Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility
OLEH
MUKTI ASIH
H14103026
RINGKASAN
tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, memiliki penghasilan bersih usaha 2-10
juta per bulan, dan memiliki pengalaman usaha selama dua tahun. Faktor yang
berpengaruh nyata dalam pengembalian kredit pada program kemitraan CSR PT.
Telkom Divre II Jakarta adalah jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan
bersih, dummy bencana (force major), dan dummy penghasilan lain di luar usaha.
Saran yang diajukan kepada PT. Telkom Divre II Jakarta untuk lebih
meningkatkan kemampuan mitra binaan dalam mengembalikan kredit yaitu
dengan memberikan kredit pinjaman dengan tingkat suku bunga yang kecil. Selain
itu, pihak PT. Telkom Divre II Jakarta sebaiknya memantau penghasilan bersih
usaha melalui laporan keuangan yang dilaporkan setiap tiga bulan sekali.
Oleh
MUKTI ASIH
H14103026
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
: Mukti Asih
: H14103026
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
PERNYATAAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
Mukti Asih
H14103026
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha
Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus: PT.
Telkom Divre II Jakarta). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini dengan rasa tulus dan hormat penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak, Ibu dan Kakak-kakak tercinta serta seluruh keluarga
atas segala doa dan kasih sayangnya, Henny Reinhardt, S.P., M. Sc. selaku dosen
pembimbing atas segala bantuan dan bimbingannya, Dr. Sri Mulatsih selaku
dosen penguji dan Fifi Diana Tamrin, M. Si. selaku komisi pendidikan atas segala
saran dan masukannya, seluruh staff Telkom CDC Divre II Jakarta atas bantuan
dan masukan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
Desy, Oppie, Dp, Prima, Tanti, dan Ponytailers (Yuliz, Santy, MAyu, MIntan,
Po2n, Pu2t, Ana, dan Uut), dan Feri yang senantiasa membantu, menghibur dan
memberikan motivasi kepada penulis sampai dengan skripsi ini dapat
terselesaikan, Rekan-rekan departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40, Tyas, Nadia,
Mega, Aci, Depi, Deson, yang senantiasa membantu penulis dalam bertukar
pikiran selama proses pengerjaan skripsi sampai dengan skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang semata- mata
ditujukan untuk memperbaiki berbagai kelemahan yang ada sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2007
Mukti Asih
H14103026
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mukti Asih, lahir pada tanggal 10 Januari 1985 di Bekasi,
Jawa Barat. Penulis merupakan anak kelima dari pasangan T. Pramono dan Parti.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Jatiwaringin II
Bekasi. Lulus dari SD penulis melanjutkan ke tingkat SLTP di SLTPN 6 Bekasi
pada tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis berhasil diterima di SMUN 5 Bekasi
dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi tempat untuk menggali ilmu dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh penulis. Penulis berhasil masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Departemen ini kemudian berganti nama menjadi Departemen Ilmu Ekonomi
pada tahun 2004. Penulis menjalani masa perkuliahan dengan bergabung dalam
beberapa organisasi diantaranya: HIPOTESA dan Rohis Ekbang Angkatan 40.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................
2.2. Manfaat Kredit Bagi Usaha Kcil dan Menengah (UKM) ...............
12
13
14
18
22
22
22
22
23
25
25
26
26
27
27
28
28
28
29
29
31
31
33
35
39
41
43
4.3.2
45
46
48
49
49
51
56
6.1. Kesimpulan.......................................................................................
56
6.2. Saran................................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
58
LAMPIRAN....................................................................................................
61
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
4.1. Jumlah Pinjaman Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta ...37
4.2. Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan PT. Telkom Divre II
Jakarta.....................................................................................................38
4.3. Jumlah Pinjaman dan Tingkat Suku Bunga yang Diberikan oleh
PT. Telkom Divre II Jakarta pada Program Kemitraan.........................38
4.4. Dana Program Bina Lingkungan yang Disalurkan oleh PT. Telkom
Divre II Jakarta ......................................................................................43
5.1. Analisis Crosstabulation Usia dan Pengembalian Kredit ....................48
5.2. Analisis Crosstabulation Tingkat Pendidikan dan Pengembalian
Jakarta..................................................................................................... 49
5.3. Analisis Crosstabulation Jumlah Tanggungan Keluarga dan
Pengembalian Kredit .............................................................................. 49
5.4. Analisis Crosstabulation Penghasilan Bersih Usaha dan
Pengembalian Kredit ..............................................................................49
5.5. Analisis Crosstabulation Pengalaman Usaha dan Pengembalian
Kredit......................................................................................................52
5.6. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan
Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social
Responsibility (CSR).............................................................................53
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam perekonomian Indonesia kelompok pelaku ekonomi terbesar
merupakan ekonomi rakyat kecil. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
merupakan salah satu bentuk pelaku ekonomi rakyat kecil. Perekonomian rakyat
kecil diartikan sebagai pelaku ekonomi dengan pemilikan aset yang sedikit, skala
usaha kecil dan tingkat pendidikan yang masih rendah, sehingga kurang memiliki
akses dalam kegiatan ekonomi yang sedang berkembang. Keadaan ekonomi dan
pemilikan aset yang terbatas ini menyebabkan sulitnya memperoleh akses
terhadap sumberdaya modal sehingga tidak dapat berusaha pada bidang yang
sesuai dan menguntungkan apalagi dalam keadaan pasar yang semakin kompetitif.
Berdasarkan rantai ekonomi, modal akan menghasilkan pendapatan.
Apabila pemilikan modal serta ketrampilan rendah, maka mengakibatkan
rendahnya tingkat produktifitas, yang pada gilirannya menghasilkan tingkat
pendapatan dan investasi yang rendah pula (Kasryno dan Colter, 1986).
Sedangkan menurut Mubyarto dan Soetrisno (1986), permodalan adalah salah satu
unsur essensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup
masyarakat. Padahal sampai saat ini modal masih merupakan masalah yang
dihadapi pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya. Terkait dengan hal
ini, kredit merupakan alat bantu untuk menciptakan modal, sementara perolehan
kredit yang dapat membantu mengatasi kekurangan modal masih sulit diperoleh.
Kesulitan ini disebabkan oleh prosedur dan persyaratan administrasi seperti
BUMN
yaitu
Kep-236/MBU/2003.
Dalam
Kep-236/MBU/2003
1.2.
Perumusan Masalah
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) merupakan salah satu
BUMN yang menjalankan program CSR. Program CSR yang dijalankan Telkom
antara lain pemberian dana bergulir kepada usaha kecil, dan juga bantuan yang
bersifat hibah (Charity). Program CSR yang dijalankan oleh Telkom didasari oleh
Keputusan Menteri BUMN Kep-236/MBU/2003. Dimana dalam rangka
mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya
pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha
dan
pemberdayaan
memberdayakan
dan
masyarakat,
diperlukan
mengembangkan
kondisi
partisipasi
ekonomi,
BUMN
untuk
kondisi
sosial
masyarakat dan sekitarnya melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil
dan program bina lingkungan.
Keberhasilan Telkom dalam melaksanakan program CSR dapat dilihat dari
penganugrahan berupa penghargaan CSR Award 2005 sebagai terbaik kedua
untuk Bidang Usaha Jasa (service), yang diselenggarakan oleh Majalah SWA, PT.
Surindo Utomo, Markplus & Co dan Corporate Form for Community
Development (CFCD). Penganugrahan yang didapat oleh Telkom dalam
menjalankan program CSR ini dikarenakan hingga triwulan III tahun 2005,
Telkom telah menyalurkan dana kepada 21.793 Mitra Binaan di seluruh Indonesia
dengan total anggaran sebesar Rp 298,05 milyar. Selama triwulan tiga tahun 2005
Community Development Center (CDC) menyalurkan Rp 83,65 miliar untuk
program kemitraan dan Rp 15,01 miliar untuk program bina lingkungan. Program
kemitraan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan good corporate citizenship
meliputi kemitraan bidang jasa (32,34%), perikanan (3,83%), peternakan (4,19%),
pertanian (2,28%), perdagangan (35,01%), industri (18,93%), dan lain- lain (3%)
(PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk., 2005)
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Telkom
khususnya pada PT. Telkom Divre II Jakarta sebagai masukan dalam penyusunan
kebijakan penge mbangan program kemitraan ya ng merupakan salah satu program
CSR Telkom, yang diberikan kepada pengusaha kecil. Selain itu penulis
mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian
selanjutnya, serta memberi manfaat berupa informasi dan masukan yang berguna
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
1.5.
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengusaha kecil yang
2.1.
lainnya
dalam
upaya
mendukung
perusahaan
umum (public
service
obligation) adalah
kegiatan
untuk
biaya
perseroan
yang
insentif sebagai imbalan, CSR tentunya akan dilaksanakan dengan baik dan benar
(Kompas, 2007).
2.2.
Kepercayaan, suatu keyakinan dari pemberi kredit baik berupa uang, barang
atau jasa yang diberikan dan akan benar-benar diterima kecuali di masa yang
akan datang.
Waktu, yaitu masa yang membatasi antara saat pemberian kredit prestasi dan
pengembaliannya akan diterima pada waktu tertentu.
Prestasi atau objek kredit tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam
bentuk barang dan jasa.
Tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu
yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan
diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan akan semakin besar
resikonya karena adanya ketidakpastian di masa yang akan datang.
Kuntjoro (1983), kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam
2.3.
yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau
dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Definisi
UKM yang diberikan oleh beberapa lembaga, yaitu:
1. UU No. 9 Tahun 1995.
Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau yang memiliki omzet paling
banyak Rp. 1 milyar per tahun dan milik Warga Negara Indonesia.
2.4.
Penelitian terdahulu
Sebagaimana sudah dikemukakan, bahwa masalah yang dihadapi oleh
Bank dan Lembaga Keuangan lainnya adalah dalam hal pengembalian kredit yang
dipinjamkan pada pengusaha kecil sebagai modal dalam menjalankan usahanya.
