SLHD Buku 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 125

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI GORONTALO
TAHUN 2013

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO


BADAN LINGKUNGAN HIDUP, RISET DAN TEKNOLOGI INFORMASI
(BALIHRISTI)

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH


PROVINSI GORONTALO
2012

Diterbitkan oleh:
Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi
(BALIHRISTI)
Provinsi Gorontalo
i

GUBERNUR GORONTALO

SAMBUTAN


Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan
tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
(SLHD) Provinsi Gorontalo Tahun 2013 sesuai dengan yang
direncanakan.

Laporan SLHD merupakan sarana publik untuk melakukan pengawasan


Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah. SLHD
sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan
pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan lembaga eksekutif,
legislative dan yudikatif. Laporan ini menyajikan data dan informasi kondisi
lingkungan hidup; permasalahan; hasil pemantauan dan evaluasi; serta
program dan kebijakan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di Provinsi Gorontalo.
Saya yakin masih terdapat kekurangsempurnaan dalam laporan ini,
namun demikian saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga Karya
Nyata kita dalam mewujudkan percepatan pembangunan diberbagai bidang
serta peningkatan ekonomi masyarakat yang berkeadilan di Provinsi Gorontalo
terus berlanjut dimasa mendatang.
Wabillahi Taufik Walhidayah
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Gorontalo,

Oktober 2013

Gubernur,
TTD
Drs. Hi. RUSLI HABIBIE, M.Ap

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena


atas rahmat dan karunianya BALIHRISTI Provinsi Gorontalo
dapat

menyelesaikan

penyusunan

Laporan

Status

Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo tahun


2013.
Laporan SLHD merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap lingkungan
hidup sebagai akuntabilitas publik dengan menggunakan pendekatan P-S-R
(Pressure, State, Response).
Status

Lingkungan

Hidup

Daerah

(SLHD),

diharapkan

dapat

memberikan informasi dibidang lingkungan hidup khususnya di wilayah


Provinsi Gorontalo, sehingga sehingga dapat meningkatkan upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
petunjukNya

serta

memberikan

kekuatan

kepada

kita

semua

dalam

melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Kepala Badan,
TTD
Ir. NONTJE LAKADJO

iii

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH


PROVINSI GORONTALO
2013

Diterbitkan oleh:
Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi
(BALIHRISTI)
Provinsi Gorontalo
i

GUBERNUR GORONTALO

SAMBUTAN

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan
tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
Provinsi Gorontalo Tahun 2013 sesuai dengan yang direncanakan
Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) merupakan
amanat Undang Undang Nomor 32 tahun 2009
Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mewajibkan
Pemerintah Pusat dan Daerah untuk melaksanakan penyusunan
laporan tentang pengelolaan lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada
masyarakat.
Laporan SLHD merupakan sarana publik untuk melakukan pengawasan Tata Praja
Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah. SLHD sebagai landasan publik
untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersamasama dengan lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Laporan ini menyajikan data
dan informasi kondisi lingkungan hidup; permasalahan; hasil pemantauan dan evaluasi;
serta program dan kebijakan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di Provinsi Gorontalo.
Saya yakin masih terdapat kekurangsempurnaan dalam laporan ini, namun
demikian saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
dan terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga Karya Nyata kita dalam mewujudkan
percepatan pembangunan diberbagai bidang serta peningkatan ekonomi masyarakat
yang berkeadilan di Provinsi Gorontalo terus berlanjut dimasa mendatang.

Wabillahi Taufik Walhidayah


Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Gorontalo,

2013
Gubernur,

RUSLI HABIBIE

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Kuasa, karena atas izin dan perkenan-Nya BALIHRISTI
Provinsi Gorontalo dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo
tahun 2013.
Laporan SLHD merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap
lingkungan hidup sebagai akuntabilitas publik dengan menggunakan pendekatan P-S-R
(Pressure, State, Response).
Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), diharapkan dapat memberikan

informasi dibidang lingkungan hidup khususnya di wilayah Provinsi Gorontalo,


sehingga sehingga dapat meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
petunjukNya

serta

memberikan

kekuatan

kepada

kita

semua

dalam

melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Kepala Badan,

Ir. NONTJE LAKADJO

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................

SAMBUTAN.................................................................

ii

KATA PENGANTAR ........................................................

iii

DAFTAR ISI................................................................

iv

DAFTAR TABEL ............................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................

vii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................

I-1

A.

Gambaran Umum Provinsi Gorontalo ...........................................................

I-2

B.

Isu-Isu Utama Lingkungan di Provinsi Gorontalo ....................................

I-4

BAB II KONDISI LINGUNGAN & KECENDERUNGANNYA .............

II-1

A.

LAHAN DAN HUTAN .....................................................................................

II-1

B.

KEANEKARAGAMAN HAYATI ....................................................................

II-7

C.

AIR ......................................................................................................................

II-22

D.

UDARA ..............................................................................................................

II-47

E.

LAUT, PESISIR DAN PANTAI ...................................................................

II-53

F.

IKLIM .................................................................................................................

II-63

G.

BENCANA ALAM .............................................................................................

II-65

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN .........................

III-1

A.

KEPENDUDUKAN ...........................................................................................

III-1

B.

PEMUKIMAN ....................................................................................................

III-6

C.

KESEHATAN ...................................................................................................

III-10

D.

PERTANIAN .....................................................................................................

III-11

E.

INDUSTRI ........................................................................................................

III-15

F.

PERTAMBANGAN............................................................................................

III-16

G.

ENERGI ..............................................................................................................

III-19

H.

TRANSPORTASI .............................................................................................

III-20

iv

I.

PARIWISATA ..................................................................................................

III-22

J.

LIMBAH B3 .......................................................................................................

III-24

BAB IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN ..................................

IV-1

A.

REHABILITASI LINGKUNGAN .................................................................

IV-1

B.

AMDAL ...............................................................................................................

IV-3

C.

PENEGAKAN HUKUM .....................................................................................

IV-4

D.

PERAN SERTA MASYARAKAT ..................................................................

IV-5

E.

KELEMBAGAAN ...............................................................................................

IV-8

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.

Persentase Kemiringan Lereng Lahan Provinsi Gorontalo .......

Tabel 2.2.

Luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo menurut

II- 3

SK Menhut No 325 Tahun 2010 ....................................................

II-4

Tabel 2.3.

Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo ........................................

II-5

Tabel 2.4.

Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo.

II-9

Tabel 2.5.

Tipe Ekosistem Kawasan TNBNW ...............................................

II-12

Tabel 2.6.

Status Mutu Air Sungai Paguyaman..............................................

II-29

Tabel 2.7.

Status Mutu Air Sungai Bone.........................................................

II-33

Tabel 2.8.

Status Mutu Air Sungai Buladu .....................................................

II-35

Tabel 2.9.

Status Mutu Air Sungai Taluduyunu.............................................

II-38

Tabel 2.10.

Status Mutu Air Sungai Bolango ...................................................

II-40

Tabel 2.11.

Luas dan Kedalaman Danau Limboto .............................................

II-42

Tabel 2.12.

Luas dan Volum air Danau Limboto menurut elevasi. ................

II-42

Tabel 2.13.

Parameter Pengukuran Udara di Provinsi Gorontalo.................

II-47

Tabel 2.14.

Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Pohuwato ...........................

II-48

Tabel 2.15.

Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Boalemo .............................

II-49

Tabel 2.16.

Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Bone Bolango ....................

II-49

Tabel 2.17.

Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo ..........................

II-50

Tabel 2.18.

Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo Utara ..............

II-51

Tabel 2.19.

Kualitas Udara di Titik Pantau Kota Gorontalo 2011 ................

II-52

Tabel 2.20.

Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo ..........................

II-53

Tabel 2.21.

Status Mutu Air Laut di Perairan Terumbu Karang di


Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 ...............................................

Tabel 2.22.

Status Kondisi Hutan Mangrove Teluk Tomini


di Provinsi Gorontalo 2008 ......................................................

Tabel 2.23.

II-58

Status Mutu Air Laut di Perairan Padang Lamun di


Kawasan Teluk Tomini 2008 ...........................................................

Tabel 2.25.

II-57

Status Mutu Air Laut di Perairan Ekosistem Mangrove


di Kawasan Teluk Tomini 2008 .......................................................

Tabel 2.24.

II-56

II-60

Status Mutu Air Laut di Perairan Kawasan Pelabuhan

vi

di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 ..........................................

II-62

Tabel 2.26. Status Mutu Air Laut di Perairan Wisata Bahari di


Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 ..............................................

II-62

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Gorontalo, Perumbuhan dan


Kepadatannya menurut Kabupaten/Kota tahun 2012 ...............
Tabel 3.2. Populasi ternak di Gorontalo tahun 2012 ........................................

III-2
III-14

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.

Peta Administrasi Provinsi Gorontalo ........................................

I-1

Gambar 1.2.

Danau Limboto, dilihat dari Dembe Kota Gorontalo. .............

I-7

Gambar 2.1.

Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota


di Provinsi Gorontalo ......................................................................

II-1

Gambar 2.2.

Grafik penggunaan lahan di Provinsi Gorontalo 2012 ............

II-2

Gambar 2.3.

Peta Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo ...................................

II-3

Gambar 2.4.

Persentase luas lahan (ha) berdasarkan tingkat ke-kritisan


di Provinsi Gorontalo ......................................................................

II-5

Gambar 2.5.

Persentase Konversi Hutan di Provinsi Gorontalo. .................

II-6

Gambar 2.6.

Bunga bangkai di Kecamatan Tapa Kabupaten


Bone Bolango ....................................................................................

II-8

Gambar 2.7.

Babirusa, fauna endemik Sulawesi. ............................................

II-14

Gambar 2.8.

Mangga Dulamayo ...........................................................................

II-15

Gambar 2.9.

Ikan-ikan Danau Limboto ..............................................................

II-17

Gambar 2.10.

Ikan Nike ..........................................................................................

II-21

Gambar 2.11.

Peta Sungai Paguyaman .................................................................

II-27

Gambar 2.12.

Peta Sungai Bone ............................................................................

II-30

Gambar 2.13. Sungai Buladu ...................................................................................

II-33

Gambar 2.14.

Peta Sungai Buladu .........................................................................

II-34

Gambar 2.15.

Peta Sungai Taluduyunu ................................................................

II-37

Gambar 2.16. Danau Limboto, foto udara ...........................................................

II-41

Gambar 2.17.

Peta Batimetri Danau Limboto ....................................................

II-43

Gambar 2.18.

Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto ...................

II-44

Gambar 2.19.

Pengerukan Danau Limboto ..........................................................

II-45

Gambar 2.20. Peta sebaran terumbu karang di Perairan Provinsi


Gorontalo ..........................................................................................
Gambar 2.21.

II-53

Kondisi terumbu karang Teluk Tomini di


Provinsi Gorontalo ..........................................................................

II-55

Gambar 2.22. Lokasi-Lokasi Pemantauan Kualitas Air Laut ...............

II-61

Gambar 2.23. Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Gorontalo 2012 ..............

II-63

viii

Gambar 2.24. Curah hujan di Provinsi Gorontalo 2012....................................

II-64

Gambar 2.25. Peta daerah rawan banjir di Provinsi Gorontalo .....................

II-65

Gambar 2.26. Rumah dan lahan terendam banjir di Limboto.........................

II-63

Gambar 2.27. Jumlah kejadian banjir di Gorontalo menurut bulan


selama tahun 2012..........................................................................

II-67

Gambar 2.28. Anak-anak bermain di depan rumah saat banjir


di Sungai Bolango ............................................................................

II-67

Gambar 2.29. Korban banjir mengungsikan peralatan ke tempat


yang kering .......................................................................................

II-68

Gambar 2.30. Korban banjir beristirahat di jalan ..........................................

II-68

Gambar 2.31.

Pengemudi bentor menuci bentor ...............................................

