Materi Kelompok 3
Materi Kelompok 3
Materi Kelompok 3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas
dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit
Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak
untuk hidup layak, baik menyangkut kesehatan pribadi maupun keluarganya
termasuk di dalamnya mendapat makanan, pakaian, dan pelayanan kesehatan
serta pelayanan sosial lain yang diperlukan.
Upaya kesehatan bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan
pendistribusian,
pengawasan,
pemeliharaan,
penghapusan,
Sakit
(IFRS)
Supriyono,
penganggaran
merupakan
perencanaan
untuk penyakit tersebut. Data penggunaan obat waktu yang lalu untuk metode
konsumsi harus akurat. Metode konsumsi ini dapat menyebabkan penggunaan
obat yang kurang rasional akan terus terjadi berbeda dengan halnya metode
epidemiologi yaitu mengambil asumsi bahwa pengobatan disesuaikan dengan
penyakit yang ada atau terjadi pada saat tertentu (Siregar,2004).
Perencanaan
pengadaan
sediaan
farmasi
dan
alat
kesehatan
VEN
mengelompokan
obat
berdasarkan
tingkat
Kategori V adalah obat vital dengan jumlah sedikit tetapi harus selalu
disediakan untuk menyelamatkan jiwa pasien
b.
c.
d.
Kelompok A adalah obat yang berharga mahal dan sering ditulis dengan
resep dokter, menyerap dana sebesar 80% dari total dana dengan jumlah
item 20% dari total item obat yang ada.
b. Kelompok B adalah obat yang dibutuhkan dalam banyak kasus dan sering
keluar, menyerap dana sebesar 15% dari total dana dengan jumlah item
60% total item obat yang ada.
c.
II.3
Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merelisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui:
1. Pembelian
2. Produksi atau pembuatan sediaan farmasi
3. Sumbangan/drooping atau hibah
Pembelian dengan penawaran yang kompetitif( tender) merupakan suatu
metode penting untuk mencapau keseimbangan yang tepat antara mutu dan
harga, apabila ada dua atau lebih pemasok, apoteker harus mendasarkan pada
criteria berikut:
2. Produksi
prinsipn
pengelolaan
perbekalan
farmasi
dari
hibah/
Menjaga ketersediaan
1) Kelompok farmakologi/terapeutik
2) Indikasi klinik
3) Kelompok alphabetis
4) Tingkat penggunaan
5) Bentuk sediaan
6) Random bin
7) Kode barang.
Selain disimpan dalam tempertur yang sesuai, barang-barang sebaiknya
disimpan dalam keadaan yang mudah terambil dan tetap terlindung dari
kerusakan (Siregar,2004).
Permenkes 28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan narkotika
disebutkan bahwa RS harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan
narkotika, dimana tempat tersebut harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan
lain yang kuat, selain itu tempat penyimpanan narkotika tersebut harus
mempunyai kunci yang kuat dan tempat penyimpanan terbagi menjadi 2 bagian
masing-masing dengan kunci yang berlainan.
II.6. Distribusi
1. Distribusi rawat inap
Distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satu tugas
utama pelayanan farmasi dirumah sakit. Distribusi memegang peranan penting
dalam penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan ke unitunit disetiap bagian farmasi rumah sakit termasuk kepada pasien. Hal terpenting
yang harus diperhatikan adalah berkembangnya suatu proses yang menjamin
pemberian sediaan farmasi dan alat kesehatan yang benar dan tepat kepada
pasien, sesuai dengan yang tertulis pada resep atau kartu obat atau Kartu
Instruksi Obat (KIO) serta dilengkapi dengan informasi yang cukup
(Quick,1997).
Tujuan pendistribusian : tersedianya perbekalan farmasi diunit-unit
pelayanan secara tepat waktu tepat jenis dan jumlah (Depkes RI,2008)
lain
penderita
hanya
membayar
obat
yang
digunakanya
persedian adalah
suatu
kegiatan untuk
memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/ kekosongan
obat di unit-unit pelayanan.
