Pituitary Tumor

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

TUMOR PITUITARI

Oleh

Jenri Sutrisno, S.Ked (I11110037)


Reren Ramanda, S.Ked (I11109049)

PEMBIMBING
dr. Sonny Giat Raja Saragih, Sp.BS M. Neurosurg

SMF BEDAH SARAF


RSUD ABDUL AZIZ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
SINGKAWANG
2015
BAB I
STATUS PASIEN

I.

II.

IDENTITAS
1. Nama
: Nn. E
2. Usia
: 18 tahun
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Tgl periksa
: 14 Juli 2015
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : tidak menstruasi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan pusing dan mata yang mendadak juling 7 tahun
yang lalu dan berobat ke malaysia, disana didiagnosis tumor pituitari. Pusing
dan mata juling kembali normal dengan sendirinya walaupun tumor tidak
diangkat. Sepulang dari malaysia, pasien berobat dengan obat tradisional cina.
2 tahun yang lalu pasien mulai mengeluhkan tidak menstruasi sama sekali.
Pasien berobat di bagian obsgin RSAA dan mendapat terapi hormon. Pasien
berhenti terapi hormon 4 bulan terakhir, pasien kembali tidak menstruasi sama
sekali. Pasien juga pernah pingsan selama 1 minggu tanpa sebab yang jelas.
Pasien kemudian dirujuk ke poli bedah saraf.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti yang
dialami pasien

III.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran
: Compos Mentis
3. Status Generalis :
a. Kulit
: tidak ada kelainan
b. Kepala
: tidak ada kelainan
c. Mata
: Pupil isokor 3 mm/3mm, reflek cahaya (+/+), lateralisasi
d.
e.
f.
g.
h.

(-), Visus (OD=6/6, OS=6/6)


THT
: tidak ada kelainan
Mulut
: tidak ada kelainan
Leher
: tidak ada kelainan
Dada
: tidak ada kelainan
Paru
: tidak ada kelainan

i. Jantung
j. Abdomen
k. Ekstremitas
Gambaran MRI

: tidak ada kelainan


: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan

IV.

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja: Functional Pituitary tumor

V.

TERAPI
Rujuk RS Siloam Pro Endoscopic removal

VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
MRI

VII.

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanactionam

: Malam
: Malam
: Malam

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tumor pituitari
1. Anatomi
Glandula pituitaria adalah struktur kecil dan oval yang dilekatkan pada
permukaan

bawah

otak oleh

infundibulum .

Selama

kehamilan,

ukurannya bertambah besar dua kali. Glandula ini dilindungi dengan


baik karena letaknya yang menguntungkan di dalam sella turcica ossis
sphenoidalis.

Karena hormon

yang

dihasilkan

oleh kelenjar

ini

mempengaruhi aktivitas banyak kelenjar lain, hypophysis cerebri sering


disebut sebagai glandula endocrine utama. Karena alasan ini, glandula
pituitaria penting untuk kehidupan (Anatomi klinik Snell, 2007).

Gambar 1. Letak glandula pituitari (American Cancer Society, 2014)

Gambar 2. Bagian pituitari (American Brain Tumor Association, 2015)


Glandula pituitaria terbagi menjadi lobus anterior atau adenohypophysis
dan lobus posterior atau neurohypophysis. Lobus anterior terbagi dua
atas pars anterior (kadang-kadang disebut pars distalis) yang mungkin
dipisahkan oleh sebuah celah yang merupakan sisa dari kantong
embrional dengan pars intermedia. Sebuah tonjolan dari pars anterior,
yaitu pars tuberalis, meluas ke atas sepanjang facies anterior dan
lateralis tangkai pituitari.
Batas-Batas
Ke anterior: Sinus sphenoidalis.
Ke posterior: Dorsum sellae, arteria basilaris, dan pons.
Ke superior: Diaphragma sellae, yang mempunyai apertura
centralis sebagai tempat lewatnya infundibulum. Diaphragma
sellae memisahkan lobus anterior dari chiasma opticum.
Ke inferior: Corpus sphenoidalis, dengan sinus sphenoidalis.
Ke lateral: Sinus cavernosus dan isinya.
Pendarahan
Arteri yang mendarahinya berasal dari arteria hypophysialis superior
dan inferior, cabang dari arteria carotis interna. Venanya bermuara ke
dalam sinus intetcavernosus. Perhatikan pentingnya sistem portal
hipofisis yang terbentang dari eminentia mediana ke lobus anterior

pituitari

serta

membawa releasing

dan

release-inhibiting hormon

(Anatomi klinik Snell, 2007).

Gam
bar 3. Kelenjar di tubuh manusia (Anatomi klinik Snell, 2007)
2. Insidensi
Tumor pituitari sekitar 12-19 %, tersering ketiga sebagai tumor intrakranial
setelah meningioma dan glioma. Penelitian pada populasi umum menunjukkan
bahwa angka kejadian tumor pituitari relatif sering. Kebanyakan berupa tumor
kecil pituitari atau kista yang tidak memberikan gejala sama sekali, sehingga
relatif tidak memerlukan interfensi medikasi ataupun bedah. Yaitu sekitar 2025 % dari populasi umum. 10 % populasi diperkirakan memiliki kelainan
pituitari yang cukup besar untuk dapat dideteksi dengan MRI. Sekitar 70%
dari tumor pituitari merupakan tumor fungsional, tipe sekresi, sehingga
memberikan gejala yang sesuai dengan keadaan hormon yang berlebihan.
Tumor non fungsional hormonal biasanya memberikan gejala berupa nyeri
kepala, kebutaan akibat penekanan bagian otak oleh tumor, kelelahan dan

hilangnya energi akibat hipopituitarisme (American Brain Tumor Association,


2015).
3. Gejala klinis
Dipengaruhi oleh:
o Ukuran tumor
o Gangguan endokrin
Nyeri kepala umumnya ditemukan pada pasien akromegali dan jarang
ditemukan pada pasien tumor pituitari tipe lain (Tjandra, et al. 2006)
(Baehr and Frotscher. 2005).
Visual failure
Pengembangan supraselar tumor pituitari menyebabkan kompresi kiasma
optikum yang menyebabkan hemianopia bitemporal. Penekanan tumor ke
arah sinus kavernosus bisa menyebabkan tertekannya nervus 3,4 atau 6.
Gangguan endokrin
Gangguan endokrin disebabkan oleh hipopituitism atau pengeluaran
berlebihan dari hormon pituitari. Hipopituism disebabkan oleh gagalnya
pengeluaran hormon di adenohipofisis. Gejalanya dapat berupa kelelahan
yang tidak ada penyebabnya, tubuh yang lemah, kelemahan otot dan
anoreksia. Dalam jangka waktu lama, akan menyebabkan rendahnya
tekanan darah.
Pituitary apopleksi, disebabkan oleh perdarahan spontan yang tiba-tiba
pada tumor yang tidandai dengan nyeri kepala berat yang diikuti dengan
kehilangan kesadaran, muntah, kaku leher dan fotopobia.
Prolaktimoma, prolaktin secreting tumor, bisa terjadi pada mikro ataupun
makroadenoma. Pasien dengan mikroadenoma biasanya ditemukan pada
wanita dengan infertilitas berhubungan dengan amenorea dan galaktorea.
Tumor tersebut dapat diobati dengan agonis dopamin seperti bromokriptin.
Makroadenoma yang sangat besar bisa ditemukan pada laki-laki dengan
gejala hipopituitarism dan kebutaan.
Akromegali, berasal dari growth hormon secreting pituitary adenoma.
Gejala klinis antara lain perubahan tulang dan jaringan lunak dengan
pembesaran sinus frontal dan peningkatan ukuran mandibula. Tangan dan
kaki membesar. Kulit akan menjadi kasar, berminyak dan berkeringat.
Suara menjadi parau. Pasien biasanya memiliki masalah hipertensi,
diabetes dan pembesaran jantung.

Cushing disease, karena ACTH producing pituitary adenoma, lebih dari


80%

tumor

merupakan

mikroadenoma.

Pasien

akan

mengalami

kegemukan berat. Kulit tampak tegang, nyeri dan akan timbul striae
berwarna ungu dibadan pasien. Tumpukan lemak umumnya pada wajah
(moonface), leher, cervicodorsal junction (buffalo hump) dan badan
(Brunicardi, et al. 2007).
4. Klasifikasi tumor hipofisis
Terbagi menjadi 3 tipe utama berdasarkan karakteristik pewarnaan
sitoplasma,

kromofobik,

Perkembangan

teknik

asidofilik

dan

imunoperoksidase

basofilik
dan

(Lindsay.2000).

mikroskopi

elektron

membantu mengembangkan klasifikasi yang lebih baik seperti pada tabel.

T
abel 1. Jenis tumor (Kaye, 2005)
Tumor juga dapat diklasifikasikan

berdasarkan

ukurannya,

makroadenoma (> 1 cm ) dan mikroadenoma (< 1 cm ).

5. Pemeriksaan (Riss et al, 2003)


a. Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipis dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik
maka pada lateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal
diameter AP dari kelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masingmasing, sedang pada yang lainnya normal < 9 masing-masing.

b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma tampak
lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan
lebih baik.
c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi
dari kelenjar hipofisis.
6. Penatalaksanaan
Eksisi bedah diutamakan pada:
o Tumor besar yang menyebabkan penekanan struktur saraf,
biasanya jalur saraf penglihatan.
o Growth hormone tumour causing acromegali
o ACTH-secreting tumour yang menyebabkan cushing disease
o Pada prolactine-secreting adenoma yang tidak bisa diobati dengan
medikasi
Kebanyakan tumor dieksisi dengan metode trans-sphenoidal approach ke fossa
pituitari (Paterno' V, Fahlbusch R.2014). Post operatif radioterapi bisa
diindikasikan

pada

eksisi

subtotal

atau

studi

post

operatif

endokrin

menggambarkan residu sekresi hormon yang berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

American Brain Tumor Association. 2015. Pituitary Tumor. Diunduh dari


www.abta.org pada Juli 2015
American Cancer Society. 2014. Pituitary Tumors. Diunduh dari www.cancer.org
pada Juli 2015

Baehr, Mathias and Michael Frotscher. 2005. Duus Topical Diagnosis in


Neurology. Newyork:Thieme.
Brunicardi, et al. 2007. Schwartz Principles of Surgery 8th edition. The McGrawHill Companies
Kaye AH. 2005, Essential Neurosurgery.3rd ed. Oxford: Blackwells
Lindsay.2000. Neurology and neurosurgery illustrated. 2nded. Edinburg:
Churchill Livingstone.
Paterno' V, Fahlbusch R.2014. High-Field iMRI in transsphenoidal pituitary
adenoma surgery with special respect to typical localization of residual
tumor. Acta Neurochir (Wien).
Riss D, Jin L, Qian X, et al. 2003 Differential expression of galectin-3 in pituitary
tumors. Cancer Res.
Snell. 2007. Anatomi Klinis berdasarkan Sistem. Jakarta:EGC
Tjandra et, al. 2006. Textbook of surgery third edition. USA. Blackwell
Publishing Ltd

Anda mungkin juga menyukai