II-69

Gambar 2.32. Pengguna jalan terpaksa berputar menghindari area banjir

II-63

Gambar 2.33. Sampah dibawa arus banjir menumpuk di jembatan ..............

II-63

Gambar 3.1.

Rumah adat Gorontalo, Dulohupa ................................................

III-1

Gambar 3.2.

Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut


Kabupaten/Kota tahun 2012 ........................................................

III-2

Gambar 3.3.

Piramida penduduk Gorontalo tahun 2012 ................................

III-3

Gambar 3.4.

Siswa SD menyeberangi sungai menuju sekolah .....................

III-4

Gambar 3.5.

Suasana belajar di sebuah Sekolah Dasar ...............................

III-4

Gambar 3.6.

Kampus UNG ....................................................................................

III-5

Gambar 3.7.

Gedung Rektorat Universitas Gorontalo di Limboto .............

III-5

Gambar 3.8.

Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan di Pusat


Pelelangan Ikan Gorontalo ............................................................

III-6

Gambar 3.9.

Nelayan di Danau Limboto ............................................................

III-6

Gambar 3.10.

Jumlah rumah tangga perikanan di Provinsi Gorontalo


tahun 2011-2012 .............................................................................

III-7

Gambar 3.11.

Salah satu hunian penduduk miskin ............................................

III-7

Gambar 3.12.

Truk pengangkut sampah menuju KIPS Talumelito................

III-9

Gambar 3.13.

KIPS Talumelito dan TPA Pohuwato ..........................................

III-9

Gambar 3.14.

Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo


tahun 2012........................................................................................

III-10

Gambar 3.15.

Rumah Sakit dr. Aloei Saboe .......................................................

III-10

Gambar 3.16.

Gedung sementara Rumah Sakit dr. Ainun Hasri Habibie....

III-11

Gambar 3.17.

Tren perkembangan produksi padi tahun 2007 2011 .........

III-12

ix

Gambar 3.18.

Sawah ................................................................................................

III-12

Gambar 3.19.

Perkebunan kelapa di pesisir Sungai Bone ...............................

III-13

Gambar 3.20. Grafik trend perkembangan produksi jagung


tahun 2007 - 2011 ..........................................................................

III-13

Lahan pertanian di perkotaan berubah menjadi pemukiman

III-14

Gambar 3.22. Pabrik tepung kelapa ......................................................................

III-16

Gambar 3.23. Perusahaan Tambang PT. Gorontalo Mineral ...........................

III-16

Gambar 3.24. PETI ...................................................................................................

III-17

Gambar 3.25. Pemantauan PETI ............................................................................

III-18

Gambar 3.26. Salah SPBU di Kota Gorontalo ....................................................

III-19

Gambar 3.27. Pilihan sumber energi masyarakat..............................................

III-20

Gambar 3.28. Oto sewa..........................................................................................

III-20

Gambar 3.29. Terminal 1942 Andalas..................................................................

III-21

Gambar 3.30. Kapal membongkar muatan di Pelabuhan Gorontalo ...............

III-21

Gambar 3.31. Kawasan Wisata Pantai Botutonuo di Bone Bolango ...............

III-22

Gambar 3.32. Perkampungan Terapung Suku Bajo ...........................................

III-23

Gambar 3.33. Hotel Maqna .....................................................................................

III-23

Gambar 3.21.

Gambar 4.1.

Ruang terbuka hijau di halaman RS. dr. Hasri


Ainun Habibie, Limboto .................................................................

IV-1

Gambar 4.2.

Ruang terbuka hijau di Kabila, Bone Bolango ...........................

IV-2

Gambar 4.3.

Penanaman pohon di halaman Kantor Bupati


Gorontalo Utara ..............................................................................

IV-2

Gambar 4.4.

Suasana Rapat komisi Amdal Provinsi Gorontalo ....................

IV-3

Gambar 4.5.

Penindaklajutan pengaduan masyarakat....................................

IV-4

Gambar 4.6.

Kegiatan lingkungandi Sekolah Adiwiyata ................................

IV-6

Gambar 4.7.

Pelatihan Pemanfaatan sedimen Danau Limboto


untuk batu bata ...............................................................................

IV-6

Gambar 4.8.

Grafik Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Balihristi ....

IV-7

Gambar 4.9.

Grafik komposisi pegawai Balihristi menurut pendidikan .....

IV-8

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB I
PENDAHULUAN
Pemanfaatan sumber daya alam diharapkan dapat memacu pembangunan Provinsi
Gorontalo

di

lain

pihak

juga

diharapkan

lestari

sehingga

pembangunan

dapat

berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan
sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan krisis pangan, krisis air, krisis energi
dan kerusakan lingkungan. Sumberdaya alam di Provinsi Gorontalo saat ini menghadapi
tantangan dan tekanan yang semakin kuat dan nyata.

A. GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO


a. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, dan
secara administratif terpisah dari Provinsi Sulawesi Utara sejak tanggal 16 Februari 2001.
Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian Utara memiliki 1 kota dan 5
Kabupaten.

Gambar 1.1. Peta Adminstratif Provinsi Gorontalo


I- 1 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Bentangan geografi berada di antara 12123 12343 Bujur Timur dan 019
115 Lintang Utara, dengan luas 12.435 km2 dan jumlah penduduk tahun 2012 tercatat
1,084,192 jiwa.
Batas-batas wilayah Provinsi Gorontalo yaitu:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol dan Toli Toli (Sulawesi Tengah
dan Laut Sulawesi).
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah).
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan
Bolaang Mongondow Selatan (Sulawesi Utara).
Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

b. Kondisi Geologi
Wilayah Kota Gorontalo, secara geologis terdiri atas endapan danau, batu gamping,
deorit bone, dan batu gunung api. Di Kota Utara didominasi oleh endapan danau; di Kota
Barat, disamping ditemukan endapan danau, juga terdapat batu gamping terumbu; di Kota
Selatan terdapat diorit bone dan batuan gunung. Berdasarkan Peta Geologi dari Direktorat
Geologi (Tjetje Appandi, 1977) di Kota Gorontalo dijumpai batuan gunung api (berupa
breksi gunung api, tufa, dan lava yang mengandung batu apung berwarna kuning); batuan
gamping koral berwarna putih, pejal pada perbukitan; batuan beku terobosan Granodiorit,
dijumpai menerobos batuan gunung api maupun batu gamping terjal di wilayah Kota
Selatan; dan alluvium berupa lumpur, pasir dan kerikil pada satuan morfologi daratan.
Wilayah Kabupaten Gorontalo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit,
basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kabupaten
Pohuwato terdiri atas sedimen lepas.

Sedimen lepas banyak tersebar di Kecamatan

Paguyaman, Kecamatan Tilamuta, dan Kecamatan Paguat bagian selatan. Sedimen padu
banyak ditemukan di Kecamatan Paguyaman bagian utara, Kecamatan Tilamuta bagian
tengah dan utara. Kecamatan Popayato umumnya memiliki banyak batuan beku malihan.
Wilayah Kabupaten Boalemo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit,
basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kecamatan
Tilamuta banyak tersebar sedimen lepas, sedimen padu.
Sementara di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan peta satuan lahan
dan status lembar Atinggola skala 1:250.000, yang diterbitkan Pusat Penelitian Agroklimat
I- 2 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Bogor, bahwa formasi geologi yang terdiri dari Breksi Wubudu, Diorite dan Vulkanik
Bilungala.
c. Topografi
Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan dan
pegunungan dengan ketinggian yang berbeda-beda. Gunung Tabongo yang terletak di
Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi dengan ketinggian 2.100 m di atas
permukaan laut. Sedangkan Gunung Litu-Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo
merupakan gunung terendah dengan ketinggian 884 m di atas permukaan laut. Di samping
mempunyai banyak gunung, provinsi ini juga memiliki banyak sungai. Sungai terpanjang
adalah Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang aliran 99,3
km. Sungai terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak
di Kabupaten Gorontalo Utara.
Informasi menyangkut jenis tanah yang mencakup seluruh wilayah Provinsi
Gorontalo saat ini hanya tersedia dalam skala Tanah Tinjau (skala 1 : 250.000) dengan
sistem kelasifikasi Dudal dan Supratoharjo. Meskipun demikian, di lokasi tertentu,
khususnya di Kabupaten Gorontalo, telah tersedia data sampai skala semi detail
berdasarkan sistem Taxonomi Tanah. Informasi menyangkut kondisi tanah dalam skala
Provinsi, terutama didasarkan pada Peta Tanah Tinjau yang ada. Informasi dari peta tanah
semi detail dimanfaatkan jika terjadi keraguan dalam pengambilan keputusan peruntukan
kawasan, khususnya untuk lokasi yang termasuk wilayah Kabupaten Gorontalo.
Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, di Provinsi Gorontalo ditemukan tanah
yang diklasifikasikan sebagai Aluvial, Grumusol, Andosol, Latosol, Podsolik dan Litosol.
Berdasarkan sifat-sifatnya, tanah-tanah ini mempunyai kemampuan lahan (potensi
pengembangan sebagai kawasan atau lahan budidaya dan faktor penghambat) yang
bervariasi dari rendah sampai tinggi. Tanah Aluvial yang terbentuk pada topografi datar,
sebagai contoh, memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan, walaupun di sejumlah
lokasi tertentu mempunyai hambatan yang serius dalam hal drainase permukaan. Tanah
Lithosol di lain pihak, selain tidak layak untuk dibudidayakan, karena dangkal dan berbatu,
juga sangat peka terhadap erosi dan proses degradasi.
Berdasarkan petunjuk teknis yang diberikan sesuai SK Menteri Pertanian No.
837/Kpts/Um/1980, tanah Lithosol (berdasarkan Peta Tanah Tinjau terdapat di Kabupaten
Bualemo, berbatasan dengan wilayah Sulawesi Tengah) dikategorikan sebagai sangat peka
I- 3 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


erosi dan diperuntukkan hanya sebagai kawasan hutan lindung. Sementara, tanah-tanah
lainnya dinilai boleh dibudidayakan, tetapi dengan tetap memperhatikan pengendalian
faktor-faktor pembatas masing-masing.
Berdasarkan hasil survei dan pemetaan tanah tingkat tinjau (skala 1 : 250.000) yang
dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (1992), tanah di wilayah
Kabupaten Gorontalo termasuk dalam ordo (menurut Taxonomi Tanah, USDA): Alfisols
(dominan), Inceptisols, Entisols, Vertisols dan Mollisols. Kelas kemampuannya bervariasi
dari Kelas I sampai Kelas VIII dengan faktor pembatas dominan berupa bahaya erosi dan di
beberapa lokasi berupa drainase.
Jika didasarkan pada kondisi tanah, kebanyakan lahan di wilayah Provinsi Gorontalo
dapat dibudidayakan, kecuali yang diklasifikasikan sebagai Lithosol, walaupun sebagian di
antaranya memerlukan usaha pengelolaan yang spesifik, berdasarkan kendala masingmasing. Yang menjadi pembatas utama bagi pengembangannya adalah faktor kondisi
lereng.

B. ISU-ISU UTAMA LINGKUNGAN DI PROVINSI GORONTALO


Salah satu modal pembangunan daerah adalah sumberdaya alam yang sangat
terbatas. Secara umum, hampir seluruh potensi sumberdaya alam dan komponen
lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo cenderung mengalami penurunan kualitas dan
kuantitasnya dari waktu ke waktu. Status Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo 2013
mengungkap secara umum potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan
pembangunan serta upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah.
Beberapa permasalahan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo yang harus segera
ditangani adalah kerusakan Danau Limboto, penurunan kualitas air sungai dan danau akibat
erosi, penambangan emas tanpa izin (PETI), perusakan hutan dan lahan, kerusakan
terumbu karang dan mangrove, rendahnya tingkat ketaatan kegiatan dan atau usaha untuk
melakukan upaya pengelolaan lingkungan, kebersihan dan kehijauan kota (clean and green
city) yang belum merata antar Kabupaten/Kota, kesadaran masyarakat terhadap
kelestarian lingkungan hidup masih rendah, longsor dan banjir yang terjadi setiap tahun.
Danau Limboto yang merupakan salah satu landmark ekosistem Provinsi Gorontalo
sudah dalam kondisi kritis. Danau ini terletak di DAS sungai Bone Bolango, berada di
I- 4 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


ketinggian 4,5 m diatas permukaan laut (dpl) dan memiliki luas 3000 ha (penelitian tahun
2002). Penelitian terdahulu pada tahun 1962 melaporkan luas Danau Limboto jauh lebih
besar

yakni 4250 ha.

Ini merupakan sebuah degradasi

ekosistem

yang sangat

memprihatinkan. Semakin luasnya tutupan gulma eceng gondok di permukaan air danau
menjadi pencemar biologis yang semakin mempercepat pendangkalan danau Limboto.
Upaya pelestarian dengan pengerukan danau sudah dimulai pemerintah. Peran serta
masyarakat untuk melestarikan danau dilakukan melalui pelatihan untuk memanfaatkan
eceng gondok dan sedimen danau.

Gambar 1.2. Danau Limboto, dilihat dari Dembe Kota Gorontalo.


Provinsi Gorontalo memiliki banyak sungai kecil dan besar. Diantaranya yang utama
adalah Sungai Bone, Sungai Bolango, Sungai Paguyaman, Sungai Buladu, dan Sungai
Taluduyunu. Beberapa diantara sungai-sungai ini telah mengalami pencemaran mulai dari
tercemar ringan sampai tercemar sedang. Kerusakan sungai berupa sedimentasi akibat
berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, pembuangan
limbah domestik dari pemukiman yang padat di daerah sempadan sungai, dan kegiatan
Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI). Masyarakat di sekitar sungai masih membuang
limbah rumah tangga dan limbah kegiatan PETI langsung ke badan air mengakibatkan
turunnya kualitas air sungai. Hal ini tampak dari peningkatan kadar Hg, BOD, COD, E. coli
dan Colifom.
Pada kualitas tanah umumnya tanah kritis di Provinsi Gorontalo adalah lahan yang
tidak pernah digunakan karena keadaan fisik tanah curam, lalu menjadi tempat aktivitas
I- 5 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


penambangan galian C, berupa pasir gunung dan produksi batu bata. Beberapa penduduk
masih melaksanakan aktifitas pertanian secara intensif dilahan-lahan kritis tanpa adanya
perlakuan konservasi. Hal ini berimplikasi kerusakan lingkungan khususnya bentangan lahan
di daerah tersebut dan dampak negatif bagi daerah di bawahnya. Secara umum, lahan
kritis merupakan salah satu indikator adanya degradasi lingkungan, sebagai akibat dari
berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya lahan yang kurang bijaksana di dalam Unit Daerah
Aliran Sungai (DAS). Lahan kritis yang terdapat di dalam suatu DAS, sebagaimana karakter
dari ruang DAS itu sendiri disamping mempunyai dampak lokal yaitu produktivitas lahan
dan kesejahteraan masyarakat rendah, juga mempunyai efek eksternal seperti kejadian
banjir, tanah longsor dan rusaknya berbagai fasilitas publik di bagian hilir.
Bencana alam yang sering terjadi di Provinsi Gorontalo adalah banjir. Lokasi
kejadian ada di setiap Kabupaten dan Kota. Masalah utama terjadi bencana banjir setiap
tahun di Kota Gorontalo yaitu adalah penyusutan dan pendangkalan sebagian besar daerah
di Danau Limboto yang beralih menjadi pemukiman dan lahan pertanian, dan kerusakan
pada DAS Bolango-Bone. Banjir bandang dan tanah longsor yang sering terjadi merupakan
indikasi rusaknya daerah tangkapan air di bagian hulu.
Masalah sampah masih menjadi persoalan yang tiada hentinya. Pertambahan
penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada
perkotaan semakin tinggi dan harus dikelola setiap hari. Di satu sisi kemampuan
pemerintah rendah sementara di sisi lain kesadaran masyarakat juga rendah. Bahkan
sebagian masyarakat menganggap bahwa masalah sampah tanggung jawab pemerintah
semata. Sebagian masyarakat juga beranggapan sampah bukanlah masalah bila tidak
berada di sekitarnya. Walaupun pemerintah Daerah Kota Gorontalo telah memberikan
pelayanan dengan memungut retribusi sampah yang rendah namun kesadaran masyarakat
dapat dikatakan masih belum optimal mengenai masalah sampah. Pengangkutan sampah ke
TPA juga terkendala jumlah kendaraan yang kurang mencukupi dan kondisi peralatan yang
sudah tua. Masalah lainnya adalah pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
yang ramah lingkungan dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3
R).
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi. Berbagai program dan
kegiatan yang lingkungan yang dilakukan pemerintah daerah Provinsi dan kabupaten kota
kepada masyarakat terus dilakukan. Beberapa penghargaan atas upaya itu menunjukkan
adanya harapan. Pada tahun 2013 ada tiga kota di Gorontalo meraih penghargaan Adipura.
I- 6 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Selain itu paya melibatkan dunia pendidikan dalam pengelolaan lingkungan dilakukan
melalui program Adiwiyata. Peningkatan jumlah sekolah yang menerima penghargaan
Adiwiyata tingkat nasional dari 3 di tahun 2011 menjadi 8 sekolah di tahun 2013
memberikan harapan dalam penangan lingkungan di Gorontalo melalui generasi muda.

I- 7 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB II
KONDISILINGKUNGANDANKECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan
Hutan dan lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai berbagai fungsi baik
ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian
kerusakan dan pencemaran lahan dan hutan.
a. Lahan
Lahan merupakan ekosistem daratan yang terdiri dari lingkungan fisik dan biotik,
serta daya dukungnya berkaitan dengan perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia.
Lingkungan fisik mencakup relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan
biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.
Luas daerah Provinsi Gorontalo adalah 1.243.500 ha yang berada di 6 wilayah
kabupaten/kota. Daerah terluas adalah kabupaten Pohuwato yaitu 445.560 ha atau 35,83%
area dan lahan terkecil adalah Kota Gorontalo dengan luas 6.596 ha atau 0,53 %.
Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo diperlihatkan
dalam Gambar 2.1.

PersentaseLuasDaerahmenurutKabupaten/Kota
diProvinsiGorontalo

Boalemo

13.97%

BoneBolango

35.83%

15.21%
17.24%

17.22%

Gorontalo
GorontaloKota
GorontaloUtara
Pohuwato

0.53%

Gambar 2.1. Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo.

II- 1 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Selanjutnya keenam Kabupaten Kota ini secara administrasi dibagi kedalam 77
kecamatan dan 732 desa dan kelurahan. Desa terbanyak ada di Kabupaten Gorontalo dan
Kabupaten Bone Bolango.
Menurut hasil analisis peta penutupan lahan 2011-2012 Direktorat Jenderal
Planologi Hutan yang dilakukan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo,
Penggunaan lahan di wilayah Provinsi Gorontalo terbesar adalah sebagai hutan yaitu 59,85%
lahan atau 720,606 ha. Lalu diikuti oleh lahan kering seluas 291807 ha atau 24,23%, sawah
2,99%, perkebunan 2,25% dan non pertanian 10,23%.
Persentase tutupan lahan di Gorontalo disajikan pada Gambar 2.2
59.85

Persentase
tutupan
lahandi
Provinsi
Gorontalo

60
50
40
24.24

30
20
10

Series1

10.23
2.99

2.25

0.44

Gambar 2. 2. Grafik penggunaan lahan di Provinsi Gorontalo 2012


Sedangkan menurut pengolahan data citra satelit oleh Dinas Kehutanan dan
Pertambangan tahun 2009 terlihat penggunaan lahan 60,8% daratan di Gorontalo
merupakan kawasan hutan, lahan untuk non pertanian sebesar 1,32% (15.796 ha),
pertanian lahan kering 18,5% (220.684 ha), perkebunan 2,3% (27.150 ha) dan sawah 2,8%
(33431 ha) serta pengunaan lahan lainnya sebesar 14% (168.935 ha).
Lahan di Gorontalo memiliki kelerengan yang beragam. Kelas lereng terbesar adalah
Kelas E dengan kemiringan >40% yaitu meliputi 68,65% lahan. Kelerengan kelas A dengan
kemiringan 0 2% meliputi 10,52% lahan. Selanjutnya kelerengan Kelas B,C, dan D
berturut-turut 6,07%, 5,45%, dan 9,33% dari luas lahan.

II- 2 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Tabel 2.1. Persentase Kemiringan Lereng Lahan Provinsi Gorontalo
Sumber: RPJMD Prov Gorontalo 2012 - 2017
No
1
2
3
4
5

Kelas Kemiringan
Luas
Persentase
Lereng
(%)
(Ha)
(%)
A
02
128,552
10.52
B
28
74,122
6.07
C
815
66,528
5.45
D
1540
113,997
9.33
E
>40
838,355
68.63
Persentase(%)
1,221,554
100

b. Hutan
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.

Gambar 2.3 Peta Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo. (Sumber RTRW Prov. Gorontalo,
2010-2030)

Luas kawasan hutan di Provinsi Gorontalo ditetapkan melalui SK Meneteri


Kehutanan RI No. 325/Menhut-II/2010 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi
Gorontalo, yakni seluas 824.668 ha. Kawasan hutan Gorontalo menurut fungsinya meliputi
II- 3 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


hutan lindung (HL) seluas 204.608 ha (24,8%); hutan konservasi 196.653 ha (23,8%); hutan
produksi terbatas (HPT) 251.097 ha (30,5%); hutan produksi tetap (HP) 89.879 ha (10,9%)
dan hutan produksi konversi (HPK) 82.431 ha (10%).
Tabel 2.2.Luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo
menurut SK Menhut No 325 Tahun 2010
KawasanHutan

Luas(Ha)

HutanKonservasi

196.653

HutanLindung

204.608

HutanProduksiTerbatas

251.097

HutanProduksiTetap

89.879

Hutan Produksi yang dapat 82.431


dikonversi
Jumlah

824.668

Perubahan status kawasan hutan di wilayah Provinsi Gorontalo berdasarkan SK


Menteri Kehutanaan RI No.324/Menhut-II/2010 tentang Perubahan peruntukan kawasan
hutan menjadi bukan kawasan hutan adalah seluas 22.605 Ha, Perubahan antar fungsi
kawasan hutan seluas 55.553 Ha, dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan
hutan seluas 3.787 Ha di kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone
Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara.
Berdasarkan data RTRW Provinsi Gorontalo 2010-2030, kawasan hutan di Provinsi
Gorontalo terdiri atas Cagar Alam 39846 ha, Taman Nasional 156251 ha, Hutan Lindung
203073 ha, Hutan Produksi 90453 ha, Hutan Produksi Terbatas 253064 ha Hutan Produksi
Konservasi 79743 ha. Dengan demikian kawasan lindung dan konservasi di Provinsi
Gorontalo akan dipertahankan menjadi 399.170 ha. Kawasan ini terdiri dari kawasan
lindung nasional seluas 196.097 ha dan kawasan lindung provinsi seluas 203.073 ha. Oleh
karena itu untuk mengantisipasi perkembangan penduduk dan pembangunan akan
dilakukan perubahan kawasan hutan menjadi kawasan budidaya secara bertahap. Dengan
demikian perbandingan peruntukan kawasan yakni 16.28% kawasan konservasi, 16.79%
kawasan lindung, dan 67% kawasan budidaya.
Sebaran jenis penutup lahan bila ditinjau dari kondisi lereng adalah sebagai berikut :
hutan tersebar pada kondisi lahan berlereng >15%; permukiman, tubuh air, sawah, lahan
II- 4 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


terbuka berada pada lahan datar dengan lereng <8%; sedang semak belukar dapat dijumpai
pada lereng 8-45%, biasanya berupa lahan tandus yang kritis.
Tabel 2.3.Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo
Persen
Persentase
Kritis
Kabupaten/Kota
Luas(km2)
Kritisthd
thdtotallahan
(Ha)
luasdaerah kritis
Boalemo
173661
41147
23.69
15.96
BoneBolango
189149
40798
21.57
15.82
Gorontalo
214348
70076
32.69
27.18
GorontaloUtara
214186
75358
35.18
29.23
GorontaloKota
6596
4432
67.19
1.72
Pohuwato
445560
26005
5.84
10.09
ProvinsiGorontalo
1243500 257816
20.73
100.00

Data lahan kritis menurut Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo
sebanyak 257.816 ha lahan masuk kategori kritis dengan 29,2% berada di Kabupaten
Grontalo Utara, diikuti 27, 18% di Kabupaten Gorontalo,
Berdasarkan analisis BP DAS Bone Bolango, lahan di Provinsi Gorontalo dikategorikan
20.361 ha (1,6%) dalam kondisi tidak kritis, 370.475 ha (30%) potensi kritis, 586.594 ha
(47,5%) agak kritis, 185.152 ha (15%) kritis, dan 72.545 ha (5,9%) sangat kritis. DAS yang
paling tinggi jumlah lahan sangat kritisnya adalah DAS Batudaa Pantai mencapai 18,7% dari
luas area DAS diikuti oleh DAS Sumalata mencapai 14,3%.

