Pengertian Pre Operasi
Pengertian Pre Operasi
umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan;
pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring dan karenanya mudah
mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pasca operatif. Selain itu,
distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit
biliari terjadi lebih sering pada pasien obesitas.
c. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM
(Penyakit Paru Obstruksi Menahun), dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar
terkait dengan pemakaian energi kalori untuk penyembuhan primer.
Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu
sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin pada pasien yang mengalami
gangguan fungsi endokrin, seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol, bahaya
utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah
terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen
anestesi, atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi
atau pemberian insulin yang berlebihan.
Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang
mendapat
terapi
kortikosteroid
beresiko
mengalami
insufisinsi
adrenal.
terutama
terjadi
arterosklerosis
pembuluh
darah,
yang
akan
4. Jenis-Jenis Pembedahan
1.
Jenis-jenis pembedahan
Berdasarkan lokasi
1)
Pembedahan
diagnosis,
ditujukan
untuk
menentukan
sebab
Pembedahan
restoratif,dilakukan
untuk
memperbaiki
2. Jenis-Jenis Anesthesia
Anestesi dapat dibagi menjadi anestesi umum, anestesi regional, anestesi
lokal, hipoanestesia, dan akupuntur.
Anestesi umum.
Anestesi umum dilakukan untuk memblok pusat kesadaran otak
Anestesi regional
Anestesi regional merupakan anestesi yang dilakukan pada pasien
Anestesi lokal
Anestesi lokal merupakan anestesia yang dilakukan untuk memblok
transmisi impuls saraf pada daerah yang akan dilakukan anestesia dan
pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau
topikal.
Hipoanestesia
Hipoanestesia merupakan anestesia yang dilakukan untuk membuat
Akupuntur
Akupuntur merupakan anestesia yang dilakukan untuk memblok
rangsangan
nyeri
dengan
merangsang
keluarnya
endorfin
tanpa
Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin untuk menentukan gangguan sistem renal;
dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendetaksi gangguan
metabolisme.
ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondsi pasca
operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
a. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
1) Pengertian
Suatu tindakan pendidikan kesehatan yang diajarkan pada klien
sebelum operasi
2) Tujuan
a. Mencegah terjadinya komplikasi paru-paru akibat pembedahan
b. Membantu paru-paru berkembang dan mencegah terjadinya
akumulasi sekresi yang terjadi setelah anestesi
3) Prosedur
a. Tidur dengan posisi semi fowler atau fowler penuh dengan lutut
fleksi, abdomen relaks dan dada ekspansi penuh.
b. Letakkan tangan diatas perut
c. Bernafas pelan melalui hidung dengan membiarkan dada
ekspansi dan rasakan perut mengempis dengan tangan yang ada
diatasnya
d. Tahan nafas selama 3 detik
e. Keluarkan nafas melalui bibir yang terbuka sedikit secara pelanpelan (abdomen/perut kontraksi dengan inspirasi)
f. Tarik dan keluarkan nafas 3x, kemudian setelah inspirasi diikuti
dengan batuk yang kuat /keras untuk mengeluarkan sekret
g. Istirahat
h. Ulangi tahap c sampai g
b. Latihan Kaki
1) Pengertian
Suatu tindakan latihan persiapan fisik yang diajarkan ke pasien
pada saat periode sebelum operasi (pre operasi).
2) Tujuan
a. Memperlancar peredaran darah
b. Mencegah vena statis
c. Mempertahankan tonus otot
3) Prosedur
Ajarkan pada pasien tiga bentuk latihan yang berisi tentang
kontraksi dan relaksasi otot quadriceps (vastus intermedius, vastus
lateralis, rectus femoris dan vastus medialis) dan otot gastroknemius.
a. Lakukan dorsifikasi dan flantar fleksi pada kaki. Latihan kadangkadang diberiakan seperti dalam keadaan memompa. Gerakan ini
akan membuat kontrksi dan relaksasi pada otot betis. Latihan kaki
menolong mencegah terjadinya thrombophlebitis dan vena statis.
b.
Fleksi dan ekstensi pada lutut dan penekanan kembali lutut kedalam
bed. Instruksikan pasien untuk memulai latihan segera setelah
operasi sesuai dengan kemampuannya.
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut
luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena
justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan
lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan
lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk
mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of
Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya
kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi
pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan
mendukungh dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya,
berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan.
Demikian juga faktor usispenuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan
merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting
untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan
operasi.
Perawatan post operatif adalah penting seperti halnya persiapan preoperatif.
Perawatan post operatif yang kurang sempurna akan rnenghasilkan ketidakpuasan
clan tidak memenuhi standard operasi.TujLlan perawatan post operatif adalah
untuk menghilangkan rasa nyeri, sedini mungkin mengidentifikasi masalah dan
mengatasinya sedini mungkin. Mengantisipasi dan mencegah terjadinya
kornplikasi lebih baik daripada sudah terjadi komplikasi (l). Pada perawatan post
operatif perlu (l) ; . Memberi dukungan pada pasien. . Menghilangkan rasa sakit. .
Antisipasi dan atasi segera komplikasi. ' Memelihara komunikasi yang baik
dengan tim. Komunikasi yang tidak baik merupakan masalah yang sering
rnenyebabkan kegagalan dalam perawatan post operatif. o Rencana perawatan.
Menyesuaikan perawatan dengan kebutuhan pasien. Setiap pasien membutuhkan
modifikasi yang sesuai dengan protokol perawatan, yang mempunyai-prbblem
unik tersendiri. Jika akan dilakukan inspeksi pada h-rka, maka harus dilakr-rkan
dalam keadaan steril. Sedapat mungkin luka dibiarkan di bawalr dressing dan
inspeksi hanya dilakukan bila kuatir ada infeksi, discharge atau akan mengganti
rlressing. Jlka pasien demam, dan terdapat banyak dischargi atau dressing berbau,
maka dressing harvs diganti dan saat itu ada kesempatan untuk menginspeksi luka
(1). Wound care d,an bantlaging tlerupal
1)
a)Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayianak-anak) dan usia lanjut
mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua
sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena
belum matur-nya semua fungsi organ.
b)
Nutrisi
dengan
orang
normal
dengan
gizi
baik
terutama
pada
fase
penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi
yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut
antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A,
Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak,
terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan
permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum
terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan beraat badan; pasien
bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan karenanya mudah mengalami
hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen,
flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering
pada pasien obes.
c)Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan
insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk
penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang
mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat
tinggi.
d)
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus
yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan
pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan
akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuart pasca
operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah
asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko
mengalami
insufisinsi
adrenal.
Pengguanaan
oabat-obatan
kortikosteroid
harus
Persiapan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang
yang
dimaksud
adalah
berbagai
pemeriksaan
radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain - lain. Sebelum
dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan
berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa
menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan
untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan
kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan
berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan
(bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum,
Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan
EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan
pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap
pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang antara lain :
a)
foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,
Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKGECG (Electro Cardio Grafi), ECHO,
EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
b)
angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum
kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.
c)
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganasjinak atau hanya berupa infeksi
kronis saja.
d)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien
dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam
(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi)? dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
e)
Dan lain-lain
status
fisik
untuk
dilakukan
pembiuasan
dilakukan
untuk
Inform Consent
informasi
yang
detail
terkait
dengan
segala
macam
prosedur
pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan
secara detail, maka pihak pasienkeluarganya berhak untuk menanyakan kembali
sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak
meka penyesalan akan dialami oleh pasienkeluarga setelah tindakan operasi yang
dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
Rencana Tindakan :
Pemberian pendidikan kesehatan prabedah
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup penjelasan mengenai
berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut di antaranya
tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang
diperlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan
pengobatan setelah bedah.
Persiapan diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan
diet. Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam
sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan,
cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam
lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.
Persiapan kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah
dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksaklorofin
(hexachlorophene) atau sejenisnya yang sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada
kulit terdapat rambut, maka harus dicukur.
Latihan bernapas dan latihan batuk
Latihan ini dilakuakan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paruparu. Sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata,
telinga, hidung dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak
jaringan, dan melepaskan jahitan. Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan
diafragma, dengan cara seperti berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Istirahat
Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki
yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep dan latihan
mengencangkan
glutea.
Latihan
memompakan
otot
dapat
dilakukan
dengan
mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi
hingga sepuluh kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut
kaki rata pada tempat tidur, kemudian
meluruskan
mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali.
Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan menekan otot pantat,
kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga
lima kali.
Latihan mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan
mobilitas,
pasien
harus
mampu
menggunakan
alat
di
tempat
tidur,
seperti
menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat
tidur, atau dengan menggeser pasien ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali
dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat
tidur.
Pencegahan cedera
Untuk mengatasi resiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan
sebelum melaksanakan bedah adalah :
a.
b.
d.
e.
f.
Lepaskan protesis
Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar
g.
h.
Perawatan intraoperatif
atau
menghilangkan
masalah-masalah
fisik
yang
mengganggu
pasien.
Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis
maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun
juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga
pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang
terintegrasi.
Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga
kesehatan yang kompeten dan kerja sama yang sinergis antara masing-masing
anggota tim. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga
kelompok besar, meliputi pertama, ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas
memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di
meja operasi, kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan pembedahan
dan yang ketiga adalah perawat intra operatif.
Perawat
intra
operatif
bertanggung
jawab
terhadap
keselamatan
dan
kesejahteraan (well being) pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan
koordinasi petugas ruang operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan
aktivitas selama pembedahan. Peran lain perawat di ruang operasi adalah sebagai
RNFA (Registered Nurse First Assitant). Peran sebagai RNFA ini sudah berlangsung
dengan baik di negara-negara amerika utara dan eropa. Namun demikian praktiknya di
indonesia masih belum sepenuhnya tepat. Peran perawat sebagai RNFA diantaranya
meliputi
penanganan
jaringan,
memberikan
pemajanan
pada
daerah
operasi,
yang
dianjurkan
pada
umumnya
adalah
telentang,
telungkup,
trendelenburg, litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan
dilakukan.
Pembersihan dan persiapan kulit
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah
bebas dari kotoran dan lemak kulit, serta untuk mengurangi adanya mikroba. Bahan
yang digunakan dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat;
memiliki kecepatan khasiat; memiliki potensi yang baik dan tidak menurun bila
terdapat kadar alkohol, sabun detergen, atau bahan organik lainnya.
Penutupan daerah steril
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap
sterilnya daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara
daerah steril dan tidak.
Pelaksanaan anestesia
Anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia
umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.
Pelaksanaan pembedahan
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai
dengan ketentuan pembedahan.
2.1.3 PERAWATAN POSTOPERASI
Setelah tindakan pembedahan (pascabedah), beberapa hal yang perlu
dikaji di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan
perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah
pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam pembedahan.
Asuhan pascaoperasi harus dilakukan diruang pemulihan tempat adanya akses
yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan resusitasi, monitor, bel panggil emergensi,
dan staf terampil dalam jumlah dan jenis yang memadai. Asuhan pasca operasi
meliputi : meningkatkan proses penyembuhan luka serta mengurangi rasa nyeri,
pengkajian suhu tubuh, pengkajian frekuensi jantung, mempertahankan respirasi yang
sempurna, mempertahankan sirkulasi, mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan cara memonitor input serta outputnya, empertahankan eliminasi,
dengan cara mempertahankan asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi
urine,
pengkajian
tingkat
kesadaran,
pemberian
posisi
yang
tepat
pada
ibu,
Rencana Tindakan :
Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat
dilakukan dengan cara merawat luka, serta memperbaiki asupan makanan tinggi
protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen
dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas
yang dalam dengan mulit terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan.
Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan
diafragma,
kemudian
napas
dikeluarkan
perlahan-lahan
melalui
mulut
yang
dikuncupkan.
Mempertahankan
sirkulasi,
dengan
stoking
pada
pasien
yang
beresiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan
kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan
cairan sesuai kebutuhan pasien; monitor input dan output; sert mempertahankan
nutrisi yang cukup.
Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output; serta
mencegah terjadinya retensi urine.
Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum
ambulatori.
Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapuitik.