Bab 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

LaporanPraktikumFisika Dasar 2014

Bab 2 Pengukuran Dasar


Kelompok6

BAB 2
PENGUKURAN DASAR
2.1Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum pengukuran dasar sebagai berikut.
2.1.1
Maksud
Maksud dari praktikum Pengukuran Dasar ini adalah untuk memahami dan
mengetahui cara menggunakan alat ukur serta pengaplikasiannya dalam dunia
Teknik Sipil.
2.1.2
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Pengukuran Dasar adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengukuran dengan jangka sorong, mikrometer sekrup, gelas ukur
dan neraca.
b. Dapat melakukan pengukuran terhadap besaran dasar, seperti: panjang, massa,
dan waktu.
c. Dapat melakukan pengukuran terhadap besaran turunan, seperti: luas, volume,
massa jenis.
d. Mempelajari penggunaan alat ukur dasar (jangka sorong, mikrometer sekrup,
gelas ukur dan neraca).
e.

Menulis dengan benar bilangan berarti hasil pengukuran atau perhitungan.

f.

Menghitung besaran lain berdasarkan yang terukur langsung.

2.2

Dasar Teori

Setiap pengukuran beban fisis selalu dipengaruhi oleh batas ketelitian dan
kesalahan pengukuran. Hal ini terjadi karena keterbatasan manusia dalam
pembuatan alat maupun keterbatasan dalam kemampuan membaca dan cara
membacanya. Karena itu, setiap kali pengukuran harus dilaporkan secara benar
dan memperhatikan ketelitian pengukuran tersebut. Untuk itu, pemakaian alat itu
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Titik nol alat, yaitu angka yang ditunjukkan alat sebelum digunakan.
b.

Nilai skala terkecil, yaitu skala terkecil yang digunakan alat.

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

c.

Batas ukur alat, yaitu batas maksimum yang dapat diukur alat tersebut.

d.

Cara pemakaian alat.

Besaran turunan dapat ditentukan dengan mengukur besaran dasar tersebut,


misalnya ukuran luas alas suatu silinder pejal ditentukan oleh diameter dari
silinder pejal tersebut, ukuran volume balok ditentukan dengan panjang, lebar,
dan tingginya .
Adapun konsep yang berkaitan dengan hasil pengukuran, antara lain:
a. Angka penting.
b. Ketidakpastian hasil / ralat.
Sebuah benda dengan bentuk sembarang, apabila volume ( V ) dan massa benda
(m) diketahui maka massa jenis dinyatakan dengan

yang mana dapat

dirumuskan dengan Persamaan 2.1 :


=

m
V ..........

(2.1)

Keterangan:

= massa jenis (kg/m3)

m = massa (kg)
V = volume(m3)
Cara pelaporan yang baik yaitu dinyatakan dalam persamaan 2.2
X = X0 X ..........................................................................................(2.2)
X
= besaran yang dicari
X0 = nilai besaran sebenarnya
X = simpangan
Besaran X0 dan X ini tergantung pada cara didapatnya besaran X yang akan
dibahas selanjutnya.

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

2.2.1

Nilai Batas Ketelitian Alat Ukur

Nilai batas ketelitian suatu alat ukur adalah setengah dari skala terkecilnya.
Tabel 2.1 Angka Ketelitian Alat Ukur
No
1

Nama Alat Ukur


Jangka Sorong

Skala Terkecil
0,1 mm = 1x

10

Angka Ketelitian
5
5x 10 m

m
2

Mikrometer Sekrup

Neraca

5
0,01 mm = 1x 10

6
5x 10 m

m
4
0,1 g = 1x 10

kg

5
5x 10
kg

2.2.2 Ketidakpastian pada Pengukuran


Ketidakpastian disebabkan oleh kesalahan dari pengukuran . Kesalahan (error)
adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar X 0 . Ada tiga macam
kesalahan yaitu sebagai berikut :
a. Kesalahan umum / keteledoran ( umumnya disebabkan oleh keterbatasan
pengamat , diantaranya kekurangterampilan memakai alat ukur, terutama
untuk alat ukur canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus
diatur, atau kekeliruan dalam pembacaan skala yang kecil ).
b. Kesalahan acak / random error (menghasilkan simpangan yang tidak dapat
diprediksikan terhadap nilai benar X0 , sehingga tiap bacaan memiliki peluang
untuk berada di atas atau dibawah nilai benar).
c. Kesalahan sistematis (menyebabkan kumpulan acak bacaan hasil ukur
didistribusikan secara konsisten di sekitar nilai rata-rata yang cukup berbeda
dengan nilai sebenarnya).
Adapun beberapa penyebab kesalahan dalam pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan kalibrasi (skala nilai alat ukur tidak tepat).
b. Kesalahan titik nol (titik nol alat ukur tidak berimpit dengan jarum penunjuk
angka nol).
c. Kelelahan komponen alat (biasanya terjadi pada pegas yang telah lama
dipakai).
d. Paralaks (pada saat pembacaan alat ukur, posisi mata tidak tegak lurus jarum
penunjuk).

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

e. Keterbatasan pengamat.
2.2.3

Pelaporan Hasil Pengukuran

Jenis pelaporan hasil pengukuran dari praktikum fisika dasar ini adalah sebagai
berikut :
a.

Pengukuran Tunggal

Apabila pengukuran hanya dilakukan satu kali,ketidakpastian pengukuran


diperkirakan berdasarkan skala terkecil alat ukur yang digunakan yaitu sesuai
dengan
Persamaan 2.3 :
1
X = nilai skalaterkecil alat ukur .........................................................(2.3)
2

Hasil pengukuran biasanya ditulis dengan menggunakan Persamaan 2.4 :


X =( X 0 X ) [ satuan besar yang diukur ] ...............................................(2.4)
Keterangan:
X = Besaran yang diukur (panjang , volume , dan massa jenis)
X0 = Nilai besaran yang diperoleh pada pengukuran tunggal
X X = Ketidakpastian pada pengukuran tunggal (ketidakpastian mutlak)

b.

Pengukuran Berulang

Apabila pengukuran dilakukan beberapa kali, akan memperoleh informasi yang


lebih baik tentang nilai yang sebenarnya. Untuk pengukuran berulang

X0

diperoleh melalui harga rata-rata X dari seluruh hasil pengukuran sesuai dengan
Persamaan 2.5 dan 2.6:
X0

= =

x
n

......................................................................................................
(2.5)

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

( x x)
Sx

n( n 1)

......................................................................................

......(2.6)

2.2.4

Angka Berarti yang Dilaporkan

Aturan pelaporan, jika:


Ketidakpastian relatif 10% maka hanya 2 angka berarti
Ketidakpastian relatif 1% maka hanya 3 angka berarti
Ketidakpastian relatif 0.1% maka hanya 4 angka berarti

2.3

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran dasar adalah:
2.3.1

Alat-alat

Alat yang digunakan dalam Praktikum Pengukuran ini adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Jangka sorong
Mikrometer sekrup
Gelas ukur
Neraca Ohauss

2.3.2

1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

Bahan

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pengukuran ini adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.4
2.4.1

Silinder pejal
Silinder berongga
Silinder susun
Kelereng (benda pejal)
Benda tak beraturan (kerikil)
Kubus Alumunium

Gambar Alat dan Bahan


Gambar Alat dan Bahan

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Gambar 2.1.Jangka sorong

Gambar 2.2 Mikrometer sekrup

Gambar 2.3 Neraca Ohauss

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Gambar 2.4 Gelas Ukur

10

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

2.4.2

Gambar Bahan

Gambar 2.5 Silinder Pejal

Gambar 2.6 Silinder Berongga

Gambar 2.7 Silinder Susun

Gambar 2.8 Kubus

11

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Gambar 2.9 Kelereng

Gambar 2.10 Kerikil

12

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

2.5

13

Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan pengukuran dasar adalah sebagai berikut :


a. Menyediakan alat Praktikum Pengukuran Dasar yang berupa jangka sorong,
micrometer skrup, neraca ohauss, dan gelas ukur.