47.5

30.0
15.0
TidakKritis

1.6 5.9
PotensialKritis

Kritis

SangatKritis

AgakKritis

Gambar 2.4 Persentase luas lahan (ha) berdasarkan tingkat ke-kritisan di Provinsi
Gorontalo.
II- 5 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo pada hutan konservasi sebesar 92.353 ha
(46,74%), Hutan lindung 59.434 ha (35,91%), Hutan produksi 52.915 ha (52,56%), hutan
produksi terbatas 152.200 ha (44,44%), dan hutan konversi sebesar 14.683 ha (72,80%).
Penebangan hutan pada fungsi hutan adalah sbb : pada hutan produksi sebesar 483,1 Ha,
pada hutan lindung, 165,4 Ha, dan pada hutan konservasi sebesar 197,6 Ha.
Meluasnya lahan kritis di Gorontalo disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

Perambahan dan penebangan hutan secara illegal (illegal logging)

Konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan

Perladangan berpindah

Pembakaran hutan dan lahan

Penambangan Emas tanpa Izin (PETI) di areal hutan.


Dampak perluasan lahan kritis yaitu:

Terjadinya banjir dibeberapa lokasi.

Penurunan produktivitas lahan lahan.

Menurunnya keanekaragaman hayati ditandai berkurangnya populasi hewan endemik


Gorontalo seperti babi rusa, anoa, dan ayam hutan.

Erosi tanah yang mengarah pada proses penggurunan.

Menurunnya kualitas air sungai.


70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

59.7

26.9
6.0

7.4
0.0

0.0

Gambar 2.5. Persentase Konversi Hutan di Provinsi Gorontalo.


Kerusakan hutan yang terdata oleh Dinas Kehutanan penyebab utamanya adalah
peladang berpindah yang mengakibatkan 81,7% dan kebakaran hutan mengakibatkan 18%

II- 6 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


dari kerusakan yang terjadi. Penyebab lainnya adalah illegal logging, dan perambahan
hutan.

B. KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman berbagai makhluk hidup mulai dari
hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang dimiliki, serta ekosistem yang
menjadi lingkungan hidupnya. Keanekaragaman hayati ialah fungsi-fungsi ekologi atau
layanan alam, berupa layanan yang dihasilkan oleh satu spesies dan/atau ekosistem (ruang
hidup) yang memberi manfaat kepada spesies lain termasuk manusia.
Di Provinsi Gorontalo terdapat 16 flora khas yaitu: (1) Gadung (Bitule, Ondote),
Dioscorea Hispida Dennts, dari famili Dioscoreaceae, tanaman ini dapat dimakan
umbinya, (2) nam nam, Namu namu, Cynometra Cauliflora L. famili Caesalpiniaceae,
ordo Rosales; (3) Belimbing Buluh, B. botol, Averrhoa Bilimbi L, famili Oxalidaceae; (4)
Mangga embacang, Dulamayo, Mangifera Caesia Jack ex Wall, famili Anacardiaciae; (5)
Kapulasan, Bolangaso, Nephelium Ramboutan-ake (labill) (Nephelium Mutabile BI),
(Atinggola), famili Sapindaceae, (6) Durian, Duea, Durio Zibethinus Murr, famili
Bombacaceae; (7) Rukem, Lobe-lobe; Flacourtia inermis Roxb, famili Flacourtiaceae; (8)
Molahengo, Eugenia Densiflora Duthie, famili Myrtaceae; (9) Buni, Takuti, Antidesma
Bunius Spreng, famili Euphorbiaceae; (10) Pisang Tanduk, Musa Paradisiaca, famili
Musaceae; (11) Srikaya, Annona Squamosa L. famili Annonaceae; (12) Aren, Pohon saguer,
Seho, Bagiso, Arenga Pinnata (Wurmb) Merr, famili Arecaceae; (13) Ceremai, Tili, Cerme,
Phyllanthus Acidus (L.) Skeels, famili Euphorbiaceae; (14) Jagung, Binte, Zea Mays L.;
(15) Padi lading, Oryza Sativa L. famili Poaceae; (16) Sukun, Amu, Artocarpus altilis
famili Moraceae.
Tanaman-tanaman tersebut sebagian mulai langka, akan tetapi masih dapat
ditemukan di beberapa tempat. Kelangkaan tersebut selain disebabkan oleh populasinya
yang rendah, juga disebabkan beberapa hal, sebagai berikut:
(1) masuknya tumbuhan buah-buahan eksotis seperti mangga arumanis, manalagi dan golek
yang rasanya enak serta berbuah cepat;
(2) Terjadi pergeseran cita rasa terutama generasi muda yang lebih menyukai buah anggur
daripada takuti atau lili;
(3) Durian di Kecamatan Atinggola terancam punah, karena sebagian besar diserang hama;
II- 7 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


(4) Program pemerintah seperti menanam jagung hibrida yang produksinya lebih
menjanjikan dibandingkan dengan jagung lokal.
Sedangkan jenis fauna yang dilindungi di Gorontalo mencakup 8 (delapan) jenis
hewan menyusui, 18 (delapan belas) jenis burung, 10 (sepuluh) jenis reptil, 3 (tiga) jenis
katak, 5 (lima) jenis ikan, 3 (tiga) jenis keong, 2 (dua) jenis serangga, dan satu jenis
kalajengking. Diantaranya berstatus endemik dan terancam punah. Tabel 2.3 memuat
keadaan hewan dan tumbuhan yang dilindungi di provinsi Gorontalo.

Gambar 2.6. Bunga bangkai di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango

II- 8 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Tabel 2.4 Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo
No.
1.

Golongan
Hewan menyusui

2.

Burung

3.

Reptil

4.

Amphibi

5.

Ikan

6.

Keong

7.

Serangga

8.

Tumbuh-tumbuhan

Keterangan
Sumber

:
:

Nama spesies
Status
1. Babi Rusa
Hewan Langka
2. Anoa
Hewan Langka
3. Tarsius
Hewan Langka
4. Musang (Paradoxurus Hermaproditus)
Terancam
5. Primata Macaca hecki
Terancam
6. Tikus Bunomys fratorum
Endemic
7. Tikus Maxomys hellwaldii
Endemic
8. kelelawar Rousettus Celebensis
Terancam
1. Burung Maleo
Hewan Langka
2. Burung Rangkong
Hewan Langka
3. Burung Raja Udang
Hewan Langka
4. Raja Udang Biru
Endemic
5. Gosong Sula
Terancam
6. Walik Manomiti
Terancam
7. Kringkring Dada-Kuning
Terancam
8. Serindit Paruh Merah
Terancam
9. Udang Merah Sulawesi
Terancam
10. Raja Udang Pipi-Ungu
Terancam
11. Sikatan Leher-Merah
Terancam
12. Kepundang Sungu Belang
Terancam
13. Kuntul Besar
Berlimpah
14. blekok Sawah
Berlimpah
15. Elang Alap Ekor-Totol
Berlimpah
16. Burung Madu Sepah Raja
Berlimpah
17. Pelanduk Sulawesi
Berlimpah
18. Kehicap Ranting
Berlimpah
1. Penyu Tempayau
Hewan Langka
2. Buaya
Hewan Langka
3. Penyu Belimbing
Hewan Langka
4. Bunglon
Hewan Langka
5. Iguana
Hewan Langka
6. Ular Phyton Reticulatus
Hewan Langka
7. Biawak Varanus Salvator
Hewan Langka
9. Ular Hitam Elaphe cf Euruthrea
Terancam
10. Ular Rhabdophis Callitus
Terancam
11. Tokek Gekko gecko
Hewan Langka
1. Katak Bufo Celebensis
Endemic
2. Katak Rana Celebensis
Belimpah
3. Katak Limnonectes Modestus
Berlimpah
1. Ikan Paus
Hewan Langka
2. Ikan Duyung
Hewan Langka
3. Ikan Lumba-lumba
Hewan Langka
4. Payangga
Terancam
5. Manggabai
Terancam
1. Kepala Kambing
Hewan Langka
2. Triton
Hewan Langka
3. Batu Laga/Siput Hijau
Hewan Langka
1. Kupu-kupu Raja
Hewan Langka
2. Tawon
Hewan Langka
3. Kalajengking
Hewan Langka
1. Kantong Semar
Terancam
2. Anggrek Bulan
Terancam
3. Beringin
Terancam
4. Tili Phylanthus Acidus
Endemic
5. Takuti Antidesma Bunius
Endemic
6. Srikaya Annona Squamosa
Endemic
7. Amu Moraceae
Endemic
8. Sterculiacea
Endemic
9. Namu-namu Cyanometra Cauliflora
Endemik
10. Belimbing Botol Averrhoa Bilimbi
Endemic
11. Dulamayo
Endemic
12. Rambutan Hutan Nephelium Muabile
Endemic
13. Lobe-Lobe Flacourtia Inermis
Endemic
14. Molahengo Eugenia Densiflora
Endemic
15. Kikimoputio Zea Mays
Endemic
16. Chionanthus
Berlimpah
17. Gmelina Arborea
Berlimpah
Pilihan status adalah endemik, terancam, dan berlimpah
Badan Lingkungan Hidup, Kab. Boalemo 2009

