Makalah Mikrobiologi: Jamur Penyebab Penyakit Dan Kerusakan Bahan Pangan By: Maharani Dewi Januarty
Makalah Mikrobiologi: Jamur Penyebab Penyakit Dan Kerusakan Bahan Pangan By: Maharani Dewi Januarty
Makalah Mikrobiologi: Jamur Penyebab Penyakit Dan Kerusakan Bahan Pangan By: Maharani Dewi Januarty
PENDAHULUAN
adalah
biasanya
organisme
berbentuk
yang
benang,
sel-selnya
berinti
sejati
bercabang-cabang,
tidak
BAB II
2
PEMBAHASAN
Actinomyces israelii
2. NOCARDIACEAE
Jenis ini juga berbentuk seperti filamen-filamen dan Gram posistif,
tetapi hanya sebagaian yang bersifat bakteri tahan asam, berlainan
dengan A. Israelii, berbentuk basiler dan kokus. Nocardia asteroides
ditemukan di seluruh dunia dan menyebabkan abses yang dalam. N.
brasiliensis dan N. asteroides membentuk koloni dengan permukaan
Tinea ungunium
4. MIKOSIS SUBKUTAN
Infeksi ini disebabkan oleh sejumlah jamur (dan seringkali juga
bakteri) tetapi cenderung terdapat pada daerah tropis atau subtropis.
Seringkali jamur terdapat pada tanah dan masuk ke jaringan
subepidermal melalui trauma.
a. Misetoma
Infeksi ini tampak sebagai lesi yang mendestruksi secara setempat,
paling sering di kaki atau tangan, dengan sinus-sinus yang terbuka.
Aktinomisetoma disebabkan oleh bakteri seperti Actinomadura
muderae dan Nocardia asteroides. Eumisetoma disebabkan oleh spesies
jamur seperti Madurella mycetomatis, Acremonium, Aspergillus, dan
Fusarium. Pengobatan meliputi pembedahan dan pemberian anti jamur
atau antibakteri yang tepat.
Sporotrikosis
5. MIKOSIS SISTEMATIK
Kebanyakan infeksi ini adalah sebagai akibat dari menghirup spora
jamur, walaupun Candida albicans bisa didapat melalui saluran
pencernaan atau melalui jalur intravaskular. Beberapa diantaranya,
seperti histoplasmosis dan parakoksidiomikosis, terbatas pada wilayah
geografis tertentu dimana keadaan cuaca optimal bagi pertumbuhan
mereka. Beberapa menginfeksi orang-orang yang sehat tetapi banyak
juga yang merupakan patogen oportunistik.
a. Aspergilosis
Aspergillus fumigatus, A. flava, dan A. niger adalah patogen
utamanya. Sifatnya patogen oportunistik. Mereka dapat membentuk
koloni pada lubang-lubang di paru-paru yang sebelumnya telah
terbentuk dan menyebabkan aspergiloma atau dapat menyerang
janringan paru dan lainnya apabila daya kekebalan pasien rendah.
tetapi yang terakhir ini hanya timbul pada orang-orang yang daya
kekebalannya rendah.
d. Koksidiomikosis
Infeksi ini disebabkan oleh jamur Coccidiodes immitis. Jamur ini
bersifat endemik pada daerah gurun yang kering di barat daya Amerika
Serikat, Meksiko, dan Amarika tengah dan terdapat di tanah. Infeksi ini
terjadi terutama di paru-paru tetapi dapat juga menyebar.
e. Kriptokookosis
satu-satunya
zat
anti
jamur
yang
memperlihatkan
11
12
flavus adalah jagung, kacang tanah, dan kapas. Penyakit ini mempunyai
banyak inang alternatif, sekitar 25 jenis tanaman, khususnya padi,
sorgum, dan kacang tunggak (CAB International 2001). Pakki dan Muis
(2006) melaporkan bahwa A. flavus ditemukan pada fase vegetatif dan
generatif tanaman, serta pascapanen jagung.
Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna
hitam, (spesies A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus
pada daun menimbulkan gejala nekrotik, warna tidak normal, bercak
melebar dan memanjang, mengikuti arah tulang daun. Bila terinfeksi
berat, dan berwarna coklat kekuningan seperti terbakar. Gejala penularan
pada biji dan tongkol jagung ditandai oleh kumpulan miselia yang
menyelimuti biji.
Hasil penelitian Pakki dan Muis (2006) menunjukkan adanya
miselia berwarna hijau dan beberapa bagian agak coklat kekuningan. Pada
klobot tongkol jagung, warna hitam kecoklatan umumnya menginfeksi
bagian ujung klobot, perbedaan warna sangat jelas terlihat pada klobot
tongkol yang muda. Bentuk konidia bulat sampai agak bulat umumnya
menggumpal pada ujung hipa, berdiameter 3-6 m, sklerotia gelap hitam
dan kemerahan, berdiameter 400-700 m. Konidia A. flavus dapat
ditemukan pada lahan pertanian. Pada areal pertanaman kapas, A. flavus
ditemukan lebih dari 3.400 koloni/g tanah kering, dan pada area lahan
pertanaman jagung 1.231/g tanah kering (Shearer et al. 1992). Keadaan
ini menggambarkan bahwa populasi koloni pada media tumbuh jagung
dapat menjadi sumber inokulum awal untuk perkembangannya.
Perkembangan sklerotia dari tanah sampai mencapai rambut jagung hanya
dalam tempo 8 hari (Wicklow et al, 1984).
Dari 33 spesies yang telah dilaporkan CAB International tahun
2001, A. flavus merupakan spesies dominan yang menginfeksi jagung. A.
flavus merupakan patogen utama pada pascapanen jagung dan banyak
mendapat perhatian para peneliti mikotoksin di Indonesia. Patogen ini
memproduksi toksin dan menginfeksi komoditas pertanian yang
dikonsumsi manusia maupun ternak. Karakter bionomi A. flavus memberi
14
4.
5.
merupakan
jamur
patogen
yang
15
6.
16
17
7.
Jamur Penicillium sp
Patogen Penicillium spp. pada biji jagung ditemukan berupa
gumpalan miselia berwarna putih menyelimuti biji, diselingi warna
kebiru-biruan. Patogen ini adalah patogen tular benih yang mempunyai
inang utama jagung. Tanaman lain belum dilaporkan dapat menjadi
inangnya, namun dapat menginfeksi tanaman jagung pada fase prapanen
dan pascapanen.
Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari
50% (Handoo dan Aulakh 1999). Gejalanya ditandai oleh bercak pada
kulit ari biji, bila menginfeksi tongkol secara optimal menyebabkan
pembusukan. Pengaruh terhadap kualitas benih adalah penurunan daya
tumbuh. Spesies P. oxalicum memproduksi oxalid acid dan bersifat toksik
terhadap biji.
Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam,
biji-biji yang terinfeksi Penicillium spp. dari lokasi pertanaman dapat
menularkan pada pertanaman selanjutnya. Patogen akan berkembang baik
pada suhu < 15 dan akan tertekan perkembangannnya pada suhu > 25Oc.
Penyebaran dalam suatu populasi serangga. Semakin tinggi populasi
serangga, semakin besar intensitas biji terinfeksi Penicillium spp karena
serangga dapat menjadi vektor penyebar perkembangan patogen ini di
pertanaman dan tempat penyimpanan.
18
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Sterilisasi merupakan salah satu cara untuk membebaskan alat-alat
atau bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan , terutama
mikroba.
b. Cara sterilisasi yang pada umumnya di lakukan dilaboratorium yaitu
dengan cara sterilisasi pemijaran.
c. Isolasi mikroba adalah proses yang dilakukan yang bertujuan untuk
memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang terdapat
di alam dan menumbuhkannya dalam satu medium buatan, sehingga
diperoleh kultur murni.
19
d. Koloni
bakteri
yang
muncul
pada
leher
praktikan
dengan
adalah
suatu
pewarnaan
diferensial
yang
hasil
bahwa
bakteri
isolat
diri
menghasilkan oksigen.
2. Saran
-
20
DAFTAR PUSTAKA
21