
beragam golongan dalam masyarakat dan pemahaman atas tuntutan
pencantuman nilai-nilai falsafah pendidikan bangsa dan berkait dengan
falsafah pendidikan yang berlaku.
Tugas para pengembang kurikulum adalah sebagai berikut:5
1. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat sebagaimana
dirumuskan dalam UU, peraturan pemerintah, keputusan pemerintah,
dan lain-lain
2. Menganalisis masyarakat dimana sekolah berada
3. Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja
4 Muhammad Zaini,MA, Pengembangan Kurikulum,... hal.51.
5 Kurikulum dan Pembelajaran,.. hal.61.

4. Menginterprestasikan

kebutuhan

individu

dalam

ruang

lingkup

kepentingan masyarakat.
B. Alasan mempertimbangkan landasan IPTEK dalam pengembangan
kurikulum
(Muflizar Nanda)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil kemampuan
berpikir manusia telah membawa umat manusia pada masa yang tidak
pernah terbayangkan sebelumnya. Terciptanya produk-produk teknologi
semacam teknologi transportasi, misalnya bukan hanya menyebabkan
manusia bisa menjelajahi seluruh pelosok dunia, akan tetapi manusia
mampu

menjelajahi

ruang

angkasa

sebuah

tempat

yang

dahulu

dibayangkannya sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Demikian juga


halnya dengan ditemukannya hasil teknologi informasi dan komunikasi,
bukan hanya manusia dapat berhubungan secara langsung dengan orang
yang tinggal diseberang sana, akan tetapi manusia dapat melihat berbagai
peristiwa yang terjadi pada saat yang sama di seluruh belahan dunia.6
Namun demikian, segala kemajuan yang telah mampu diraih oleh umat
manusia itu, bukan tanpa masalah. Pada kenyataannya terdapat berbagai
efek

negatif yang justru

Diproduksinya

alat-alat

sangat mencemaskan manusia


transpormasi,

menyebabkan

itu sendiri.

permasalahan

kemacetan dan kecelakan lalu lintas, yang setiap hari merenggut jiwa
manusia.
urbanisasi

Pembangunan
dengan

pusat-pusat

berbagai

industri

menyebabkan

permasalahannya,

termasuk

terjadinya
munculnya

berbagai jenis kejahatan dan kriminalitas. Terciptanya hasil teknologi


informasi dan komunikasi menyebabkan lunturnya dan terjadinya gesekan
budaya yang pengaruhnya terhadap eksistensi kelompok masyarakat bukan
main besarnya.
Munculnya

permasalahan-permasalahan

baru

ini

menyebabkan

kompleksitas tugas-tugas pendidikan yang diemban oleh sekolah. Tugas


6 Kurikulum dan Pembelajaran,.. hal.57.

sekolah menjadi semakin berat, dan kadang-kadang tidak mampu lagi


melaksanakan semua tuntutan masyarakat. Sesuai dengan perubahan
zaman, tugas-tugas yang dahulu bukan menjadi tugas sekolah, kini
diserahkan kepada sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan
dan mewariskan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga harus memberi
ketrampilan tertentu serta menanamkan budi pekerti dan lain-lain.
Hal

penting

pengembang

yang

perlu

kurikulum

diperhatikan

sehubungan

dan

dengan

diantisipasi
perubahan

oleh

yang

para
terjadi

dimasyarakat adalah mengenai perubahan pola hidup dan perubahan sosial


politik.
1. Perubahan Pola Hidup

(M Thaib Baraah)

Kemajuan di bidang teknologi memiliki andil besar dalam perubahan pola


hidup ini. penggunaan pesawat telepon yang lebih memudahkan untuk
berkomunikasi, munculnya stasiun-stasiun siaran televisi yang menawarkan
berbagai acara selama dua puluh empat jam dari mulai bidang pendidikan,
informasi sampai hiburan dengan berbagai macam variasinya, teknologi
dalam bidang jasa seperti asuransi, jasa perbankan, teknologi di bidang
kesehatan

dan

lain

sebagainya,

merupakan

faktor

yang

mendorong

terjadinya perubahan pola hidup dan bahkan tatanan sosial masyarakat.7


Perubahan pola hidup itu dikatakan banyak orang sebagai perubahan pola
hidup yang bersifat agraris tradisional menuju pola kehidupan industri
modern. Pola kehidupan masyarakat industry modern memiliki karakteristik
yang berbeda dengan pola kehidupan agraris. Perbedaan tersebut dapat
dilihat. Pertama, dari pola kerja. Pada masyarakat agraris, pola kerja sangat
teratur yang berlangsung siang hari pada waktu yang tetap. Tidak demikian
halnya pada masyarakat industri, selain masyarakat menggunakan waktu
yang cukup panjang untuk bekerja juga memiliki pola yang tidak beraturan.
7 Kurikulum dan Pembelajaran,.. hal.58

Apabila dilihat pada masyarakat perkotaan keadaan ini sangat dapat


dirasakan, bagaimana kehidupan di kota-kota besar yang tidak pernah sepi
selama dua puluh empat jam. Orang sibuk bekerja baik siang maupun
malam.
Kedua, pola hidup yang sangat tergantung kepada hasil-hasil teknologi.
Pada masyarakat industri banyak sekali jenis-jenis pekerjaan yang sangat
mengandalkan teknologi, dari milai pekerjaan ibu-ibu rumah tangga di dapur
sampai kepada pekerjaan-pekerjaan kantor. Ketergantungan terhadap hasilhasil

teknologi,

melenyapkan

jenis-jenis

pekerjaan

tertentu

dan

memunculkan jenis pekerjaan yang baru yang menuntut keahlian-keahlian


tertentu. Keahlian tersebut tentu saja harus dipersiapkan oleh lembagalembaga pendidikan. Seorang petani contohnya, untuk meningkatkan hal
panennya, tidak lagi berpikir berapa kerbau yang harus dimiliki agar dapat
membajak

sawah

dengan

cepat,

akan

tetapi

berpikir

bagaimana

menggunakan traktor dan bagaimana cara merawatnya dengan baik.


Dengan demikian sebagai akibat ketergantungan terhadap hasil-hasil
teknologi, keterampilan memelihara kerbau berubah menjadi ketrampilan
merawat mesin-mesin pertanian.
Ketiga, pola hidup dalam sistem perekonomian baru. Perubahan pola ini
ditandai dengan penggunaan produk jasa perbankan dan asuransi untuk
kegiatan perekonomian, seperti menabung, perkreditan, dan permodalan
usaha. Demikian juga tumbuh suburnya pusat-pusat perbelanjaan dalam
gedung bertingkat menggantikan pasar-pasar tradisional. Semuanya ini
bukan saja membawa pada hal-hal yang bersifat positif, akan tetapi juga
membawa efek negatif seperti misalnya tumbuhnya pola hidup konsumtif
seiring dengan program advertensi yang begitu gencar melalui pesawat
televisi, munculnya berbagai jenis kejahatan dan lain sebagainya. Terdapat
perubahan-perubahan semacam itu, bukan hanya memerlukan perubahan isi
kurikulum akan tetapi juga dapat merubah lingkungan sekolah termasuk
merubah bahan-bahan bacaan yang dapat memperkenalkan anak didik

10

terhadap fenomena-fenomena baru yang terjadi. Misalkan bagaimana cara


menabung di Bank, bagaimana cara menggunakan ATM, bagaimana cara
berkomunikasi di telepon, semuanya harus diperkenalkan lewat bahan-bahan
bacaan sekolah.
2. Perubahan Kehidupan Sosial Politik

(Munawir)

Arus globalisasi yang bergerak sangat cepat membawa perubahan


kehidupan sosial politik ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali ke dalam
kehidupan sosial politik. Di Indonesia perubahan tersebut adalah ditandai
dengan munculnya gerakan reformasi yang menjatuhkan rezim Orde Baru
yang selama 32 tahun berkuasa. Diakui, selama berkuasanya rezim ini
hampir tidak ada saluran komunikasi yang dapat menyuarakan kebebasan.
Kehidupan sosial politik tidak pernah berkembang karena bergerak dalam
pola yang kaku dan bersifat linier. Demikian pula dengan sistem pendidikan
yang berlaku. Sistem pendidikan yang sangat sentralistis seakan-akan sulit
melepaskan dari kungkungan kekuasaan. Diakui atau tidak, pendidikan telah
menjadi alat politik rezim yang berkuasa. Akibatnya kurikulum yang berlaku
pun kurang berperan sebagai alat pembebasan dan alat pencerahan, akan
tetapi digunakan untuk membentuk manusia yang memiliki pola pikir yang
seragam, manusia ynag tunduk dan patuh terhadap kekuasaan, manusia
yang lebih senang menjadi abadi, manusia yang lebih senang dipekerjakan
dari pada manusia yang senang membuka, menciptakan dan mencintai
pekerjaan.
Dengan

munculnya

era

reformasi,

semuanya

mestinya

berubah.

Pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan manusia-manusia yang kritis


dan demokratis. Untuk itulah, perubahan ke arah transparansi harus
ditangkap secara utuh oleh para pengembang kurikulum. Kehidupan yang
demokratis haruslah menjiwai isi kurikulum. Mengutip pendapat Paulo Freire
(1993), kurikulum pendidikan harus mampu membebaskan manusia dari
keterbelengguan.

11

Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat luas


dalam kehidupan masyarakat. Sarana telekomunikasi seperti radio, televisi,
satelit, video, CD, game, pesawat telpun, dan lain-lain sangat membantu
kebutuhan akan informasi dan hiburan. Selain dampak positif untuk
meningkatkan pengetahuan, media komunikasi dan pendidikan juga memiliki
dampak negatif seperti tayangan di TV tentang kejahatan, kekerasan,
pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dan lain-lain secara silih berganti.
Perkembangan sarana transportasi juga memberi dampak positif bagi
kecepatan arus lalu lintas, arus barang, arus tenaga kerja, arus pelajar,
tetapi juga memberi dampak negatif seperti sering terjadi kecelakaan.

Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap


pendidikan adalah memberikan materi atau bahan yang akan disampaikan
dalam proses pendidikan serta menuntut lembaga pendidikan untuk mampu
memberikan pengetahuan, ketrampilan baru yang dikembangkan melalui
pengembangan kurikulum.
Sebagai gambaran, berikut akan dikemukakan beberapa perkembangan
penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dan banyak
memengaruhi perkembangan masyarakat Indonesia, seperti berikut:9
a) Mikro elektronika, yang melandasi terbukanya kesempatan untuk
memanfaatkan kadar informasi dalam sistem-sistem ciptaan manusia
b) Telekomunikasi, yang memperluas jangkauan pengamatan dan
penyebaran informasi ilmiah dan lainnya, baik mengenai fenomenafenomena fisik maupun fenomena kemasyarakatan
c) Biologi, terutama yang berkaitan dengan kepahaman dan kemampuan
dalam memengaruhi proses-proses fisik penyusunan jaringan makhluk
hidup yang disebut bioteknologi, dan

8 Muhammad Zaini,MA, Pengembangan Kurikulum,... hal.56.


9 Zainal Arifin,M.Pd, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,... hal.78.

12

d) Pengembangan
produk-produk

material
baru

baru
dengan

yang

memungkinkan

terwujudnya

kemampuan-kemampuan

yang

sebelumnya sukar diwujudkan, karena keterbatasan sifat material yang


ada.

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang dengan pesat. Oleh karena itu agar kurikulum
dapat bertahan kuat, maka pengembangannya harus didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kuat pula. Dengan demikian kurikulum
akan mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang
baik

dilihat

dari

segi

perkembangan

sosial

budaya

maupun

dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


B. Kritik dan Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari
itu kami sebagai penulis menerima dengan lapang dada segala kritikan dan saran yang bersifat
membangun agar tersempurnanya makalah yang akan kami tulis kedepannya.

14

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Remaja
Rosdakarya, 2012, Bandung.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
Remaja Rosdakarya, 2013, Bandung.
Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum, Sukses Offset, 2009,
Yogyakarta.
Kurikulum dan Pembelajaran, Landasan Pengembangan Kurikulum.

Anda mungkin juga menyukai