Refrat Pengaruh Obat Anastesi Pada Ginjal
Refrat Pengaruh Obat Anastesi Pada Ginjal
Refrat Pengaruh Obat Anastesi Pada Ginjal
Oleh :
L. MAHESA PARYANDI IRVAN
H1A 004 028
Pembimbing :
dr. H. Sulasno, Sp.An
Pendahuluan
Anestesi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana
untuk mematikan rasa, baik rasa takut dan rasa tidak nyaman. Beradasarkan
batasan tersbeut maka ruang lingkup anestesi yang salah satunya meliputi
pengelolaan nyeri dan stress emosional agar pasien merasa nyaman baik pada
keadaan nyeri akut maupun nyeri kronik. Untuk menghasilkan efek yang spesifik,
suatu obat harus tersedia dalam konsentrasi yang
Meskipun jelas bahwa hal terseebut merupakan fungsi dari jumlah obat yang
diberikan, konsenterasi obat yang aktif dan tidak terikat (bebas) juga tergantung
pada laju dan tingkat absorpsi, distribusi ( terutama yang mencerminkan ikatan
relative terhadap plasma dan protein jaringan), metabolism (biotransformasi)
dan ekskresi.
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia
lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat
digunakan bersama-sama.
tinggal di rumah
sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian
karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasienyang dirawat di rumah sakit
sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai
subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi
obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas
dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang
rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik.
Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersamasama. Penggunaan obat-obatan baik itu yang untuk medikasi maupun untuk
anastesi tidak lepas dari peran fungsi ginjal yang dimana merupakan tempat
eksresi obat yang masuk ke dalam tubuh. Fungsi utama ginjal adalah untuk
memilihara ketetapan volume cairan ekstraselular (ECF) dan osmolalitas dengan
menyeimbangkan masukan dan eksresi Na+ dan air. Selanjutnya ginjal mencapai
ketatapan konsentrasi K+ ekstraselular dan pH darah dan sel dengan mengatur
eksresi H+ dan HCO3- terhadap masukan mereka dan terhadap respirasi dan
metabolisme.
menganggapnya
sebagai
sekumpulan
perubahan
komponen
Mekanisme anestesia
Mekanisme
menghaasilkan
molekuler
efeknya
tetap
yang
menyebabkan
merupakan
salah
anastetik
satu
misteri
umum
besar
adalah bahwa semua anastetik bekerja dengan mekanisme umum dan bahwa
anastesia dihasilkan dengan mengganggu sifat fisik membrane sel. Pemikiran
ini sebagian besar didasarkan atas pengamatan yang dilakukan pada akhir
abad ke 19 bahwa potensi suatu gas sebagai anastetik berhubungan
dengan kelarutannya dalam
Meyer-Overton,
ditafsirkan
lapisan
ganda
lipid
sebagai
medulla
in
vitro
memperlihatkan
bahwa
jalur-jalur
kortikal
spesifik
umum
pada
tingkat
seluler
Terdapat
bukti
bergerbangligan
kuat
yang
sebagai
mendukung
target
penting
adanya
untuk
saluran-saluran
kerja
anastetik.
ion
Pada
GABA,
sehingga
meningkatkan
neurotransmisi
inhibitor
dan
Efek samping :
System saraf :
Barbiturate tergantung dosis menurunkan laju metabolisme serebral
yang diukuru dengan penggunaan oksigen serebral( laju metabolisme
serebral untuk oksigen: CRMo2). Karen menurunkan metabolisme serrebral
secara nyata tiopenthal dicoba sebagai zat pelindung terhadap iskemia
serebral.
System kardiovaskular :
Menghasilkan penurunan tekanan darah yang tergantung dosis. Efek
ini terutama disebabkan oleh vasodilatasi, vasodilatasi tertentu dan sedikit
oleh penurunan langsung kontraktilitas otot jangtung yang ringan. Turunnya
tekanan darah dapat menjadi parah pada pasien dengan gangguan
kemampuan untuk mengompensasi venodilatasi, seperti pasien dengan
hipovolemia,
koroner,
kardiomiopati,
cardiac
penyakit
tamponade,
atau
jantung
valvular,
penyakit
blockade
reseptor
arteri
-adrenergik.
Karena
perbandingan
pasokan
oksigen
miokardial
terhadap
dengan
thiopental
atau
bahkan
metoheksital.
Propofol
jangtung.
Propofol
memeiliki
kemampuan
menumpulkan
effek
frekuensi
yang
kira-kira
sama
rendahnya
dengan
thiopental.
Etomidat merupakan imidazole tersubstitusi yang diberikan sebagai Disomer aktif. Etomidat sukar larut dalam air dan diformulasikan dalam larutan
2 mg/ml dalam propilen glikol 35%. Berbeda dengan thiopental, etomidat
tidak menginduksi pengendapan senyawa bloker neuromuscular atau obat
lain yang sering diberikan selama induksi anestetik.
Farmakokinetik:
Suatu dosis etomidat memiliki onset yang cepat dan durasi kerja yang
dibatassi oleh reditribusi. Metabolisme etomidat terjadi di hati,, tempat
senyawa ini terutama dihidrolisis menjadi senyawa senyawa yang tidak
aktif. Eliminasi terjadi melalui ginjal (78%) dan empedu (22%). Dibandingkan
dengan thiopental, etomidat sedikit lebih meningkat dengan dosis berulang.
Ikatan plasma protein etomidat lebih tinggi dibandingkan dengan barbiturate
dan propofol.
Efek samping
System saraf :
Pada prinsipnya etomidat sama dengan thiopental dalam aliran darah
serebral, metabolisme, serta tekanan intracranial dan intraocular. Etomidat
tidak terbukti secara klinis sebagai obat untuk seizure.
System kardiovaskuler :
Stabilitas etomidat merupakan keuntungan utama
dibandingkan
koroner,
kardiomiopati,
penyakit
vascular
seerebral,
dan
atau
hipovolemia.
Efek samping lainnya:
Tingkat depresi etomidat lebih kecil daripadaa yang disebabkan oleh
thiopental.
Etomidat
juga
menyebabkan
pelepasan
histamine
secara
bermakna.
cegukan
tanpa
merangsang
Etomidat
dapta
menybabkan
stress
adrenokortikal.
Memang
etomidat
menghambat
enzim
memiliki
keuntungan
pada
pasien
yang
rentan
terhadaap
hemodinamik.
Ketamin
Ketamin
merupakan
suatu
arilsikloheksilamin,
suatu
turunan
klorida
ditambah
bajhan
pengawet
benzetonium
klorida.
Farmakokinetik :
Onset dan durasi ketamin di tentukan dengan mekanisme ditribusi /
redistribusi yang sama, yang menghasilkan efek hususus untuk semua
anastetik parenteral lain. Ketamin mengalami metabolisme hepatic menjadi
norketamin,yang
menurunkan
aktivitas
SSP,
nor
ketamin
selanjutnya
dan
sebagian
besar
efek
ini
dipengarruhi
oleh
perantara
System pernapasan :
Dosis induksi ketamin menghasilkan penurunan yang sedikit dan sementara
pada ventilasi menit, tetapi tidak separah anastetik umum yang lainnya.
Ketamin memiliki sifat bronkodilator yang kuat karena memiliki aktivitas
simpatomemetik tidak langsung, sehingga ketamin merupakan obat induksi
yang baik pada pasien yang berisiko tinggi mengalami bronkospasme.
2. Anastetik inhalasi
Anastetik inhalasi perrtama aalah dietel eter. Selanjutnya diikuti oleh
generasi yang tidak ada keterikatan secara structural sebagai senyawa
inhalasi termasuk siklopropana, xenon unsur, dinitrogen monoksida, dan
yang lebih baru alkan berhalogen rantai pendek. Pemilihan suatu anastetik
inhalasi biasanya berdasarkan pada patofisiologi dari pasien. Secara ideal,
obat inhalasi
akan
menghasilkan
induksi
anastesi
secara cepat
dan
dipahami
bahwa
anatetik
inhalasi
terdistribusi
diantara
jaringan (antara darah dan gas) oleh karena itu keseimbangan tekanan gas
parsial terjadi ketika anastetik pada kedua jaringan sama. Koefisien partisi
anastetik didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi anastetik dalam
kedua jaringan ketika tekanan parsial ansstetik tersebut sama. Eliminasi
anastetik
inhalasi
kebanyakan
merupakan
kebalikan
ddari
proses
konsentrasi
akan
mempertahankan
berkurang
anastesia.
menjadi
Sedikit
1,5%
hasil
sampai
penguraian
2,5%
untuk
isofluran
yang
dihasilkan tidak cukup untuk menimbulkan toksisitas pada ginjal, hati atau
organ lain. Isofluran tidak menunjukkan sifat mutagen,teratogen, atau
karsinogen.
Efek samping
System kardiovaskular:
Isofluran menghasilkan
tergantung
konsentrasi.
penurunan
Isofluran
tekanan
darah
menghassilkan
arteri
vasodilatasi
yang
pada
penekanan
ventilasi
yang
tergantung
darah
serebral,menghasilkan
resiko
peningkatan
aliran
darah
serebral,
dan
Karena memiliki koefisien partisi gas dalam darah yang relatif tinggi,
induksi dan pemulihan enfluran relative lambat. Enfluran mengalami sedikit
metabolisme di hati, dan penggunaan isoniazid menunjukkan peningkatan
metabolisme enfluran disertai dengan peningkatan konsentrasi fluorida
serum secara bermakna.
Efek samping
System kardiovaskular :
Enfluran menyebabkan penurunan tekanan darah arteri pada tinkat
konsenterasi. Hipotensi disebabkan sebagian oleh depresi kontraktilitas otot
jantung dengan sedikit kontribusi dan vasodilatasi perifer. Enfluran memiliki
efek minimal pada frekuensi jantung dan tidak menghsilkan bradikardi yang
terlihat pada pemberian halotan ataupun takikardia yang terlihat pada
pemberian isofluran.
System pernapasan:
Ventilasi spontan denganenfluran menghasilkan pola pernapasan yang
cepat dan pendek, ventilasi menit berkurang secara mencolok dan PCO2
sebesar 60 mmHg terlihat dengan 1 MAC enfluran. Penekanan respons
ventilasi yang lebih besar sampai hipoksia dan hiperkarbia dihasilkan oleh
enfluran.
System saraf:
Enfluran adalah vasodilator serebral, sehingga dapat meningkatkan
tekanan intracranial. Konsentrasi enfluran yang tinggi dapat menyebabkan
hipokarbia yang parah selama proses anstesi dan akan menghasilkan pola
spike and dome bila dikoreksi dengan EEG.
System otot :
Enfluran menghasilkan relaksasi otot rangka yang bermakna tanpa
adanya relaksan otot., dan juga merelaksasi otot polos uterus.
System Ginjal:
Enfluran mengurangi aliran darah renal, laju filtrasi glomerulus dan
keluaran urin. Metabolisme enfluran menghasilkan kadar ion florida plasma
yang bermakna (20 sampai 40 uM) dan dapat menimbulkan gangguan
pemekatan urin sementara tergantung dari lama pemberrian enfluran.
System hati dan gastrointestinal :
Enfluran menurunkan aliran darah organ visera dan hepatic yang
sebanding dengan berkurangnya tekanan darah arteri. Enfluran tidak tampak
mempengaruhi fungsi hati atau bersifat hepatoksik
Daftar pustaka
1. Brenner BM, Rector FC. The Kidney. 3rd ed. Philadhelpia : saunders, 2005.
Volume 2
2. Gamble JL. Acid base physiology: a direct approach. Baltimore: johns Hopkins
university press, 2005
3. Goodman, Gilman. Dasar farmakologi terapi. Jakarta: EGC, 2005
4. Marsh Dj. Renal physiology. Newyork: ravens press, 2004
5. Seldin, DW, giebisch g. the kidney: physiology and pathophysiology. Newyork:
ravens press, 2003
6. Smith EKM, brain EA. Fluids and electrolytes: a conceptual approach.
Edinburgh: chuchill livingstone, 2002
7. Valtin H. renal function : mechanisms preserving fluid and solute balance in
health. 2nd ed. Boston: little, brown, 2002
8. Willats SM. Lecture notes on fluid and electrolytes balances. Oxford:
Blackwell, 2003