Pengukuran Dan Ralat - 08 - Valencia Yoanna

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(PENGUKURAN DAN RALAT)

(PERCOBAAN-ME1)

Nama : Valencia Yoanna

NIM : 205090307111012

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Tgl.Praktikum. : 9 Oktober 2020

Nama Asisten. : Putri Kartika Sari

LABORATORIUM FISIKA

DASAR JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(PENGUKURAN DAN RALAT)

Nama : Valencia Yoanna

NIM. : 205090307111012

Fak/Jurusan :MIPA/FISIKA

Kelompok : VIII

Tgl. Praktikum : 9 Oktober 2020

Nama Asisten : Putri Kartika Sari

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB 1

PENDAHULUAN

.1 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah dapat digunakannya alat-alat ukur untuk pengukuran
panjang, massa, dan volume suatu benda dengan baik dan benar, serta dapat diterapkannya
teori ralat dalam menyatakan hasil pengukuran.

1.2 Dasar Teori


Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
fenomena alam dan segala gejala yang berasal dari alam, dan hubungan sebab akibat dari
suatu partikel subatomic (mikrokosmos) sampai pada sistem yang sangat besar
(makrokosmos). Dalam kehidupan sehari aktivitas yang dilakukan manusia selalu berkaitan
dengan gejala dan objek dalam fisika, yaitu panjang, massa, dan waktu. Nama kegiatan yang
dilakukan untuk meghitung besaran-besaran tersebut dinamakan dengan pengukuran
(Lambaga, 2019).
Pengertian dari pengukuran yaitu kegiatan yang dilakukan untuk membandingkan suatu
besaran yang diukur dengan besaran sejenis lainnya yang memiliki nilai dan skala. Sebagai
contoh yang dapat diambil yaitu panjang. Pada zaman dahulu, sebelum ditemukannya standar
baku untuk mengukur panjang, manusia menggunakan tangan sebagai satuan dan digunakan
untuk membantu dalam pengukuran panjang dari suatu benda. Kemudian semakin
berjalannya waktu ditemukan perbedaan panjang yang terjadi apabila tangan yang dijadikan
sebagai alat ukur berbeda oleh setiap manusia yang mengukur. Contoh lain yang dapat
diberikan yaitu berat. Pada zaman dahulu, karena belum terdapat alat pengukur berat, orang-
orang menggunakan media batu sebagai pembanding berat, namun sebenarnya alat itu kurang
efektif karena setiap batu memiliki kandungan material yang berbeda-beda sehingga pada
akhirnya orang-orang tidak menggunakan batu lagi sebagai alat ukur berat. Sebagai gantinya
dipakailah massa dari logam silinder platinum-iridium sebagai kesepakatan standar nilai dari
besaran berat, dan didefinisikan sebagai 1 kg, sehingga ukuran dengan menggunakan berat
benda tersebut dapat dijadikan acuan untuk membandingkan dan mengukur berbagai objek di
alam (Lambaga, 2019).
Dari semua penjelasan yang telah diberikan, dapat dikatakan bahwa fisika adalah ilmu
pengukuran. Tanpa adanya pengukuran, maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai fisika
karena ketidaklengkapannya. Dan dari semua proses pengukuran dalam fisika pada dasarnya
adalah proses perbandingan (Goel, 2007)
Terdapat alat-alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran dimensi yang terbagi
dalam dua kelas, yaitu alat yang digunakan sevara langsung dan alat pembanding. Beberapa
alat yang sering digunakan untuk melakukan pengukuran yaitu mikrometer sekrup dan jangka
sorong. Mikrometer sekrup merupakan alat yang biasa digunakan untuk mengukur benda
yang berbentuk silinder. Mikrometer sekrup memiliki dua skala yaitu skala utama yang
terdapat di bagian kiri dan skala utama yang terdapat di bagian kanan. Mikrometer sekrup
sering digunakan pengukuran dengan alat ini cukup akurat dan dapat meminimalisasi
kesalahan dalam pengukuran. Alat kedua yaitu jangka sorong. Jangka sorong biasanya
digunakan sebagai pembanding, namun tidak jarang juga digunakan sebagai alat pegukuran
benda. Alat ini juga memiliki dua skala yaitu skala utama yang terletak di atas dan skala
nonius yang terletak di bawah (Marshall, 2013).
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan di antaranya mikrometer sekrup, jangka sorong,
neraca ohaus, gelas ukur, dan beberapa benda dengan bentuk bola, silinder, dan tidak
beraturan.

.2 Tata Laksana Percobaan


.2.1 Neraca O’hauss

Timbangan dikalibrasi sampai berada di titik 0 atau garis kesetimbangan

Benda yang akan diukur massanya ditaruh di tempat beban

Pemberat digeser dimulai dari skala terbesar hingga terkecil hingga


menemui titik 0
.2.2 Mikrometer Sekrup

Rahang dibuka dengan cara memutar bagian thimble pada mikrometer


sekrup

Benda yang akan diukur diletakkan diantara poros tetap (anvil) dan poros
geser (spindle)

Pengunci diputar agar hasil penguruan tidak mengalami perubahan

Hal serupa dilakukan pada tiga titik berbeda di micrometer sekrup dan
hasilnya dicatat sebagai data percobaan
.2.3 Jangka Sorong

Pengunci pada jangka sorong diputar ke kiri

Benda yang hendak diukur dimasukkan ke rahang bawah jangka sorong

Rahang disesuaikan agar bertepatan pada benda dengan cara menggeser rahang lalu
dikunci bila sudah sesuai

Hal serupa dilakukan pada tiga titik berbeda di jangka sorong dan hasilnya dicatat
sebagai data percobaan
.2.4 Gelas Ukur

Gelas ukur diisi air dengan volume tertentu

Batu dicelupkan pada gelas yang telah diisi air dan dilihat perubahan
volume yang terjadi pada gelas ukur

Hasil pengukuran dicatat sebagai data percobaan.


BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

.1 Data Hasil Percobaan


a. Benda Uji : Silinder (Jangka Sorong)
No Ukuran Massa Panjang Diameter (cm)
Benda (gr) (cm) D1 D2 D3

1 Besar 230,35 25,8 1,31 1,235 1,25


2 Kecil 10 15 0,18 0,37 0,395

b. Benda Uji : Bola (Mikrometer)


No Ukuran Massa Diameter (cm)
Benda (gr) D1 D2 D3
1 Besar 15,7 2,22 2,29 2,13
2 Kecil 6,3 0,45 0,47 0,47

c. Benda Uji : Batu (Gelas Ukur)


No Benda Massa (gr) Volume (ml)
Awal Akhir
1 (Batu Besar) 26 156 167
26,1 156 169
26,2 156 169
2 (Batu Kecil) 15,5 152 162
15,7 152 164
15,9 152 165
3.2 Perhitungan

a. Silinder

d́=
∑d
n
=
12,65
mm
(besar)

= 3,15
mm 2
∑ |d−d́|
(kecil) =√
( n−1 )
= 0,3969 mm (besar)
=1,1758 mm (kecil)
d = ( d́ ± δd)

= 12,65 ± 0,3969 mm (besar)

= 3,15 ± 1,1758 mm (kecil)

δd
Kr d = x 100 %
d

= 3,13754941 % (besar)

= 37,3269841 % (kecil)

2

V=π () 2

= 125,617662 mm³ (besar)

= 7,7891625 mm³ (kecil)

b. Bola

d́=
∑d
n
=
22,13
mm(besa
r)
2

=√ ∑
= 4,63 |d−d́|
mm ( n−1 )
(kecil)
= 0.802081 mm (besar)
= 0.11547 mm (kecil)

d = ( d́ ± δd )

= 22,13± 0,802081 mm (besar)

= 4,63 ± 0,11547 mm (kecil)


3
4 d́
V= π
3 2 ()
= 5671,8226091 mm³ (besar)

= 51,9423232633 mm³ (kecil)

d. Batu

V́ =
∑v
n

= 12,33 mm (besar)

= 11,67 mm (kecil)

δV =√
∑ ¿V −V́ ∨²
(n−1)

= 1,154701 mm ( besar)

= 1,527525 mm (kecil)

δv
Kr V = x 100 %

= 9.364972% (besar)
= 13.08933% (kecil)

V = ( V́ ± δV )

= 12,33 ± 1,154701 ml ( besar)

= 11,67 ± 1,527525 ml (kecil)

.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

Alat dan bahan yang diperlukan saat melakukan percobaan untuk praktikum
pengukuran, diantaranya jangka sorong yang berfungsi untuk diukurnya diameter dari
silinder, mikrometer sekrup untuk diukurnya diameter dari bola, gelas ukur untuk diukurnya
volume batu, dan neraca o’hauss untuk diukurnya massa dari silinder, bola, dan batu.
Sebelum dilakukan pengukuran, alat ukur massa yaitu neraca o’hauss dikalibrasi terlebih
dahulu sampai berada di titik nol agar deviasi (simpangan) pengukuran dapat dihindari dan
didapatkan nilai ralat yang kecil. Setelah dikalibrasi, barulah benda-benda seperti silinder,
bola, dan batu satu persatu terlebih dahulu kemudian dicatat massanya. Kemudian dilakukan
pengukuran diameter bola, alat yang digunakan yaitu mikrometer sekrup. Bola diletakkan
diantara rahang kemudian dikunci kemudian dibaca skala utama dan skala noniusnya agar
didapatkan diameter bola. Alat yang diukur selanjutnya adalah silinder dengan jangka sorong.
Silinder diletakan diantara rahang kemudian alat pengunca rahang diputar dan dibaca skala
utama dan skala noniusnya agar didapatkan diameter, dan diuji pada tiga titik yang berbeda.
Lalu, alat yang diukur selanjutnya adalah benda tak beraturan yaitu batu. Batu diletakkan di
gelas ukur yang telah diisi oleh air. Sebelumnya, catat terlebih dahulu ketinggian air pada
gelas ukur, kemudian barulah batu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan catat volume air
setelah batu dimasukkan.
Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran dan ralat terdiri dari mikometer
sekrup, jangka sorong, neraca o’hauss, dan gelas ukur. Neraca o’hauss digunakan untuk
menimbang massa dari masing-masing benda (slinder, bola, dan batu). Jangka sorong dan
mikrometer digunakan untuk mengukur diameter dari silinder dan bola, masing-masing
memiliki tingkat kepresisian yang berbeda. Tingkat kepresisian untuk jangka sorong yaitu 0.1
mm, sedangkan tingkat kepresisian mikrometer sekrup mencapai 0.01 mm. Gelas ukur yang
telah diisi air digunakan untuk mengukur volume benda tidak beraturan, yaitu batu.
Setiap alat yang digunakan untuk melakukan percobaan pengukuran dan ralat memiliki
perlakuan yang berbeda. Untuk pengukuran diameter pada silinder dan bola digunakan alat
jangka sorong dan mikrometer sekrup kemudian dijepit untuk didapatkan diameternya,
sedangkan untuk massa bola, silinder, dan batu dapat diukur dengan alat yang digunakan
yaitu neraca o’hauss. Pengukuran volume dari benda yang tak beraturan dapat diukur dengan
gelas ukur .

.3.2 Analisa Hasil


Setelah dilakukan percobaan, didapatkan data-data yang nantinya akan digunakan
untuk menghitung berbagai macam rumus dalam fisika.
Apabila koefisien ralatnya semakin kecil, maka datanya semakin akurat dan hasil
yang didapatkan mendekati hasil yang sebenarnya.Dari perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan besar koefisien ralat dan volume dari masing- masing benda. Pada benda
silinder, koefisien ralat terkecil terdapat pada pengukuran silinder besar dengan nilai
3,62%, sedangkan pada silinder kecil koefisien ralatnya sebesar 37,33%. Pada benda bola,
koefisien ralat terkecil terdapat pada pengukuran bola kecil dengan nilai 2,49%,
sedangkan pada bola besar koefisien ralatnya bernilai 3,62%. Pada benda tak beraturan
yaitu batu, koefisien ralat terkecil terdapat pada pengukuran batu besar dengan nilai
9.36%, sedangkan pada batu kecil koefisien ralatnya senilai 13.09%. Sehingga didapatkan
koefisien ralat terkecil dari seluruh benda adalah bola kecil dengan nilai 2,49%
Pengukuran dilakukan agar didapatkan kuantitas dimensi suatu besaran pada
benda dengan cara dibandingkan dengan alat ukur yang telah terkalibrasi dengan baik.
Pengukuran dapat dilakukan agar dapat mengetahui massa, panjang, dan volume dari
suatu benda. Di setiap pengukuran, pasti terdapat kesalahan-kesalahan yang terjadi baik
dari sumber daya manusia maupun dari alat ukur yang digunakan. Oleh sebab itu
kesalahan yang terjadi dapat diminimalisasi dengan menggunakan teori ralat. Ralat ini
dapat digunakan agar diketahui nilai antara besaran yang diukur dengan besaran yang
dianggap sebagai tolak ukurnya.
Pentingnya ralat dalam fisika yaitu agar kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam
perhitungan pengukuran dapat diminimalisasi sehingga hasil menjadi mendekati akurat.
Dan karena adanya ralat tersebut banyak ahli-ahli yang mulai menggunakannya agar dosis
dalam sebuah obat dapat ditentukan,dll.
BAB IV
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Dalam melakukan pengukuran, sangat penting bagi para praktikan untuk
mengetahui cara penggunaan dari alat ukur dan mengetahui apa itu teori ralat. Maka dari
itu, praktikan diharapkan mampu menggunakan alat-alat ukur untuk pengukuran pajang,
massa, dan volume suatu benda dengan baik dan benar, serta menerapkan teori ralat
dalam menyatakan hasil pengukuran.

.2 Saran
Saat melakukan pengukuran, pastikan praktikan telah menggunakan alat dengan
benar sesuai dengan prosedur dan membaca skala pada alat ukur dengan teliti. Melakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus dengan tepat dan teliti agar hasil yang didapat
benar dan meminimalisasi kesalahan perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA

Goel, V.K.2007. Fundamentals Of Physics Xi.Tata McGraw-Hill.New Delhi

Lambaga, Ilham.A.2019.Tinjauan Umum Konsep Fisika Dasar.Deepublish.Sleman

Marshall, Alfred.W.2013. Micrometers - Slide Gauges and Calipers - Principles, Construction,


Operation and Use of Appliances for Fine Mechanical Measurments
LAMPIRAN

(Lambaga,2019)
(Goel,2007)
(Marshall,2013)

Data Hasil Percobaan


a. Benda Uji : Silinder (Jangka Sorong)
No Ukuran Massa Panjang Diameter (cm)
Benda (gr) (cm) D1 D2 D3

1 Besar 230,35 25,8 1,31 1,235 1,25


2 Kecil 10 15 0,18 0,37 0,395

b. Benda Uji : Bola (Mikrometer)


No Ukuran Massa Diameter (cm)
Benda (gr) D1 D2 D3
1 Besar 15,7 2,22 2,29 2,13
2 Kecil 6,3 0,45 0,47 0,47

c. Benda Uji : Batu (Gelas Ukur)


No Benda Massa (gr) Volume (ml)
Awal Akhir
1 (Batu Besar) 26 156 167
26,1 156 169
26,2 156 169
2 (Batu Kecil) 15,5 152 162
15,7 152 164
15,9 152 165

Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan pengertian ralat!


Ralat adalah suatu sistem yang dilakukan untuk memperkecil dan meminimalisasi
kesalahan dalam perhitungan. Biasanya, ralat digunakan dalam pengukuran panjang,
massa, dan volume. Ralat juga dilakukan agar mendapatkan hasil atau angka yang
mendekati akurat atau bahkan akurat.

2. Apa perbedaan massa dengan berat? Besaran mana yang selalu konstan dan tidak
bergantung pada tempat?
Massa adalah materi yang terkandung di dalam suatu benda. Massa tidak pernah berubah,
sedangkan berat berhubungan dengan gaya tarik gravitasi sehingga dapat berubah-ubah.
Besaran yang selalu konstan dan tidak bergantung pada tempat yaitu massa, sedangkan
berat bergantung pada gravitasi.

3. Jelaskan cara pengukuran benda menggunakan mikrometer sekrup!


Rahang dibuka dengan cara memutar bagian thimble pada mikrometer sekrup, kemudian
benda diletakkan ditengah rahang, setelah ditempatkan dengan benar, kunci Kembali
benda dengan rahan dengan memutar thimble, kemudian baca skala utama ditambah
dengan skala nonius, setelah itu, ulangi pengukuran pada tiga titik yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai