LAPORAN 1 Jaringan Akar Dan Batang
LAPORAN 1 Jaringan Akar Dan Batang
LAPORAN 1 Jaringan Akar Dan Batang
Disusun Oleh:
Nama
Mega Sintia
Nim
Kelas
F05112084
Reg.A Kelas.B
Kelompok
PENDAHULUAN
Anatomi (berasal dari bahasa Yunani anatomia, dari anatemnein, yang
berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur
dan organisasi dari makhluk hidup. Tumbuhan merupakan salah satu
keanekaragaman hayati yang ada di bumi. Sehingga anatomi tumbuhan adalah
cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi dari
tumbuhan itu sendiri yaitu struktur yang pembangun tumbuhan tersebut.
Kingdom plantae atau dunia tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan
tidak dan tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan tidak berpembuluh adalah
kelompok lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh meliputi tumbuhan pakupakuan dan tumbuhan berbiji.Tumbuhan Berbiji (spermatophyte) merupakan
kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang
berupa biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan didalamnya
mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Spermatophyta diklasifikasikan
lagi menjadi 2 subdivisi , yakni tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) dan
tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Berdasarkan jumlah keping bijinya,
Tumbuhan biji tertutup dibedakan menjadi 2 , yaitu tumbuhan biji berkeping satu
(monokotil) dan tumbuhan biji berkeping dua (dikotil).
Tubuh makhluk hidup tersusun atas jutaan sel. Sel-sel yang memiliki
struktur dan fungsi yang sama membentuk suatu jaringan. Beberapa macam
jaringan akan membentuk suatu organ. Kumpulan bermacam-macam organ
membentuk suatu sistem organ. Akhirnya, beberapa macam sistem organ saling
melengkapi dan bekerja sama untuk membentuk suatu individu makhluk hidup.
Namun, pada tumbuhan tidak terdapat sistem organ. Pertumbuhan hanya sampai
pada organ kemudian membentuk satu individu tumbuhan (Permatasari,2012).
Kita ketahui setiap makhluk memiliki struktur yang menyusunnya, seperti
halnya pada tumbuhan dikotil dan monokotil disusun atas berbagai organ seperti
akar, batang, daun, bunga dan biji. Organ-organ tersebut juga tersusun dari
berbagai jaringan, seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim,
epidermis, dan jaringan pengangkut. Meskipun sama-sama diklasifikasikan
sebagai tumbuhan berbiji (spermatophyte), pada kenyataannya tumbuhan dikotil
dan monokotil mempunyai perbedaan yang cukup jelas baik secara anatomi
maupun secara morfologinya.
Jika secara morfologi kita bisa melihat secara langsung bentuk daun,
batang, dan akarnya tetapi struktur penyusun dari bagian-bagian tersebut kita
tidak dapat melihatnya dengan kasat mata karena sel-sel yang berukuran sangat
kecil. Untuk itu dilakukan praktikum untuk mengamati dengan lebih jelas
mengetahui dan mengidentifikasi serta membuktikan apakah benar seperti yang
dipaparkan di buku bentuk susunan dan letak sel-sel penyusun bagian-bagian
tumbuhan monokotil dan dikotil serta dapat membedakan antara struktur
monokotil dan dikotil secara anatominya.
sistem II, 2003) dan membentuk clade yang berbeda terpisah dari monokotil dan
dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk sari yang biasanya memiliki tiga lubang
tidak ada struktur morfologi atau anatomi lain yang menandai kelompok ini telah
diidentifikasi, meskipun pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis
berdasarkan data urutan DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami
mengkonfirmasi semua kesimpulan sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang
pertama kali diidentifikasi sebagai kelompok monokotil, sebagian besar
didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon tunggal. Temuan ini menunjukkan
bahwa tidak ada perpecahan dikotil monokotil-dikotil bukan tidak membentuk
kelompok monofiletik (mereka tidak mengandung semua keturunan nenek
moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok formal, beberapa dikotil lebih
mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke lain paraphyletic, monokotil dapat
didefinisikan oleh beberapa synapomorphies sedangkan eudicots membentuk
kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat konstan sepanjang sistem
kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian kami dapat diamati bahwa
hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes (penghapusan dan
duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani lama
berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama diversifikasi
awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik hubungan
yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD mengkonfirmasi
hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat dekat mungkin
dari monokotil ( Mir Abid, 2007 ).
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada
perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas
pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium
intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang
mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil,
berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak
berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup,
sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan
menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas
pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan
Lingkaran Tahun ( Zhao, 2005 ).
Tumbuhan dikotil dan monokotil
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal
(protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan
epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan
kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil,
jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem
interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental
dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat
kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan
sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang
monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan
meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki
perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan
pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada
monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang
umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih
sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar
bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan
pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di ujung akar
terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi melindungi
promeristem akar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu
mempelajari sistem jaringan pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar
tumbuhan, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan
monokotil serta pada akar tumbuhan, dan mempelajari tipe stele pada batang
dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar,
tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil
dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil
dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan
biologi (David, 2013 ).
METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil,
dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2014 di laboratorium Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura Pontianak dari
pukul 13.00 WIB sampai selesai.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum jaringan pada akar
dan batang monokotil dan dikotil, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop,
silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan
yang digunakan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat
batang dikotil Arachis hypogea, preparat akar dikotil Helianthus sp. , preparat
segar batang dikotil Artocarpus integra dan preparat segar batang monokotil
Cyperus sp. dan air.
Metode yang digunakan ialah Preparat awetan yaitu preparat akar dan
batang monokotil Zea mays, preparat batang dikotil Arachis hypogea dan preparat
akar dikotil Helianthus sp. yang telah disiapkan kemudian diamati dengan
menggunakan mikroskop dari perbesaran lemah hingga kuat. Setelah jaringan
akar dan batang tampak, digambar dan diberi keterangan dan ditulis bagianbagian dari jaringan tersebut serta tipe ikatan pembuluhnya. Untuk preparat segar,
batang dari masing-masing tanaman yaitu batang dikotil Artocarpus integra dan
batang monokotil Cyperus sp. yang telah disiapkan disayat setipis mungkin dan
diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan akuades. Lalu diamati di bawah
mikroskop dari perbesaran lemah hingga kuat. Jaringan batang yang telah
ditemukan, digambar dan diberi keterangan serta ditulis bagian-bagian dari
jaringan tersebut serta tipe ikatan pembuluhnya.
Keterangan :
1. Epidermis
2. Floem
3. Xilem
4. Korteks
5. Empulur
Tipe Kolateral : Tertutup
Keterangan :
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
Tipe Kolateral : Terbuka
Keterangan :
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
4. Xilem
5. Floem
6. Empulur
Tipe Kolateral : Terbuka
Keterangan :
1. Epidermis
2. Endodermis
3. Floem
4. Xilem
5. Korteks
Tipe Kolateral : Tertutup
Keterangan :
1. Epidermis
2. Endodermis
3. Floem
4. Xilem
5. Empulur
Tipe Kolateral : Tertutup
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Epidermis
Korteks
Endodermis
Xilem
Empulur
Floem
Kambium
jaringan dasar atau korteks. Didekat bagian berkas pembuluh terdapat endodermis
yang dapat menyokong bagian pembuluh pengangkut. Ikatan pembuluhnya juga
terlihat jelas, dimana antara kambium, xylem dan floem telah terpisah dan dapat
diamati dengan jelas. Pada akar Helianthus sp. memiliki bagian yang seperti
batang monokotil yaitu terdapat penyebaran yang tidak merata dalam penyebaran
sistem pengangkutan. Pada batang Zea mays memiliki sebaran berkas pembuluh
yang tidak jelas dan tidak memiliki kambium.
Tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil memiliki
perbedaan, yaitu pada batang dikotil tersusun pada suatu berkas berbentuk bulat
dan tertutup. Berhubungan satu sama lainnya dengan ikatan kambium, dengan
demikian sering disebut kolateral tertutup. Sedangkan pada batang monokotil
terdapat sebaran yang tidak beraturan yang saling berhubungan didalam
sitoplasma dan dinamakan tipe kolateral terbuka.
Pada batang dikotil memiliki tipe stele, yaitu eustele, sifonostele ektofloik,
dan sifonostele amfifloik. Stele merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis
terluar dari stele disebut perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele
disebut tipe kolateral yang artinya xylem dan floem. Letak saling bersisian, xylem
di sebelah dalam dan floem sebelah luar. Antara xylem dan floem terdapat
kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Pada tumbuhan Dikotil, kayunya keras dan
hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terusmenerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, pada musim
kering tidak terjadi pertumbuhan jadi pertumbuhannya menebal. Pada sediaan
segar yang diambil yaitu batang dari Arthocarpus integra dan batang dari
Cyperus sp..
Pada pengamatan batang dikotil Arachis hypogaea, praktikan
mendapatkan hasil gambar susunan jaringan yang melintang sehingga tidak
terlihat seluruhnya. Yang terlihat hanya bagian epidermis, korteks, dan
endodermis. Hal ini membuat praktikan sulit menentukan tipe kolateral pada
batang dikotil yang diamati. Namun berdasarkan literatur yang didapat
menyatakan bahwa batang dikotil mempunyai tipe kolateral terbuka.
Menurut (Soerodikoesoemo,1993) pada gambar irisan melintang akar
dalam keadaan primer bagian penyusun strukturnya antara lain bulu akar,
epidermis, korteks, endodermis, floem primer, xylem primer. Hal ini juga
disebabkan karena kurang ketelitian pada saat melakukan pengamatan.
Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem,
xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak
yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan,
bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut ( Campbell, 2003 ) Perbedaan antara akar dikotil dan monokotil
adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas
pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan
bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang
dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada
korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar
tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai.
Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks,
floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu
epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada
objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu
xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar
(tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini
sesuai dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele monokotil
terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang
artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil
tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan
menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan
pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem
apikal ( protoderm, ground meristem, dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan
epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan
kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan melintang batang monokotil yang
khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang
tersebut, dimana berkas pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur.
Masing-masingnya dikelilingi sebuah seludang sel. Sedangkan pada irisan
melintang batang dikotil herba yang khas. Pada gambar yang di kajian pustaka
mengenai irisan melintang dikotil ini, berkas pembuluh membentuk sebuah cincin
dengan empulur dibagian dalam dan korteks ( khususnya dengan sel kolenkima
yang bersudut tebal pada irisan melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem
berada disebelah dalam floem.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik
pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya
beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau
tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.
2. Bagaimana air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas) melalui dinding
selnya.
3. Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab : Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis,
kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu
melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat).
Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh
xilem dan diangkut ke daun.
4. Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada
awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan
dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan
pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta
ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di
amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar
tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila
dibandingkan dengan awetan kering.