Akuntansi Organisasi Nirlaba (Klp5)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA

Tim Penyusun :

Made Septiana Wibawa (1902622010259/02)

Made Dharma Suadnyana (1902622010265/08)

Ni Putu Arsita Utami (1902622010274/17)

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Fakultas Ekonomi & Bisnis

Prodi Akuntansi

2020/2021
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran
pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu
tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba
(moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan
klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi
jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para
petugas pemerintah. Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya
dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan
apapun dari organisasi tersebut.
Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa
individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, dalam
pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau
kekayaan semata . Lembaga nirlaba atau organisasi nonprofit merupakan salah satu komponen
dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari
dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.
Berdasarkan pengertian di atas dapat menyimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah
salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha atau kegiatannya.

1.2  Ciri-ciri dan Contoh Organisasi Nirlaba


Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang
diberikan.
2.   Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri
atau pemilik entitas tersebut.
3.   Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
 Contoh organisasi nirlaba
·         Organisasi kesejahteraan sosial masyarakat

·         Yayasan sosial

·         Yayasan dana

·         Balai keselamatan

·         Konservasi lingkungan / satwa

·         Rumah sakit dan organisasi kesehatan masyarakat

·         PMI

1.3 Dasar Pemikiran Akuntansi Organisasi Nirlaba


Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menyusun
standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang saham,
kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan
namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi
entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government Accounting Standard Board (GASB)
menyusun standar akuntasi dan pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal AS.

Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah. Organisasi


penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar
Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik entitasnya
berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya, memberi
pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk
mendukung keuangan pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut
memadai atau tidak memadai.
Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan atas
jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari istilah
nirlaba. Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit
organization karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi
bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan untuk mengum-
pulkan laba, namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara legal bernasib
keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran kas masuk melebihi aliran kas
keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba
neto setelah pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.

Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan pengabdiannya


dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak. Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati
oleh para pengurus dalam bentuk gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman
bagi pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah,
rumah tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat
entitas komersial.

Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan bentuk kegiatan.
Contoh entitas legal adalah:

1)      Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pemerintah, seperti BUMN
Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD;

2)      Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta, misalnya
yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat

Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk kegiatan/ bidang usaha tidak
disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah sakit
dan museum swasta mungkin nirlaba atau komersial

1.4  Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba


Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting Standards
Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC
4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial
reporting by nonbusiness organizations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam
SFAC 4 tersebut adalah:

1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang


bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon
pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber
daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh
organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan
tersebut.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi
nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan kekayaan bersih
organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dari kejadian ekonomi yang mengubah
sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran
secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/ kondisi sumher kekayaan bersih
organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi
secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai
kinerja.
6. Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan
kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami
informasi keuangan yang diberikan.
2.1 Standar Akuntansi Yang Berlaku Untuk Organisasi Nirlaba

PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam
PSAK karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya
utama (aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan   hasil, imbalan, atau
keuntungan komersial.
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang
diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya  tidak dimaksud untuk memperoleh laba.
Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah membagi laba dalam bentuk apapun kepada
pendiri/pemilik entitas Laporan keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat
entitas dan menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk
pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas (Arus Kas), dan Laporan
Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto, sedang pendapatan
investasi disajikan secara neto setelah dikurangi beban investasi. Informasi tercapainya
program amat penting dalam laporan keuangan, yang menggambarkan efektivitas beban dan
manfaat yang dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas amat penting menggambarkan
kualitas prrtanggungjawaban manajemen keuangan di mata para donatur.
Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu dipapar kan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), yang memberi harkat khusus CALK dalam laporan
keuangan nirlaba setara dengan Neraca dan Laporan Kegiatan.

1. Laporan Posisi Keuangan


Laporan posisi keuangan bisnis nirlaba dibuat untuk menyediakan informasi mengenai
aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih, serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-
unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan ini digunakan bersama
pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya untuk membantu donatur,
anggota organisasi, kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai kemampuan organisasi
dalam memberikan jasa. Dengan laporan posisi keuangan, Anda juga dapat menyediakan
informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk
memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal. Laporan posisi keuangan
bisnis nirlaba mencakup total aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih.

2. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas dibuat untuk menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan
peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, hubungan antar transaksi,
dan peristiwa lain, serta bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya untuk membantu donatur,
anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu
periode, menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dalam memberikan
jasa, dan menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

3. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas berfungsi sebagai penyedia informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas bisnis nirlaba disajikan sesuai
PSAK 2 dengan tambahan sebagai berikut:
1. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan yang dimaksud di sini adalah seperti penerimaan kas dari
donatur yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang, penerimaan kas dan
penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan,
pembangunan, dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi, serta
bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang
2. Pengungkapan Informasi
Dengan laporan arus kas, Anda dapat memberikan informasi mengenai aktivitas
investas dan pendanaan non kas seperti sumbangan berupa bangunan atau aktiva
investasi.
Itulah beberapa laporan yang dibutuhkan perusahaan nirlaba untuk mengetahui kondisi
keuangan perusahaannya. Dengan mengetahui kondisi keuangan, perusahaan nirlaba
dapat lebih mudah menilai kemampuannya dalam memberikan jasa. Dalam proses
pembuatan laporan keuangan, setiap perusahaan bisa menggunakan bantuan software
akuntansi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan menghemat waktu dalam
pembuatan laporan keuangan perusahaan.

4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)


Catatan atas laporan keuangan adalah salah satu unsur laporan keuangan yang
menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu
pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus
Kas (LAK) dalam rangka pengungkapan yang memadai.
CaLK meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam LRA,
Laporan
Perubahan SAL, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca,
dan LAK. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) serta ungkapan-
ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
CaLK mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengungkapkan informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi;
2. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
3. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
4. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
5. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada
lembar muka laporan keuangan;
6. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan
7. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

KESIMPULAN

Organisasi adalah kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda yang
saling tergantung antara satu dengan yang lainnya yang berusaha untuk mewujudkan
kepentingan bersama dan memanfaatkan berbagai sumber daya. (Mulyadi dan Setiawan 2000:
Organisasi nirlaba memiliki karakteristik dan sifat diantaranya
(1) melalui sumberdaya yang diperoleh dari sumbangan yang tidak mengharapkan imbalan,
(2) menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan memupuk laba, kalaupun ada laba, maka tidak
pemah dibagikan kepada pendiri/pemilik entitas,
(3) kepemilikan tidak dapat dijual, dialihkan, ditebus kembali, dan
(4) kepemilikan tidak mencerminkan proporsi pembagian sumberdaya saat likuidasi.
Jenis Laporan Keuangan Perusahaan Nirlaba
a) Laporan Posisi Keuangan
b) Laporan Aktivita
c) Laporan Arus Kas
d) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
perbedaan akuntansi antara organisasi bisnis dan organisasi nirlaba dapat membantu Anda
menghindari kesalahan pencatatandan dapat memastikan bahwa organisasi Anda memenuhi
persyaratan akuntabilitas dan transparansi keuangan di bawah undang-undang Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai