SLHD Buku 1
SLHD Buku 1
SLHD Buku 1
PROVINSI GORONTALO
TAHUN 2013
Diterbitkan oleh:
Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi
(BALIHRISTI)
Provinsi Gorontalo
i
GUBERNUR GORONTALO
SAMBUTAN
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan
tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
(SLHD) Provinsi Gorontalo Tahun 2013 sesuai dengan yang
direncanakan.
Oktober 2013
Gubernur,
TTD
Drs. Hi. RUSLI HABIBIE, M.Ap
ii
KATA PENGANTAR
menyelesaikan
penyusunan
Laporan
Status
Lingkungan
Hidup
Daerah
(SLHD),
diharapkan
dapat
serta
memberikan
kekuatan
kepada
kita
semua
dalam
Kepala Badan,
TTD
Ir. NONTJE LAKADJO
iii
Diterbitkan oleh:
Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi
(BALIHRISTI)
Provinsi Gorontalo
i
GUBERNUR GORONTALO
SAMBUTAN
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan
tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
Provinsi Gorontalo Tahun 2013 sesuai dengan yang direncanakan
Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) merupakan
amanat Undang Undang Nomor 32 tahun 2009
Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mewajibkan
Pemerintah Pusat dan Daerah untuk melaksanakan penyusunan
laporan tentang pengelolaan lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada
masyarakat.
Laporan SLHD merupakan sarana publik untuk melakukan pengawasan Tata Praja
Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah. SLHD sebagai landasan publik
untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersamasama dengan lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Laporan ini menyajikan data
dan informasi kondisi lingkungan hidup; permasalahan; hasil pemantauan dan evaluasi;
serta program dan kebijakan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di Provinsi Gorontalo.
Saya yakin masih terdapat kekurangsempurnaan dalam laporan ini, namun
demikian saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
dan terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga Karya Nyata kita dalam mewujudkan
percepatan pembangunan diberbagai bidang serta peningkatan ekonomi masyarakat
yang berkeadilan di Provinsi Gorontalo terus berlanjut dimasa mendatang.
2013
Gubernur,
RUSLI HABIBIE
ii
KATA PENGANTAR
serta
memberikan
kekuatan
kepada
kita
semua
dalam
Kepala Badan,
iii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN.................................................................
ii
iii
DAFTAR ISI................................................................
iv
vi
vii
I-1
A.
I-2
B.
I-4
II-1
A.
II-1
B.
II-7
C.
AIR ......................................................................................................................
II-22
D.
UDARA ..............................................................................................................
II-47
E.
II-53
F.
IKLIM .................................................................................................................
II-63
G.
II-65
III-1
A.
KEPENDUDUKAN ...........................................................................................
III-1
B.
PEMUKIMAN ....................................................................................................
III-6
C.
KESEHATAN ...................................................................................................
III-10
D.
PERTANIAN .....................................................................................................
III-11
E.
INDUSTRI ........................................................................................................
III-15
F.
PERTAMBANGAN............................................................................................
III-16
G.
ENERGI ..............................................................................................................
III-19
H.
TRANSPORTASI .............................................................................................
III-20
iv
I.
PARIWISATA ..................................................................................................
III-22
J.
LIMBAH B3 .......................................................................................................
III-24
IV-1
A.
IV-1
B.
AMDAL ...............................................................................................................
IV-3
C.
IV-4
D.
IV-5
E.
KELEMBAGAAN ...............................................................................................
IV-8
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
II- 3
II-4
Tabel 2.3.
II-5
Tabel 2.4.
II-9
Tabel 2.5.
II-12
Tabel 2.6.
II-29
Tabel 2.7.
II-33
Tabel 2.8.
II-35
Tabel 2.9.
II-38
Tabel 2.10.
II-40
Tabel 2.11.
II-42
Tabel 2.12.
II-42
Tabel 2.13.
II-47
Tabel 2.14.
II-48
Tabel 2.15.
II-49
Tabel 2.16.
II-49
Tabel 2.17.
II-50
Tabel 2.18.
II-51
Tabel 2.19.
II-52
Tabel 2.20.
II-53
Tabel 2.21.
Tabel 2.22.
Tabel 2.23.
II-58
Tabel 2.25.
II-57
Tabel 2.24.
II-56
II-60
vi
II-62
II-62
III-2
III-14
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
I-1
Gambar 1.2.
I-7
Gambar 2.1.
II-1
Gambar 2.2.
II-2
Gambar 2.3.
II-3
Gambar 2.4.
II-5
Gambar 2.5.
II-6
Gambar 2.6.
II-8
Gambar 2.7.
II-14
Gambar 2.8.
II-15
Gambar 2.9.
II-17
Gambar 2.10.
II-21
Gambar 2.11.
II-27
Gambar 2.12.
II-30
II-33
Gambar 2.14.
II-34
Gambar 2.15.
II-37
II-41
Gambar 2.17.
II-43
Gambar 2.18.
II-44
Gambar 2.19.
II-45
II-53
II-55
II-61
II-63
viii
II-64
II-65
II-63
II-67
II-67
II-68
II-68
Gambar 2.31.
II-69
II-63
II-63
Gambar 3.1.
III-1
Gambar 3.2.
III-2
Gambar 3.3.
III-3
Gambar 3.4.
III-4
Gambar 3.5.
III-4
Gambar 3.6.
III-5
Gambar 3.7.
III-5
Gambar 3.8.
III-6
Gambar 3.9.
III-6
Gambar 3.10.
III-7
Gambar 3.11.
III-7
Gambar 3.12.
III-9
Gambar 3.13.
III-9
Gambar 3.14.
III-10
Gambar 3.15.
III-10
Gambar 3.16.
III-11
Gambar 3.17.
III-12
ix
Gambar 3.18.
Sawah ................................................................................................
III-12
Gambar 3.19.
III-13
III-13
III-14
III-16
III-16
III-17
III-18
III-19
III-20
III-20
III-21
III-21
III-22
III-23
III-23
Gambar 3.21.
Gambar 4.1.
IV-1
Gambar 4.2.
IV-2
Gambar 4.3.
IV-2
Gambar 4.4.
IV-3
Gambar 4.5.
IV-4
Gambar 4.6.
IV-6
Gambar 4.7.
IV-6
Gambar 4.8.
IV-7
Gambar 4.9.
IV-8
BAB I
PENDAHULUAN
Pemanfaatan sumber daya alam diharapkan dapat memacu pembangunan Provinsi
Gorontalo
di
lain
pihak
juga
diharapkan
lestari
sehingga
pembangunan
dapat
berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan
sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan krisis pangan, krisis air, krisis energi
dan kerusakan lingkungan. Sumberdaya alam di Provinsi Gorontalo saat ini menghadapi
tantangan dan tekanan yang semakin kuat dan nyata.
b. Kondisi Geologi
Wilayah Kota Gorontalo, secara geologis terdiri atas endapan danau, batu gamping,
deorit bone, dan batu gunung api. Di Kota Utara didominasi oleh endapan danau; di Kota
Barat, disamping ditemukan endapan danau, juga terdapat batu gamping terumbu; di Kota
Selatan terdapat diorit bone dan batuan gunung. Berdasarkan Peta Geologi dari Direktorat
Geologi (Tjetje Appandi, 1977) di Kota Gorontalo dijumpai batuan gunung api (berupa
breksi gunung api, tufa, dan lava yang mengandung batu apung berwarna kuning); batuan
gamping koral berwarna putih, pejal pada perbukitan; batuan beku terobosan Granodiorit,
dijumpai menerobos batuan gunung api maupun batu gamping terjal di wilayah Kota
Selatan; dan alluvium berupa lumpur, pasir dan kerikil pada satuan morfologi daratan.
Wilayah Kabupaten Gorontalo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit,
basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kabupaten
Pohuwato terdiri atas sedimen lepas.
Paguyaman, Kecamatan Tilamuta, dan Kecamatan Paguat bagian selatan. Sedimen padu
banyak ditemukan di Kecamatan Paguyaman bagian utara, Kecamatan Tilamuta bagian
tengah dan utara. Kecamatan Popayato umumnya memiliki banyak batuan beku malihan.
Wilayah Kabupaten Boalemo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit,
basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kecamatan
Tilamuta banyak tersebar sedimen lepas, sedimen padu.
Sementara di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan peta satuan lahan
dan status lembar Atinggola skala 1:250.000, yang diterbitkan Pusat Penelitian Agroklimat
I- 2 -
ekosistem
yang sangat
memprihatinkan. Semakin luasnya tutupan gulma eceng gondok di permukaan air danau
menjadi pencemar biologis yang semakin mempercepat pendangkalan danau Limboto.
Upaya pelestarian dengan pengerukan danau sudah dimulai pemerintah. Peran serta
masyarakat untuk melestarikan danau dilakukan melalui pelatihan untuk memanfaatkan
eceng gondok dan sedimen danau.
I- 7 -
BAB II
KONDISILINGKUNGANDANKECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan
Hutan dan lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai berbagai fungsi baik
ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian
kerusakan dan pencemaran lahan dan hutan.
a. Lahan
Lahan merupakan ekosistem daratan yang terdiri dari lingkungan fisik dan biotik,
serta daya dukungnya berkaitan dengan perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia.
Lingkungan fisik mencakup relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan
biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.
Luas daerah Provinsi Gorontalo adalah 1.243.500 ha yang berada di 6 wilayah
kabupaten/kota. Daerah terluas adalah kabupaten Pohuwato yaitu 445.560 ha atau 35,83%
area dan lahan terkecil adalah Kota Gorontalo dengan luas 6.596 ha atau 0,53 %.
Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo diperlihatkan
dalam Gambar 2.1.
PersentaseLuasDaerahmenurutKabupaten/Kota
diProvinsiGorontalo
Boalemo
13.97%
BoneBolango
35.83%
15.21%
17.24%
17.22%
Gorontalo
GorontaloKota
GorontaloUtara
Pohuwato
0.53%
II- 1 -
Persentase
tutupan
lahandi
Provinsi
Gorontalo
60
50
40
24.24
30
20
10
Series1
10.23
2.99
2.25
0.44
II- 2 -
Kelas Kemiringan
Luas
Persentase
Lereng
(%)
(Ha)
(%)
A
02
128,552
10.52
B
28
74,122
6.07
C
815
66,528
5.45
D
1540
113,997
9.33
E
>40
838,355
68.63
Persentase(%)
1,221,554
100
b. Hutan
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.
Gambar 2.3 Peta Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo. (Sumber RTRW Prov. Gorontalo,
2010-2030)
Luas(Ha)
HutanKonservasi
196.653
HutanLindung
204.608
HutanProduksiTerbatas
251.097
HutanProduksiTetap
89.879
824.668
Data lahan kritis menurut Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo
sebanyak 257.816 ha lahan masuk kategori kritis dengan 29,2% berada di Kabupaten
Grontalo Utara, diikuti 27, 18% di Kabupaten Gorontalo,
Berdasarkan analisis BP DAS Bone Bolango, lahan di Provinsi Gorontalo dikategorikan
20.361 ha (1,6%) dalam kondisi tidak kritis, 370.475 ha (30%) potensi kritis, 586.594 ha
(47,5%) agak kritis, 185.152 ha (15%) kritis, dan 72.545 ha (5,9%) sangat kritis. DAS yang
paling tinggi jumlah lahan sangat kritisnya adalah DAS Batudaa Pantai mencapai 18,7% dari
luas area DAS diikuti oleh DAS Sumalata mencapai 14,3%.
47.5
30.0
15.0
TidakKritis
1.6 5.9
PotensialKritis
Kritis
SangatKritis
AgakKritis
Gambar 2.4 Persentase luas lahan (ha) berdasarkan tingkat ke-kritisan di Provinsi
Gorontalo.
II- 5 -
Perladangan berpindah
59.7
26.9
6.0
7.4
0.0
0.0
II- 6 -
B. KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman berbagai makhluk hidup mulai dari
hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang dimiliki, serta ekosistem yang
menjadi lingkungan hidupnya. Keanekaragaman hayati ialah fungsi-fungsi ekologi atau
layanan alam, berupa layanan yang dihasilkan oleh satu spesies dan/atau ekosistem (ruang
hidup) yang memberi manfaat kepada spesies lain termasuk manusia.
Di Provinsi Gorontalo terdapat 16 flora khas yaitu: (1) Gadung (Bitule, Ondote),
Dioscorea Hispida Dennts, dari famili Dioscoreaceae, tanaman ini dapat dimakan
umbinya, (2) nam nam, Namu namu, Cynometra Cauliflora L. famili Caesalpiniaceae,
ordo Rosales; (3) Belimbing Buluh, B. botol, Averrhoa Bilimbi L, famili Oxalidaceae; (4)
Mangga embacang, Dulamayo, Mangifera Caesia Jack ex Wall, famili Anacardiaciae; (5)
Kapulasan, Bolangaso, Nephelium Ramboutan-ake (labill) (Nephelium Mutabile BI),
(Atinggola), famili Sapindaceae, (6) Durian, Duea, Durio Zibethinus Murr, famili
Bombacaceae; (7) Rukem, Lobe-lobe; Flacourtia inermis Roxb, famili Flacourtiaceae; (8)
Molahengo, Eugenia Densiflora Duthie, famili Myrtaceae; (9) Buni, Takuti, Antidesma
Bunius Spreng, famili Euphorbiaceae; (10) Pisang Tanduk, Musa Paradisiaca, famili
Musaceae; (11) Srikaya, Annona Squamosa L. famili Annonaceae; (12) Aren, Pohon saguer,
Seho, Bagiso, Arenga Pinnata (Wurmb) Merr, famili Arecaceae; (13) Ceremai, Tili, Cerme,
Phyllanthus Acidus (L.) Skeels, famili Euphorbiaceae; (14) Jagung, Binte, Zea Mays L.;
(15) Padi lading, Oryza Sativa L. famili Poaceae; (16) Sukun, Amu, Artocarpus altilis
famili Moraceae.
Tanaman-tanaman tersebut sebagian mulai langka, akan tetapi masih dapat
ditemukan di beberapa tempat. Kelangkaan tersebut selain disebabkan oleh populasinya
yang rendah, juga disebabkan beberapa hal, sebagai berikut:
(1) masuknya tumbuhan buah-buahan eksotis seperti mangga arumanis, manalagi dan golek
yang rasanya enak serta berbuah cepat;
(2) Terjadi pergeseran cita rasa terutama generasi muda yang lebih menyukai buah anggur
daripada takuti atau lili;
(3) Durian di Kecamatan Atinggola terancam punah, karena sebagian besar diserang hama;
II- 7 -
II- 8 -
Tabel 2.4 Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo
No.
1.
Golongan
Hewan menyusui
2.
Burung
3.
Reptil
4.
Amphibi
5.
Ikan
6.
Keong
7.
Serangga
8.
Tumbuh-tumbuhan
Keterangan
Sumber
:
:
Nama spesies
Status
1. Babi Rusa
Hewan Langka
2. Anoa
Hewan Langka
3. Tarsius
Hewan Langka
4. Musang (Paradoxurus Hermaproditus)
Terancam
5. Primata Macaca hecki
Terancam
6. Tikus Bunomys fratorum
Endemic
7. Tikus Maxomys hellwaldii
Endemic
8. kelelawar Rousettus Celebensis
Terancam
1. Burung Maleo
Hewan Langka
2. Burung Rangkong
Hewan Langka
3. Burung Raja Udang
Hewan Langka
4. Raja Udang Biru
Endemic
5. Gosong Sula
Terancam
6. Walik Manomiti
Terancam
7. Kringkring Dada-Kuning
Terancam
8. Serindit Paruh Merah
Terancam
9. Udang Merah Sulawesi
Terancam
10. Raja Udang Pipi-Ungu
Terancam
11. Sikatan Leher-Merah
Terancam
12. Kepundang Sungu Belang
Terancam
13. Kuntul Besar
Berlimpah
14. blekok Sawah
Berlimpah
15. Elang Alap Ekor-Totol
Berlimpah
16. Burung Madu Sepah Raja
Berlimpah
17. Pelanduk Sulawesi
Berlimpah
18. Kehicap Ranting
Berlimpah
1. Penyu Tempayau
Hewan Langka
2. Buaya
Hewan Langka
3. Penyu Belimbing
Hewan Langka
4. Bunglon
Hewan Langka
5. Iguana
Hewan Langka
6. Ular Phyton Reticulatus
Hewan Langka
7. Biawak Varanus Salvator
Hewan Langka
9. Ular Hitam Elaphe cf Euruthrea
Terancam
10. Ular Rhabdophis Callitus
Terancam
11. Tokek Gekko gecko
Hewan Langka
1. Katak Bufo Celebensis
Endemic
2. Katak Rana Celebensis
Belimpah
3. Katak Limnonectes Modestus
Berlimpah
1. Ikan Paus
Hewan Langka
2. Ikan Duyung
Hewan Langka
3. Ikan Lumba-lumba
Hewan Langka
4. Payangga
Terancam
5. Manggabai
Terancam
1. Kepala Kambing
Hewan Langka
2. Triton
Hewan Langka
3. Batu Laga/Siput Hijau
Hewan Langka
1. Kupu-kupu Raja
Hewan Langka
2. Tawon
Hewan Langka
3. Kalajengking
Hewan Langka
1. Kantong Semar
Terancam
2. Anggrek Bulan
Terancam
3. Beringin
Terancam
4. Tili Phylanthus Acidus
Endemic
5. Takuti Antidesma Bunius
Endemic
6. Srikaya Annona Squamosa
Endemic
7. Amu Moraceae
Endemic
8. Sterculiacea
Endemic
9. Namu-namu Cyanometra Cauliflora
Endemik
10. Belimbing Botol Averrhoa Bilimbi
Endemic
11. Dulamayo
Endemic
12. Rambutan Hutan Nephelium Muabile
Endemic
13. Lobe-Lobe Flacourtia Inermis
Endemic
14. Molahengo Eugenia Densiflora
Endemic
15. Kikimoputio Zea Mays
Endemic
16. Chionanthus
Berlimpah
17. Gmelina Arborea
Berlimpah
Pilihan status adalah endemik, terancam, dan berlimpah
Badan Lingkungan Hidup, Kab. Boalemo 2009
II- 9 -
menjadi taman nasional diantaranya cagar alam Ujung Kulon dan Baluran.
Syarat suatu kawasan ditetapkan menjadi kawasan lindung dan kawasan konservasi
menurut MacKinnon dkk (1993) adalah apabila memiliki ciri-ciri berikut: 1). karakteristik
atau keunikan ekosistem (fauna endemik, ekosistem pegunungan tropika); 2). spesies
khusus yang diminati, nilai kelangkaan, atau terancam, misalnya badak dan burung; 3).
keanekaragaman spesies; 4). landskap atau ciri geofisik yang bernilai estetika atau
pengetahuan (glasier, mata air panas, air terjun); 5). fungsi perlindungan hidrologi;
tanah, air dan iklim lokal; 6). fasilitas untuk rekreasi alam, wisata (pemandangan
pegunungan, satwa liar yang menarik); 7). tempat peninggalan budaya.
Berdasarkan kriteria tersebut maka suatu unit manajemen kawasan konservasi, baik
yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) maupun
kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam)
secara berkelanjutan perlu ditinjau ulang kerangka pengelolaan, melalui sistem
perencanaan yang memadai. Pengeloaan Taman Nasional sebagai salah satu bentuk
kawasan pelestarian alam dengan berbagai fungsi memerlukan perencanaan yang baik.
Taman Nasional merupakan aset bangsa dan menjadi bagian kawasan hutan yang
memiliki strategi yang penting untuk dijaga kelestariannya. Ada beberapa kriteria
kelestarian hutan yang tidak terlepas dari fungsi konservasi, produksi, sosial dan
ekosistem, yaitu: status areal yang memiliki dasar hukum jelas; tegakan hutan yang
memadai untuk suatu ekosistem; pengaturan pemanfaatan (apabila memang diperlukan
tidak berlebihan dengan kemampuannya); dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan
rehabilitasi dibeberapa bagian kawasan tertentu yang diperlukan; dan memiliki organisasi
personal yang efektif dan efisien.
Tujuan penetapan hutan lindung yaitu untuk melindungi dan membina suatu
kawasan yang karena kondisi wilayahnya (kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah
hujan). Fungsi utama hutan lindung adalah untuk keperluan konservasi tanah dan air
dalam kaitannya dalam pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah, di samping itu dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana
rekreasi atau keperluan lainnya.
II- 10 -
2).
Pterospermum
sp.
(Sterculiaceae)
kayu
keras;
3).
Pometia
pinnata
II- 11 -
TipeEkosistem
Uraian
Hutanlumut
Hutanhujan
pegununganrendah
Hutansekunder
Keterangan: Jenis flora di dalam tipe hutan sekunder meliputi Piper adundum,
Melastoma malabathricum; Lantana camara, dan Musa sp, serta tutupan rerumputan
lebat.
Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup tinggi dari segi konservasi
maupun potensi pengembangannya antara lain: bunga bangkai; hanjuang hijau; berbagai
jenis rotan dan palem, paku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis tumbuhan
berkayu yang potensial untuk usaha kehutanan seperti: cempaka, kenanga, agathis, kayu
hitam, kayu besi, eucalypthus, dan beberapa jenis bambu.
Jenis flora yang dominan di kawasan TNBNW adalah jenis-jenis Ficus. Jenis-jenis flora
sesuai dengan tipe ekosistemnya dapat dirinci sebagai berikut. Jenis-jenis vegetasi di
daerah hutan hujan dataran rendah antara lain adalah:
a. Familia Lauraceae. contoh: Garcinia sp
b. Familia Myristicaceae,
c. Familia Miliaceae. contoh Sandoricum sp, Dysoxylum sp
d. Familia Anacardiaceae, contoh Dracontomelon sp, Swintonia sp, dan Spondias sp,
II- 12 -
II- 13 -
sulit sekali ditemui. Kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger
celebensis) adalah mamalia yang hidup bergantung di pepohonan. Beberapa ragam jenis
kelelawar juga ditemukan dan salah satu jenis di antaranya diduga sebagai jenis endemik
Sulawesi.
Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo). Burung
maleo (Macrocephalon) adalah salah satu satwa endemik yang merupakan maskot kawasan
ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir sama dengan ayam, bahkan telurnya 6
kali lebih berat telur ayam. Burung ini meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir
sedalam 30-40 cm di sekitar sumber air panas yang ada di kawasan ini. Anak burung maleo
yang baru berumur satu hari muncul dari dalam tanah atau pasir. Burung maleo
(macrocephalon) salah satu satwa khas (endemik) yang merupakan maskot kawasan ini.
Selain atraksi burung maleo, berbagai obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, yaitu: air
terjun, sumber air panas, danau, dan situs peninggalan sejarah.
II- 14 -
II- 15 -
Danau Limboto merupakan danau yang terletak dalam DAS Limboto yang merupakan
salah satu DAS dalam Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone memiliki keragaman hayati
yang tinggi. Ada 17 spesies ikan dari 12 famili, terdiri dari 9 jenis ikan asli dan 8 jenis ikan
introduksi yang terdapat di danau tersebut.
Permukaan perairan danau ditumbuhi enceng gondok dan rerumputan, yang terjadi
karena proses sedimentasi di dasar danau. Luas sebaran eceng gondok dan tanaman lainnya
mencapai sekitar 70 % dari luasan danau. Eceng gondok terdapat dibagian tengah, barat,
utara dan tenggara. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng
gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Eceng
gondok bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.
II- 16 -
(a)
(b)
(c)
Gambar.2.9. Ikan-ikan endemik Danau Limboto : (a) Manggabai (b) Ikan Saribu (c) Huluu.
d. Kabupaten Boalemo
Kabupaten Boalemo memiliki Suaka Marga Satwa Nantu. Hutan Nantu sangat penting
bagi masyarakat Gorontalo sebagai daerah tangkapan air dan menjadi hulu Sungai
Paguyaman, salah satu sungai besar (panjang 99.3 km) di Sulawesi bagian utara. Jenis
tanaman pada bagian hulu sungai ini terdapat berbagai jenis kayu-kayuan, diantaranya:
agatis, nantu, jati, rotan, kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka.
Hutan Nantu merupakan habitat terbaik berbagai jenis satwa liar seperti babirusa,
anoa, Macaca heckii, tarsius dan lebih dari 90 jenis burung, termasuk 35 jenis yang
endemik Sulawesi. Dalam Hutan Nantu terdapat kolam Adudu, mata air panas asin
mengandung belerang yang disukai berbagai jenis satwa liar, terutama babi rusa. Menurut
DR. Ir. Lynn Clayton, peneliti asal Inggris yang telah melakukan penelitian di Hutan Nantu
selama 20 tahun sejak tahun 1988, diperkirakan satwa babirusa ke kolam untuk
memperoleh berbagai mineral, melindungi perut mereka agar tidak menjadi terlalu asam
dan perlindungan dari racun yang ada di biji buah Pangi, salah satu makanan kesukaan
babirusa. Babirusa dan satwa hutan Nantu sangat terancam oleh perdagangan daging
hewan liar untuk dijual ke pasar-pasar di Minahasa, Sulawesi Utara.
e. Kabupaten Pohuwato
Sungai Taluduyunu melewati Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini
termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U)
dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik sungai Taluduyunu mempunyai tingkat
kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan
bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m3/detik bagian hulu dan 1,17 m3/detik bagian
hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 102,3 m3/detik bagian hilir
23,4 m3/detik.
Lokasi aliran sungai Taluduyunu lahan sudah di jadikan dialih fungsi menjadi
perkebunan jagung rakyat dan tanaman tebu oleh masyarakat. Jenis tanaman pada bagian
hulu masih terdapat kayu-kayuan seperti : Agatis, Nantu, Jati, dan Rotan serta tanaman
II- 18 -
f. Kota Gorontalo
Jenis tanaman yang terdapat di kota Gorontalo menyebar di seluruh wilayah
kecamatan dengan jumlah bervariasi. Tumbuhan yang umum ditemukan adalah jenis
tanaman obat dan tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah atau di kebun.
Perkembangan Kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan Jasa dan perdagangan menyebabkan
perubahan lahan-lahan terbuka hijau menjadi pemukiman, perkantoran, hotel, dan
tempat-tempat usaha. Pemukiman terbatas lahannya, sehingga untuk memanfaatkan lahan
pekarangan yang sempit, masyarakat menanam tanaman berpohon kecil atau menanam
pohon-pohon dalam pot. Jenis tumbuhan yang banyak ditanam adalah tanaman obat,
tanaman hias dan tanaman buah. Selain dapat menciptakan suasana sejuk dan indah, juga
berfungsi sebagai bahan-bahan bumbu dapur dan obat alami.
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan tanaman hias diantaranya
adalah cempaka (Michelia champaka), jempiring (Gardena sp), kamboja (Plummeria
accuminata), kembang sepatu (Hibiscus sp), kemuning (Murraya paniculata), kumis kucing
(Orthosiphon spicatus), lidah buaya (Aloe vera), pohon merah, (Euphorbia pulcherrima),
puring (Codiacum sp), soka (Ixora sp), tapak dara (Vinca rosea) dan lain-lain. Sedangkan
tanaman buah diantaranya adalah mangga (Mangifera indica), alpokat (Porsea odoratum),
jambu biji (Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), nangka (Arthocarpus
heterophylla), rambutan (Nephelium lappaceum), dan sawo kecik (Manikaya kauki).
Beberapa jenis tanaman ditanam untuk penghijauan kota dan tanaman hias juga
berfungsi sebagai paru-paru kota, misalnya akasia (Acasia sp), asam (Tamarindus indica),
II- 19 -
(a)
(b)
Gambar.2.10. Ikan Nike, (a) Foto nike (b) Nelayan menangkap ikan nike di Teluk
Gorontalo
Keanekaragaman Hayati Ikan di Ekosistem Pesisir dan Lautan berupa Kerapu lumpur
(Eunephilus sp), Baronang (Siganus javus), Bandeng (Chanos chanos), dan Kakap (Lates
calcarifer), serta beberapa jenis lain yang dikenal masyarakat Gorontalo sebagai ikan
II- 21 -
C. AIR
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga.
Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air terdapat di Wilayah
Sungai/WS atau DAS dan Cekungan Air Tanah (CAT). Air menjadi Isu dan Indikator Utama
Ekosistem DAS dengan jargon masalah Too Much, Too Little, dan Too Dirty. Dimana too
much menyebabkan banjir, too little menimbulkan kekeringan, dan too dirty menimbulkan
masalah pencemaran.
1. Sumberdaya Air Permukaan
Wilayah Provinsi Gorontalo memiliki tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masingmasing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Limboto Bolango Bone. Di luar dari ketiga
DAS utama tersebut, juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat
di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari DAS-DAS kecil
ini bermuara di Teluk Tomini untuk DAS di bagian Selatan Provinsi dan di Laut Sulawesi
untuk DAS di bagian Utara Provinsi.
Sungai-sungai kecil yang bermuara di utara antara lain S. Bulontio, S. Boliohuto, S.
Sumalata, S. Dulakapa, S. Buluto, S. Buluoka, S. Monano, S. Tolongio, S. Ilangata, S.
Kwandang dan S. Bubode. Sungai-sungai yang bermuara di selatan antara lain S. Tamboo,
S. Tombulilato, S. Sogisadaa, S. Taludaa, S. Sinabayuga, S. Potoila, S. Bobaa, S. Tumbihe
dan Sungai Tilamuta. Dua sungai kecil lainnya, yaitu S. Taluhubongo dan S. Dutula Dua
bermuara di Danau Limboto yang airnya selanjutnya mengalirkan airnya ke Teluk Tomini.
Sungai-sungai kecil tersebut berasal dari jajaran Pegunungan Tilong Kabila,
Perantanan, Bone, dan Loba serta jajaran gunung-gunung lain yang tingginya bervariasi
II- 22 -
wilayah yang dilewati adalah Kecamatan Tilamuta, Paguyaman, dan Tibawa, kemudian
bermuara di Teluk Paguyaman. DAS ini memiliki luas sekitar 250.000 ha. Sungai utama DAS
ini yang panjangnya sekitar 99,3 km. Sedikitnya 70 % dari wilayah DAS mempunyai
topografi bergunung sampai berbukit dengan kemiringan lereng > 40 %.
Dengan topografi berbukit dan pegunungan ini, sungai utama DAS Paguyaman
berbentuk lembah dalam, sehingga mampu menampung debit aliran air tinggi. Tidak
diperoleh data debit sungai di provinsi ini, tetapi berdasarkan hasil pengukuran oleh PLN
(1985) dan DPU (1987) Provinsi Sulut, Sungai Paguyaman adalah yang tertinggi kecepatan
II- 23 -
bahwa ada beberapa daerah yang memiliki PETI (Penambangan Emas Tanpa
Izin) ataupun Industri-industri yang menimbulkan pencemaran di wilyah sungai. Untuk itu
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo melakukan pemantauan terhadap kualitas air
sungai, dan danau, untuk air hujan dan air sumur saat ini belum ada pemantauan dari Dinas
yang terkait. Kualitas air sungai dan danau dapat di lihat pada tabel-tabel berikut. Saat ini
pemantauan kualitas air sungai hanya di 5 Lokasi yang dipantau yaitu: Sungai Paguyaman,
Sungai Bolango, Sungai Buladu, Sungai Taluduyunu dan Sungai Bionga.
a. Sungai Paguyaman
Sungai Paguyaman merupakan salah satu sungai besar diwilayah Propinsi Gorontalo
yang menjadi batas geografi antara dua kabupaten, yaitu kabupaten Gorontalo dan
kabupeten Boalemo. Aliran Sungai Paguyaman mencakup beberapa daerah di Gorontalo.
Wilayah aliran Sungai Paguyaman mencakup Paguyaman, Boliyohuto, Wonosari, Tibawa,
Tilamuta, Dulupi dan Mananggu dengan total Panjang Sungai 99,3 km.
Bagian hulu sungai ini terdapat di daerah kawasan hutan Nantu sebuah kawasan
hutan suaka alam serta bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini selain mengalirkan air dari
arah barat, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Kondisi
sempadan dan bantaran banyak digunakan masyarakat untuk areal pemukiman dan
perkebunan.
Kondisi fisik sungai Paguyaman berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa
tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 70 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai
bagian hulu 12 m dan bagian hilir 19 m. Kecepatan arus 1,38 m3/detik bagian hulu dan
0,79 m3/detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 25,9
m3/detik pada bagian hilir berkurang hingga 4,85 m3/detik.