II- 9 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


a. Kabupaten Bone Bolango
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang terletak di Kabupaten Bone Bolango
merupakan wilayah pengelolaan hutan yang penting. Sejak Tahun 1982, Pemerintah
Republik Indonesia telah menetapkan perubahan status

beberapa kawasan suaka alam

menjadi taman nasional diantaranya cagar alam Ujung Kulon dan Baluran.
Syarat suatu kawasan ditetapkan menjadi kawasan lindung dan kawasan konservasi
menurut MacKinnon dkk (1993) adalah apabila memiliki ciri-ciri berikut: 1). karakteristik
atau keunikan ekosistem (fauna endemik, ekosistem pegunungan tropika); 2). spesies
khusus yang diminati, nilai kelangkaan, atau terancam, misalnya badak dan burung; 3).
keanekaragaman spesies; 4). landskap atau ciri geofisik yang bernilai estetika atau
pengetahuan (glasier, mata air panas, air terjun); 5). fungsi perlindungan hidrologi;
tanah, air dan iklim lokal; 6). fasilitas untuk rekreasi alam, wisata (pemandangan
pegunungan, satwa liar yang menarik); 7). tempat peninggalan budaya.
Berdasarkan kriteria tersebut maka suatu unit manajemen kawasan konservasi, baik
yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) maupun
kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam)
secara berkelanjutan perlu ditinjau ulang kerangka pengelolaan, melalui sistem
perencanaan yang memadai. Pengeloaan Taman Nasional sebagai salah satu bentuk
kawasan pelestarian alam dengan berbagai fungsi memerlukan perencanaan yang baik.
Taman Nasional merupakan aset bangsa dan menjadi bagian kawasan hutan yang
memiliki strategi yang penting untuk dijaga kelestariannya. Ada beberapa kriteria
kelestarian hutan yang tidak terlepas dari fungsi konservasi, produksi, sosial dan
ekosistem, yaitu: status areal yang memiliki dasar hukum jelas; tegakan hutan yang
memadai untuk suatu ekosistem; pengaturan pemanfaatan (apabila memang diperlukan
tidak berlebihan dengan kemampuannya); dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan
rehabilitasi dibeberapa bagian kawasan tertentu yang diperlukan; dan memiliki organisasi
personal yang efektif dan efisien.
Tujuan penetapan hutan lindung yaitu untuk melindungi dan membina suatu
kawasan yang karena kondisi wilayahnya (kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah
hujan). Fungsi utama hutan lindung adalah untuk keperluan konservasi tanah dan air
dalam kaitannya dalam pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah, di samping itu dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana
rekreasi atau keperluan lainnya.
II- 10 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Terkait dengan fungsi tersebut, TNBNW memiliki multi-manfaat sebagai beriku :
1). Perlindungan hidrologi;
2). Perlindungan kesuburan tanah dan produktivitas lahan;
3). Pengaturan stabilitas iklim, media penyerbukan alami bagi vegetasi dan
tanaman;
4). Perlindungan sumberdaya genetik;
5). Laboratorium bagi penelitian dan pendidikan;
6). Obyek rekreasi dan wisata alam.
Kawasan lindung di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan spasial ekologis seluas
134.156,83 Ha. Dari luasan tersebut, kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani
Wartabone luasnya sebesar 104.744 ha. Penetapan Kawasan ini menjadi kawasan
konservasi, didasarkan pada kekhasan yang dimiliki oleh ekosistem dari kawasan tersebut.
Ekosistem yang memiliki karakteristik yang khas, dapat ditandai oleh ketinggian tempat
dari muka laut yang tinggi, suhu yang sejuk, lereng yang curam, curah hujan yang relatif
tinggi, rawan terhadap longsor dan bencana gunung api dan kekhasan satwa dan
ekosistemnya. Kekhasan tersebut memberikan keterbatasan dalam pemanfaatan oleh
manusia sehingga memerlukan suatu pola pengelolaan yang spesifik.
Ada beberapa masalah yang mendasar yang terjadi di kawasan TNBNW, yaitu:
(1) Di kawasan konservasi dan hutan lindung terdapat permukiman penduduk yang
secara administrasi, pemerintah daerah menetapkan sebagai bagian Desa di wilayahnya;
(2) Perambahan hutan/ perladangan;
(3) Pembakaran hutan;
(4) Penebangan dan pemburuan liar.
(5) Penambang emas tanpa ijin (PETI) melakukan penambangan secara tradisional;
Perubahan kondisi taman nasional dengan adanya kerusakan dan pemanfaatan yang
menyimpang dari fungsi utamanya perlu dilakukan perbaikan atau rehabilitasi. Namun
informasi tentang kondisi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sampai saat ini belum
banyak tersedia, utamanya kondisi ekosistem unik yaitu flora dan fauna endemik
dikawasan tersebut. Di dalam kawasan TNBNW terdapat 4 (empat) tipe ekosistem utama
(Tabel 2.4).
Soerjani pada tahun 1997 melakukan penelitian di lokasi penambangan menemukan
flora-flora yang perlu diselamatkan, yaitu: 1). Dyospyros cauliflora (Ebenaceae) kayu
hitam;

2).

Pterospermum

sp.

(Sterculiaceae)

kayu

keras;

3).

Pometia

pinnata
II- 11 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


(Sapindaceae), dan jenis fauna yang perlu diselamatkan yaitu 1). Anoa kecil (Bubalus
quarlesi); 2). Babirusa (Babirousa babirusa); 3). Tarsius (tarsius spectrum); 4). Babi hutan
(sus celebensis); 5). Kera hitam (macaca nigra nigrescens).
Tabel 2.5 Tipe Ekosistem Kawasan TNBNW
No

TipeEkosistem

Uraian

Hutanlumut

Pada ketinggian di atas 1600 m dpl, disekitar puncak


pegunungan

Hutanhujan
pegununganrendah

Pada ketinggian 10001600 m dpl, kanopi rendah dan


sedikit terbuka. Pada ketinggian 1600 m ditemukan
lumut yang menempel pada pohon. Vegetasi bawah
cukuptebal,denganjenisjenisrotan,pandan,danpaku
pakuan

Hutanhujandataran Ditemukan pada ketinggian 3001000 m dpl, umumnya


rendah(hutan
terletakdiatasbatuanvulkanis.
pamah)

Hutansekunder

Terdapat pada daerah bekas penambangan yang tidak


terpeliharadantidakterkenakebakaran

Keterangan: Jenis flora di dalam tipe hutan sekunder meliputi Piper adundum,
Melastoma malabathricum; Lantana camara, dan Musa sp, serta tutupan rerumputan
lebat.

Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup tinggi dari segi konservasi
maupun potensi pengembangannya antara lain: bunga bangkai; hanjuang hijau; berbagai
jenis rotan dan palem, paku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis tumbuhan
berkayu yang potensial untuk usaha kehutanan seperti: cempaka, kenanga, agathis, kayu
hitam, kayu besi, eucalypthus, dan beberapa jenis bambu.
Jenis flora yang dominan di kawasan TNBNW adalah jenis-jenis Ficus. Jenis-jenis flora
sesuai dengan tipe ekosistemnya dapat dirinci sebagai berikut. Jenis-jenis vegetasi di
daerah hutan hujan dataran rendah antara lain adalah:
a. Familia Lauraceae. contoh: Garcinia sp
b. Familia Myristicaceae,
c. Familia Miliaceae. contoh Sandoricum sp, Dysoxylum sp
d. Familia Anacardiaceae, contoh Dracontomelon sp, Swintonia sp, dan Spondias sp,
II- 12 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


e. Familia Sapotaceae: Palaquium spp
f. Familia Sterculiaceae: Scephium sp, Ptersopermum sp dan Heritria sp.
Jenis-jenis lain yang tumbuh di hutan hujan dataran rendah pada tanah Alluvial,
antara lain adalah: Pometia pinnaca; Octomeles sumatrana; Duabanga moluccana; Ficus
sp; Eugenia sp; Dischopia sp; Artocarpus sp.
Barrie (2007) melaporkan bahwa: Corpse flowers or Titan Arum (amorphophallus
titanum) have been found in Tulabolo village, Bone Bolango District, Gorontalo Province,
northern Sulawesi Island. The flower, which looked like Rafflesia Arnoldii flower, usually
bloomed in rainy season. In the rainy season, local residents` plantation areas are usually
covered fully by hundreds of corpse flowers`, which produce bad smell,. The local
authorities could check the flowers to confirm their species and promote them for a tourist
attraction.`Corpse` flowers are found only in Indonesia`s equatorial tropical rainforests of
Sumatra, Kalimantan and Java islands. It was first discovered in Sumatra by Italian
botanist Odoardo Beccari in 1878.
Sebagai zona rimba, di kawasan ini terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis
flora yang dapat ditemukan, di antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis tumbuhan
tinggi, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis tumbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk
famili Orrchide (anggrek putih). Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia,
125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang,
dan 19 jenis ikan.
Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan (flora) dan
satwa (fauna) yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas (endemik) Pulau
Sulawesi. Di kawasan ini ditemukan berbagai macam tumbuhan khas dan langka, seperti:
Palem Matayangan (Pholidocarpus ihur), kayu hitam (Diospyros celebica), kayu besi
(Intsia spp.), kayu kuning (Arcangelisia flava), dan bunga bangkai (Amorphophallus
companulatus). Beberapa satwa khas, seperti: monyet hitam/yaki (Macaca nigra-nigra),
monyet dumoga bone (Macaca nigrescens), tangkasi (Tarsius spectrum-spectrum),
musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii-musschenbroekii), anoa besar (Bubalus
depressicornis), anoa kecil (Bubalus quarlesi), babirusa (Babyrousa babirussa celebensis).

II- 13 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 2.7. Babirusa, fauna endemik Sulawesi.


Babirusa (Babyrousa babyrousa) yang bertumbuh seperti babi, mempunyai taring
panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah
yang jatuh; anoa besar (Bubalus depresicornus). Anoa kecil (Bubalus quar-lesi) sering
disebut sebagai kerbau kerdil.

Musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii) sudah

sulit sekali ditemui. Kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger
celebensis) adalah mamalia yang hidup bergantung di pepohonan. Beberapa ragam jenis
kelelawar juga ditemukan dan salah satu jenis di antaranya diduga sebagai jenis endemik
Sulawesi.
Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo). Burung
maleo (Macrocephalon) adalah salah satu satwa endemik yang merupakan maskot kawasan
ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir sama dengan ayam, bahkan telurnya 6
kali lebih berat telur ayam. Burung ini meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir
sedalam 30-40 cm di sekitar sumber air panas yang ada di kawasan ini. Anak burung maleo
yang baru berumur satu hari muncul dari dalam tanah atau pasir. Burung maleo
(macrocephalon) salah satu satwa khas (endemik) yang merupakan maskot kawasan ini.
Selain atraksi burung maleo, berbagai obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, yaitu: air
terjun, sumber air panas, danau, dan situs peninggalan sejarah.

II- 14 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Jenis endemik lainnya adalah julang sulawesi (Rhyticetos cassidix), burung berparuh
besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta berjambul merah.
Burung ini termasuk bertubuh paling besar dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang
tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika.

Gambar 2.8 ManggaDulamayo

Lokasi TNBNW secara administatif, terletak di antara dua provinsi, yakni di


Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan
Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Secara keseluruhan pengelolaan
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdiri atas 3 Seksi yang membawahi 11 Resort,
dan khusus wilayah Gorontalo dikelola oleh Seksi Konservasi Wilayah I Limboto yang terdiri
atas : Resort Bone Pantai; Resort Bone; Resort Bolango; Resort Tulabolo-Pinogu.
Curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200 mm/tahun dan
temperatur udara berkisar antara 21,5 C hingga 31 C. Di kawasan ini terjadi musim
penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim kemarau terjadi antara
bulan April hingga November. Waktu baik untuk berkunjung ke kawasan ini, yaitu bulan
April sampai dengan September.

II- 15 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


b. Kabupaten Gorontalo
Wilayah Kabupaten Gorontalo memiliki area berlereng datar hingga terjal, dengan
jenis penutup lahan berupa hutan, kebun campuran, semak, belukar, lahan terbuka,
permukiman, sawah, tubuh air dan rerumputan. Berbagai vegetasi yang berada di wilayah
provinsi sebagian besar dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Gorontalo. Contoh jenisjenis flora penting, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Cyanometra Cauliflora (Caesal-piniaceae) atau Namu-namu, pohon
2. Averrhoa Bilimbi L. (Oxalidaceae) atau Balimbing Botol, pohon
3. Mangifera Caesia (Anacardiaceae) atau Dulamayo, pohon, ditemukan di Kecamatan
Tapa.
4. Nephelium Muabile (Sapindaceae) atau Rambutan Hutan, pohon,
5. Flacourtia Inermis (Flacourtiaceae) atau Lobe-lobe, pohon
6. Eugenia Densiflora (Myrtaceae) atau Molahengo, pohon
7. Antidesma Bunius (Euphorbiaceae) atau Takuti, pohon
8. Annona Squamosa (Annonaceae) atau Srikaya, pohon
9. Phyllanthus Acidus (Euphorbiaceae) atau Tili, pohon
10. Artocarpus Altilis (Moraceae) atau Amu, pohon
11. Zea Mays (Poaceae) atau Kikimoputio, herba

Danau Limboto merupakan danau yang terletak dalam DAS Limboto yang merupakan
salah satu DAS dalam Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone memiliki keragaman hayati
yang tinggi. Ada 17 spesies ikan dari 12 famili, terdiri dari 9 jenis ikan asli dan 8 jenis ikan
introduksi yang terdapat di danau tersebut.
Permukaan perairan danau ditumbuhi enceng gondok dan rerumputan, yang terjadi
karena proses sedimentasi di dasar danau. Luas sebaran eceng gondok dan tanaman lainnya
mencapai sekitar 70 % dari luasan danau. Eceng gondok terdapat dibagian tengah, barat,
utara dan tenggara. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng
gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Eceng
gondok bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.

II- 16 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

(a)

(b)

(c)

Gambar.2.9. Ikan-ikan endemik Danau Limboto : (a) Manggabai (b) Ikan Saribu (c) Huluu.

c. Kabupaten Gorontalo Utara


Dilokasi ini juga terdapat pos pengamatan dan perlindungan jenis tumbuhan dan
hewan oleh dinas kehutanan. Pada lokasi ini ditemukan hampir 35 jenis pohon dengan jenis
pohon yang dominan adalah Nantu (Palaquium obtusifolium Burck), Cempaka, Meranti dan
Pangi (Panggium edule Reinw). Beberapa flora dan fauna yang ditemukan disepanjang
bantaran Sungai Buladu diantaranya ; 21 jenis pohon diantaranya Bambu Biasa, Bambu
kuning, Aren, Kelapa, Mangga, Sukun, Nangka, Ikan: Gabus, Belut, Lele, Payangga, Huluu,
Mujair, Nike, Mikrozoobentos, Siput air, Kepiting, Udang, dan Keong.
Keanekaragaman hayati pantai untuk jenis manggrove di pantai utara yang dominan
adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Di Kecamatan Anggrek, dilakukan
penanaman magrove, jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir. Di
II- 17 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang
termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan
Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.

d. Kabupaten Boalemo
Kabupaten Boalemo memiliki Suaka Marga Satwa Nantu. Hutan Nantu sangat penting
bagi masyarakat Gorontalo sebagai daerah tangkapan air dan menjadi hulu Sungai
Paguyaman, salah satu sungai besar (panjang 99.3 km) di Sulawesi bagian utara. Jenis
tanaman pada bagian hulu sungai ini terdapat berbagai jenis kayu-kayuan, diantaranya:
agatis, nantu, jati, rotan, kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka.
Hutan Nantu merupakan habitat terbaik berbagai jenis satwa liar seperti babirusa,
anoa, Macaca heckii, tarsius dan lebih dari 90 jenis burung, termasuk 35 jenis yang
endemik Sulawesi. Dalam Hutan Nantu terdapat kolam Adudu, mata air panas asin
mengandung belerang yang disukai berbagai jenis satwa liar, terutama babi rusa. Menurut
DR. Ir. Lynn Clayton, peneliti asal Inggris yang telah melakukan penelitian di Hutan Nantu
selama 20 tahun sejak tahun 1988, diperkirakan satwa babirusa ke kolam untuk
memperoleh berbagai mineral, melindungi perut mereka agar tidak menjadi terlalu asam
dan perlindungan dari racun yang ada di biji buah Pangi, salah satu makanan kesukaan
babirusa. Babirusa dan satwa hutan Nantu sangat terancam oleh perdagangan daging
hewan liar untuk dijual ke pasar-pasar di Minahasa, Sulawesi Utara.

e. Kabupaten Pohuwato
Sungai Taluduyunu melewati Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini
termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U)
dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik sungai Taluduyunu mempunyai tingkat
kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan
bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m3/detik bagian hulu dan 1,17 m3/detik bagian
hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 102,3 m3/detik bagian hilir
23,4 m3/detik.
Lokasi aliran sungai Taluduyunu lahan sudah di jadikan dialih fungsi menjadi
perkebunan jagung rakyat dan tanaman tebu oleh masyarakat. Jenis tanaman pada bagian
hulu masih terdapat kayu-kayuan seperti : Agatis, Nantu, Jati, dan Rotan serta tanaman
II- 18 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


budidaya seperti kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Sedang jenis
fauna yang terdapat dikawasan aliran Sungai Taluduyunu seperti : Buaya, ular, rangkong,
kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan. Wilayah pertambangan Gunung Pani berada pada
Kawasan Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo (panua). Kondisi
di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian
barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Provinsi Gorontalo secara keseluruhan
kawasan hutannya menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang
cukup tinggi meskipun kawasan-kawasan tersebut pernah dieksploitasi oleh perusahan
kayu, namun kondisi vegetasi masih memungkinkan untuk proses regenerasi alami sehingga
tegakan hutan menjadi pulih kembali.

f. Kota Gorontalo
Jenis tanaman yang terdapat di kota Gorontalo menyebar di seluruh wilayah
kecamatan dengan jumlah bervariasi. Tumbuhan yang umum ditemukan adalah jenis
tanaman obat dan tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah atau di kebun.
Perkembangan Kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan Jasa dan perdagangan menyebabkan
perubahan lahan-lahan terbuka hijau menjadi pemukiman, perkantoran, hotel, dan
tempat-tempat usaha. Pemukiman terbatas lahannya, sehingga untuk memanfaatkan lahan
pekarangan yang sempit, masyarakat menanam tanaman berpohon kecil atau menanam
pohon-pohon dalam pot. Jenis tumbuhan yang banyak ditanam adalah tanaman obat,
tanaman hias dan tanaman buah. Selain dapat menciptakan suasana sejuk dan indah, juga
berfungsi sebagai bahan-bahan bumbu dapur dan obat alami.
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan tanaman hias diantaranya
adalah cempaka (Michelia champaka), jempiring (Gardena sp), kamboja (Plummeria
accuminata), kembang sepatu (Hibiscus sp), kemuning (Murraya paniculata), kumis kucing
(Orthosiphon spicatus), lidah buaya (Aloe vera), pohon merah, (Euphorbia pulcherrima),
puring (Codiacum sp), soka (Ixora sp), tapak dara (Vinca rosea) dan lain-lain. Sedangkan
tanaman buah diantaranya adalah mangga (Mangifera indica), alpokat (Porsea odoratum),
jambu biji (Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), nangka (Arthocarpus
heterophylla), rambutan (Nephelium lappaceum), dan sawo kecik (Manikaya kauki).
Beberapa jenis tanaman ditanam untuk penghijauan kota dan tanaman hias juga
berfungsi sebagai paru-paru kota, misalnya akasia (Acasia sp), asam (Tamarindus indica),
II- 19 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


bungur (Lagerstromia sp), kembang kertas (Bougenvillea spectabilis), kelapa (Cocos
nucifera), palm raja (Oreodoxa regia), angsana (Pterocarpus indicus), ketapang dan lainlain.
Jenis pohon yang ditanam memiliki beberapa aspek (fungsi), misalnya tanaman
beraspek estetika seperti Jempiring (Gardena sp), Kembang kertas (Bougenvillea
spectabilis) , Varigata (Varigata sp), Glodog Tiang, Kelapa (Cocos nucifera) dan Puring
Bangkok (Codiaeum sp), Palm raja (Oreodoxa regia), Anggrek Bandung, Kana Presiden,
Sansivera dan lain-lain. Terdapat juga tanaman yang memiliki aspek konservasi seperti
Angsana (Pterocarpus indicus), Gendayaan, Spatudia, Mahoni (Sweitenia mahagoni),
Kembang Kuning dan Ketapang.
Keanekaragaman hayati satwa daratan di wilayah Kota Gorontalo terdapat spesies
yang meliputi kelas amfibi, reptil, aves, dan mamalia. Spesies amfibi yang ditemukan
adalah Rana sp dan Bufo sp. Jenis reptil yang ditemukan meliputi biawak (Varanus
salvator) ditemukan terutama di bagian utara Kota Gorontalo, bunglon (Bronchocela
jubata), serta iguana (Iguana iguana) yang sudah jarang ditemukan, sementara jenis kadal
(Mabouya multifasciata) dan tokek (Gecko gecko) masih sering dijumpai. Spesies reptil
yaitu Kura-kura (Cuora amboinensis) dan Penyu (Chelonia sp.) ditemukan di perairan Pantai
Gorontalo meskipun sudah langka, sedangkan 4 jenis Ular (Lycodon aulicus, Ptyas karros,
Acrochordus granulatus dan Cerberus rhynchops) dapat ditemukan di beberapa tempat.
Jenis unggas (Aves) yang dapat ditemukan di wilayah Kota Gorontalo diantaranya
ayam (Gallus gallus) dan bebek (Anas sp) yang cukup berlimpah, dipelihara penduduk
dalam skala kecil atau peternakan karena nilai ekonomisnya tinggi, serta ayam (Gallus
varrius) hutan di wilayah pinggiran kota, sementara spesies merpati (Columba livia)
dipelihara penduduk.
Komunitas burung di wilayah Kota Gorontalo lebih didominansi oleh jenis-jenis burung
air, di antaranya: Pecuk-padi belang (Phalacrocorax melanoleucos), Pecuk ular asia
(Anhinga melanogaster), Cangak abu (Ardea cinerea), Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul
perak (Egretta intermedia), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kowak malam kelabu
(Nycticorax nycticorax), Gajahan besar (Numenius arquata), Trinil semak (Tringa glareola)
dan Raja udang erasia (Alcedo sp).
Jenis-jenis yang menyebar secara merata pada hampir seluruh kawasan adalah dari
famili Ardeidae seperti : Cangak laut (Ardea sumatrana), Cangak abu (Ardea cinerea),
Cangak merah (Ardea purpurea), Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul perak (Egretta
intermedia), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kowak malam kelabu (Nycticorax
II- 20 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


nycticorax), Gajahan besar (Numenius arquata), Raja udang biru (Alcedo coerulescens),
Belibis kembang (Dendrocygna arcuata), dan Kakatua (Cacatua sp).
Keanekaragaman jenis burung di wilayah Kota Gorontalo, baik burung daratan
maupun burung air tergolong tinggi. Sedangkan dari keutuhan dan perkembangan
populasinya sudah menurun. Beberapa jenis burung sudah tidak muncul lagi pada habitat
yang diamati, yang ditemui pun populasinya juga sangat menurun.
Jenis mamalia terdiri dari hewan-hewan peliharaan di kawasan pemukiman, hewan
ternak yang dibudidayakan, maupun liar. Beberapa spesies mamalia seperti Musang
(Paradoxurus hermaphroditus) sudah jarang ditemukan.
Keragaman hayati tumbuhan perairan di wilayah Kota Gorontalo meliputi vegetasi
alga laut, dan lamun yang ditemukan di sepanjang wilayah lautan dan pesisir pantai Kota
Gorontalo. Vegetasi mangrove sudah tidak ditemukan akibat berubah jadi pemukiman
penduduk disepanjang pantai Kota Gorontalo.
Status sumber daya makro-alga yang ada di wilayah ini masih cukup baik, hal ini
disebabkan oleh tingkat eksploitasi terhadap sumber daya tersebut masih relatif rendah.
Jenis-jenis makro-alga tersebut banyak yang belum diteliti tentang fungsi dan kegunaan
sumber daya ini.

(a)

(b)

Gambar.2.10. Ikan Nike, (a) Foto nike (b) Nelayan menangkap ikan nike di Teluk
Gorontalo

Keanekaragaman Hayati Ikan di Ekosistem Pesisir dan Lautan berupa Kerapu lumpur
(Eunephilus sp), Baronang (Siganus javus), Bandeng (Chanos chanos), dan Kakap (Lates
calcarifer), serta beberapa jenis lain yang dikenal masyarakat Gorontalo sebagai ikan
II- 21 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Bubara, layang, nike, kakap, cakalang, ekor kuning, tongkol oci, tamako, antoni,
malalugis, serta tandipang.
Jenis ikan tawar yang dijumpai diantaranya banyak hidup di danau Limboto seperti
ikan nila, mujair, gabus, ikan mas, koan, kepiting dan udang serta jenis ikan endemik
danau Limboto seperti ikan payangga, huluu, dan ikan manggabai. Sebagian jenis ikan-ikan
air tawar ini juga hidup di sungai Bone, Sungai Bolango, dan Sungai Tamalate yang
melintasi Kota Gorontalo.

C. AIR
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga.
Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air terdapat di Wilayah
Sungai/WS atau DAS dan Cekungan Air Tanah (CAT). Air menjadi Isu dan Indikator Utama
Ekosistem DAS dengan jargon masalah Too Much, Too Little, dan Too Dirty. Dimana too
much menyebabkan banjir, too little menimbulkan kekeringan, dan too dirty menimbulkan
masalah pencemaran.
1. Sumberdaya Air Permukaan
Wilayah Provinsi Gorontalo memiliki tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masingmasing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Limboto Bolango Bone. Di luar dari ketiga
DAS utama tersebut, juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat
di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari DAS-DAS kecil
ini bermuara di Teluk Tomini untuk DAS di bagian Selatan Provinsi dan di Laut Sulawesi
untuk DAS di bagian Utara Provinsi.
Sungai-sungai kecil yang bermuara di utara antara lain S. Bulontio, S. Boliohuto, S.
Sumalata, S. Dulakapa, S. Buluto, S. Buluoka, S. Monano, S. Tolongio, S. Ilangata, S.
Kwandang dan S. Bubode. Sungai-sungai yang bermuara di selatan antara lain S. Tamboo,
S. Tombulilato, S. Sogisadaa, S. Taludaa, S. Sinabayuga, S. Potoila, S. Bobaa, S. Tumbihe
dan Sungai Tilamuta. Dua sungai kecil lainnya, yaitu S. Taluhubongo dan S. Dutula Dua
bermuara di Danau Limboto yang airnya selanjutnya mengalirkan airnya ke Teluk Tomini.
Sungai-sungai kecil tersebut berasal dari jajaran Pegunungan Tilong Kabila,
Perantanan, Bone, dan Loba serta jajaran gunung-gunung lain yang tingginya bervariasi

II- 22 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


dari 520 m (G. Pobolu) sampai 2.065 m (G. Boliohuto). Karena kepentingannya yang sangat
vital, berikut ini akan diuraikan lebih jauh ketiga DAS utama di Provinsi Gorontalo.
1.1. Daerah Aliran Sungai Randangan
DAS ini melintasi Kecamatan Popayato, Marisa dan Paguat dan bermuara di pantai
Marisa. Luas DAS ini adalah sekitar 290.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 115
km. Mayoritas (sekitar 80 %) dari wilayah DAS ini berada pada daerah dengan topografi
berbukit dan bergunung dengan kemiringan lereng > 40 %, sehingga seyogyanya harus
diperuntukkan sebagai kawasan lindung.
Oleh karena pola aliran sungai DAS ini adalah denritik dan pararel, air yang dialirkan
dengan cepat mencapai hilir. Akibatnya, wilayah hilir DAS menjadi rentan banjir.
Kerusakan lahan dan erosi di wilayah hulu, misalnya karena kegiatan penambangan atau
pertanian, akan menghasilkan tingkat sedimentasi yang tinggi di wilayah hilir. Oleh karena
itu, pengelolaan lahan dan kegiatan usaha di wilayah hulu perlu dilakukan melalui program
yang disusun berdasarkan perencanaan yang tepat dan dilaksanakan dengan konsekwen.
Pengelolaan DAS Randangan secara tepat menjadi sangat penting karena tiga alasan.
Pertama, karena di wilayah hulu DAS terdapat sumber daya alam yang potensial, khususnya
untuk pertanian, peternakan dan pertambangan, yang bila dikelola dengan tepat akan
berguna bagi masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah hulu DAS, bila tidak
dikelola dengan benar, akan memberi konflik bagi kepentingan keberadaan DAS lainnya,
termasuk resiko banjir dan sedimentasi. Kedua, wilayah hilir DAS ini merupakan daerah
potensial bagi pertanian dan perikanan. Ketiga, DAS Randangan merupakan sumber air
utama untuk mendukung berbagai kegiatan pengembangan di Kabupaten Pohuwato.
1.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Paguyaman
DAS Paguyaman melintasi dua kabupaten, di bagian baratnya adalah wilayah
Kabupaten Boalemo, sedangkan di sebelah timurnya

Kabupaten Gorontalo. Adapun

wilayah yang dilewati adalah Kecamatan Tilamuta, Paguyaman, dan Tibawa, kemudian
bermuara di Teluk Paguyaman. DAS ini memiliki luas sekitar 250.000 ha. Sungai utama DAS
ini yang panjangnya sekitar 99,3 km. Sedikitnya 70 % dari wilayah DAS mempunyai
topografi bergunung sampai berbukit dengan kemiringan lereng > 40 %.
Dengan topografi berbukit dan pegunungan ini, sungai utama DAS Paguyaman
berbentuk lembah dalam, sehingga mampu menampung debit aliran air tinggi. Tidak
diperoleh data debit sungai di provinsi ini, tetapi berdasarkan hasil pengukuran oleh PLN
(1985) dan DPU (1987) Provinsi Sulut, Sungai Paguyaman adalah yang tertinggi kecepatan
II- 23 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


arusnya (23,4 sampai sampai 63,4 m/detik) dengan kedalaman sungai mencapai 76 cm
(Tabel 4.2).
Dengan potensi seperti itu, Sungai Paguyaman dinilai memiliki produktivitas air yang
besar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan kebutuhan lainnya.
Namun, yang merisaukan adalah ada indikasi bahwa fluktuasi debit tahunannya terus
menjadi lebih besar, mengindikasikan proses degradasi lahan di wilayah DAS ini yang terus
berlangsung.
Potensi kerusakan DAS Paguyaman memang besar karena beberapa alasan. Pertama,
karena luas DAS yang besar, mencakup kawasan budidaya yang besar. Kedua, topografi
wilayah hulu DAS yang kondusif bagi proses erosi. Ketiga, konflik pengelolaan di masa
depan, karena wilayah DAS ini melintasi dua kabupaten berbeda, walaupun mayoritas
berada di Kabupaten Boalemo. Dengan demikian, model pengelolaan DAS yang singkron
dengan program pengembangan wilayah lintas kabupaten perlu dirumuskan dengan baik.

1.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bolango-Bone


DAS Bolango-Bone sesungguhnya dibangun oleh dua DAS berbeda, DAS Bolango dan
DAS Bone, keduanya bermuara di Teluk Gorontalo. DAS Bone jauh lebih besar dari pada
DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 265.000 ha
dengan panjang sungai utama sekitar 100 km. Sama dengan kedua DAS utama lainnya di
Provinsi Gorontalo, DAS Bolango-Bone juga didominasi (80 %) oleh wilayah dengan
kemiringan lereng >40 %. Artinya, DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang
cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola secara tidak tepat.
DAS ini sangat rentan terhadap banjir. Ini terlihat pada frekwensi banjir yang terjadi
di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi kontribusi besar
terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbentuk daratan dari
pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan.
Hal yang menggembirakan adalah, kualitas air Sungai Bone yang masih tampak jernih.
Meskipun demikian, dari berbagai sumber, termasuk dari interpretasi gambar citra landsat
(rekaman Oktober 2000), diketahui bahwa sebagian dari kawasan DAS ini telah mulai
terbuka.
Danau Limboto merupakan bagian penting dari ekosistem perairan Kota Gorontalo.
Danau Limboto mempunyai banyak fungsi, seperti penyangga banjir (terutama dari Sungai
II- 24 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Bolango), menstabilkan suplai air tanah wilayah sekitar, sumber perikanan air tawar, obyek
wisata air, memberikan nilai estetika bagi kota Gorontalo dan sarana pendidikan. Fungsifungsi ini telah berkurang drastis dan nyaris hilang sama sekali.
Rusaknya lingkungan DAS Bolango dan daerah tangkapan di pinggiran danau di kota
Gorontalo merupakan penyebab utama pendangkalan dan penciutan areal danau.
Berdasarkan kenampakan fisik sungai-sungai yang bermuara ke danau, maka sungai-sungai
di bagian selatan (dengan topografi curam, lebih terganggu dan berhubungan langsung
dengan danau) diperkirakan memiliki sumbangan sedimentasi lebih tinggi dibandingkan
sungai-sungai bagian barat dan tengah. Penyuburan perairan danau turut yang mendorong
tumbuhnya gulma air mempercepat proses pendangkalan danau.
Meskipun luas danau berkurang cepat dan sedimentasi berlangsung cepat, fluktuasi
kedalaman danau antara kedalaman maksimum dan minimum serta kedalaman rata-rata
tidak banyak berubah, khususnya antara periode 1988 sampai 1998. Data ini kontradiktif
dengan kenyataan bahwa proses sedimentasi danau terus berlangsung. Kemungkinan, pada
lokasi tertentu dari danau (pada lokasi pengukuran kedalaman) perubahan kedalaman
danau tidak banyak mengalami perubahan. Meskipun demikian, tetap tampak adanya
kecenderungan peningkatan rasio kedalaman maksimum terhadap kedalaman minimum.
Berdasarkan pengukuran tahun 1995, rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran
rendah mencapai 8,2 ton/hari, sedangkan rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran tinggi
5300 ton/hari. Debit inlet dalam periode aliran terendah (8 bulan) adalah 2,8 m3/detik
dan inlet dalam periode aliran tinggi (4 bulan ) sedikitnya 5,3 m3/detik. Dengan gambaran
seperti itu, dan mengingat topografi lingkungan Danau Limboto yang datar, maka dapat
dipastikan bahwa laju sedimentasi dan pendangkalan atau penciutan luas danau akan
berlangsung dengan cepat.
Di samping DAS dan danau, Provinsi Gorontalo juga mempunyai banyak jaringan
irigasi yang terdistribusi di ketiga kabupaten. Di Kabupaten Gorontalo, terdapat jaringanjaringan irigasi Posso, Molalahu, Lomaya, Alo, Pilohayanga, Huludupitango, Hunggalua,
Pohu, Alale, Bongo, Tolinggula, Mohiolo dan Potanga. Di Kabupaten Bualemo, terdapat
jaringan irigasi Bunuyo, Bongotua, Karangetan, Taluduyunu, Lemito, Randangan Kiri,
Paguyaman Kiri, Marisa IV, Molosipat dan Popayato.
Mengingat air sungai, danau, air tanah dan air hujan sangat dibutuhkan oleh
masyarakat

maka perlu diperhatikan pemanfaatan maupun pemeliharaannya. Hal ini


II- 25 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


disebabkan karena untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu
tidaklah mudah karena tergantung pada banyak faktor penentu.
Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan
bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada
keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu
berarti air tersebut telah mengalami pencemaran. Saat ini banyak keluhan dari masyarakat
Gorontalo

bahwa ada beberapa daerah yang memiliki PETI (Penambangan Emas Tanpa

Izin) ataupun Industri-industri yang menimbulkan pencemaran di wilyah sungai. Untuk itu
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo melakukan pemantauan terhadap kualitas air
sungai, dan danau, untuk air hujan dan air sumur saat ini belum ada pemantauan dari Dinas
yang terkait. Kualitas air sungai dan danau dapat di lihat pada tabel-tabel berikut. Saat ini
pemantauan kualitas air sungai hanya di 5 Lokasi yang dipantau yaitu: Sungai Paguyaman,
Sungai Bolango, Sungai Buladu, Sungai Taluduyunu dan Sungai Bionga.
a. Sungai Paguyaman
Sungai Paguyaman merupakan salah satu sungai besar diwilayah Propinsi Gorontalo
yang menjadi batas geografi antara dua kabupaten, yaitu kabupaten Gorontalo dan
kabupeten Boalemo. Aliran Sungai Paguyaman mencakup beberapa daerah di Gorontalo.
Wilayah aliran Sungai Paguyaman mencakup Paguyaman, Boliyohuto, Wonosari, Tibawa,
Tilamuta, Dulupi dan Mananggu dengan total Panjang Sungai 99,3 km.
Bagian hulu sungai ini terdapat di daerah kawasan hutan Nantu sebuah kawasan
hutan suaka alam serta bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini selain mengalirkan air dari
arah barat, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Kondisi
sempadan dan bantaran banyak digunakan masyarakat untuk areal pemukiman dan
perkebunan.
Kondisi fisik sungai Paguyaman berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa
tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 70 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai
bagian hulu 12 m dan bagian hilir 19 m. Kecepatan arus 1,38 m3/detik bagian hulu dan
0,79 m3/detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 25,9
m3/detik pada bagian hilir berkurang hingga 4,85 m3/detik.

