Pengukuran Dan Teori Ralat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar eksperimen ilmiah dilakukan dengan observasi dalam wujud
pengukuran dan analisis data. Tujuannya antara lain menverifikasi teori-teori atau
konsep- konsep (rumus) yang telah ada, atau mencari dan menentukan konstanta
fisika suatu besaran. Hasilnya dapat digunakan sebagai penjelasan model teori
tersebut secara riil. Teori yang baik harus dapat menjelaskan gejala-gejala alam,
bahkan lebih dari itu harus dapat meramalkan berbagai gejala baru yang perlu
diuji dengan eksperimen-eksperimen baru. Sehingga, peran pengukuran dan
analisis data dalam perkembangan ilmu pengetahuan sangat penting. Secara
umum praktikum fisika dasar adalah ajang latihan eksperimen mahasiswa baru
untuk mengenal berbagai aspek pengukuran maupun analisis data. Paling tidak
ada dua hal penting sebagai latar belakang mengapa pengalaman praktikum
tersebut penting.
1. Agar mahasiswa dapat lebih memahami konsep-konsep yang ada
dalam perkuliahan
2. Saat menekuni profesinya nanti prinsip-prinsip pengukuran dan
analisis data harus dikuasai dengan baik karena merupakan dasar yang
sangat penting dalam setiap kegiatan praktikum.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengukuran?
2. Apa saja kesalahan yang dapat terjadi dalam suatu pengukuran?
3. Bagaimana cara melakukan praktek pengukran yang benar?
C. TUJUAN
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang pengukuran
2. Menambah pemahaman mahasiswa tentang kesalah yang sering terjadi
dalam

melakukan

praktik

pengukuran

meminimalisirnya

BAB II
PEMBAHASAN
1

dan

bagaimana

cara

A. PENGUKURAN
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal, dengan salah satunya
menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya harus distandarkan, bertujuan untuk
mengatahui kualitas atau kuantitas suatu besaran. (Giancoli, D.C. : 2013). Tidak
pengukuran yang mutlak tepat atau akurat, ini menunjukkan bahwa setiap hasil
pengukuran besaran pasti memiliki simpangan atau deviasi. Pengukuran yang tepat dan
presisi bergantung kepada manusia yang memiliki keterbatasan dalam metode serta alat
ukurnya. Pengukuran besaran relatif terhadap suatu standar atau satuan tertentu.

Dikatakan relatif di sini, maksudnya adalah setiap alat ukur memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh berbeda
pula. Ketelitian dapat didefinisikan sebagai ukuran ketepatan yang dapat
dihasilkan dalam suatu pengukuran, dan ini sangat berkaitan dengan skala terkecil
dari alat ukur yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran. Sebagai contoh,
pengukuran besaran panjang dengan menggunakan penggaris (mistar), jangka
sorong dan mikrometer sekrup. Ketiga alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian
yang berbeda-beda (Zemansky).
Menurut Resnic (2003), alat ukur adalah seperangkat alat yang dipergunakan
untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau variabel fisis.
Umumnya, alat ukur dasar terdiri dari dua jenis yaitu alat ukur analog dan alat
ukur digital. Alat ukur yang sering kita jumpai dan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah penggaris berskala milimeter (mm). Penggaris ini memiliki
skala terkecil 1 mm, sehingga ketelitian yang didapatkan dari alat ukur ini adalah
1 mm.
Selain penggaris ada banyak sekali alat ukur ilmiah. Salah satunya adalah
jangka sorong. Alat ukur ini merupakan alat ukur panjang yang memiliki bagian
utama yaitu rahang tetap dan rahang geser. Alat ukur ini memiliki tingkat
ketelitian yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 0,01 mm sampai 0,05 mm.
Skala panjang yang tertera pada rahang sorong disebut nonius atau vernier. Jangka
sorong yang akan digunakan memiliki skala nonius yang panjangnya 10 cm dan
terbagi atas 20 bagian, sehingga beda satu skala nonius dengan skala utama adalah
0,05 mm (Sutrisno, 2001).
B. RALAT ATAU KETIDAKPASTIAN HASIL PENGUKURAN
Ralat atau ketidakpastian selalu meliputi hasil pengukuran, karena tidak ada
alat yang dapat mengukur sesuatu dengan akurasi 100%, ia hanya menghasilkan
nilai yang mendekati nilai sebenarnya. Pengukuran adalah tindakan yang
2

bertujuan untuk menentukan kuantitas dimensi suatu besaran pada suatu sistem,
dengan cara membandingkannya dengan satu satuan dimensi besaran yang sudah
bakudengan menggunakan alat ukur yang telah terkalibrasi dengan baik.
Hasil pengukuran berupa angka-angka yang kemudian dianalisis sehingga
berujung pada suatu kesimpulan. Dengan menganalisis data-data hasil
pengukuran, akan diketahui seberapa akurat pengukuran yang telah dilakukan.
Guna menjawab pertanyaan yang muncul. Adakah jaminan bahwa hasil
pengukuran tersebut tidak salah? Jika menyimpang dari nilai sebenarnya, berapa
penyimpangan tersebut? Seberapa jauh hasil pengukuran dapat dipercaya?
Bagaimana memberitahukan hasil pengukuran tersebut?
Hasil suatu pengukuran tidak bisa dijamin tepat karena pada suatu
pengukuran jika dilakukan berulang akan menghasilkan angka-angka yang
berbeda. Selalu ada ketidakpastian pada setiap angka yang diperoleh dari
pengukuran. Sumbernya berasal dari ketidaksempurnaan alat, metode atau cara,
dan manusia sebagai pelaku pengukuran. Oleh sebab itu dalam suatu kegiatan
pengukuran diperlukan analisis data untuk menjawab ketidak pastian tersebut
Ketidakpastian dalam kegiatan pengukuran tidak dapat dihindari tetapi dapat
diminmalisir dengan mengatahui jenis-jenis kesalahan dan sumbernya
1. JENIS KESALAHAN DAN SUMBERNYA
Jenis kesalahan yang menjadi sumber ketidakpastian hasil pengukuran
adalah adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan sistematis (systematic errors) Adalah ketidak-akuratan hasil
pengukuran akibat alat, kalibrasi atau teknik ukur yang salah. Misalnya:
1) Kesalahan alat:

Kesalahan nol (zero error) akibat tidak berimpitnya titik nol skala
dengan titik nol jarum penunjuk.

Kelelahan (fatigue) alat karena misalnya pegas yang dipakai telah


lembek.

Gesekan antar bagian yang bergerak.

dan sebagainya.

Kesalahan ini bisa dihindari bila alat ukur diganti dengan yang
lebih baik jika mungkin.
2) Kesalahan kalibrasi yaitu ketidak-tepatan pemberian skala ketika
pertama kali alat dibuat. Bisa dihindari dengan membandingkan alat
tersebut dengan alat baku (standar).
3) Kesalahan pribadi pengamat:

Kesalahan parallax yaitu kesalahan akibat posisi mata saat


pembacaan skala tidak tepat tegak lurus di atas jarum.

Kesalahan interpolasi yaitu salah membaca kedudukan jarum


diantara dua garis skala terdekat.

Penguasaan prosedur dan ketangkasan penggunaan alat. Beberapa


peralatan membutuhkan prosedur yang rumit, misalnya osiloskop,
yang membutuhkan ketrampilan pemakaian yang cukup.

Sikap pengamat, misalnya kelelahan maupun keseriusan pengamat.

Sumber kesalahan ini dapat dihindari dengan sikap pengamatan yang


baik, memahami sumber kesalahan dan berlatih sesering mungkin.
4) Pemakaian alat pada kondisi berbeda dengan saat dikalibrasi,
yaitu pada kondisi suhu, tekanan atau kelembaban yang berbeda. Itulah
sebabnya perlu dicatat nilai variabel atau kondisi lingkungan saat
eksperimen dilakukan, misalnya suhu dan tekanan udara di
laboratorium.
b. Kesalahan Rambangan (random errors) adalah kesalahan pengukuran
yang disebabkan oleh sesuaatu diluar system. Walupun kesalahan
sistematis sudah berusaha dihindari, namun masih ada sumber kesalahan
lain berasal dari luar sistem dan tak dapat dikuasai sepenuhnya:
1) Gerak brown molekul udara yang dapat mempengaruhi penunjukan
alat-alat halus seperti galvanometer.
2) Fluktuasi tegangan listrik yang tak teratur yang dapat mempengaruhi
hasil pengukuran dengan alat-alat ukur listrik.
4

3) Landasan (meja, lantai atau dudukan lain) alat yang bergetar akibat
lalu lintas atau sumber lain.
4) Noise atau bising pada rangkaian elektronika.
5) Latar belakang radiasi kosmos pada pengukuran dengan pencacah
radioaktif.
C. NILAI

SEBENARNYA,

NILAI

PENDEKATAN

TERBAIK

DAN

PENYIMPANGAN
Secara

ringkas

dari

uraian

di

atas,

kesalahan

bersumber

dari

ketidaksempurnaan manusia dalam membuat alat, bersikap atau mengantisipasi


prilaku alam. Akibatnya adalah kesalahan pengukuran tidak mungkin dihindari
sehingga hasilnya bukanlah nilai sebenarnya (true value) dari besaran yang
diukur. Ingatlah bahwa nilai sebenarnya tak akan pernah diketahui selamanya.
Oleh sebab itu perlu dilakukan:
a. Pemilihan nilai pendekatan terbaik (best value) sebagai pengganti nilai
sebenarnya.
b. Pemilihan suatu nilai lainnya sebagai ukuran dari penyimpangan nilai
pendekatan terbaik (best value) terhadap nilai sebenarnya (true value). Nilai
ini sekaligus sebagai ukuran seberapa jauh nilai pendekatan terbaik dapat
dipercaya.
D. PENGUKURAN TUNGGAL DAN BERULANG
Pengukuran tunggal (satu kali) adalah pengukuran yang dilakukan
hanya sekali dan menghasilkan satu nilai data saja. Pengukuran berulang
adalah pengukuran yang dilakukan berkali-kali tanpa ada perubahan
penyetelan (setting) alat, misalnya lebar meja yang diukur 10 kali dengan
mistar yang sama. Seandainya pengukuran sekali dan berulang telah dilakukan
dengan sebaik-baiknya, sehingga tiap data masing-masing model pengukuran
diperoleh dengan cara-cara yang sama baiknya, tetap saja kualitas data
pengukuran berulang lebih baik dari pengukuran sekali. Mengapa demikian?
5

Data hasil pengukuran sekali kurang dipercaya karena mungkin saja


jika pengukurannya diulang akan diperoleh data yang berbeda. Intuisi kita
menyatakan semakin banyak pengukuran dilakukan akan diperoleh informasi
yang lebih lengkap tentang nilai sebenarnya. Kita pasti setuju dengan
pernyataan atau aksioma bahwa nilai sebenarnya akan dapat diperoleh bila
pengukuran dilakukan dalam jumlah yang tak terbilang. Tetapi alat akan rusak
atau pengamat akan sakit bila dilakukan pengukuran sebanyak-banyaknya.
Jadi berapa banyak pengukuran yang harus dilakukan? Bagaimana cara
menentukan

nilai

pendekatan

terbaik?

Bagaimana

menentukan

penyimpangannya dari nilai sebenarnya? Bila dilakukan pengukuran kali


berapakah tingkat kepercayaannya? Bagaimana kalau pengukurannya kali
dimana ?
1. NILAI PENDEKATAN TERBAIK DAN KETIDAKPASTIAN HASIL
PENGUKURAN BERULANG
Meskipun pengukuran berulang sangat disarankan, namun jumlahnya
tetaplah terbatas. Oleh sebab itu pengukuran berulang kali disebut contoh
(sample). Sementara itu dari berbagai literatur dijelaskan bahwa sebaran
atau distribusi data pengukuran berulang tak berhingga bersifat simetri
Gauss. Untuk sekumpulan data yang diperoleh dengan pengukuran
berulang terbatas kali, distribusi datanya akan semakin simetri bila
semakin besar.
Dari data yang diperoleh dengan pengukuran berulang, akan dapat
diperoleh tiga besaran yaitu nilai rata-rata (mean) sampel, nilai tengah
(median) sampel, dan nilai terbanyak muncul (modus) sampel. Manakah
yang patut dipakai sebagai nilai pendekatan terbaik?
Bila distribusi data hasil pengukuran kali dipercayai seperti
distribusi Gauss (simetri), maka nilai ketiga besaran tersebut sama.
Nilai pendekatan terbaik yang paling tepat adalah nilai rata-rata sample
karena sesuai dengan asas kuadrat terkecil (Principle of Least
Square) dalam statistik yang berbunyi Nilai terbaik diantara
sekumpulan nilai suatu besaran adalah nilai yang sedemikian rupa
6

sehingga jumlah selisih nilai-nilai lain terhadap nilai tersebut setelah


dikuadratkan adalah sekecil-kecilnya.
Jika pada suatu besaran diukur secara berulang-ulang tanpa
mengubah setting alat, maka hasil ukur terbaik merupakan nilai rataratanya. Untuk pengukuran yang diulangi sampai n kali dengan hasil
maka nilai rata-ratanya adalah:

Dimana

xi

= rata-rata hasil pengukuran

xi
= jumlah data hasil pengukuran
= banyaknya pengulangan

ketidakpastian nilai rata-rata sampel dinyatakan dengan simpangan baku


(deviasi standar, ) :

xi x
n

= ketidak pastian pengukuran

dengan adalah data pengukuran ke i, dan rata-rata hasil ukur. pada pers. (2)
dapat diinterpretasikan sebagai simpangan tiap data terhadap nilai
pendekatan terbaiknya . Kuadrat dipakai agar tak ada perbedaan
simpangan akibat atau , sementara faktor muncul karena data yang
diperoleh dianggap sebagai sampel dari semesta data hasil pengukuran
besaran yang bersangkutan.

D. PENGHITUNGAN HASIL PENGUKURAN BERULANG


Setelah melakukan pengukuran dalam laboratorium yang selanjutnya
dilakukan adalah menganalisis data yang terhimpun dari pengukuran yang telah
dilakukan. Untuk mengetahui hasil pengukuran yang mendekati nilai sebenarnya.
berikut ini adalah contoh analisis data yang dilakukan dalam suatu pengukuran:
1. Mengukur panjang
Pengukuran panjang harus dilakukan dengan alat ukur yang tepat.
Perhatikan dilingkungan sekitar kita, pengukuran panjang dilakukan oleh
penjahit pakaian, pekerja bangunan, pengukur tanah, atau pembuat kunci.
Masing-masing profesi tadi membutuhkan alat ukur yang berbeda. Namun
pada hakekatnya mereka semua melakukan pengukura panjang, dan masingmasing pekerjaan membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga alat ukur
yang di gunakan berbeda pula (Nursyamsuddin,2004).
Berikut ini cara penggunaan mikrometer sekrup dan jangka sorong.
A Mikrometer sekrup

Rahang geser

Skala Utama
Skala nonius / sekrup pemutar

Benda

Gambar 1. mengukur panjang dengan mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup di tunjukan pada gambar 1. Jika skala nonius di


putar lengkap 1 kali maka rahang geser dan skala nonius maju mundur 0.5
mm. Karena skala nonius memiliki skala 50 skala, maka ketelitian mikrometer
sekrup 0.5 mm / 50 = 0.01 mm (Kanginan,2002).Dengan demikian ketidak
pastianya x
x = 1/2 x nilai satuan terkecil (nst) = 1/2 x 0.001 mm = 0.005 mm

Maka cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:


1

Perhatikan garis skala utama dengan skala nonius. Pada gambar 1. garis
skala utama adalah 7 mm lebih.

Perhatikan garis mendatar pada skala nonius yang berhimpit dengan garis
mendatar pada skala utama. Pada gambar 1. garis mendatar tersebut 24.
maka nilai x = 7,0+( 24 x 0,01 mm ) = 7,24 mm.
Sehingga jika dituliskan. Panjang = (7,240 0,005) mm

B Jangka Sorong

Rahang geser
Benda

Skala Utama
Skala Nonius

Gambar 2. mengukur panjang dengan Jangka Sorong

Skala nonius memikiki panjang 9 mm dan di bagi 10 skala sehingga


selisihnya 0,1 mm.atau 0,01 cm. Maka ketidak pastiannya adalah
x = 1/2 x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,005 cm
cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:
1

perhatikan angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada
nonius. Pada gambar 2. angka tersebut 5 cm

perhatikan garis nonius yag berhimpit dengan skala utama. Pada gambar 2.
angka tersebut adalah garis ke 4. ini berarti
nilai x = 5 cm + ( 5 x 0,01 cm ) = 5,05 cm.

Sehingga jika dituliskan, Panjang = (5,050 0,005) cm


Contoh: mengukur panjang batang kayu dengan jangka sorong dan
micrometer skrup

jepit batang kayu menggunakan jangka sorong dengan menggeser rahang


geser lalu kunci

baca skala berapa pada skala utama yang berhimpit dengan skala nol pada
skala nonius

.baca berapa skala nonius yang berhimpit dengan skala utama

Tambahkan skala utama dan skala nonius yang telah disamakan satuanya

Masukan hasilnya ke dalam tabel pengamatan

Ulangi pengukuran sebanyak 5 kali

Lakukan langkah a-f dengan menggunakan mikrometer skrup

Tabel pengamatan
Pengukuran ke Dengan jangka sorong

Dengan mikrometer skrup

(L L) Cm

(L L) mm

1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan

hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran

, kesalahan pengukuran (x)

x
dan perentase error perhitungan (

x100%) pada tiap-tiap data

pengukuran. Gunakan persamaan berikut:


x

Dengan

10

xi

xi x
n

= rata-rata hasil pengukuran

= ketidak pastian pengukuran

xi
= jumlah data hasil pengukuran
= banyaknya pengulangan

Tentukan hasil pengukuran dengan persamaan


V
HP = V
Suatu pengukuran dianggap akurat jika tingkat kesalahanya kurang dari
10%

2. Mengukur massa
Mengukur massa koin dengan neraca ohaus
a

timbanglah massa koin dengan cara menaruh koin di cawan benda

geser lengan neraca di mulai dari lengan dengan skala terbesar, kemudian
lanjut dengan lengan lain yang skalanya lebih kecil sampai benda
setimbang

lihat nilai yang tertera pada skala-skala lengan

tambahkan semuanya setelah disamakan satuanya

hasilnya kemudian (m) dengan ketelitian alat (m) lalu tulis


pada tabel data pengamatan.

Ulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda.


Tabel Hasil pengukuran massa
Pengukuran ke

Benda/koin
(m m) gr

1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan
11

Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran

, kesalahan pengukuran (x)

x
dan perentase error perhitungan (

x100%) pada tiap-tiap data

pengukuran. Gunakan persamaan berikut:


x

Dengan

xi

= ketidak pastian pengukuran

xi

n
2

xi x

= rata-rata hasil pengukuran

= jumlah data hasil pengukuran


= banyaknya pengulangan

Tentukan hasil pengukuran dengan persamaan


V
HP = V
3. Suatu pengukuran dianggap akurat jika tingkat kesalahanya kurang dari
10%

4. Mengukur volume
Mengukur volume kelereng jangka sorong
a

ukurlah diameter kelereng dengan menggunakan jangka sorong, lakukan


oleh orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali pengulangan.

hitung volume kelereng dengan menggunakan rumus volume benda.

Tulis data yang didapat pada tabel data pengamatan.


Tabel hasil pengamatan
Pengukuran ke
1

12

Diameter

Volume ( D2)

(D D) gr

(V V) gr

2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan

Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran

, kesalahan pengukuran (V)

V
dan perentase error perhitungan (

x100%) pada tiap-tiap data

pengukuran. Gunakan persamaan berikut:


V

Dengan

V
V

V
n

Vi V
n

= ketidak pastian pengukuran


i

= jumlah data hasil pengukuran


= banyaknya pengulangan

Tentukan hasil pengukuran dengan persamaan


V
HP = V
Suatu pengukuran dianggap akurat jika tingkat kesalahanya kurang dari

10%
5. Komponen vector
Alat dan bahan

13

= rata-rata hasil pengukuran

neraca pegas 3 buah

benang

kertas grafik

papan triplek

paku payung

busur derajat

langkah-langkah
a

Siapkan benag dan diikat membentuk huruf Y seperti gambar berikut

Kaitkan neraca pegas pada tiap ujung tali sehingga membentuk gambar
berikut.

F1

F2

F3

Siapkan papan tripleks, tancapkan paku payung kemudian kaitkan dua


neraca pegas pada paku payung. Tarik neraca pegas ketiga sehingga dua
neraca lainnya membentuk sudut 900 (siku-siku).

Tandai titik sambungan benang yang membentuk sudut siku-siku dan titik
lain pada benang penghubung neraca pegas ketiga, kemudian buatlah garis
seperti pada gambar berikut.

14

catat hasil yag di tunjukan oleh neraca 1 sebagai F1 dan neraca 2 sebagai
F2, catat pula hasil yang di tunjukan oleh neraca 3 sebagai F3.

Ukurlah sudut yaitu sudut antara vektor F dengan F1

Lakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan merubah salah satu paku


payung ( merubah-ubah sudut .

Masukan data kedalam tabel

Tabel hasil pengukuran


Pengukuran

F1

F2

ke
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpasti

Newton

Newton

Newton

F1 sin

F2 sin

an
pengukuran
Error
pengukuran
Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan
1

Dari hasil pengukuran jika nilai sudut di rubah-ubah apakah yang


terjadi?

amatilah tabel data, adakah kecenderungan nilai yag sama? Tuliskan


terdapat pada bagian mana?

Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran

, kesalahan pengukuran (V)

V
dan perentase error perhitungan (

x100%) pada tiap-tiap data

pengukuran. Gunakan persamaan berikut:

15

Dengan

n
4

Vi V
n

= rata-rata hasil pengukuran

= ketidak pastian pengukuran


i

= jumlah data hasil pengukuran


= banyaknya pengulangan

Tentukan hasil pengukuran dengan persamaan


V
HP = V

6. Resultan 2 Vektor
Alat dan bahan

neraca pegas 3 buah

benang

kertas grafik

papan triplek

paku payung

busur derajat

langkah-langkah pengukuran
a

Siapkan benag dan diikat membentuk huruf Y seperti gambar berikut

Kaitkan neraca pegas pada tiap ujung tali sehingga membentuk gambar
berikut.

16

F1

F2

F3

Siapkan papan tripleks, tancapkan paku payung kemudian kaitkan dua


neraca pegas pada paku payung. Tarik neraca pegas ketiga, ikat pada paku
payung. Catat ketiga gaya tersebut, masukan ke dalam tabel. Lalu
gambarkan garis penghubung seperti pada gambar berikut.

ukurlah sudut , yaitu sudut antara F1 dan F2.


Info: karena sistem dalam keadaan setimbang maka F3 = FR

F1

FR

F3

F2

lakukan percobaan sampai 5 kali dengan cara merubah-ubah tarikan pada


neraca ke tiga /F3.

Masukan data kedalam table

Tabel Hasil Pengamatan


Pengukuran ke

17

F1

F2

FR

(N)

(N)

(N)

F12

F22

Cos

2F1 F2 Cos

F12 +F22

+2F1 F2 Cos


1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
pengukuran

Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan


1

Dari hasil pengukuran jika nilai F3 di rubah-ubah apakah yang terjadi?

amatilah tabel data, adakah kecenderungan membentuk pola tertentu?


Tuliskan terdapat pada bagian mana?

Berdasarkan pola kecenderunagn yang ada, buatlah formula dalam bentuk


persamaan matematis (rumus)

Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran

, kesalahan pengukuran (V)

V
dan perentase error perhitungan (

x100%) pada tiap-tiap data

pengukuran. Gunakan persamaan berikut:


V

Dengan

n
18

Vi V
n

= rata-rata hasil pengukuran

= ketidak pastian pengukuran


i

= jumlah data hasil pengukuran


= banyaknya pengulangan

Tentukan hasil pengukuran dengan persamaan


V
HP = V

7. Percepatan Grafitasi
Alat dan bahan
a

stopwatch

penggaris

benang

beban (bola besi, kertas)

Cara kerja
a. Ukurlah tinggi jarak antara titik star dengan titik jatuh
Titik star

Titik jatuh

b. siapkan benda (bola besi) dan stopwatch.


c. Ketika bola besi mulai dijatuhkan, hidupkan stopwatch.
d. Ketika bola mengenai dasar lantai, matikan stopwatch. Catat waktunya di
e.
f.
g.

data pengamatan.
Ulangi 5 kali pengulangan.
Ganti bola besi dengan kertas. Ikuti langkah b sampai e.
Sekarang buatlah kertas seperti bola. Ikuti langkah b sampai e
Tabel Hasil Pengamatan

Hasil pengukuran bola besi


Pengukuran ke
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian pengukuran
Error pengukuran
Hasil pengukuran kertas
19

t2

(m)

(s)

(s2)

(2x/t2)

t2

(m)

(s)

(s2)

(2x/t2)

t2

(m)

(s)

(s2)

(2x/t2)

Pengukuran ke

1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian pengukuran
Error pengukuran
Hasil pengukuran bola bola kertas
Pengukuran ke
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian pengukuran
Error pengukuran
Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan
6

Apakah massa benda dapat mempengaruhi percepatan gravitasi?

Apakah tinggi jarak jatuh (x) mempengaruhi gravitasi? Jelaskan baik


melalui percobaan maupun rumus.

Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran

, kesalahan pengukuran (V)

V
dan perentase error perhitungan (

x100%) pada tiap-tiap data

pengukuran. Gunakan persamaan berikut:


V

Dengan

V
V

20

Vi V
n

= rata-rata hasil pengukuran


= ketidak pastian pengukuran

V
n
9

= jumlah data hasil pengukuran


= banyaknya pengulangan

Tentukan hasil pengukuran dengan persamaan


V
HP = V

10 Dari hasil pengukuran percepatan gravitasi dari tiga benda tersebut apakah
ada perbedaan?jelaskan.
11 Apakah massa benda dapat mempengaruhi percepatan gravitasi?
12 Apakah tinggi jarak jatuh (x) mempengaruhi gravitasi? Jelaskan baik
melalui percobaan maupun rumus.
Demikian adalah contoh-contoh pengukuran sebagai catatan untuk mengetahui
keakurasian alat lakukan pengukuran dengan alat yang berbeda lalu lihat berapa
persen kesalahan relatifnya, semakin kecil kesalahan relatif hasil pengukuran
maka semakin akurat alat tersebut. Gunakanlah alat yang memiliki kesalahan
relatif paling kecil untuk mendapatkan hasil pengukuran yang mendekati nilai
sebenarnya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

21

Pengukuran adalah membandingkan besar suatu zat dengan besaran yang sudah
baku. Dalam hal ini besaran yang digunakan adalah besaran yang universal
Kesalahan dalam melakukan pengukuran dapat dibagi menjadi2. Yaitu:
1. Kesalahan sistematis (systematic errors) penyebabnya antara lain:
Kesalahan alat
Kesalahan kalibrasi
Kesalahan pribadi pengamat
Pemakaian alat pada kondisi berbeda dengan saat dikalibrasi,
2. Kesalahan Rambangan (random errors) yang penyebabnya antara lain:

Gerak brown
Fluktuasi tegangan listrik
Landasan
Noise
Latar belakang radiasi kosmos pada pengukuran dengan pencacah
radioaktif.
Untuk melakukan pengukuran yang lebih akurat gunakan alat yang memiliki
ketelitian yang tinggi, selain itu lakukan pengukuran secara berulang untuk
memaksimalkan ke akuratan hasil pengukuran.
Tentukan hasil pengukuran pada pengukuran berulang gunakan persamaan
V
HP = V
Dimana HP
= hasil pengukuran akhir
V
= rata-rata pengukuran
V
= kesalahan relatif

DAFTAR PUSTAKA
http://ikaikakk.blogspot.com/2013/10/teori-dasar-praktikum-pengukurandan.html
http://www.rumus-fisika.com/2013/12/ketidakpastian-dalam-pengukuranfisika.html
http://fisikazone.com/ketidakpastian-pengukuran/
http://doely.pbworks.com/f/Lembar+Kerja+Praktikum+KLS+X.docx
22

Anda mungkin juga menyukai