LP Abses Liver
LP Abses Liver
LP Abses Liver
Oleh:
Rachmi Phonna Putri
1412101020039
Infeksi kuman
Masuk ke dalam system pencernaan
Hepar
Vena porta
System bilier
Rongga abses yang penuh cairan yang berisi leukosit mati dan hidup, sel hati yang menacair serta
Gangguan nutrisi
Hipertermi
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai
adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan perut kanan
atas, yang ditandai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan
di atasnya (Herrero, 2005)
Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu
nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP
letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri
pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah,
berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional
(Tukeva, et al, 2005).
F. Komplikasi
Saat dignosis ditegakan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat, seperti
septikaemia/bakteriemia dengan mortalitas 85%, ruptur abses hati disertai peritonitis
generalisata dengan mortalitas 6-7% kelainan plueropulmonal, gagal hati, kelainan
didalam rongga abses, henobilia, empiema, fisistula hepatobronkial, ruptur kedalam
perikard atau retroperitoneum. Sistem plueropulmonum merupakan sistem tersering
terkena. Secara khusus, kasus tersebut berasal dari lesi yang terletak di lobus kanan
hepar. Abses menembus diagfragma dan akan timbul efusi pleura, empyema abses
pulmonum atau pneumonia. Fistula bronkopleura, biliopleura dan biliobronkial juga
dapat timbul dari reptur abses amuba. Pasien-pasien dengan fistula ini akan menunjukan
ludah yang berwarna kecoklatan yang berisi amuba yang ada (Adams, 2006).
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Julius (1998), pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Laboratorium, untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin,
leukosit, dan pemeriksaan faal hati.
2. Foto dada, dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakan
diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
3. Foto polos abdomen, kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran
udara bebas diatas hati.
4. Ultrasonografi, mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
5. Tomografi, melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat
melihat integritas diafragma.
6. Pemeriksaan serologi, menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan secara konvensional adalah dengan drainase terbuka secara
operasi dan antibiotik spektrum luas oleh karena bakteri penyebab abses terdapat di
dalam cairan abses yang sulit dijangkau dengan antibiotik tunggal tanpa aspirasi cairan
abses. Penatalaksanaan saat ini adalah dengan menggunakan drainase perkunancus abses
Tujuan
Tujuan:
Setelah diberikan
Rencana tindakan
Intervensi
1. Kaji skala nyeri.
Lokasi dan
penyebarannya
Rasional
1. Mengetahui skala nyeri
yang dirasakan klien
sehingga perawat dapat
tindakan
keperawatan
nyeri teratasi
Kriteria hasil:
- Klien tidak
mengeluh
-
nyeri
Ekspresi
wajah tenang
Skala nyeri
berkurang
Tujuan:
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
hipertermi
teratasi
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh
kembali
normal
- Klien tidak
mengeluh
panas lagi
2.
2.
3.
4.
5.
1. Memudahkan dalam
menentukan intervensi
selanjutnya
2.
Anjurkan
klien
untuk
memakai
pakaian
yang
menyerap keringat
3.
3.
Ajarkan
klien
pentingnya
mempertahankan
cairan yang adekuat
(sedikitnya
2000
l/hari)
untuk
mencegah dehidrasi,
misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
4.
Berikan kompres
hangat pada lipatan
4. Menghambat pusat
simpatis di hipotalamus
sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar
5.
Monitor
tanda
keringat untuk mengurangi
vital : suhu badan
panas tubuh melalui
penguapan
5. Kondisi kulit yang
mengalami lembab memicu
timbulnya pertumbuhan
jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan
klien, mencegah timbulnya
ruam kulit.
3
Tujuan:
1. Pantau intake dan
Setelah diberikan
outpun nutrisi klien
tindakan
2. Timbang berat badan
keperawatan
klien
kebutuhan nutrisi
3. Auskultasi bising
terpenuhi
usus, palpasi abdomen
Kriteria hasil:
catat pasase flatus
- Nafsu makan 4. Identifikan kesukaan
meningkat
dan ketidaksukaan
- Berat badan
diet dari pasien
meningkat
5. Berikan makanan
- Porsi makan
dalam porsi sedikit
dihabiskan
tapi sering dengan
diet lunak
6. Berikan makanan
yang menarik dan
masih dalam keadaan
hangat
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberikan nutrisi
yang sesuai dengan
kondisi klien
1. Mengetahui jumlah
kebutuhan klien akan
nutrisi
2. Mengetahui kekurang
nutrisi klien
3. Mengetahui apakah ada
kontraksi usus
4. Menimbulkan nafsu makan
klien
5. Membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi klien
6. Menambah nafsu makan
klien
7. Membantu memenuhi
kekurangan nutrisi klien
J. Referensi
Sudoyo, A.W., dkk. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 Edisi Empat.
Jakarta : Balai Penerbitan FK-UI.
Bruner dan Suddarth. ( 2000 ). Buku Ajaran KMB. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Cameeron. (1995). Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara.
Doenges, E., Moorhouse, MF dan Geissler, A. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Harjono, dkk. (1996). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta: Buku kedokteran
EGC.
Julius. (1998). Ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arief. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran; Jilid 1, Edisi Ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius. Halaman 512.
Microsoft Encantta Reference Library. (2004). Liver, Amebiasis Abses and Calf
Diphteria/ Fusa bakteriun necrosphorum.
Sherwood. (2001). System Pencernaan, dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke sistem.
Jakarta : EGC. Halaman 565.
Sylvia a. Price. (2006). Gangguan System Gastro Intestinal, dalam buku Patofiologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteranm EGC. Halaman 472-474.