Gambar 2.11 Menyiapkan Jangka Sorong

Gambar 2.12 Menyiapkan Mikrometer Sekrup


b. Menyediakan bahan Praktikum Pengukuran Dasar yang berupa silinder pejal,
silinder berongga, silinder bersusun, kubus tembaga, bola pejal (kelereng) dan
denda tak beraturan (kerikil).

Gambar 2.13 Menyediakan Kubus Tembaga

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

14

c. Mengukur diameter dalam silinder berongga dan tinggi masing-masing bahan


Praktikum Pengukuran Dasardengan menggunakan jangka sorong sebanyak
lima kali.

Gambar 2.14 Mengukur Diameter Dalam Silinder Berongga Menggunakan


Jangka Sorong

Gambar 2.15 Mengukur Tinggi Silinder Pejal Menggunakan Jangka Sorong


d. Mengukur diameter masing-masing benda menggunakan micrometer sekrup
sebanyak lima kali.

Gambar 2.16 Mengukur Diameter Luar Bahan Praktikum Pengukuran Dasar


Menggunakan Mikrometer Sekrup

15

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

e. Mengukur massa masing-masing benda dengan neraca ohauss sebanyak lima


kali.

Gambar 2.17 Mengukur Massa Bahan Praktikum Pengukuran Dasar


Menggunakan Neraca Ohauss
f. Menghitung volume dan massa jenis benda dengan menggunakan data hasil
pengukuran yang diperoleh atau dapat menggunakan percobaan dengan gelas
ukur.

Gambar 2.18 Menghitung Volume Bahan Percobaan Menggunakan Data Hasil


Percobaan

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Gambar 2.19 Menghitung Volume Kerikil Menggunakan Gelas Ukur


g. Mencatat data dan hasil yang diperoleh.

Gambar 2.20Mencatat Data Hasil Percobaan pada Tabel


h. Menganalisis hasil.

Gambar 2.21 Analisis Data Volume Tiap Benda


i. Menarik kesimpulan.

16

17

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Gambar 2.22 Menarik Rangkuman Data Percobaan

2.6

Alur Kerja
Mulai
Menyiapkanperalatan
Menyiapkanbahan-bahan
Mengukurdimensibenda
Mencatathasilpengukuran
Menganalisis data
Menarikkesimpulan
Selesai
Gambar 2.23 Alur Kerja Percobaan Pengukuran Dasar

2.7

Data Percobaan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium didapat data-data


yang ditunjukkan pada Tabel 2.2 2.7 di bawah ini :

18

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Silinder Pejal


Perhitungan ke Tinggi (m) Diameter (m)
1.
15,33 10 19,34
3

2.

10-3
15,3

3.

10-3
4.

15,38
10-3

5.

15,38
10-3

Jumlah

76,75
10-3

Rata-rata

10

10-3
15,36

19,31
10-3
19,31
10-3
19,34

10-3

Volume (m3)
4,5 10-6

33,77

4,498

103

10-6

33,76

4,48 10-

103

33,76

4,518

103

10-3
19,32

33,77

10-6
4,508

103

10-3
96,62

168,83
10

10-3

15,35

Massa (kg)
33,77

19,324

10-6
22,504

33,766

10-6
4,5008

103

10-3

10-6

Volume dari silinder pejal dapat dicari menggunakan Persamaan2.6:


1
V = h d 2 ........................................................................................................
4
(2.6)
Keterangan :
h

= tinggi (m)

= diameter (m)

= volume benda (m3)

Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Silinder Berongga


Perhitungan Panjang (m) Diameter luar

Diameter

Massa (kg)

Volume (m3)

19

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

ke

(m)

dalam (m)
30,34

1.

3
49,7 10-3 24,9 10

2.

49,8 10-3

3.

3
49,9 10-3 25 10

22,7 10

103

4,087 10

30,35
25 10

22,6 10

10

6
4,468 10

30,36

49,9
4.

24,9 10

10

22,7 10
22,65

30,34

5.

49,9 10

25 10

10

Jumlah

103

124,8 10

10

4,194 10

30,35
3

6
4,3 10

10

10

113,35

151,74

21.349

103

103

106

22,67

30.34

4,2698

49,84
Rata-rata

10

249,2

6
4,3 10

22,7
3

10

3
24,96 10

10

10

Volume dari silinder berongga dapat dicari menggunakan Persamaan2.7:


d1
( 2d 22 )
........................................................................................(2.7)
1
V = h
4
Keterangan :
h

= tinggi (m)

d1

= diameter dalam (m)

d2

= diameter luar (m)

= volume benda (m3)

10

20

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Tabel 2.4 Hasil Pengukuran Silinder Susun


Volume
(

Penguku-

Diameter ( 10

m)

Panjang ( 10

m)

Massa (

10

ran ke

kg)

m3)

A
1.

18,9

2.

18,8

3.

4.

5.

18,9

18,9

10

94,3

Jumlah

Rata-rata

19,8

19,7

1,2

11,356

108,8

103

103

103

106

103

17,23

19,8

19,8

1,3

11,29

108,6

103

103

103

103

106

103

17,23

19,8

19,7

1,2

103

103

103

103

17,22

19,7

19,7

1,2

103

103

103

19,8

19,7

1,3

103

103

98,9

98,6

6,2

17,24

18,8

18,9

18,8

18,9

18,9

103

103 103
18,8

10

17,22
3

103

10

94,3

86,15

10

103

103 103

103

103

103

18,86

18,86

17,23

19,78

19,72

1,24

103

103 103

103

103

103

11,356

106
11,327

106
11,262
6

tA

tB

dA

dc
tc

dB

108,7

103
108,7
3

10

56,591

543,6

106
11,318

106

1
V = (d A 2 . t A +d B2 . t B+ d C 2 . t C ) ............................................................................
4

Keterangan :

103

10

Volume dari silinder berongga dapat dicari menggunakan Persamaan2.8:

(2.8)

108,8

103
108,72

103

21

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Kubus Tembaga


Percobaan ke

Panjang Rusuk (m)


3

Massa (kg)
3

Volume (m3)
6

1.

19,7 10

65,17 10

7,645 10

2.

3
19,6 10

3
65,17 10

6
7,529 10

3.

19,7 10

65,18 10

7,645 10

4.

3
19,7 10

3
65,17 10

6
7,645 10

5.

3
19,7 10

3
65,18 10

6
7,645 10

Jumlah
Rata-rata

98,4 10

3
19,86 10

325,87 10

38,109 10

3
65,174 10

6
7,6218 10

Volume dari kubus pejal dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 2.9 :
V = r3.................................................................................................................(2.9)
Keterangan:
r

= rusuk (panjang) benda (kg)

m = massa benda (m)


V = volume benda (m3)
Tabel 2.6 Hasil Pengukuran Kelereng

1.

Diameter (m)
3
16,22 10

Massa (kg)
3
50,32 10

Volume (m3)
6
2,234 10

2.

3
16,22 10

3
50,33 10

6
2,234 10

3.

16,25 10

50,32 10

2,246 10

4.

3
16,26 10

3
50,33 10

6
2,250 10

5.

3
16,26 10

3
50,33 10

6
2,250 10

Percobaan ke

22

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Jumlah

3
81,21 10

3
251,63 10

6
11,214 10

Rata-rata

3
16,242 10

3
50,326 10

6
2,2428 10

Volume dari kelereng dapat dicari dengan menggunakan Persamaan2.10 :


1 3
V = d ........................................................................................................
6
(2.10)
Keterangan :
d

= diameter (m)

= volume benda (m3)

Tabel 2.7 Hasil Pengukuran Benda tidak Beraturan


Percobaan ke
1.
2.
3.
4.
5.

2.8

Volume (m3)

Massa (kg)

3 10

3
15,15 10

6
3 10

3
15,14 10

3,1 10

6
2,95 10
6

3,1 10

15,15 10

3
15,14 10
3

15,13 10

Jumlah

6
15,15 10

3
75,71 10

Rata-rata

6
3,03 10

3
15,142 10

Analisis Data

Berdasarkan data yang telah disusun pada sub-bab 2.7 diperoleh data untuk
mencari massa rata-rata, volume benda, massa jenis benda, kesalahan relatif dan
prosentase ketelitian dalam melakukan percobaan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.8 2.10.
Tabel 2.8 Analisis diameter setiap benda
Diameter

Silinder

Silinder Berongga
Pejal (m) Luar (m) Dalam(m)

Silinder Susun
Kelereng
A (m)
B (m) C (m)
(m)

23

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

d
d

(d d )
Sd

n(n 1)

KR =

Sd
100 0 0
d

19,324

24,96

22,67

18,86

18,86

17,23

16,242

103

103

103

103

103

103

103

6,782

7,745

6,324

2,449

2,449

1,224

6,33

106

104

104

104

104

104 104

0,035%

3,103%

2,789 %

1,298% 1,298% 0,71 %

3,89 %

Ket =100% - KR 99,965% 96,897% 97,211 % 98,702% 98,702% 99,29% 96,11%


19,330
do

0,006

d Sd

10

25,73
0,774
103

23,3
0,632
3

10

17,352
16,875
0,122
3
3
0,244 10 0,244 10
0,633 103
3
10
19,084

19,084

Tabel 2.9 Analisis massa setiap benda


Silinder Pejal

Massa

(kg)

Silinder
Berongga

33,766

(kg)
30,348

103

Silinder

Kubus

Susun (kg) Tembaga (kg)

Kerikil

Kelereng

(kg)

(kg)

108,72

65,174

15,142

50,32

103

103

103

103

103

7,745

8,29

3,162

2,28

3,741

7,74

n(n 1)

105

104

106

103

103

105

Sm
100 0 0
m

0,229 %

2,731 %

0,003 %

3,49%

2,47 %

0,15 %

Ket =100% - KR

99,771 %

97,269 %

99,997 %

96,51%

97,53%

99,85 %

33,843

31,77

108,123

67,454

18,883

50,39

( m m)

Sm

KR =

mo

Sm

24

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6
3

0,0774 10 0,829 10 0,003 102,28 10 3,741 10


0,077 10

Tabel 2.10 Analisis volume setiap benda


Volume

2.9

SV

(m3)

(m3)

(m3)

2,2428

106

106

106

106

106

2,01

1,72222

2,69

4,5

6,72

11

1,972 10

SV
100 0 0
0,0000004 %
V

Kerikil Kelereng

3,03

10

0,047 %

Ket =100% - KR 99,999996 % 99,743 %

Vo

Tembaga

7,6218

KR =

Susun (m3)

Kubus

11,318

n(n 1)

Silinder

4,2698

10-6

SV

(m3)

4,5008

(V V )

Berongga

(m3)

V
V

Silinder

Silinder Pejal

4,257

10

0,0015 %

10

10

0,0035 %

10

12

10

10

0,014 % 0,00029 %

99,934 % 99,9965 % 99,986 % 99,99971%

14,286
6

10

13,499
6

7,333
6

14,0
6

1,774
6

0,005 10 0,037 10 0,009 10 0,008 10 0 10

Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium didapatkan hasil data


tentang analisis perhitungan volume dan perhitungan massa jenis yang
ditunjukkan pada Tabel 2.11 2.13
Tabel 2.11 Perbandingan volume pada percobaan 1 5

0,003 10

25

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Percobaan ke
Volume Silinder
Pejal (VA) (m3)
Volume Silinder
Berongga (VB)(m3)
Volume Silinder

Volume Kubus
( VD ) (m3)
Volume Kerikil

Volume Kelereng
( VF ) (m3)

3
4,48

4
4,518

5
4,508

106

106

106

106

106

4,087

4,468

4,3

4,194

4,3

106

106

106

106

106

11,356

11,29

11,356

11,327

11,262

10

7,645

7,529

7,645

7,645

7,645

106

106

106

106

106

3,1

2,95

3,1

6
3 10

10

10

2,246

2,250

2,250

106

106

106

106

106

21,349 x 10 -6 m3

4,2698x10 -6 m3
n
5

=
C

VC
=

56, 59110 -6 m3
11,31810 -6 m3
5

38,109 10 -6 m3

7, 621810 -6 m3
n
5
D

VD

VE

2,234

10

2,234

V
VB

10

10

22,504 x 10-6 m3
4,5008x10 -6 m3
5

10

6
3 10

( VE ) (m3)

2
4,498

10

Susun ( VC ) (m3)

1
4,5

15,1510-6 m3
3, 0310 -6 m3
5

VA

26

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

11, 214 10 -6 m3

2, 242810-6 m3
n
5
F

VF

Tabel 2.12 Perbandingan massa pada percobaan 1 5


Percobaan ke
Massa Silinder Pejal
(MA) (kg)
Massa Silinder Berongga
(MB)(kg)
Massa Silinder Susun
( MC ) (kg)
Massa Kubus
( MD ) (kg)
Massa Kerikil
( ME ) (kg)
Massa Kelereng
( MF ) \(kg)

MA

MB

MC

1
33,77

2
33,77

3
33,76

4
33,76

5
33,77

103

103

103

103

103

30,34

30,35

30,36

30,34

30,35

103

103

103

103

103

108,7

108,7

108,8
3

108,6
3

10

65,17

65,17

65,18

65,17

65,18

103

103

103

103

103

15,15

15,14

15,15

15,14

15,13

103

103

103

103

103

50,32

50,33

50,32

50,33

50,33

103

103

103

103

103

543, 6 10 -3 kg

108, 72 10 -3 kg
5

10

10

151, 74 10 -3 kg
30, 34 10-3 kg
5

10

10

168,8310 -3 kg

33, 766 10-3 kg


5

108,8

27

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

MD

ME

325,87 10-3 kg

65,174 10-3 kg
5

MF

75, 7110 -3 kg

15,142 10 -3 kg
5

251, 6310-3 kg
50, 326 10-3 kg
5

Tabel 2.13 Perbandingan massa jenis pada percobaan 1 5


Percobaan ke
Massa Jenis Silinder Pejal
A

( ) ( kg/m3)
Massa Jenis Silinder
B

Berongga ( )( kg/m3)
Massa Jenis Silinder Susun
C

( ) ( kg/m3)
Massa Jenis Kubus
D

( ) ( kg/m3)
Massa Jenis Kerikil
E

7504,44

7507,78

7510,9

7472,1

7491,1

01

44

26

7423,53

6792,74

7060,4

7234,1

7058,1

65

44

39

9580,83

9619,13

9580,8

9596,5

9651,9

19

38

39

26

8524,52

8655,86

8525,8

8524,5

8525,8

33

25

33

5046,66

4887,0

5132,2

4880,6

96

03

45

22524,6

22529,0

22404,

22368,

22368,

27

88

88

5050

( ) ( kg/m3)
Massa Jenis Kelereng
(

) ( kg/m3)

37486, 584 kg
5

m3 7497, 316 kg

m3

28

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

35569,034 kg
5

m3 7113,806 kg

48029,272 kg
5

m3

m3 9605.8544 kg

m3

42756,579 kg 3
m 8551,315 kg

m3
n
5

24996, 611kg

m3 4999, 3222 kg

112195,735 kg
5

m3

m3 22439,147 kg

m3

Perhitungan massa jenis dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 2.1


=

m
V ................

(2.1)

Keterangan:

= massa jenis (kg/m3)

m = massa (kg)
V = volume(m3)

2.10 Gambar Grafik


Berdasarkan analisis data yang diperoleh seperti massa, volume, dan massa jenis,
maka dapat dibuat sebuah hubungan yang dapat dilihat pada Gambar 2.24 2.29
di bawah ini :

29

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Perbandingan Massa dan Volume Silinder Pejal


33.78
33.77
33.77

Massa (10-3 kg)

33.77

33.77

33.77
33.76

33.76

4,48

4,518

33.76
33.76
33.75
4.5

4,498

4,508

Volume (10-6 m3)


Gambar 2.24GrafikPerbandingan Massa dan Volume Silinder Pejal

Perbandingan Massa dan Volume Silinder Berongga


30.36
30.35

Massa (10-3 kg)

30.35

30.34

4,087

30.34

4,468

4,3

4,194

4,3

Volume (10-6 m3)


Gambar 2.25 Grafik Perbandingan Massa dan Volume Silinder Berongga

Perbandingan Massa dan Volume Silinder Susun

Massa (10-3 kg)

108.85
108.8
108.8
108.8
108.75
108.7 108.7
108.7
108.65
108.6
108.6
108.55
108.5
11,356 11,29 11,356 11,327 11,262

Volume (10-6 m3)

30

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Gambar 2.26Grafik Perbandingan Massa dan Volume Silinder Bersusun

Perbandingan Massa dan Volume Kubus


65.19

65.18

65.18

65.18

Massa (10-3 kg)

65.18
65.17
65.17

65.17

65.17

65.17
65.16
7645

7529

7645

7645

7645

Volume (10-6 m3)


Gambar 2.27Grafik Perbandingan Massa dan Volume Kubus Tembaga

Perbandingan Massa dan Volume Kerikil

Massa (10-3 kg)

15.16
15.15
15.15
15.15
15.14
15.14
15.13
15.13
15.12
3

15.15
15.14

15.14
15.13

3,1

2,95

3,1

Volume (10-6 m3)


Gambar 2.28 Grafik Perbandingan Massa dan Volume Silinder Kerikil

Perbandingan Massa dan Volume Kelereng


50.34

50.33

50.33

50.33

2250

2250

50.33

Massa (10-3 kg)

50.33
50.32
50.32
50.32
2234

50.32

2234

2246

Volume (10-6 m3)

31

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

Gambar 2.29 Grafik Perbandingan Massa dan Volume Kelereng

2.11 Kesimpulan dan Saran


2.11.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari Praktikum Pengukuran Dasar adalah sebagai berikut :
a. Untuk setiap alat ukur mempunyai ketelitian yang berbeda.
b. Hasil pengukuran berbeda walaupun menggunakan alat yang sama dan dalam
keadaan yang serupa. Ini berarti hasil pengukuran tak seluruhnya terjamin
ketepatannya.
c. Pengukuran terhadap besaran panjang, massa, dapat dilakukan secara
langsung dengan menggunakan jangka sorong, mikrometer sekrup dan
neraca.
d. Walaupun volume merupakan besaran turunan, tetapi pengukuran terhadap
besaran volume dapat dilakukan secara langsung menggunakan gelas ukur.
e. Pengukuran terhadap besaran turunan dapat dilakukan setelah mengetahui
besaran dasarnya.
Dari

data-data

percobaan

praktikum

diatas

ditemukan

bahwa

hasil

perhitungannya terdapat perbedaan pada 5 kali pengukuran serta besar ketelitian


rata-rata pada percobaan diatas sebsesar 99,98%. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.

keterbatasan manusia dalam pembacaan.


kesalahan dalam proses membaca.
kekurangtelitian si pengamat.
faktor non teknis yaitu situasi dan kondisi suatu percobaan.
kesalahan pengukuran skala awal sebelum digunakan.

Selain itu, dari data pengamatan dapat diketahui bahwa makin kecil ketidakpastian
mutlak, makin tepat pengukuran tersebut. Untuk mengatasi ketidakpastian maka
perlu dilakukan pengukuran berulang-ulang.
2.11.2 Saran
Banyak kesalahan yang terjadi saat praktikum , baik kesalahan yang terjadi akibat
faktor teknis maupun non teknis, untuk meminimalisir kesalahan sebaiknya
seorang praktikan :
a. Mempelajari dan memahami terlebih dahulu modul praktikum sebelum
melaksanakan praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam prosedur.

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2014


Bab 2 Pengukuran Dasar
Kelompok6

32

b. Berhati-hati ketika praktikum karena kesalahan banyak terjadi akibat


keteledoran praktikan.
c. Menggunakan alat ukur dengan nilai batas ketelitian yang paling kecil.
d. Teliti dalam membaca hasil pengukuran.

2.12 Aplikasi dalam Bidang Teknik Sipil

Aplikasi yang dapat dilakukan dalam bidang teknik sipil dari Praktikum
Pengukuran Dasar adalah :
a. Untuk mengukur lebar dan tebal kayu yang akan digunakan dalam pembuatan
kuda-kuda.
b. Mengukur diameter besi .
c. Digunakan untuk mengukur dimensi bahan bangunan.
d. Mengukur tebal baja dan sejenisnya.
e. Mengukur kedalaman / panjang pipa

Anda mungkin juga menyukai