Regulasi Dan Standar Sektor Publik

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

REGULASI DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

A. Kebutuhan Regulasi dan Standar di Sektor Publik


Pada zaman sekarang ini, informasi memilki peranan penting bagi kita semua.
Informasi merupakan sarana komunikasi yang efektif antara anggota masrakat dengan
anggota masyarakat lainnya atau anatara suatu entitas dengan masyarakat sekitarnya.
Dalam seperti ini, penyediaan informasi yang akan menciptakan transparansi dan pada
gilirannya akan mewujudkan akuntabilitas publik.
Informasi akuntansi memiliki standar akuntansi yang disebut Prisnsip akuntansi
yang Berlaku Umum-PABU ( Generally Accepted Accounting Principles-GAAP ).
Berlaku umum ini maksudnya informasi akuntansi suatu perusahaan bias dimengerti
oleh siapapun dengan latar belakang apa pun. Sehingga, informasi ini berguna bagi
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor lainnya, pemerintah, dan
lembaga-lembaganya, serta masyarakat.
Akuntansi sector publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi
biasa. Karena, akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada
masyarakat yang ada di sektor publik.
Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan standar untuk
organisasi nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar ini
tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini belum
mengakomodasi praktik-praktik lembaga pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang
dimilikinya. Karna itu, pemerintah mencoba menyusun suatu standar yang disebut
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara internasional. Organisasi
yang merancang standar ini adalah International Federation of Accountants-IFAC
(Federasi Auntan Internasional). Mereka membuat suatu standar akuntansi sector publik
yang disebut Internation Public Sector Accounting Standards-IPSAS ( Standar
Internasional Akuntansi Sektor Publik ). Standar ini menjadi pedoman bagi perancangan
standar akuntansi pemerintahan di setiap Negara di dunia.
B. Perkembangan Peraturan Perundangan di Sektor Publik
Kebutuhan atas standar akuntansi sektor publik terus berkembang akibat
kedinamisan regulasi pemerintah. Kedinamisan ini ditandai dengan pelaksanaan

otonomi daerah dan reformasi keuangan. Otonomi daerah berlaku akibat Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. UU ini menjelaskan bahwa
pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemeirntah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggun jawab. UU ini mulai berlaku
sejak tahun 2001.
Lalu, pemerintah merasa UU Nomor 22 Tahun 1999 tidak lagi sesuai dengan
perkembangan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan UU baru, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimabangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-undang di atas menjadikan pedoman pelaksanaan otonomi daerah lebih
jelas

dan

terperinci,

khusunya

tentang

pengelolaan

keuangan

daerah

dan

pertanggungjawaban. Perubahan undang-undang tersebut merupakan salah satu hal


yang signifikan dalam perkembangan otonomi daerah. Perubahan itu sendiri dilandasi
oleh beberapa hal, antara lain :
1. Adanya semangan desentralisasi yang menekankan pada upaya efektivitas dan
efisiensi pengelolaan sumber daya daerah.
2. Adanya semangat tata kelola yang baik (good governance).
3. Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan ( money follows
function ) yang mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan keuangan
4.

daerah.
Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang (UU) Keuangan Negara, yaitu
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang perbendeharaan negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, serta UU Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan Pemerintahan

(PP) sebagai turunan berbagai undang-undang di atas, antara lain:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum


PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengeloalaan Keuangan Daerah.

8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar


Pelayanan Minimal.
Akuntabilitas publik terjadi jika informasi yang diberikan dapat diterima dan
dimengerti secara meluas di masyarakat. Dengan latar belakang apapun, mereka dapat
memberikan keputusan dari informasi tersebut.Sehingga, informasi tersebut haruslah
memilki standar yang menyeluruh agar terjadi suatu keseragaman bentuk informasi.
Informasi akuntansi memiliki standar akuntansi yang disebut Prisnsip akuntansi
yang Berlaku Umum-PABU ( Generally Accepted Accounting Principles-GAAP ).
Berlaku umum ini maksudnya informasi akuntansi suatu perusahaan bisa dimengerti
oleh siapapun dengan latar belakang apa pun. Sehingga, informasi ini berguna bagi
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor lainnya, pemerintah, dan
lembaga-lembaganya, serta masyarakat.
Akuntansi sector publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi biasa.
Karena, akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada masyarakat yang
ada di sektor publik.
Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan standar untuk
organisasi nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar ini
tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini belum
mengakomodasi praktik-praktik lembaga pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang
dimilikinya. Karna itu, pemerintah mencoba menyusun suatu standar yang disebut
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
C. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era
pra Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :
1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah
2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah
dan Penyusunan Perhitungan APBD.
Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
a)

Perbandingan anggaran dan realisasi

b)

Perbandingan standar dan realisasi

c)

Target prosentase fisik proyek

3. Kepmendagri No.900-099

tahun

1980

tentang Manual Administrasi Keuangan

Daerah. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi diperkenalkan double entry
bookkeeping.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD.
5. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan APBD.

Bentuk laporan perhitungan APBD :


a)

Perhitungan APBD

b)

Nota Perhitungan

c)

Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)

D. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi


Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk
mengelola keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik
Bentuk Reformasi yang ada meliputi :
a)

Penataan peraturan perundang-undangan;

b)

Penataan kelembagaan;

c)

Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan

d)

Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan

E. Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi


Paradigma baru dalam Reformasi Manajemen Sektor Publik adalah penerapan
akuntansi dalam praktik pemerintah untuk kegunaan Good Governance. Terdapat tiga
Undang-undang yang digunakan untuk penerapannya, yaitu :
1. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.
Mengatur mengenai semua hak dan kewajiban Negara mengenai keuangan dan
pengelolaan kekayaan Negara, juga mengatur penyusunan APBD dan penyusunan
anggaran kementrian/lembaga Negara (Andayani, 2007)
2. UU No.1/2004 tentang kebendaharawanan
Mengatur pengguna anggaran atau pengguna barang, bahwa undang-undang ini
mengatur tentang pengelolaan keuangan Negara yang meliputi pengelolaan uang,
utang, piutang, pengelolaan investasi pemerintah dan pengelolaan keuangan badan
layanan hukum. (Andayani, 2007)
3. UU no.15/2004 tentang pemeriksaan keuangan negara

Mengatur tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara


yang dilaksanakan oleh BPK. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan atas
laporan keuangan kepada DPR dan DPD. Sedangkan laporan keuangan pemerintah
daerah disampaikan kepada DPRD. (Andayani, 2007)
Empat Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara yang didasarkan pada ketiga Undangundang di atas, yaitu :
1.

Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kineja.

2.

Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah.

3.

Adanya pemeriksa eksternal yang kuat, profesional dan mandiri dalam


pelaksanaan pemeriksaan.

4.

Pemberdayaan manajer profesional.

Selain ketiga UU di atas, juga terdapat peraturan lain, yaitu :


1. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional.
2. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dengan Daerah.
4. UU No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
F. Barang dan Jasa Publik
Pada dasarnya alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat dilakukan
melalui dua mekanisme yaitu : melalui mekanisme pasar dan kedua melalui mekanisme
birokrasi.mekanisme pasar dianggap sebagai mekanisme yang dapat mendorong
pemakaian sumber daya secarq efisien.namun kenyataannya masih terjadi kegagalan
pasar dalam mengalokasikan sejumlah barang dan jasa seperti public goods bserta
eksternalitasnya.mekanisme barang dan jasa inilah beserta mixed good dialokasikan
kepada masyarakat melalui mekanisme birokrasi.
G. Kedudukan dan Peran Pemerintah Dalam Memperbaiki Kualitas Pelayanan
Publik
Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan
manajemen kualitas jasa, yakni upaya meminimasi kesenjangan antara tingkat layanan
dengan harapan konsumen. Kinerja organisasi layanan publik harus diukur dari
outcome-nya, karena outcome merupakan variabel kinerja yang mewakili misi
organisasi dan aktivitas oprasional, baik aspek keuangan dan nonkeuangan. Dalam
penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi kualitas

(Mardiasmo,

2009). Selanjutnya,

monitoring

kinerja

perlu

dilakukan

untuk

mengevaluasi pelayanan publik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Langkahlangkah penting dalam monitoring kinerja organisasi layanan publik antara lain :
mengembangkan indikator kinerja yang mengembangkan pencapaian tujuan organisasi,
memaparkan

hasil

pencapaian

tujuan

berdasarkan

indikator

kinerja

diatas,

mengidentifikasi apakah kegiatan pelayanan sudah efektif dan efisien sebagai dasar
pengusulan program perbaikan kualitas pelayanan (Bastian, 2007).
H. Akuntansi Sektor Publik Internasional
Saat ini, banyak entitas yang termasuk dalam kategori organisasi sektor publik
yang telah mengimplementasikan akuntansi dalam sistem keuangannya. Akan tetapi,
praktik akuntansi yang dilakukan oleh entitas-entitas tersebut memiliki banyak
perbedaan khususnya dalam proses pelaporan keuangan. Hal tersebut sangat
dimungkinkan oleh belum banyaknya pemerintah suatu negara yang menerbitkan
standar baku akuntansi untuk mengatur praktik akuntansi bagi organisasi sektor publik.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, International Federation of Accountants-IFAC
(Federasi Akuntan Internasional) membentuk sebuah komite khusus yang bertugas
menyusun sebuah standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang berlaku secara
internasional yang kemudian disebut International Public Sector Accounting StandardsIPSAS (Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik). Dalam pelaksanaannya, komite
tersebut tidak hanya menyusun standar tetapi juga membuat program yang sistematis
yang mendorong aplikasi IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia.
IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basis akrual
(accrual basis), namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna merinci
kebutuhan untuk basis kas (cash basis). Dalam hal ini, IPSAS dapat diadopsi oleh
organisasi sektor publik yang sedang dalam proses perubahan dari cash basis ke accrual
basis. Jika demikian, maka organisasi sektor publik yang telah memutuskan untuk
mengadopsi basis akrual menurut IPSAS, harus mengikuti ketentuan waktu mengenai
masa transisi dari basis kas ke basis akrual yang diatur oleh IPSAS.
Pada akhirnya, cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi
sektor publik termasuk juga lembaga pemerintahan baik pemerintah pusat, pemerintah