Penelitian Kuntjoro (1983), mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi
pembayaran kembali kredit Bimas Padi dengan melakukan studi kasus di
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian
kredit diklasifikasikan menjadi empat faktor yaitu faktor pribadi petani yang
meliputi umur, pendidikan, jumlah jiwa dalam keluarga dan pengalaman
berusahatani; faktor situasi penunjang yang meliputi tagihan langsung dan status
garapan; faktor situasi ekonomi yang meliputi luas sawah garapan; faktor kondisi
finansial seperti besarnya rasio pinjaman dengan penerimaan, rasio penerimaan
dengan pengeluaran. Kesimpulan yang diperoleh adalah faktor-faktor yang
berpengaruh positif pada pengembalian kredit terdiri dari lama petani mengikuti
program Bimas, adanya tagihan aktif dari petugas kredit, adanya tambahan
penerimaan petani serta adanya status bagi hasil. Sedangkan faktor- faktor yang
berpengaruh negatif adalah tingginya pengeluaran konsumsi keluarga dan makin
besarnya jumlah kredit Bimas yang diperoleh.
Penelitian
Prasetyo
(1996),
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
pada
nasabah
BPR
Batuceper,
Tangerang.
Faktor- faktor
yang
dalam studinya yaitu jumlah pinjaman, jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran
keluarga, biaya transportasi, borrowing cost, tingkat pendidikan formal, intensitas
hubungan dengan pengurus, jangka waktu pengembalian kredit, dan juga variabel
dummy berupa penggunaan kredit. Berdasarkan nilai koefisien regresi yang
diperoleh diketahui bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap tingkat
pengembalian kredit adalah jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran keluarga,
borrowing cost, tingkat pendidikan dan jenis penggunaan kredit. Sedangkan
variabel yang berpengaruh negatif adalah jumlah pinjaman, biaya transportasi,
intensitas hubungan dengan pengurus, serta jangka waktu pengembalian kredit.
Dalam penelitian Hidayati (2003), menganalisis perilaku pengusaha kecil
dan menengah dalam menggunakan dan mengembalikan kredit dengan melakukan
studi kasus pada pengusaha kecil menengah yang mengambil kredit umum
pedesaan di BRI unit pasar Blok A Kebayoran Baru, Jakarta. Dalam studinya
dijelaskan bahwa
Dalam
studi
Priarnani
(2005),
menganalisis
faktor- faktor
yang
Kerangka Pemikiran
CSR
PT.Telkom Divre II
Jakarta
PKBL
Program
Kemitraan
Penyaluran Kredit
Dana Bergulir
Charity
(Bantuan)
Pengusaha
Kecil
5 Asnaf (Sasaran
program Bina
Lingkungan )
Pengembalian
Kredit
Karakteristik
Crosstabs
Program Bina
Lingkungan
Lancar:
Lunas dan
Lancar
Tidak Lancar:
Kurang Lancar,
Diragukan, dan
Macet
Model Binary
(Probit)
Ket:
Alur Penelitian
Tidak dibahas
BUMN
harus
ditingkatkan
untuk
memberdayakan
dan
bersama.
Klasifikasi
angsuran
diragukan
apabila
terjadi
keterlambatan
pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari
tangga l jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama. Sedangkan klasifikasi angsuran macet apabila terjadi
keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan perjanjian
yang telah disetuji bersama
Program bina lingkungan merupakan program CSR yang bersifat hibah
(Charity) yang diberikan oleh PT.Telkom Divre II Jakarta kepada masyarakat.
Program Bina Lingkungan yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II mengacu
pada 5 Asnaf (sasaran Program Bina Lingkungan) yaitu bantuan untuk bencana
alam, bantuan untuk pelatihan dan pendidikan, bantuan untuk kesehatan
masyarakat, bantuan untuk sarana umum, dan bantuan untuk sarana ibadah.
Dalam penelitian ini Program Bina Lingkungan tidak dibahas secara mendalam
(hanya dibahas dalam gambaran umum).
III.
3.1.
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.
Metode Penelitian
(3.1)
Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linear dari variabel yang menjelaskan Xi (Yi/
Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu.
Sedangkan menurut Koop (2003), model Probit digunakan ketika variabel
dependent-nya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika
individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan
dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i dan Uji (Untuk J =
0,1). Individu akan memilih 1 jika U1i > U0i dan sebaliknya jika pilihannya 0.
Dengan demikian pilihan tergantung dari perbedaan utilitas. Model Probit
(3.2)
Ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang
sebenarnya dibuat oleh individu i.
Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi.
Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variabel dummy Y yang didefinisikan
sebagai berikut:
Y = 1 jika Yi* > 0
Y = 0 jika sebaliknya
Prob (Yi = 1) = Prob (U i > - Xi)
= 1 F (- Xi)
(3.3)
(3.4)
3.3.
dikembalikan oleh mitra binaan dilihat dari pokok pinjaman kredit beserta
bunganya serta waktu pengembalian kredit. Mitra binaan yang diambil adalah
mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta yang masih akses terhadap kredit.
Tingkat pengembalian kredit dalam penelitian ini dilihat berdasarkan lancar dan
tidak lancarnya pengembalian kredit yang dilakukan oleh mitra binaan. Dimana
dalam penelitian ini nilai 1 untuk tingkat pengembalian kredit lancar dan nilai 0
untuk tingkat pengembalian kredit tidak lancar.
Dengan demikian tingkat suku bunga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengembalian. Satuan yang digunakan adalah persen.
3.3.6. Usia
Usia mempengaruhi keberanian mitra binaan dalam mengambil keputusan,
dengan meningkatnya usia akan mempengaruhi kematangan dalam berpikir dan
bertindak, sehingga dapat mengambil keputusan secara rasional. Dengan demikian
meningkatnya usia mitra binaan, diduga berpengaruh positif terhadap tingkat
pengembalian kredit. Satuan yang digunakan adalah tahun.
pengusaha maka akan semakin baik dalam mengelola usahanya. Dengan demikian
tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian
kredit. Satuan yang digunakan adalah tahun. Dimana untuk SD=6 tahun, SMP=9
tahun, SMA=12 tahun,, D3=15 tahun, S1=16 tahun, S2=18 tahun dan S3=22
tahun.
diperoleh mitra binaan maka akan semakin kecil kemungkinan untuk menunggak.
Variabel ini diukur dari ada atau tidaknya pendapatan lain diluar usaha yang
dijalankan oleh mitra binaan, D2i akan bernilai satu apabila mitra binaan memiliki
pendapatan diluar usaha yang dijalankannya, dan D2i akan bernilai nol jika mitra
binaan tidak memiliki pendapatan di luar usaha yang dijalankan.
4.1.
Responsibility
(CSR)
PT.
Corporate
Social
Responsibility,
yaitu
berperan
aktif
dalam
Manager Telkom
Community
Development Center
Divre II
Assman
(Assisten Manager)
Program Kemitraan
Assman
(Assisten Manager)
Program Bina
Lingkungan
Assman
(Assisten Manager)
Pengelolaan
Administrasi dan
Keuangan
Officer-2 Program
Kemitraan
Officer-3 Program
Kemitraan
Officer-2 Program Bina
Lingkungan
Officer-2 Program Bina
Lingkungan
Officer-2 Sekretariat &
Administrasi Umum
Officer-2 Keuangan
Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 program CSR yang
dijalankan oleh Telkom masih bersifat side-job atau kelompok kerja yang
dijalankan di Daerah Telekomunikasi (Datel) masing- masing. Sedangkan pada
awal 2004 sampai dengan sekarang program CSR yang dijalankan oleh Telkom
sudah menjadi unit kerja yang bernama Community Development Center (CDC)
atau Comdev, secara organisasi program CSR yang dijalankan oleh Telkom
merupakan suatu unit yang berada di perusahaannya, dimana sudah dijabat oleh
Senior General Manager (SGM). Untuk di Divisi Regionalnya sendiri
dikomandani oleh seorang manajer yang berada dibawah SGM Affair.
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa tugas Manajer Unit CDC
Divisi regional (Divre) II adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan
implementasi program kemitraan dan bina lingkungan, serta melaporkan kepada
Kepala Divre II Jakarta dan Kepala Pusat Telkom CDC. Dimana dalam
melaksanakan tugasnya Manajer Unit CDC Divre II dibantu oleh Assisten
Manager (Assman) program kemitraan (Officer I Small Medium Enterprise),
Assman program bina lingkungan (Officer I Community Responsibility), dan
Assman pengelolaan administrasi & keuangan (Officer I Admintration &
Financial).
Dalam melaksanakan tugasnya Assman program kemitraan (Officer I
Small Medium Enterprise) dibantu oleh Officer-2 program kemitraan, dan Officer3 program kemitraan. Adapun tugas dari Assman Program Kemitraan adalah
melapor kepada Manager unit Telkom CDC dan menerima laporan dari Officer-2
dan Officer-3 program kemitraan; dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
program kemitraan mulai dari evaluasi proposal calon mitra binaan, membuat
rekomendasi kepada Manager Unit atas proposal yang masuk, mengkoordinir
penyiapan dan penyaluran dana program kemitraan, memantau dan membina
mitra binaan dan melakukan pengawasan atas pengembalian dana program
kemitraan seluruh mitra binaan di Divre II Jakarta, dan membuat laporan
pelaksanaan program kemitraan.
Assman program bina lingkungan (Officer I Community Responsibility)
bertugas melapor kepada Manager Unit Telkom CDC dan menerima laporan dari
officer-2 dan officer-3 program bina lingkungan; dan bertanggung jawab atas
koordinasi pelaksanaan program bina lingkungan mulai dari evaluasi proposal
bantuan bina lingkungan hingga persiapan dan pelaksanaannya.
Assman pengelolaan administrasi dan keuangan bertugas melapor kepada
Manager Unit Telkom CDC dan menerima laporan dari Officer-2 Sekretariat &
Administrasi Umum, dan Officer-2 Keuangan; dan bertanggung jawab atas
penyelenggaraan penyaluran (transfer) dana program kemitraan dan bina
lingkungan serta menerima pengembalian dana program kemitraan, akuntansi
operasi dan analisa keuangan serta penyajian data atau laporan keuangan yang
akurat dan tepat waktu sebagai gambaran performa nsi keuangan program
kemitraan dan bina lingkungan, guna pengambilan keputusan bagi manajemen.
Tujuan pembentukan Telkom CDC ini adalah agar aktifitas pengelolaan
program kemitraan dan bina lingkungan ini dapat berjalan secara sistematis,
efektif, dan efisien di lingkungan Telkom melalui optimalisasi pembagian
aktifitas, penetapan ukuran unit bisnis, serta pendelegasian kewenangan sehingga
4.3.