II- 26 -
II- 27 -
LokasiSampling
StatusMutu
Kelas1
Kelas2
BagianHulu
CEMARSEDANG
CEMARSEDANG
BagianTengah
CEMARSEDANG
CEMARSEDANG
BagianHilir
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
b. Sungai Bone
Sungai Bone melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo
mempunyai panjang 119,13 km yang. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan
bentuk linier dan termasuk dalam kawasan DAS Limboto Bolango Bone.
II- 30 -
<0,01 mg/L,
diatas baku mutu, sedangkan nilai pada bagian tengah dan hilir masih berada dibawah baku
mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,01 mg/L.
Coliform yang terdeteksi disemua titik berkisar antara 460.000 >2.400.000
MPN/100 mL, nilai tersebut sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan dengan
baku mutu 5.000 MPN/100 mL. Sedangkan Coli Tinja yang terdeteksi disemua titik
pemantauan adalah 90 - 4.300 MPN/100 mL. Nilai Coli Tinja tertinggi pada titik
pemantauan bagian hulu yaitu 4.300 MPN/100 mL dan sudah berada diatas baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu 1000 MPN/100ml. Sedangkan pada titik pantau bagian tengah dan
bagian hilir justru lebih rendah yaitu 90 MPN/100 mL. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut
karena dari hasil pemantauan 80% masyarakat yang berada di bantaran Sungai Bone tidak
memiliki Sarana Pembuangan Tinja sehingga pada umumnya masyarakat membuang
tinjanya langsung ke sungai.
Status Mutu Air Sungai Bone
Status mutu air Sungai Bone pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan
tahun 2011 disajikan pada Table 2.7.
II- 32 -
StatusMutuAirSungai
No
LokasiSampling
Kelas1
Kelas2
BagianHulu
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
BagianTengah
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
BagianHilir
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
Sumber:Balihristi,2011
c. Sungai Buladu
Sungai Buladu melewati Desa Buladu dan
Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten
Gorontalo Utara dengan
II- 33 -
Kondisi
sempadan sering terjadi erosi. Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta
bermuara di Teluk Sumalata. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga
menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Sungai Buladu mempunyai
kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian
hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Kecepatan arus 0,64 m/detik bagian hulu dan 0,29
m/detik bagian hilir
Kondisi sempadan Sungai Buladu pada Bagian hulu dalam kondisi sehat, arus air
cukup deras, memungkinkan terjadinya infiltrasi, ruang gerak secara lateral serta aliran
dasar sungai relatif stabil. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan
sungai tidak sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif
horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya
banjir.
Kualitas Air Sungai Buladu
Kualitas air Sungai Buladu Bagian Hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa
parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua,
parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 148 mg/l dengan baku mutu 50
mg/l, BOD = 15,36 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, COD = 34.8 mg/L dengan baku mutu 25
mg/L dan kadar raksa = 0.0054/100 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Kadar Merkuri
(Hg) perlu dikaji secara mendalam karena adanya kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin
(PETI) di sekitar sungai tersebut yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda.
II- 34 -
StatusMutuAirSungai
No
LokasiSampling
Kelas1
Kelas2
BagianHulu
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
BagianTengah
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
BagianHilir
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
II- 35 -
Tumpukan
sampah pada bagian hulu disebabkan oleh sisa-sisa kayu penebangan dan tumbang
sedangkan pada
botol, besi, sisa-sisa makanan, dan lain sebagainya). Kondisi bantaran di sepanjang sungai
Buladu mengalami degradasi berat, kondisi fisik air Sungai Buladu bagian tengah sampai ke
hilir sepanjang hari kondisinya keruh akibat logam merkuri (Hg), erosi dan limbah
domestik. Untuk mengatasi permasalahan ini maka beberapa langkah yang dapat dilakukan
:
II- 36 -
d. Sungai Taluduyunu
Sungai Taluduyunu melewati Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini termasuk
pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola
aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik Sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman
pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir
40 m.
Gambar 2.15. Peta Sungai Taluduyunu
Kondisi
sempadan
sungai
memadai
tidak
terlindung dari pengikisan dan erosi. Tebing relatif rapuh fungsi sempadan tidak dapat
berjalan dengan baik.
II- 37 -
Sementara itu kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Hilir tidak memenuhi syarat
karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air
kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 1596 mg/l dengan
baku mutu 50 mg/l, BOD = 15.36 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, COD = 34.8 mg/l dengan
baku mutu 25 mg/l, dan kadar raksa = 0.0944 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Coli
tinja = 26000 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000/100 ml, dan Total Coliform = 110.000
MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 ml.
Parameter lingkungan lainnya seperti TDS, NO3, NH3, dan Timbal masih dibawah baku
mutu masing-masing. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7. 9 8.07, nilai ini
masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 9.
Konsentrasi TDS berkisar 45.8 90 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu 1000 mg/L. Konsentrasi DO terdeteksi di semua titik pemantauan
berkisar 5.4 5.6 mg/L. Ini masih baik karena baku mutu minimal DO untuk kelas dua
adalah 4.
StatusMutuAirSungai
No
LokasiSampling
Kelas1
Kelas2
BagianHulu
CEMARSEDANG
CEMARSEDANG
BagianTengah
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
BagianHilir
CEMARSEDANG
CEMARSEDANG
II- 38 -
e. Sungai Bolango
Sungai Bolango memiliki panjang 43 km, mengalir di DAS Bolango seluas 31.946,7 ha.
Sungai ini berhulu di Kabupaten Bone Bolango, melintasi batas Kabupaten Gorontalo dan
bermuara di Kota Gorontalo. Menurut data pengukuran tahun 2009 debit maksimum Sungai
Bolango tercatat 100 m3/detik. Sedangkan debit minimum 0 32,3 m3/detik. Sungai ini
menjadi sumber air baku PDAM dan untuk irigasi di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten
Gorontalo, dan Kota Gorontalo.
II- 39 -
5.000/100 ml. Sedangkan kadar DO = 2.87 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan
baku mutu minimal 4 mg/l.
Parameter lingkungan lainnya seperti TSS, NO3, NH3, Raksa, dan Timbal masih dibawah
baku mutu masing-masing. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.97, nilai ini
masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 9.
Konsentrasi TSS berkisar 12.5 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu 50 mg/L.
Kadar raksa 0.0005 mg/L masih dibawah baku mutu 0,002 mg/L untuk air kelas dua. Ini
menunjukkan kegiatan yang menggunakan merkuri di hulu sungai seperti penambangan
emas belum signifikan.
StatusMutuAirSungai
No
LokasiSampling
Kelas1
Kelas2
BagianHulu
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
BagianTengah
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
BagianHilir
CEMARRINGAN
CEMARRINGAN
f. Danau Limboto
Perairan danau merupakan kekayaan alam yang tidak hanya memiliki peran fungsional
bagi kawasan dan penduduk disekitarnya. Keindahan serta fenomena alam yang ada
padanya menjadi aset bagi kawasan itu sendiri. Demikian pula halnya dengan Danau
Limboto bagi Provinsi Gorontalo menjadi bagian yang tak terpisahkan dari detak kehidupan
sekelilingnya. Danau ini dikelilingi oleh 6 (enam) kecamatan yaitu: Kecamatan Limboto,
Telaga, Telaga Biru, Batudaa, Tabongo, dan Kota Barat yang merupakan wilayah Kota
Gorontalo. Danau ini merupakan muara dari 23 sungai, empat diantaranya yang utama
yaitu: Sungai Alo, Sungai Daena, Sungai Bionga dan Sungai Molalahu.
Gambar 2.16. Danau Limboto, foto udara.Tampak eceng gondok menutupi permukaan
Danau Limboto terletak di DAS Sungai Bone Bolango yang terhampar pada ketinggian
4,5 m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas 3000 ha berdasarkan penelitian tahun
2002. Pada tahun 1962 luas Danau Limboto sebesar 4.250 ha. Ini merupakan sebuah
degradasi ekosistem yang sangat memprihatinkan.
II- 41 -
Luas (ha)
Kedalaman (m)
1932
8.000
30
1970
4.500
15
2003
3.054,8
2010
2.537,2
2-2,5
Perubahan kondisi Danau Limboto saat ini terlihat karena setiap tahun terjadi
penyusutan luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang tertahan dan
sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan pertumbuhan penduduk di
sekitar danau juga ikut mempercepat seperti illegal logging, penimbunan sampah, dan
illegal fishing.
Tabel 2.12. Luas dan Volum air Danau Limboto menurut elevasi.
Elevasi (m dpl)
A (Ha)
V (m3)
5,121
135,581,261
5.5
4,677
111,102,966
4,262
88,739,959
4.5
4,051
67,955,765
3,826
48,233,932
3.5
2,926
31,215,321
3.2
2,308
23,404,283
1,963
19,120,778
2.5
1,503
10,443,549
929
4,283,709
1.5
385
900,497
II- 42 -
dan
memperburuk
kelestarian
fungsi
danau.
Perkembangan
terakhir
II- 43 -
Gambar 2.18. Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto (Sumber: Balihristi, 2008)
Hasil Pemantauan kualitas air Danau Limboto yang dilakukan oleh PUSARPEDAL tahun
2010 memperlihatkan jumlah oksigen terlarut atau DO berkisar 2,76 - 5,08 mg/L dan baku
mutu 3 mg/L. Kadar BOD berkisar 1,5 3,2 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Sedangkan
sulfida 0,015 - 0,031 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L.
II- 44 -
Gambar 2.19 Pengerukan Danau Limboto (atas) Kondisi bagian danau sebelum pengerukan,
(bawah)lokasi yang sama setelah pengerukan.
II- 45 -
potensi air tanah Provinsi Gorontalo dibagi dalam dua kawasan, yaitu
II- 46 -
D. UDARA
Pekembangan daerah Propinsi Gorontalo memberikan pengaruh terhadap kondisi
udara berupa pencemaran. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi
fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak
properti.
Masalah pencemaran udara yaitu kualitas udara yang tidak dapat memenuhi kualitas
udara yang dipersyaratkan. Dalam mencapai kualitas udara yang diinginkan, perlu
dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara, salah satunya melalui pengukuran
dan pemantauan terhadap kualitas udara.
Pemantauan kualitas udara pada Bulan April tahun 2011 menunjukkan bahwa kualitas
udara di Provinsi Gorontalo tergolong baik karena masih berada di bawah baku mutu udara
yang dipersyaratkan (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional). Parameter
parameter yaitu CO, SO2, NO2, dan O3. Pemantauan tersebut dilaksanakan pada setiap
kabupaten yang mewakili tiga lokasi penting meliputi jalur transportasi, perkantoran, dan
permukiman. Untuk Kota Gorontalo dilakukan pada empat titik pantau dengan tambahan
pusat perekonomian.
Tabel 2.13. Parameter Pengukuran Udara di Provinsi Gorontalo
No
Parameter
Lama
BakuMutu
Metode
Pengukuran
1
CO
1jam
30.000g/m3
NDIR
SO2
1jam
900g/m3
Pararosanilin
NO2
1jam
400g/m3
Zalman
O3
1jam
235g/m3
Chemiluiminescent
II- 47 -
Kabupaten Pohuwato
Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum masih
memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu udara
ambient nasional.
Tabel 2.14. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Pohuwato
No
Parameter
BakuMutu
SO2
900g/m3
CO
30.000g/m3
NO2
O3
TitikPantau
Kantor
Bupati
39
Jl.Trans.
Sulawesi
Terminal
Marisa
52
38
7.706
10.112
8.420
400g/m3
38,6
26,9
38,2
235g/m3
58
78
46
g/m3. Kadar CO yang terukur 6,742-10,112 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu
30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 26,9-38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3
antara 46 78 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi memiliki nilai tertinggi
untuk dua parameter yaitu CO dan O3.
Kabupaten Boalemo
Kualitas udara ambien di Kabupaten Boalemo diperlihatkan dalam tabel.
Konsentrasi SO2 berkisar 28 78 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang
terukur 6,742-14,448 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2
terukur antara 42,69-63,3 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 117 g/m3.
Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi di Desa Lamu memiliki nilai tertinggi untuk tiga
parameter yaitu CO, SO2 dan NO2. Secara umum masih memenuhi syarat karena semua
parameter yang diukur masih dibawah baku mutu udara ambien nasional.
II- 48 -
No
Parameter
SO2
CO
3
4
BakuMutu
TitikPantau
Kantor
Bupati
Jl.Trans.
Sulawesi
Terminal
Tilamuta
33
78
28
30.000g/m3
9.151
14.448
6.742
NO2
400g/m3
42,6
63,3
48,1
O3
235g/m3
117
58
53
900g/m3
No
Parameter
BakuMutu
SO2
CO
3
4
TitikPantau
Kantor
Bupati
Desa
Oluhuta
DesaBubeya
52
27
30.000g/m3 10.836
8.228
8.428
NO2
400g/m3 43,9
24,22
17,9
O3
235g/m3 39
97
78
900g/m3 26
g/m3. Dari ketiga titik pantau, Desa Oluhuta sebagai wakil pemukiman memiliki nilai
tertinggi untuk dua parameter yaitu SO2 dan O3. Dua parameter lain tertinggi di Kantor
bupati Bone Bolango. Tingginya parameter SO2 dan O3 di desa Oluhuta karena pemukiman
II- 49 -
Kabupaten Gorontalo
Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Gorontalo disajikan dalam tabel 2.16.
Konsentrasi SO2 berkisar 45 97 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang
terukur 9.873 - 14.936 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2
terukur antara 21,6 - 74,4 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 78 g/m3.
Dari ketiga titik pantau, Shopping Center sebagai wakil pusat perbelanjaan memiliki nilai
tertinggi untuk dua parameter yaitu SO2 dan NO2. Dua parameter lain tertinggi di Jl. Raya
Limboto.
Tabel 2.17 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo
No
Parameter
BakuMutu
SO2
CO
3
4
TitikPantau
Kantor
BLH
Shopping
Center
Jl.Raya
Limboto
45
97
84
30.000g/m3
9.873
9.873
14.936
NO2
400g/m3
21,6
74,4
27,5
O3
235g/m3
58
73
78
900g/m3
Tingginya parameter SO2 dan NO2 di Shopping Center karena pusat perekonomian
yang merupakan pasar utama di Kota Limboto. Disamping itu di Shopping Center
bersebelahan dengan Terminal Limboto. Sedangkan tingginya parameter CO dan O3 di Jl.
Raya Limboto karena merupakan jalur transportasi yang paling sibuk di Kota Limboto.
II- 50 -
g/m3. Kantor BLH memiliki tiga parameter dengan nilai tertinggi, yaitu SO2, NO2 dan O3.
Sedangkan kadar CO tertinggi ditemukan di Jl. Raya Molingkapoto yang memrupakan jalur
Jl. Trans Sulawesi.
Tabel 2.18. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo Utara
No
Parameter
BakuMutu
SO2
CO
3
4
TitikPantau
Kantor
BLH
Perum
Molingkapoto
Jl.Molingkapoto
62
49
38
30.000g/m3
6.742
6.020
8.420
NO2
400g/m3
38,6
14,2
38,2
O3
235g/m3
58
58
46
900g/m3
Kota Gorontalo
Hasil pemantauan kualitas udara ambien pada 4 (empat) titik di Kota Gorontalo
menunjukkan bahwa kualitas udara ambient masih memenuhi syarat karena 4 (empat)
parameter yang diukur masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan. Konsentrasi
SO2 berkisar 22 45 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 4.216 19.265 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara
16,8 21,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 36 78 g/m3. Dari ketiga titik
II- 51 -
Parameter
Titik Pantau
Baku
Mutu
Kantor
Walikot
a
Pemukim
an Awara
Pasar
Sentral
Terminal
1942
SO2
900
g/m3
45
22
45
42
CO
30.000
g/m3
9.873
4.216
19.265
8.226
NO2
400
g/m3
21,6
16,8
21,6
18,4
O3
235
g/m3
58
36
97
39
kompleks Kantor Walikota memiliki nilai tertinggi yang sama dengan pasar Sentral untuk
dua parameter, yaitu parameter NO2 dan SO2. Secara umum kualitas udara ambien di Kota
Gorontalo masih berada dibawah baku mutu sehingga masih memenuhi syarat.
II- 52 -
Salah satu potensi pesisir di Provinsi Gorontalo adalah terumbu karang. Sumberdaya
pesisir ini diperkirakan berada dalam ambang kerusakan. Tingkat kerusakan diperkirakan
mencapai 40%. Apabila tidak dilakukan tindakan konservasi secepatnya maka kerusakan
akan semakin meluas. Terumbu karang di bagian selatan Provinsi Gorontalo yang berada di
Teluk Tomini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan
terumbu karang cincin (atol).
Tabel 2.20. Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo
No. LokasiTerumbuKarang
KondisiTutupan
Karang(%)
1.
Payunga
3040
2.
Saronde
3050
3.
PulauDulupi
5070
II- 53 -
4.
PulauAsiangi
5080
5.
PulauLamuaDaa
50 80
6.
PulauRaja
50 80
7.
PulauPopaya
50 80
8.
TelukKwandang
1020
9.
TPITilamuta
10
10.
Torsiaje
10
11.
PantaiMassa
12.
TamanLautOlele
1530
58
Sumber:Balihristi,2009
Terumbu karang di bagian tengah mencakup wilayah di selatan Boliohuto kemudian
sebelah selatan Paguat hingga sebelah selatan Marisa. Jenis terumbu karang terdiri atas
terumbu karang tepian (fringing reef), baik yang berada di tepian daratan (Pulau Sulawesi)
maupun di pulau-pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di sepanjang pantai
selatan daratan Pulau Sulawesi.
Terumbu karang tepian terdapat hampir di semua pulau-pulau (lito) yaitu: Batade,
Dulupi, Lahengo, Wulungiyo Ombulo, Wulungiyo Tambe, Wulungiyo Olikani, Libuiyo
Tilamuta, Mohupombo Daa, Mohupombo Kiki, Molopinggulo, Lipo Biato, Montuli, Bitila,
Puntu, Pomolia Kiki, Pomolia Daa, Lolahe, Taludahe, Dulawono, Tomelo. Di setiap pulau
selain terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas sedangkan lamun relatif sedikit.
Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif masih baik.
Terumbu karang di bagian barat mencakup wilayah di selatan Wulungiyo Wonggarasi
kemudian sebelah selatan Lemito hingga sebelah selatan Wulungiyo Alumbanga. Terumbu
karang tepian (fringing reef), terdapat di tepian daratan (Pulau Sulawesi) dan di pulaupulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di selatan Wonggarasi hingga di selatan
Yiliyala.
Terumbu karang tepian pulau terdapat hampir di semua pulau (lito) yaitu: Limboku
Kiki, Monji Kiki, Banggo Daa, Banggo Kiki, Puntu Daa, Molioto, Olinggobe, Imama,
Keakease, Samauna, Huliahedaa, Payata, Lamua Kiki, Lamua Daa, Dudepo, Pasigiogo,
Paniki, Ulipan, Putia, Ngeo, Burung, Maraati, dan Pajongge Daa. Disetiap pulau selain
II- 54 -
II- 55 -
TitikPantau
TPK2
TPK3
Lokasi
DesaBajoTilamutaKab.
Boalemo
PantaiWisataOleleKab.
BoneBolango
StatusMutuAir
NilaiIP
Ket
6,3576
CemarSedang
CemarSedang
8,03
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam
keputusan MENLH No.115 tahun 2003
Terumbu karang di utara bagian barat mencakup wilayah di utara Bolontio Barat.
Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian dan terumbu karang cincin.
Terumbu karang tepian tersebar di sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi dalam luasan
relatif sempit. Adapun terumbu karang cincin (atol) dijumpai jauh dari pantai sebanyak 2
buah. Material pasir yang cukup luas terdapat di sekitar atol tersebut, sedangkan lamun
(seagrass) dalam jumlah relatif sedikit. Di sekitar karang dekat dengan pantai hampir tidak
terdapat lamun. Hal ini karena laut di sekitar pantai tersebut cukup curam dan dalam.
Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah utara bagian barat ini relatif masih baik.
II- 56 -
Sebagian dari wilayah Provinsi Gorontalo diarahkan untuk kawasan hutan mangrove.
Kawasan hutan mangrove ditetapkan berdasarkan penyebaran hutan mangrove saat ini
ditambah dengan areal-areal yang dinilai baik ditumbuhi mangrove. Tahun 2010,
berdasarkan SK Menhut No 325 Tahun 2010 Hutan Mangrove di Provinsi Gorontalo seluas
13.645 ha. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pantai selatan Provinsi Gorontalo
masih memiliki kondisi hutan mangrove yang relatif baik, dimana jenis yang paling
dominan adalah xylocarpus sp dan Rhizopora mucronata. Berdasarakan hasil kajian
kerapatan jenis untuk tingkat pohon adalah 10.294 ind/ha. Jenis-jenis mangrove lainnya
yang ditemukan adalah Ceriops, Brugeria gymnorhiza, Excocaria, Rhizopora stylosa,
Rhizopora apiculata, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Plot kawasan hutan mangrove
ini
selain
dikaitkan
dengan
kebutuhan
konservasi
dan
sejalan
dengan
rencana
belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih
memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga
digunakan sebagai kayu bakar.
Table 2.23. Status Mutu Air Laut di Perairan Ekosistem Mangrove di Kawasan Teluk Tomini
2008
TitikPantau
TPM5
TPM6
Lokasi
DesaLamuBotumoitoKab.
Boalemo
DesaBajoTorosiajeKab.
Pohuwato
StatusMutuAir
NilaiIP
Ket
6,96638
CemarSedang
7,0592
CemarSedang
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam
keputusan MENLH No.115 tahun 2003
II- 58 -
Padang Lamun
Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar
pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales
yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut
dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan
(selalu tergenang). Ia dapat dianggap sebagai ekosistem antara ekosostem mangrove dan
terumbu karang.
Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup di
bawah permukaan air laut. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti
pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang
tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut.
Secara umum, kondisi pada lamun di Provinsi Gorontalo masih tergolong cukup baik,
terutama di daerah pulau-pulau dimana kondisi kualitas airnya masih relatif baik. Misalnya
di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang
termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan
Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.
Di Desa Bajo dan di Desa Torsiaje ditemukan padang lamun dalam bentuk hamparan
yang cukup luas dengan kerapatan yang masih relatif baik. Namun demikian pada lokasi
seperti teluk di Kwandang dan sekitar TPI Tilamuta kondisi padang
lamunnya sudah
termasuk kategori jelek dengan kepadatan rendah. Suspensi parikel-partikel yang cukup
tinggi di perairan pada kawasan ini bukan hanya mengurangi tingkat kecerahan perairan,
II- 59 -
TitikPantau
TPL2
TPL3
Lokasi
DesaBajoTilamutaKab.
Boalemo
StatusMutuAir
NilaiIP
Ket
6,7766
Cemar
6,552
Sedang
PantaiWisataBolihutuo
Cemar
Kab.Boalemo
Sedang
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam
keputusan MENLH No.115 tahun 2003
Coliform total untuk lokasi Pelabuhan Kota Gorontalo sebesar 2500 MPN/100 mL, nilai
tersebut melebihi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk perairan pelabuhan
yaitu 1000 MPN/100 mL. Konsentrasi DO di lokasi Muara Sungai Bone, daerah wisata olele
dan di muara Sungai Paguyaman yaitu masing-masing 4,8 mg/L, 4,5 mg/L dan 4,5 mg/L,
tidak memenuhi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk wisata bahari yaitu > 5
mg/L. Konsentrasi BOD di masing-masing lokasi tersebut adalah 11,5 mg/L, 12,5 mg/L dan
10,5 mg/L, dimana nilai-nilai tersebut diatas baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004
tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk
wisata bahari yaitu 10 mg/L.
II- 60 -
Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai
pH berkisar 7,5 7,8, warna 5,5 16,7, kekeruhan 2,5 3,8 dan TSS 17,5 19,5 mg/L,
tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 8,5,
warna = 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan
kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata
mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU.
Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH
berkisar 7,5 7,8, warna 5,5 16,7, kekeruhan 2,5 3,8 dan TSS 17,5 19,5 mg/L, tetapi
nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 8,5, warna =
30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan,
untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai
kekeruhan 3,8 NTU.
Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH
berkisar 7,5 7,8, warna 5,5 16,7, kekeruhan 2,5 3,8 dan TSS 17,5 19,5 mg/L, tetapi
nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 8,5, warna =
II- 61 -
Titik
Lokasi
StatusMutuAir
Pantau
TPP2
TPP3
PelabuhanKota
NilaiIP
Ket
1,6439
CemarRingan
1,9481
CemarRingan
gorontalo
PelabuhanTPI
TilamutaKab.Boalemo
Titik
Lokasi
StatusMutuAir
Pantau
TPW2
TPW3
NilaiIP
PantaiWisataOleleKab.
BoneBolango
PantaiWisataBolihutuo
Kab.Boalemo
6,3265
6,356
Ket
CemarSedang
CemarSedang
F. IKLIM
Untuk kepentingan pengembangan wilayah, semua faktor iklim, khususnya hujan,
suhu, angin dan kelembaban udara, adalah penting. Iklim memberi implikasi signifikan
pada perumusan kebijakan alokasi penggunaan ruang, misalnya dalam penentuan kawasan
lindung dan budidaya serta kebijakan pengelolaan sumberdaya alam. Untuk kabupatenkabupaten di Provinsi Gorontalo, kebijakan pengelolaan sumberdaya air, misalnya, adalah
aspek yang harus mendapat prioritas tinggi. Jika hasil optimal dan berkesinambungan
hendak dicapai, rumusan kebijakan ini harus menjadi dasar bagi arah pengembangan
wilayah.
Berdasarkan peta iklim Oldeman dan Darmiyati, Provinsi Gorontalo secara rata-rata
beriklim yang relatif kering. Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3
bulan per tahun bercurah hujan lebih dari 200 mm) meliputi seluruh kawasan pantai
selatan Kabupaten Boalemo dan sebagian Kota Gorontalo. Sementara, wilayah yang relatif
lebih basah (iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 bulan basah per tahun) ditemukan di
sepanjang wilayah Utara Provinsi Gorontalo.
Menurut klasifikasi iklim yang dikemukakan Schmidt Fergusson diperoleh nilai Q
(perbandingan rata-rata bulan kering dengan bulan basah) sebesar 25 % sehingga daerah ini
termasuk tipe iklim B yaitu beriklim basah.
SuhuudararataratabulanandiProvinsiGorontalotahun2012
27.6
27.4
27.1
26.9
26.6
27.1
27.1
Ags
Sep
27.2
27.0
26.8
26.6
26.3
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Okt
Nop
Des
Suhu(C)
II- 63 -
CurahHujandiProvinsiGorontalotahun2012
412
244
205
109
159
130
154
116
107
67
Jan
Feb
Mar
46
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
27
Okt
Nop
Des
Curahhujan(mm)
II- 64 -
G.BENCANA ALAM
Wilayah Gorontalo rentan terhadap bencana banjir. Pembukaan areal hutan yang dan
perubahan fungsi lahan meningkatkan intensitas banjir. Perubahan bulan musim hujan dan
lama waktu musim hujan memberikan pengaruh pada bencana banjir.
1. Bencana Banjir
Dampak yang ditimbulkan akibat banjir adalah rusaknya sarana infrastruktur daerah
sehingga menyebabkan saluran distribusi mengalami kendala. Masyarakat menderita
penyakit bawaan air, kehilangan harta, kelaparan, dan hilangnya tempat berteduh.
Bahkan, banjir di Gorontalo sudah merenggut korban jiwa.
Kerugian akibat banjir ini merupakan biaya lingkungan dan sosial mahal yang harus
ditanggung masyarakat akibat kesalahan tata ruang yang kian parah. Sedangkan pasca
banjir bagi daerah yang terkena banjir seperti wabah penyakit dan rusaknya fasilitas umum
serta terkendalanya pendidikan.
Gambar 2.24. Peta daerah rawan banjir di Provinsi Gorontalo. (Sumber: RTRW Prov.
Gorontalo 2010-2030)
II- 65 -
Selama
Wilayah
tahun
Provinsi
2012
Gorontalo
yakni
masing-
sembilan
kali.
mengalami
adalah
kejadian
Kabupaten
dilihat
dari
waktu
II- 66 -
JumlahKejadianBanjirdiGorontaloTahun2012
8
6
4
2
0
Jan Feb Mar Apr May Jun
Jumlahkejadian
Gambar 2.27 Jumlah kejadian banjir di Gorontalo menurut bulan selama tahun 2012
Kecamatan Limboto Barat di Kabupaten Gorontalo mengalami banjir bandang pada
tanggal 27 Januari mengakibatkan korban 799 rumah dan 2.674 jiwa terendam. Selain itu 6
sekolah satu tempat ibadah dan satu sarana kesehatan juga ikut digenangi air.
Pada tanggal 28 Januari 2012 Kecamatan Botumoito dan Tilamuta kembali dihantam
banjir bandang. Kali ini air
merendam 690 rumah dan 2760
jiwa. Keesokan harinya tanggal
29
Januari
Kecamatan
banjir
melanda
Botupingge
dan
Bone
Bolango
II- 67 -
perbukitan
yang
menjadi
Pembukaan
lahan
sebagian
pendek
pada
daerah
yang
akan
menimbulkan
banjir
bandang.
Gambar 2.29. Korban banjir mengungsikan
peralatan ke tempat yang kering.
kecamatan-
kecamatan
Korban
ini
yang
berada.
timbul
di
Korban
di
yang
kabupaten
Kabupaten
utara.
Korban
II- 68 -
Kecamatan
Tomilito
Banjir
merendam
178
meluap
kecamatan
Keempat
merendam
di
Bone
kecamatan
Suwawa,
Suwawa
Botupingge,
dan
empat
Bolango.
itu
Kabila.
adalah
Timur,
Pada
II- 69 -
Esoknya, 5 Mei 2012, masih di Gorontalo Utara banjir melanda Kecamatan Sumalata Timur
dan Biawu. Banjir mengakibatkan 187 keluarga dan 711 jiwa terendam.
Banjir pada tanggal 6 Mei 2012
melanda Kecamatan Tolangohula,
Boliyohuto, dan Bilato Kabupaten
Gorontalo. Akibatnya 505 keluarga
dan 1886 jiwa terendam serta 32
jiwa terpaksa mengungsi. Tanggal
13 Mei 2012 Kecamatan Gentuma
di Gorontalo Utara
mengalami
Paguat, dan Botumoito di Boalemo dilanda banjir menimbulkan 867 keluarga dan 848 jiwa
terendam. Tanggal 24 Juni 2012 banjir melanda Kecamatan Bone Raya di Bone Bolango,
dengan korban 63 rumah dan 263 jiwa terendam serta 83 jiwa terpaksa mengungsi. Selain
itu banjir merusak tanggul sepanjang 1 Meter dan Jalan 10 Meter serta Lahan Kering 98 Ha
Dalam bulan Juli 2012 ada tiga kejadian banjir di Gorontalo. Pada tanggal 13 Juli 2012
banjir melanda Kecamatan Biluhu dan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Korban yang
ditimbulan adalah 187 rumah, 443 keluarga, dan 1668 jiwa terendam, serta satu orang
meninggal.
Tanggal 19 Juli 2012 banjir melanda Kecamatan Suwawa Selatan, Suwawa Timur,
Botupingge, dan Kabila Bone di Bone Bolango. Banjir di Botupingge berupa banjir bandang
dan di Kabila Bone banjir disertai longsor. Kejadian di empat kecamatan ini menimbulkan
150 rumah dan 530 jiwa terendam. Berikutnya tanggal 22 Juli 2012 Kecamatan Bone di
Bone Bolango dilanda banjir mengakibatkan 97 rumah dan 391 jiwa terendam.
Selama bulan November 2012 tercata dua kali kejadian banjir berupa banjir bandang.
Pada tanggal 1 November 2012 banjir bandang melanda Kecamatan Limboto Barat
II- 70 -
terjadi
sebanyak
empat
kali.
mengalami
banjir
Suwawa
di
Bone
Bolango
Tanggal 29 Desember 2012 Kecamatan Suwawa Selatan di Bone Bolango dilanda banjir dan
mengakibatkan 47 rumah terendam dan 150 jiwa mengungsi. Banjir juga merendam 98 ha
area pertanian lahan kering. Banjir terakhir tahun 2012 terjadi tanggal 30 Desember 2012
melanda Kecamatan Kota Utara, Dumbo Raya, dan Kota Selatan di Kota Gorontalo. Banjir
kali ini merendam 481 rumah, 1368 keluarga, dan 4873 jiwa. Warga yang harus mengungsi
mencapai 227 orang.
Total korban yang ditimbulkan selama tahun 2012 akibat bencana banjir adalah 5.721
rumah, 12.221 keluarga dan 43.358 jiwa terendam. Warga yang terpaksa mengungsi
sebanyak 1.728 orang dan korban meninggal sebanyak 2 orang.
Bencana banjir di Gorontalo bisa terjadi dimana seluas 140.690 ha rawan banjir dan
3.399 sangat rawan. Sedangkan dari tingkat resiko akibat banjir maka 144.298 ha lahan
masuk kategori beresiko sedang dan 748 ha beresiko tinggi.
Bencana kebakaran hutan dan lahan yang dilaporkan terjadi di kabupaten Bone Bolango
seluas 5.3 ha pada tahun 2011. Sedangkan untuk bencana kekeringan tidak ada kejadian
yang signifikan dalam kurun waktu tahun 2012 hingga 2013.
II- 71 -
Kecamatan
Sumalata juga dilanda kebakaran pada tanggal 4 Mei 2012 menyebabkan 1 keluarga yang
terdiri dari 6 orang ruamahnya rusak.
Kota Gorontalo dilanda angin puting beliung dan kebakaran. Pada tanggal 26 Maret 2012
angin puting beliung melanda Kecamatan Sipatana merusak 59 rumah menyebabkan
kerugian bagi 72 keluarga yang beranggotakan 271 jiwa. Kota Tengah dilanda kebakaran
pada 14 Juli 2012 menghanguskan 6 rumah yang dihuni 9 keluarga beranggotakan 58 jiwa.
Sementara itu tidak terjadi bencana alam selain banjir di Kabupaten Pohuwato selama
tahun 2012.
II- 72 -
BAB III
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai khalifah atau pengelola di muka bumi ini.
Keberadaan manusia dalam kesahariannya tentu membutuhkan sumber daya dan sekaligus
akan menghasilkan karya cipta beserta dengan sisa-sisa barang dan energi lainnya yang
tidak terpakai. Semakin meningkat jumlah manusia semakin meningkat kebutuhan akan
sumber daya dalam suatu daerah. Atau dengan kata lain semakin besar tekanan yang
diberikan kepada lingkungan di tempat itu.
Pertumbuhan penduduk beserta peningkatan pembangunan di Gorontalo tentu juga
akan menimbulkan peningkatan tekanan terhadap lingkungan. Pemahaman tentang
tekanan penduduk Gorontalo dan aktivitasnya terhadap lingkungan sangat diperlukan agar
pengelolaan
lingkungan
yang
tepat
bisa
direncanakan.
Perencanaan
yang
tepat
mengarahkan kita dalam mengelola sumber daya alam yang terbatas untuk bisa lestari dan
berkelanjutan sampai kepada generasi yang akan datang.
A. KEPENDUDUKAN
Gorontalo didiami oleh beragam etnik atau suku bangsa. Suku utama adalah penduduk asli
suku Gorontalo. Suku lainnya adalah Bugis, Sangir, Minahasa, Bolaang Mongondow, Jawa,
Bali, Jawa-Tondano, Arab, dan Cina. Suku lain dalam jumlah yang relatif sedikit seperti
Ternate, Papua, Kendari, dan suku-suku dari Sumatera dan Kalimantan. Di daerah ini
terdapat suku terasing yang dinamakan orang Polahi.
Gambar 3.1. Rumah adat Gorontalo, Dulohupa. (a) tampak depan, (b) tampak
samping.
III- 1 -
No. Kabupaten/Kota
1 Boalemo
136,269
2 BoneBolango
147,692
3 Gorontalo
368,053
4 GorontaloUtara
108,079
5 GorontaloKota
188,761
6 Pohuwato
135,338
Total
1,084,192
Pertumbuhan
Penduduk(%)
2.68
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/km2)
78
2.02
78
1.68
172
1.88
50
2.37
2862
2.53
30
87
Jumlah penduduk Gorontalo tahun 2012 adalah 1.084.192 jiwa. Bila dibandingkan
dengan provinsi lain maka Gorontalo memiliki penduduk yang nomor dua paling sedikit di
Indonesia setelah Papua Barat. Sebanyak 368,053 jiwa atau 33,9% penduduk tinggal di
Kabupaten Gorontalo,
68,216
67,122
Pohuwato
92,101
96,660
GorontaloKota
55,178
52,901
GorontaloUtara
LakiLaki
185,196
182,857
Gorontalo
Perempuan
73,826
73,866
BoneBolango
68,569
67,700
Boalemo
0
50,000
100,000
150,000
200,000
III- 2 -
75+
7074
6569
60 64
5559
5054
4549
4044
3539
3034
2529
2024
1519
1014
59
04
60000
40000
20000
Lakilaki
20000
40000
60000
Perempuan
III- 5 -
Gambar 3.8. Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan di Pusat Pelelangan Ikan Gorontalo.
III- 6 -
2012
500
0
Boalemo
Gambar 3.10. Jumlah rumah tangga perikanan di Provinsi Gorontalo tahun 2011-2012.
Jumlah ini menurun dibanding tahun 2011, yang mencapai 8.471 rumah tangga.
Perubahan jumlah rumah tangga perikanan terbesar terjadi di kabupaten Gorontalo yang
mengalami penurunan sebanyak 32,2%. Sementara itu di Kabupaten Pohuwato mengalami
kenaikan sebesar 262 rumah tangga atau 13,5%.
III- 7 -
dengan tahun 2011, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,7%.
Jumlah Keluarga Prasejahtera Provinsi Gorontalo Tahun 2012 menurut BKKBN
Provinsi Gorontalo sebanyak 65.256 kepala keluarga. Keluarga prasejahtera terbanyak ada
di Kabupaten Gorontalo yaitu 33,4%. Bila dilihat persentase keluarga prasejahtera terhadap
jumlah penduduk dalam kabupaten maka persentase tertinggi ada di Pohuwato, yakni
sebesar 36,33% dari 32.231 Kepala Keluarga yang ada disana. Persentase KK prasejahtara
yang cukup banyak juga terdapat di kabupaten Boalemo dan Gorontalo Utara yaitu 35.3%.
Air minum adalah kebutuhan vital masyarakat. Penduduk Gorontalo memperoleh
sumber air minum melalui berbagai sumber. Sebagian besar memperoleh air dari
sambungan ledeng PDAM dan sumur, sebagian kecil menggunakan air sungai, air hujan, dan
sumur suntik. Untuk tahun 2012 terdapat 45.904 sambungan PDAM. Persentase rumah
tangga tertinggi yang memiliki sambungan pipa ledeng adalah kota Gorontalo sebesar
41,76%. Sambungan ledeng terendah di Gorontalo Utara yaitu 7,16%. Di Kota Gorontalo 21%
masyarakat menggunakan sumur dan 3,37% menggunakan sumur suntik.
Salah satu indikator pola hidup sehat masyarakat adalah tersedianya sanitasi yang layak.
Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri mencapai 51,16%. Persentase rumah tangga
terbanyak yang memiliki jamban sendiri ada di Kota Gorontalo, yaitu mencapai
88,47%.Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri paling sedikit
ada di Kabupaten pohuwato yakni 34,4%. Dengan demikian masih banyak masyarakat yang
buang air besar sembarangan. Penduduk yang tidak memiliki jamban ada yang buang hajat
di sungai atau tanah kosong. Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai umumnya buang air
besar langsung ke sungai, Hal ini dapat dilihat dari tingkat pencemaran bakteri coli tinja di
sungai-sungai yang dipantau.
Timbulan limbah domestik berupa sampah oleh penduduk Gorontalo diperkirakan
mencapai 433,676.80 kg per hari. Perkiraan ini menggunakan asumsi setiap orang
menghasilkan 0,4 kg sampah per hari. Pengelolaan sampah di Provinsi Gorontalo sudah
dilakukan dengan mengoperasikan beberapa TPA. Kawasan Industri Pengelolaan Sampah
(KIPS) Talumelito merupakan tempat pemrosesan akhir sampah regional yang melayani tiga
Kabupaten/Kota, yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone
Bolango.
III- 8 -
Sementara
ini
pengelolaan
sampah
di
sana
mengunakan
Tempat
Gambar 3.13.(a) Kolam pengolahan lindi di KIPS Talumelito, (b) Landfill di TPA Pohuwato.
Jenis TPA yang dibangun adalah tipe sanitary landfill. Analisis terhadap pola
pengelolaan sampah pada landfill menunjukkan bahwa emisi gas metana justru lebih besar
dari pada pola pembuangan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pola yang ada di TPA
perlu peningkatan, dimana gas metana yang hanya di venting saja harus dimanfaatkan
menjadi biogas. Recovery gas metana pada TPA akan menunjang program penurunan emisi
gas rumah kaca di Provinsi Gorontalo.
III- 9 -
JumlahTenagaKesehatanProvinsi
GorontaloTahun2012
TeknisMedis
TerapiFisik
Gizi
KesehatanLingkungan
KesehatanMasyarakat
Farmasi
Bidan
PerawatGigi
Perawat
DokterGigi
DokterUmum
DokterSpesialis
131
35
210
207
758
257
645
82
1296
34
239
38
0
200
400
600
Gambar 3.16. Gedung sementara Rumah Sakit dr. Ainun Hasri Habibie.
Pemerintah Provinsi Saat ini sedang membangun rumah sakit unggulan yaitu RS.
Hasri Ainun Habibie di Limboto. Sementara ini operasional rumah sakit menempati gedung
ex-Mall Limboto.
D. PERTANIAN
Lahan pertanian basah difungsikan untuk budidaya komoditi padi sawah irigasi dan
tadah hujan, Provinsi Gorontalo memiliki 28.254 ha lahan sawah. Lahan sawah terluas ada
di Kabupaten Gorontalo mencapai 46,78 % dan terkecil di Kota Gorontalo seluas 3,33 %.
Lahan yang ditanami 2 kali setahun mencapai 82,3% dan satu kali 3,7%. Sisanya ada
yang tidak diusahakan dan tidak ditanami. Produksi per hektar berkisar 42,58 di Gorontalo
Utara hingga
kwintal/ha.
III- 11 -
TRENDPERKEMBANGANPRODUKSIPADI
(TON)
TAHUN2007 2011
300,000
200,000
100,000
TON/Ha
2007
2008
2009
2010
2011
200,421
237,873
256,933
253,563
273,921
Gambar 3.18. Sawah, (a) Petani menyiangi padi di sawah. (b) Padi yang mulai berisi.
III- 12 -
TRENDPERKEMBANGANPRODUKSI
JAGUNG(TON)
TAHUN2007 2011
800,000
600,000
400,000
TON/Ha
200,000
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 3.20. Grafik trend perkembangan produksi jagung tahun 2007 - 2011.