regional (provinsi), pemerintah daerah (kabupaten/kota), dan komponen-komponen


kerjanya (dinas-dinas).
International Federation of Accountants (IFAC) yang didirikan di Munich pada
tahun1977, merupakan federasi dan organisasi akuntan internasional. Standar akuntansi
yang diterbitkan IFAC juga tetap menunjukkan bahwa sector bisnis dan sector public
tetap berbeda. Hal ini diwujudkan dalam pembentukan dua badan penyusun standar
yang terpisah yaitu IASB yang menyusun standar untuk sector bisnis sedangkan untuk
sector public adaIPSASB. IASB menerbitkan IAS sedangkan IPSASB menerbitkan
IPSAS.

Mengacu pada International Accounting Standards (IAS / IFRS)

IPSAS bukan untuk mengganti standar yang ada di suatu negara, tapi untuk
mengembangkan atau merevisi standar yang ada

IPSAS dikembangkan menurut basis akrual (sebelum revisi)IPSAS yang


diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik
untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah
mengadopsi basis akrual (accrual basis).
IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu kepada

International Financial Reporting Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang


diterbitkan oleh International Accounting Standards Board (IASB), sepanjang
ketentuan-ketentuan di dalam IFRS dapat diterapkan di sektor publik. Meskipun
demikian, IPSASB tetap memperhatikan isu-isu yang spesifik di sektor publik yang
tidak tercakup di dalamIFRS.
Dalam edisi revisi, ED 27 dianut dua basis yaitu basis akrual dan juga basis kas.
Sebagaimana dinyatakan dalam paragraph 2 An entity that prepares and presents
general purpose financial statements under accrual or cash basis of accounting in
accordance with. Selanjutnya dalam paragraph 4 dinyatakan jika basis akrual yang
digunakan maka harus dibaca berkaitan dengan IPSAS sedangkan jika digunakan basis
kas maka standar harus dibaca dalam konteks IPSAS basis kas (The Cash Basis IPSAS,
Financial Reporting Under the Cash Basis of Accounting).
Menurut IPSAS, laporan keuangan akrual secara umum setidaknya terdiri dari :

Statement of Financial Position (neraca)


Statement of Financial Performance (Laporan Kinerja Keuangan)

Statement of Changes In Net Assets / Equity (Laporan Perubahan dalam


AsetBersih.Ekuitas)
Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas)
Accounting Policies and Notes to The Financial Statements (Catatan

atasKebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan) Sampai tahun 2010,
standar akuntansi sector public yang telah dikeluarkan oleh IPSASB, yang dikenal
dengan nama International Public Sector Accounting Standards(IPSAS), yaitu :

IPSAS 1 Presentation of Financial Statements


IPSAS 2 Cash Flow Statements
IPSAS 3 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
IPSAS 4 The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
IPSAS 5 Borrowing Costs
IPSAS 6 Consolidated and Separate Financial Statements
IPSAS 7 Investments in Associates
IPSAS 8 Interests in Joint Ventures
IPSAS 9 Revenue from Exchange Transactions
IPSAS 10 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
IPSAS 11 Construction Contracts
IPSAS 12 Inventories
IPSAS 13 Leases
IPSAS 14 Events After the Reporting Date
IPSAS 15 Financial Instruments: Disclosure and Presentation
IPSAS 16 Investment Property
IPSAS 17 Property, Plant, and Equipment
IPSAS 18 Segment Reporting
IPSAS 19 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
IPSAS 20 Related Party Disclosures
IPSAS 21 Impairment of Non-Cash-Generating Assets
IPSAS 22 Disclosure of Information about the General Government Sector

(IFAC, 2010)
IPSAS 23 Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers)
IPSAS 24 Presentation of Budget Information in Financial Statements
IPSAS 25 Employee Benefits
IPSAS 26 Impairment of Cash-Generating Assets
IPSAS 27 Agriculture
IPSAS 28 Financial Instruments: Presentation
IPSAS 29 Financial Instruments: Recognition and Measurement
IPSAS 30 Financial Instruments: Disclosures
IPSAS 31 Intangible Assets. (IFAC, 2010)

Anda mungkin juga menyukai