Jakarta telah menyalurkan kredit dana bergulir kepada pengusaha kecil sebesar
33,633 milyar rupiah.
Tabel 4.1. Jumlah Pinjaman Program Kemitraan PT. Telkom Divre II
Jakarta
Jumlah Pinjaman (Juta Rupiah)
Datel
2006
2002
2003
2004
2005
(TW1)
Jakarta Pusat
400
240
732
913
195
Jakarta Barat
290
620
714
1.192
210
Jakarta Selatan
465
671
1.405
2.100
565
Jakarta Timur
615
740
979
1.705
460
Jakarta Utara
206
570
786
1.533
425
Tangerang
1.715
1.316
2.419
1.215
200
Bogor
679
299
1.111
2.114
300
Bekasi
410
470
675
1.679
300
Jumlah
4.780
4.926
8.821
12.451
2.655
Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2007).
PT. Telkom Divre II Jakarta memiliki delapan Datel yaitu Jakarta Pusat,
Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Tangerang, Bogor,
dan Bekasi. Besarnya jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II
Jakarta pada setiap Datel berbeda-beda, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah
pengusaha kecil yang berhasil menjadi mitra binaan pada Datel yang terdapat
pada PT. Telkom Divre II Jakarta.
Pada tahun 2002 sampai dengan triwulan satu 2006 jumlah pinjaman yang
paling besar diberikan kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT.
Telkom Divre II Jakarta yang terdapat pada Datel Tanggerang, kecuali pada tahun
2005 jumlah pinjaman yang paling besar diberikan pada Datel Bogor. Besarnya
jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada
pengusaha kecil dan koperasi setiap tahunnya ditentukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dan juga dilihat dari laba yang diperoleh oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Tabel 4.2. Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan PT. Telkom Divre II
Jakarta
Jumlah Mitra Binaan (Orang)
Datel
2006
2002
2003
2004
2005
(TW1)
Jakarta Pusat
7
16
31
77
5
Jakarta Barat
36
49
69
62
6
Jakarta Selatan
26
40
91
113
34
Jakarta Timur
49
60
66
98
15
Jakarta Utara
12
32
48
104
29
Tangerang
141
151
172
81
11
Bogor
42
41
61
127
9
Bekasi
23
29
40
114
22
Jumna
336
418
578
776
131
Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2007).
Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 sampai dengan
triwulan satu 2006, PT. Telkom Divre II Jakarta telah menyalurkan pinjaman
kepada 2.239 pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II
Jakarta. Besarnya jumlah pengusaha kecil yang berhasil menjadi mitra binaan PT.
Telkom Divre II Jakarta pada setiap Datel berbeda-beda. Perbedaan jumlah mitra
binaan pada setiap Datel dikarenakan banyaknya pengusaha kecil yang
mengajukan permohonan kredit pada setiap Datel berbeda-beda. Datel yang
memiliki jumlah mitra binaan terbesar dikarenakan banyaknya jumlah pengusaha
kecil yang mengajukan kredit pada PT. Telkom Divre II Jakarta yang terdapat
pada Datel tersebut.
Tabel 4.3. Jumlah Pinjaman dan Tingkat Suku Bunga yang Diberikan oleh
PT. Telkom Divre II Jakarta pada Program Kemitraan
Jumlah Pinjaman
Tingkat Suku Bunga
(Juta Rupiah)
(Persen)
s/d 10
6
> 10 30
8
> 30 50
10
> 50
12
Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2003).
dilakukan kepada calon mitra binaan untuk menjadi mitra binaan. Namun, untuk
calon mitra binaan yang tidak diterima usulan penetapannya karena verifikasi
dananya tidak tersedia, maka usulan calon mitra binaan tersebut masuk ke dalam
database daftar tunggu.
Dengan ditetapkannya usulan penetapan karena tersedianya verifikasi
dana, oleh Telkom CDC, kemudian usulan penetapan tersebut juga diserahkan
oleh Direktur Sumber Daya Manus ia (SDM). Penetapan atas usulan tersebut
dilakukan oleh Direktur SDM. Apabila usulan penetapan tersebut disetujui oleh
Direktur
SDM
maka
pemberitahuan
kepada
calon
mitra
binaan dan
merupakan persetujuan antara calon mitra binaan dengan unit CDC dilakukan
dengan melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS). Adapun isi dalam PKS tersebut
memuat mengenai nama dan alamat unit pengelola program kemitraan serta
alamat mitra binaan, hak dan kewajiban masing- masing pihak yang melakukan
perjanjian, jumlah pinjaman dan peruntukkannya dan syarat-syarat pinjaman
(jangka waktu pinjaman, bunga pinjaman, jadwal angsuran, dan besarnya
angsuran per bulan). Apabila PKS tesebut telah disetujui oleh kedua belah pihak
maka proses transfer dana pun dilakukan kepada mitra binaan melalui Bank yang
ditunjuk oleh unit CDC.
Reminding Call secara rutin, reminding call ini dilakukan tidak hanya kepada
MB yang menunggak tetapi juga kepada MB yang dalam pembayarannya
lancar untuk mengingatkan agar tidak telat dalam membayar angsuran.
Reminding call dilakukan dengan menghubungi MB melalui pesawat telepon.
Pada Tabel 4.4. dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2004 sampai dengan
2006 PT. Telkom Divre II Jakarta telah menyalurkan dana untuk program bina
lingkungan sebesar 3,444 milyar rupiah. Dana program bina lingkungan PT.
Telkom Divre II Jakarta digunakan untuk tujuan yang dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat di wilayah usaha PT. Telkom Divre II Jakarta dalam bentuk
Bantuan Korban Bencana Alam (BBA) sebesar 20 persen, Bantuan Pendidikan
dan atau Pelatihan (BPP) sebesar 50 persen, Bantuan Kesehatan Masyarakat
(BKM) sebesar 20 persen, Bantuan Pengembangan Sarana dan Prasana Umum
(BSU) sebesar 5 persen, dan Bantuan Sarana Ibadah (BSI) sebesar 5 persen.
Untuk itu Dana Program Bina Lingkungan terbesar setiap tahunnya yang
disalurkan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta adalah untuk kegiatan pendidikan
dan
dilakukan survei terlebih dahulu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di masingmasing Divisi atau Kandatel (Kantor Daerah Telekomunikasi).
5.1.
Klasifikasi
angsuran
diragukan
apabila
terjadi
keterlambatan
pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama. Sedangkan klasifikasi angsuran macet apabila terjadi
keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan perjanjian
yang telah disetuji bersama.
Dalam penelitian ini pengembalian kredit dibagi menjadi dua yaitu
pengembalian kredit lancar dan tidak lancar. Unuk pengembalian kredit lancar
terdiri dari klasifikasi angsuran lunas dan lancar, sedangkan pengembalian kredit
tidak lancar terdiri dari klasifikasi angsuran kurang lancar, diragukan, dan macet.
Berdasarkan hasil case prossesing summary menunjukkan bahwa dari 66 data
tidak ada data yang hilang (missing), dengan ketepatan (valid) sebesar 100 persen
(Lampiran 2).
5.1.1. Usia
Berdasarkan Gambar 5.1. usia yang menjadi mitra binaan PT. Telkom
Divre II Jakarta pada Datel Bogor, paling muda berusia 24 tahun dan usia tertua
58 tahun. Besarnya jumlah usia termuda dan tertua adalah sebesar 1,52 persen.
Sedangkan dari 66 mitra binaan yang dijadikan sampel, jumlah mitra binaan yang
berusia 45 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan mitra binaan lainnya dengan
tingkat persentase yaitu sebesar 16,67 persen.
Gambar 5.1. Usia Mitra Binaan Datel Bogor PT.Telkom Divre II Jakarta
Untuk mempermudah melihat pengembalian kredit berdasarkan usia mitra
binaan maka usia mitra binaan dibagi menjadi enam kelas yaitu 24-29 tahun, 3035 tahun, 36-41 tahun, 42-47 tahun, 48-53 tahun, dan 54-59 tahun. Berdasarkan
Tabel 5.1. mayoritas usia pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada Datel
Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta berusia 42-47 tahun yaitu sebesar 23 MB. Bila
dilihat berdasarkan pengembalian kredit, pengusaha kecil yang berusia 42-47
memiliki tingkat pengembalian tidak lancar yaitu sebanyak 12 mitra binaan.
Sedangkan pada usia 30-35 tahun memiliki pengembalian kredit lancar terbesar
yaitu sebesar 10 mitra binaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mitra
binaan yang berusia 30-35 tahun cenderung memiliki tanggung jawab yang besar
untuk mengembalikan kredit dibandingkan dengan usia yang lainnya.
6
9
15
23
9
4
66
dan Pengembalian
Total
3
13
10
8
34
10
19
25
12
66
dengan biaya-biaya lainnya. Dari 66 sampel mitra binaan paling besar memiliki
penghasilan bersih 15 juta dengan tingkat persentase sebesar 18,18 persen.
Gambar 5.2. Penghasilan Bersih Usaha Mitra Binaan Datel Bogor PT.
Telkom Divre II Jakarta
Untuk mempermudah pengolahan dalam melihat penghasilan bersih yang
diperoleh oleh mitra binaan dan pengembalian kredit, penghasilan bersih ini
dibagi menjadi empat kelas yaitu < 2 juta, 2-10 juta, 11-19 juta, dan = 10 juta.
Berdasarkan Tabel 5.3 penghasilan bersih yang dimiliki oleh pengusaha kecil
paling banyak rata-rata berkisar antara 2-10 juta yaitu sebanyak 36 orang dan
paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Berdasarkan jumlah mitra
binaan yang memiliki penghasilan bersih < 2 juta yaitu 14 mitra binaan
seluruhnya memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tingginya penghasilan usaha yang diterima oleh
pengusaha kecil maka semakin besar pula pengembalian kreditnya.
Tabel 5.3.
Tidak Lancar
14
16
2
0
32
Bersih
Usaha
dan
Total
Lancar
0
20
12
2
34
14
36
14
2
66
dan Pengembalian
Total
13
4
7
10
34
23
21
11
11
66
terdapat dalam model sebesar 56,09 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Nilai Probability (LR stat) sebesar 7,54 x 10-10 . Nilai ini lebih kecil dari
taraf nyata yang digunakan (a = 5 persen), jika H0 = variabel- variabel bebas tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dan H1 = variabel- variabel bebas
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas, karena 7,54 x 10-10 < 0,05 maka
tolak H0 . Hal ini berarti secara bersama-sama variabel- variabel bebas berpengaruh
nyata terhadap variabel tidak bebas (lancar atau tidak lancar).
Tabel 5.6. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penge mbalian
Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate
Social Responsibility (CSR)
Variabel
Koefisien
Probabilitas
Besarnya Pinjaman (X1i)
1.54E-07
0.0248
Tingkat Suku Bunga (X2I)
-1.235433
0.0298
Penghasilan Bersih (X4i)
2.68E-07
0.0001
Dummy Force Major (D1i)
-2.481627
0.0024
Dummy Pendapatan di Luar Usaha (D2i)
-2.420340
0.0127
Probability (LR stat)
7.54E-10
Mc Fadden R-square
0.560946
Sumber: Lampiran 3.
Tingkat suku bunga (X2i) berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf
nyata lima persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan
meningkatnya tingkat suku bunga maka peluang pengembalian kredit lancar
semakin kecil. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap pangembalian
kredit karena dengan meningkatnya suku bunga akan menambah beban yang
harus ditanggung oleh pengusaha kecil.
Penghasilan bersih (X4i) berpengaruh positif dan signifikan pada taraf
nyata lima persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan
meningkatnya penghasilan bersih mitra binaan maka peluang pengembalian kredit
lancar semakin besar. Penghasilan bersih adalah penghasilan yang diperoleh mitra
binaan dalam menjalankan usahanya setelah disisihkan dengan biaya-biaya
lainnya. Meningkatnya penghasilan bersih usaha mitra binaan akan dapat
meningkatkan pengembalian kredit hal ini dikarenakan kemampuan untuk
membayar atau mengangsur kredit tersebut dapat dilakukan oleh mitra binaan,
dimana angsuran yang dilakukan oleh mitra binaan diambil dari sebagian hasil
usaha yang didapat oleh pengusaha kecil.
Dummy bencana atau force major (D1i) berpengaruh negatif dan signifikan
pada taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan
adanya bencana ya ng dialami oleh mitra binaan maka peluang pengembalian
kredit lancar akan semakin kecil. Bencana adalah musibah yang menimpa mitra
binaan yang mempengaruhi jalannya usaha, dan akan berpengaruh terhadap
penghasilan yang diperoleh oleh pengusaha. Bencana yang dimaksud seperti
kebanjiran, kebakaran, pencurian atau perampokan, sakit dan kematian.
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pene litian ini maka dapat disimpulkan bahwa:
6.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diajukan kepada PT.
DAFTAR PUSTAKA
Mubyarto, dan L. Soetrisno. 1986. Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan. Makalah
Seminar Proyek Penelitian. Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan. LPPI.
Bogor.
Nursahid, F. 2006. Praktik Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis terhadap
Model Kedermawanan PT. Krakatau Steel, PT. Pertamina dan PT.
Telekomunikasi Indonesia. Jurnal Filontropi dan Masyarakat Madani, 1: 521.
Prasetyo, A. B. 1996. Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengembalian Kredit pada Usaha Kecil (Kasus BPR Batuceper, Tangerang).
[Skripsi]. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB,
Bogor.
Priarnani, N. E. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola
Pengembalian Kredit Pembinaa Peningkatan Usaha Pendapatan PetaniNelayan Kecil (P4K) (Studi Kasus di Kabupaten Tuban, Jawa Timur).
[Skripsi]. Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB.
Bogor.
PT. Telkom Divre II Jakarta. 2003. Jumlah Pinjaman dan Tingkat Suku Bunga
yang Diberikan oleh PT.Telkom Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta,
Jakarta.
_______________. 2003. Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir pada
Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta,
Jakarta.
________________. 2007. Dana Program Bina Lingkungan yang Disalurkan
oleh PT. Telkom Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta, Jakarta.
_______________. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambalian
Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social
Responsibility (CSR). Telkom Divre II Jakarta, Jakarta.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. 2005. Telkom Raih CSR Award 2005.
http://www.telkom.co.id/telkom-peduli/pembinaan-usaha-kecil/penataan-csrtelkom.html [29 Desember 2005].
Renggani, W. T. 1998. Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengembalian Kredit (Studi Kasus pada BMT Ulil Albab, Bogor). [Skripsi].
Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Robbins, S. P dan M. Coulter. 2004. Manajemen. Hermaya dan Slamet
[penerjemah]. Indeks Group Gramedia, Jakarta.
Rudjito. 2003. Sinergi Kebijakan dalam Mendorong Pertumbuhan Usaha Mikro
Kecil
dan
Menengah.
http://www.apindo.or.id/images/_res/Sinergi
Kebijakan Mndorong UMKM.pdf. [10 Februari 2007].
Soehoed. 1987. Permasalahan Pokok Usaha Skala Kecil. Institut Manajemen
Prasetiya Mulya, Jakarta.
Suyatno, et. al. 1999. Dasar-dasar Perkreditan. Gramedia, Jakarta.
Walpole, R. E. 1982. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Prob.
0.0181
0.0298
0.0001
0.0024
0.0127
0.1180
66
Yi
X1i
X2i
X3i
X4i
X5i
X6i
X7i
D1i
D2i
10000000
5000000
45
16
10000000
2500000
37
12
10000000
5000000
42
16
10000000
10000000
40
12
10000000
4500000
45
12
30000000
8000000
38
12
30000000
8000000
34
12
30000000
8000000
28
12
30000000
8000000
30
12
10
30000000
8000000
31
11
30000000
8000000
25
12
25000000
8000000
27
12
13
25000000
5000000
25
14
10000000
5000000
31
15
10000000
800000
43
16
10000000
675000
24
12
17
10000000
500000
45
12
18
7000000
350000
30
12
19
6000000
250000
28
12
15000000
450000
55
21
5000000
300000
45
22
10000000
300000
36
23
10000000
300000
39
24
5000000
300000
34
25
10000000
750000
50
12
26
10000000
600000
48
12
27
20000000
1500000
35
12
28
15000000
4500000
45
12
29
40000000
10
12500000
58
16
30
25000000
1500000
45
16
31
50000000
10
8000000
56
32
50000000
10
8000000
45
15
50000000
10
8000000
43
50000000
10
4000000
35
16
10000000
5000000
43
50000000
10
28000000
40
16
1
2
3
20
33
34
35
36
37
10000000
4000000
55
38
25000000
8000000
42
12
39
10000000
10000000
39
15
40
5000000
5000000
35
12
41
10000000
15000000
39
15
42
10000000
10000000
48
10000000
15000000
46
16
150000000
12
60000000
42
16
5000000
6000000
38
12
10000000
10000000
45
12
47
10000000
10000000
50
48
10000000
10000000
48
49
10000000
10000000
46
50
10000000
10000000
42
12
51
20000000
3500000
45
12
52
20000000
3500000
50
53
20000000
3500000
53
54
10000000
15000000
40
12
55
10000000
15000000
43
56
10000000
15000000
42
57
10000000
15000000
50
58
10000000
15000000
51
59
10000000
15000000
46
10000000
15000000
41
10000000
15000000
36
15
62
10000000
15000000
40
63
10000000
15000000
45
64
40000000
10
12000000
45
12
65
10000000
5000000
39
12
15000000
66
0
8
3000000
Sumber: PT.Telkom Divre II Jakarta (2007).
36
43
44
45
46
60
61
Keterangan:
Yi = Tingkat pengembalian kredit
1= Lancar 0= Tidak lancar
X1i = Jumlah pinjaman (rupiah)
X2i = Tingkat suku bunga (persen)
X3i = Penghasilan bersih usaha (rupiah)
X4i = Pengalaman usaha (tahun)
X5i = Usia (tahun)
X6i = Jumlah tanggungan keluarga (orang)
X7i = Pendidikan (tahun)
SD= 6 tahun, SMP= 9 tahun, SMA= 12 tahun, D3= 15 tahun, dan S1= 18 tahun.
D1i = Dummy force major (bencana)
1= Terkena bencana
0= Tidak terkena bencana
D2i = Dummy penghasilan di luar usaha
1= Memiliki penghasilan di luar usaha
0= Tidak memiliki penghasilan di luar usaha
Missing
Percent
66
Total
Percent
100.0%
.0%
Percent
66
100.0%
Percent
66
Missing
Percent
100.0%
.0%
Total
Percent
66
100.0%
Valid
Percent
66
Missing
Percent
100.0%
.0%
Total
Percent
66
100.0%
Missing
Percent
66
Total
Percent
100.0%
.0%
Percent
66
100.0%
Missing
Percent
66
100.0%
Total
Percent
0
.0%
Percent
66
100.0%
Lampiran 4. Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir pada Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta
Calon Mitra Binaan
TELKOM CDC
Direktur SDM*
Start
Evaluasi Awal
Proposal Permohonan
Pemberitahuan
Verifikasi Anggaran
NO
Memenuhi
Syarat?
Tersedia?
NO Database
YES
Daftar
Tunggu
Survei
NO
YES
Penetapan?
Usulan Penetapan
NO
Memenuhi
Syarat?
YES
YES
Pemberitahuan,
Penandatangan Kontrak,
dan Dropping Dana
Usulan Penetapan
YES
Penandatangan Kontrak
Pemberitahuan,
Penandatangan Kontrak,
dan Dropping Dana
Dropping Dana
Pemanfaatan Dana
Dropping Dana
Pengembalian Dana
Pengambilan Dana
Dana
Pemberitahuan
Stop
Lampiran 6. Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Skala
Usaha Tahun 2005-2006
No.
1.
2.
Indikator
Satuan
Unit Usaha
Usaha Kecil
Usaha
Menengah
Usaha Besar
Tenaga
Kerja
Usaha Kecil
Usaha
Menengah
Usaha besar
(Unit)
(Unit)
(Unit)
Tahun
Perkembangan
2005
2006
Jumlah
Persen
47.109.555 48.936.840 1.827.285
3,88
47.006.889 48.822.925 1.816.036
3,86
95.855
106.711
10.856
11,33
(Unit)
(Orang)
6.811
7.204
393
86.445.826 88.804.995 2.359.129
5,77
2,73
(Orang)
(Orang)
2,45
5,76
(Orang)
3.212.033
3.388.462
176.429
5,49
Sumber: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2007, Berita Statistik Maret 2007,
Badan Pusat Statistika dengan kementrian Koperasi & Usaha Kecil Menengah.