Tujuan pengendalian : agar tidak terjadi kelbihan dan kekosongan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan (Depkes RI,2008)
Kegiatan pengendalian mencakup :
a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah
stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/ kekosongan.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima (Depkes RI,2008)
Pengendalian obat di RS terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tanggal 17 Maret 2015 kami melakukan pengamatan di salah satu rumah
sakit yang ada di Gorontalo yaitu Rumah Sakit Toto Kabila. Pengamatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui studi kasus yang terjadi dalam
Pengelolahan Persediaan Dan Pembekalan Farmasi mulai dari perencanaan hingga
pendistribusiaan obat kepada pasien.
Dalam pengadaan obat di Apotek RSUD melalui 5 tahap yaitu mulai dari
perencanaan, perencanaan ini bertujuan menyusun kebutuhan perbekalan farmasi
yang tepat sesuai kebutuhan, mencegah terjadinya kekosongan atau kekurangan
barang farmasi, mendukung atau meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi yang
efektif dan efesien. Perencanaan di Apotek RSUD Toto Kabila menggunakan metode
Konsumsi yang perencanaannya menurut jumlah sisa obat di gudang dan jumlah
pemakaian obat. metode ini dipilih karena menurut pengalaman mereka
menggunakan metode epidemiologi yang merupakan penyediaan obat berdasarkan
pada penyakit yang dominan muncul di masyarakan seperti Malaria, sehingga Apotek
menyediakan stok obat malaria yang banyak, setelah penyakit itu mulai sembuh dan
hilang, obat tidak digunakan lagi sehingga terjadinya ED obat.
Pada tahap selanjutnya yaitu tahap Pengadaan, pengadaan ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pembekalan farmasi yang berkualitas berdasarkan fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan. Pengadaan di Apotek RSUD Toto Kabila
menggunakan pengadaan langsung, dimana pengadaan langsung yaitu pembelian
jumlah kecil, obat yang dipesan segera tersedia, harga tertentu dan agak mahal.
Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah
yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada
saat yang diperlukan.
Berikutnya yaitu tahap penerimaan, dimana tahap penerimaan harus sesuai
dengan jenis dan jumlah antara barang dan SP, keadaan barang serta catat No.batch
dan ED-nya, sehingga tidak mengalami masalah pada saat pengecekan barang.
Namun tahap penerimaan di Apotek RSUD Toto Kabila mengalami masalah pada
saat pengecekan barang yaitu barang dibutuhkan tidak sesuai dengan yang
diinginkan, hal ini mengakibatkan kerugiaan di Apotek RSUD Toto Kabila.
Kemudian tahap berikutnya yaitu tahap penyimpanan, tahap penyimpanan obat
secara umum dibagi menjadi 5 yaitu Alfabetis, FIFO & FEFO, Farmakologi, Bentuk
sediaan dan Kombinasi. Penyimpanan di Apotek RSUD Toto Kabila menggunakan
system FEFO & FIFO, namun tidak berjalannya system tersebut maka terjadinya
kerusakan obat. Penyimpanan obat dikatakan baik apabila diperhatikan lokasi dari
tempat penyimpanan digudang dan menjamin bahwa barang atau obat yang disimpan
mudah diperoleh dan mengaturnya sesuai penggolongan kelas terapi dan khasiat obat
sesuai abjad serta memenuhi standar penyimpanan.
Tahap terakhir yaitu distribusi obat. Sistem distribusi obat di rumah sakit
digolongkan berdasarkan ada tidaknya satelit atau depo farmasi dan pemberian ke
pasian rawat inap. Berdasarkan distribusi obat bagi pasian rawat inap digunakan
empat sistem yaitu sistem distribusi obat resep individual atau permintaan tetap,
sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang, sistem distribusi obat kombinasi
resep individual dan persediaan lengkap di ruang dan sistem distribusi obat dosis unit.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang
merupakan
siklus
kegiatan
yang
dimulai
dari
perencanaan,