Dengan mulai dibukanya lahan sawit maka beberapa tahun mendatang area
perkebunan kelapa sawit yang akan dominan di Gorontalo. Bila rata-rata satu perusahaan
memiliki luas 10.000 ha saja, dengan adanya 12 perusahaan sawit diperkirakan akan dibuka
seluas 120.000 ha kebun sawit. Pengunaan pupuk urea untuk perkebunan menurut
perkiraan sebanyak 30250 ton untuk kelapa dan 96.8 ton untuk coklat. Sedangkan NPK
digunakan pada perbandingan yang sama.
III- 13 -
No.
Kabupaten/Kota
Boalemo
Bone Bolango
Sapi
Sapi
Kuda Kambing Babi
Perah Potong
0
36394
97
3753
1876
16
23261
328
6815
Gorontalo
81327
1129
40356
Gorontalo Utara
29405
41
18664
346
Gorontalo Kota
2783
1057
12169
Pohuwato
29804
18
10411
2847
16
202974
2670
Total
92168 5069
III- 14 -
No.
Kabupaten/Kota
Boalemo
Bone Bolango
Ayam
Kampung
Ayam
Petelur
Ayam
Pedaging
Itik
128174
10527
6970
10256
439688
31539
113173
22517
3 Gorontalo
370473
200250
163000
13367
4 Gorontalo Utara
116967
5878
4056
1584
5 Gorontalo Kota
78873
34852
247766
10611
6 Pohuwato
206786
2305
235
10256
Total
1340961
285351
535200
68591
Ayam kampung berjumlah 1340961 ekor naik 39.6%. ayam petelur naik 127%
menjadi 285.351 ekor. Populasi ayam pedaging naik sekitar 122% kalinya, dan populasi itik
naik 20%.
E. INDUSTRI
Jumlah perusahaan besar dan sedang yang terdapat di Provinsi Gorontalo dalam
tahun 2012 mencapai 20 buah yang memiliki total 7.693 pekerja. Perusahaan Gula
Gorontalo Tolangohula berada di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo.
Perusahaan ini memiliki luas lahan tebu 1468 ha dengan produksi mencapai 280 ribu ton
gula. Perusahaan Multi Nabati Sulawesi yang berlokasi di Kabupaten Pohuwato
memproduksi minyak kelapa. Sedangkan di Isimu Kabupaten Gorontalo terdapat
III- 15 -
Gambar 3.22. Pabrik tepung kelapa, (a) Pengupasan tempurung. (b) Paket produk tepung
kelapa siap ekspor
Perusahaan industri mikro dan kecil mencapai 12.630 buah yang menyerap 31910
tenaga kerja dengan total niali produksi 510 milyar rupiah pada tahun 2012. Baik
perusahaan besar dan sedang maupun kecil mikro belum memiliki data emisi limbah.
F. PERTAMBANGAN
Bumi Gorontalo kaya akan kandungan mineral. Bahan tambang utama adalah emas dan
tembaga. Emas sudah ditambang sejak zaman penjajahan Belanda.
Gambar 3.23. Perusahaan Tambang PT. Gorontalo Mineral (a) Base camp di Sungai Mak.
(b). Inspeksi Lokasi titik bor eksplorasi di Sungai Mak.
III- 16 -
Gambar 3.24 PETI, (a) Tromol pengolahan bijih emas. (b)Pembangunan tromol pengolahan
emas di pinggir Sungai Paguyaman.
Perbedaan metoda tong dengan metoda perendaman adalah proses, kapasitas, dan
waktu pengerjaan. Tong mampu mengolah bijih dalam skala besar sedangkan metoda
III- 17 -
Gambar 3.25 Pemantauan PETI, (a) Limbah pengolahan bijih emas dari tromol. (b)
Luncuran pemisahan bijih emas pada metoda semprot di Saripi.
Penambang emas rakyat di Kabupaten Boalemo dan Pohuwato menggunakan
metoda semprotan. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan bijih emas lepas pada tanah
yang rapuh dan tdak berbatu. Lumpur dialirkan di atas luncuran dan bijih emas didulang
lalu ditangkap dengan air raksa. Kegiatan ini menyebabkan sungai Taluduyunu selalu keruh
kecoklatan.
III- 18 -
III- 19 -
Gambar 3.27. Pilihan sumber energi masyarakat: kayu bakar, tempurung kelapa, dan gas
elpiji.
Bahan bakar solar selain digunakan untuk transportasi juga digunakan pada sektor
industri. Ada sebanyak 78 buah perusahaan yang menggunakan solar dalam usaha mereka.
Sebagian bergerak di pembangunan jalan dan jembatan, sebagiana industry rotan, industry
jagung, dan pegolahan minyak kelapa.
H. TRANSPORTASI
Alat transportasi bertambah dengan pesat di Provinsi Gorontalo dalam beberapa tahun
terakhir . Pada tahun 2012 jumlah kendaraan roda dua 215.990 buah.
Gambar 3.28 Oto sewa, Angkutan kota yang melayani antar kota kabupaten.
III- 20 -
Terminal
utama untuk antar kota dalam provinsi ada di Pasar Sentral. Sedangkan terminal Antar kota
antar provinsi di Terminal 1942 Andalas.
pantai Selatan dan dua di pantai utara. Pelabuhan laut yang ada di utara adalah Pelabuhan
Anggrek dan Pelabuhan Kwandang. Sedangkan Pelabuhan di selatan adalah Pelabuhan
Gorontalo, Pelabuhan Ferry Gorontalo, dan Pelabuhan Tilamuta.
I. PARIWISATA
Gorontalo kaya dengan potensi wisata. Saat ini ada 64 area wisata yang sudah
dikembangkan, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Sektor ini paling banyak berupa wisata
alam. Wisata alam yang umum adalah pantai, wisata bawah laut,pemandaian air panas,dan
air terjun.
yang cukup menarik adalah Perkampungan Terapung Suku Bajo di Torosiaje, Pohuwato.
III- 22 -
III- 23 -
J. LIMBAH B3
Selain pengelolaan limbah domestik pemerintah Provinsi Gorontalo juga memperhatikan
Pengelolaan limbah B3.
Pengelolaan limbah rumah sakit di Provinsi Gorontalo masih belum memenuhi syarat. Pada
tahun 2013 Kementerian Lingkungan Hidup melakukan penilaian Proper terhadap beberapa
rumah sakit dengan hasil semua yang dinilai masuk kategori hitam.
Balihristi bersama Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kota telah melakukan
pengawasan dan pemantauan terhadap perusahaan yang menghasilkan limbah B3 sesuai
kewenangan masing-masing. Saat ini sudah ada dua perusahaan yang mengurus perizinan
pengelolaan limbah B3.
Tabel 3.4 Perusahaan yang memiliki izin pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
No.
Nama
Jenis
Perusahaan
Kegiatan/Usaha
PT
Pertamina Terminal
JenisIzin
BBM Penyimpanan
SementaraLB3
NomorIzin
No. 660/BLH/264/VI/2011, 8
Persero
Gorontalo
PTPGGorontalo
Gula
2010
SementaraLB3
Juni2011
III- 24 -
BAB IV
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Pembangunan di Gorontalo semakin pesat semenjak menjadi provinsi sendiri, setelah
pemekaran dari Sulawesi Utara. Tentu pembangunan membutuhkan pemanfaatan sumber
daya alam yang dimiliki daerah. Pengelolaan lingkungan yang terencana dan berkelanjutan
diperlukan agar Gorontalo tidak menanggung akibat yang seharusnya bisa dihindari bila
kepedulian
akan
kelestarian
lingkungan
menjadi
bagian
dalam
setiap
program
pembangunan.
Permasalahan lingkungan yang mendesak untuk ditangani saat ini diantaranya adalah
penurunan kualitas air sungai dan danau akibat erosi, kerusakan Danau Limboto,
Penambangan Emas Tanpa Izin, perusakan hutan dan lahan, kerusakan terumbu karang dan
mangrove, banjir tahunan dan banjir bandang, pembuangan sampah dan limbah yang
belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan kesadaran masyarakat terhadap
kelestarian lingkungan hidup yang masih rendah.
A. REHABILITASI LINGKUNGAN
Berdasarkan data dari Instansi Lingkungan Hidup di Kabupaten/Kota pada tahun 2011 dan
2012 dilakukan kegiatan penghijauan dan reboisasi. Kabupaten Bolemo melakukan
penghijauan seluas 2 ha dengan menanam 400 pohon. Pemerintah Kabupaten Gorontalo
telah melakukan penanaman sebanyak 475.103 pohon.
Gambar 4.1. Ruang terbuka hijau di halaman RS. dr. Hasri Ainun Habibie, Limboto
IV- 1 -
IV- 2 -
pengaduan, dan yang paling sedikit ada di Kabupaten Gorontalo, hanya dua pengaduan.
IV- 5 -
Gambar 4.6. Kegiatan lingkungandi Sekolah Adiwiyata, (a) penanaman pohon, (b) pemilahan
sampah
Dalam tahun 2013 Kementerian Lingkungan Hidup memberikan pengharagaan Adipura
kepada tiga kota di Provinsi Gorontalo. Dua kota masuk kategori Anugerah Adipura yakni
Kota Limboto di Kabupaten Gorontalo dan Kota Marisa di Kabupaten Pohuwato.Sedangkan
satu kota menerima Piagam Adipura yakni Kota Suwawa di Kabupaten Bone Bolango.
Gambar 4.7. Pelatihan Pemanfaatan sedimen Danau Limboto untuk batu bata.
Pada tahun 2012 Provinsi Gorontalo menerima 2 Kota di Provinsi Gorontalo menerima
penghargaan Adipura. Kota Limboto Kabupaten Gorontalo mendapat anugerah Piala
Adipura untuk yang kelima kalinya. Sedangkan Kota Marisa menerima sertifikat Adipura.
IV- 6 -
E. KELEMBAGAAN
Pengelolaan lingkungan di Provinsi Gorontalo memerlukan penegakan hukum terutama
yang mempertimbangkan kondisi dan budaya daerah. Untuk menunjang penegakan hukum
di bidang lingkungan dibuat peraturan daerah Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2013 telah
dikeluarkan Perda Provinsi Gorontalo Nomor 3 tentang Pengelolaan Sampah. Perda ini
adalah peraturan daerah yang kelima yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup
di Provinsi Gorontalo.
6.00
5.00
4.00
APBN
3.00
APBD
2.00
1.00
0.00
2012
2013
Gambar 4.8. Grafik Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Balihristi (dalam milyar rupiah)
IV- 7 -
Series1
Series2
6
4
2
0
Master(S2)
Sarjana(S1)
Diploma
(D3/D4)
SLTA
perempuan magister atau S2. Sarjana sebanayak 14 orang laki-laki dan 18 orang
perempuan. Diploma 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Sedangkan yang tamatan
SLTA ada 4 laki-laki dan 7 perempuan.
Perbandingan pegawai balihristi 40% perempuan dan 60% laki-laki. Sampai tahun 2013
belum ada pegawai Balihristi yang menjadi staf jabatan fungsional lingkungan hidup.
IV- 8 -