II- 26 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar. 2.11. Peta Sungai Paguyaman

Kualitas Air Sungai Paguyaman


Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Paguyaman tahun 2012 bagian hulu, tengah
dan hilir dengan metoda analisis Indeks Pencemaran disajikan dalam Tabel 2.5.
Berdasarkan data tersebut, bahwa kualitas air Sungai Paguyaman Bagian Hulu sudah
masuk kategori cemar sedang untuk baku mutu air Kelas I dan Kelas II.
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas II adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu
air kelas 2, Sungai Paguyaman bagian hulu memiliki kadar TSS = 2356 mg/L melebihi baku
mutu 50 mg/L, kadar BOD = 6.96 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L.

II- 27 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Kadar oksigen terlarut, DO berkisar 5.8 mg/L, masih memenuhi syarat yakni
minimal 4 mg/L. Sementara itu kadar COD di hulu 17.4 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L.
Nilai pH pemantauan 7,66 dan masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam
baku mutu yaitu 6 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 100 mg/L masih
berada dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L. Sedangkan kadar coliform total 3300 masih
memenuhi syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Kadar nitrat 0.16 mg/L masih
dibawah baku mutu 10 mg/L. Kadar amoniak juga masih memenuhi syarat kualitas air kelas
1 yaitu 0.2 dengan baku mutu 0.5 mg/L.
Parameter kimia yang dipantau adalah kadar Hg atau merkuri. Bagian hulu Sungai
paguyaman saat pemantauan memiliki kadar merkuri 0.0919 mg/L, yang sudah jauh diatas
baku mutu 0,002 mg/L.
Kualitas air Sungai Paguyaman pada Bagian Tengah juga sudah masuk kategori
cemar sedang untuk baku mutu air Kelas II. Kadar TSS = 2558 mg/L melebihi baku mutu 50
mg/L, kadar BOD = 6.96 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Kadar coliform total 7900 sudah
melampaui syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Kadar merkuri 0.0094 mg/L, yang
sudah empat kali lipat dibanding baku mutu 0,002 mg/L.
Kadar oksigen terlarut, DO pada bagian tengah Sungai Paguyaman berkisar 6.1
mg/L, masih memenuhi syarat yakni minimal 4 mg/L. Sementara itu kadar COD di bagian
tengah ini 17.4 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L. Nilai pH untuk semua titik pemantauan
berkisar 7,61, nilai ini masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam baku
mutu yaitu 6 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 110 mg/L masih berada
dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L. Kadar nitrat 0.23 mg/L masih dibawah baku mutu 10
mg/L. Kadar amoniak juga masih memenuhi syarat kualitas air kelas 1 yaitu 0.1 dengan
baku mutu 0.5 mg/L.
Kualitas air pada bagian hilir Sungai Paguyaman saat pemantauan dilakukan masuk
kategori cemar ringan untuk baku mutu air Kelas II. Kadar TSS = 254 mg/L melebihi baku
mutu 50 mg/L, kadar BOD = 10.44 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Kadar coliform total
26000 sudah melampaui syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Sementara itu kadar
COD di bagian ini 26.1 mg/L melampaui syarat dengan baku mutu 25 mg/L. Kadar merkuri
0.0063 mg/L, yang sudah tiga kali lipat dibanding baku mutu 0,002 mg/L.
Kadar oksigen terlarut, DO pada bagian hilir Sungai Paguyaman berkisar 6.2 mg/L,
masih memenuhi syarat yakni minimal 4 mg/L. Nilai pH untuk semua titik pemantauan
berkisar 7,6, nilai ini masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam baku
II- 28 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


mutu yaitu 6 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 100 mg/L masih berada
dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L.
Pada bagian hulu, tengah dan hilir sungai Paguyaman terdapat kegiatan
Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) menggunakan merkuri dan sianida. Dari hasil
pemantauan ini Kadar merkuri (Hg) di bagian hulu, tengah, maupun hilir sudah berada
diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,002 mg/L untuk kelas dua.
Sedangkan kadar pencemar bakteri Coli meningkat dari hulu ke hilir diperkirakan
karena aktivitas masyarakat yang semakin meningkat jumlahnya ke arah hilir.
Status Mutu Air
Status mutu air Sungai Paguyaman pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada
pemantauan tahun 2012 disajikan pada Table 2.6.
Table 2.6 Status Mutu Air Sungai Paguyaman
No

LokasiSampling

StatusMutu
Kelas1

Kelas2

BagianHulu

CEMARSEDANG

CEMARSEDANG

BagianTengah

CEMARSEDANG

CEMARSEDANG

BagianHilir

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

Sumber: Hasil Analisis Balihristi Provinsi Gorontalo, 2012


Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu
seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan
sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran
permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Paguyaman terdapat Pabrik Gula dan kegiatan
Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Buladu yang limbahnya masuk ke Sungai Totopo dan
Sungai Totopo akan bermuara ke Sungai Paguyaman dan selanjutnya akan bermuara ke
Teluk Tomini.
Hasil penelitian Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah (Balitbangpedalda) Propinsi Gorontalo pada Tahun 2005 menyimpulkan
bahwa Sungai Tatopo di Bumela telah tercemar logam berat Merkuri (Hg) yang diakibatkan
oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,010 mg/l. Angka ini
melebihi ambang batas kandungan Merkuri yang dipersyaratkan pada PP 82 diakibatkan
II- 29 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,002 mg/l. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Institut Teknologi Bandung
(ITB) Tahun 2006 menyimpulkan bahwa 2 (dua) sungai lainnya di Propinsi Gorontalo, yaitu:
Sungai Motomboto dan Mopuya di Kecamatan Suwawa dan Bone Pantai juga telah tercemar
logam Merkuri / air raksa (Hg).

b. Sungai Bone
Sungai Bone melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo
mempunyai panjang 119,13 km yang. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan
bentuk linier dan termasuk dalam kawasan DAS Limboto Bolango Bone.

Gambar 2.12 Peta Sungai Bone


Kondisi sempadan Sungai Bone bervariasi, Pada Bagian hulu sempadan sungai dalam
kondisi sehat, arus air cukup deras dan berpotensi terjadinya infiltrasi dan ruang gerak air
secara lateral. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai tidak
sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan
sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya banjir.

II- 30 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Kondisi biofisik Sungai Bone
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 50 cm
dan bagian hilir cm, lebar sungai bagian hulu 100 m dan bagian hilir 100-200 m. Kecepatan
arus 1,44 m/detik bagian hulu dan 0,95 m/detik bagian hilir.

Kulitas Air Sungai Bone


Berdasarkan pemantauan tahun 2011 kualitas air sungai Bone bagian hulu tidak
memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang
dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 5,06 mg/L dengan baku mutu 3 mg/l, Timbal = 34,9
mg/L dengan baku mutu 0,03 mg/L, Total Coliform = >2.400.000/100 mL dengan baku
mutu 5.000/100 mL dan Coli Tinja = 4.300/100 mL dengan baku mutu 1.000/100 mL.
Berdasarkan data pemantauan tersebut kualitas air Sungai Bone bagian tengah tidak
memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang
dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 5,98 mg/l dengan baku mutu 3 mg/L, Total Coliform =
460.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 mL.
Kualitas air Sungai Bone bagian hilir juga tidak memenuhi syarat karena beberapa
parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 6,32 mg/L
dengan baku mutu 3 mg/L dan Total Coliform = 1.100.000 mL/100 dengan baku mutu
5.000/100 ml.
Sedangkan secara umum nilai parameter yang diukur umumnya bervariasi antar
ketiga bagian aliran. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.5 7.9, nilai ini
masih berada dalam range pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 69.
Konsentrasi TSS pada pemantauan ini berkisar 1.48 di bagian hulu dan bagian
tengah, serta di bagian hilir 36 mg/L. Nilai ini masih dalam batas baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu 50 mg/L. Sementara itu nilai TDS berkisar 1.05 mg/L di bagian hulu
dan tengah dan 80,5 mg/L di bagain hilir. Nilai TDS ini masih di bawah baku mutu 1000
mg/L.
Konsentrasi BOD terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 5.06 6,32 mg/L,
BOD tertinggi berada di lokasi bagian, namun secara keseluruhan nilai ini sudah melebihi
baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 3 mg/L. Nilai COD terdeteksi disemua titik berkisar
II- 31 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


antara 12,64 15,80 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan
yaitu maksimal 25 mg/L.
Kadar nitrat terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 0,48 0,59 mg/L. Nilai
ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L. Nilai nitrat
tertinggi di lokasi bagian hilir yaitu 10 mg/L. Konsentrasi nitrit disemua titik <0,01 mg/L,
masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,06 mg/L.
Kadar Merkuri yang terdeteksi pada semua titik masih berada dibawah baku yang
dipersyaratkan yaitu berkisar antara <0,001 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L. Kadar
sianida terdeteksi <0,01 mg/L di semua titik, masih dibawah baku mutu 0,02 mg/L.
Hal perlu kajian lebih lanjut mengingat di hulu sungai Bone terdapat kegiatan
Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) yang menggunakan merkuri dan sianida. Limbah
pengolahan bijih emas langsung dibuang ke aliran Sungai Bone.
Timbal yang terdeteksi berkisar antara 34,90 mg/L dibagian hulu,
dibagian tengah, dan <0,03 mg/L

<0,01 mg/L,

dibagain hilir. Nilai timbal pada bagian hulu berada

diatas baku mutu, sedangkan nilai pada bagian tengah dan hilir masih berada dibawah baku
mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,01 mg/L.
Coliform yang terdeteksi disemua titik berkisar antara 460.000 >2.400.000
MPN/100 mL, nilai tersebut sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan dengan
baku mutu 5.000 MPN/100 mL. Sedangkan Coli Tinja yang terdeteksi disemua titik
pemantauan adalah 90 - 4.300 MPN/100 mL. Nilai Coli Tinja tertinggi pada titik
pemantauan bagian hulu yaitu 4.300 MPN/100 mL dan sudah berada diatas baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu 1000 MPN/100ml. Sedangkan pada titik pantau bagian tengah dan
bagian hilir justru lebih rendah yaitu 90 MPN/100 mL. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut
karena dari hasil pemantauan 80% masyarakat yang berada di bantaran Sungai Bone tidak
memiliki Sarana Pembuangan Tinja sehingga pada umumnya masyarakat membuang
tinjanya langsung ke sungai.
Status Mutu Air Sungai Bone
Status mutu air Sungai Bone pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan
tahun 2011 disajikan pada Table 2.7.

II- 32 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Table 2.7. Status Mutu Air Sungai Bone

StatusMutuAirSungai

No

LokasiSampling

Kelas1

Kelas2

BagianHulu

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

BagianTengah

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

BagianHilir

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

Sumber:Balihristi,2011

c. Sungai Buladu
Sungai Buladu melewati Desa Buladu dan
Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten
Gorontalo Utara dengan

Gambar 2.13 Sungai Buladu

panjang 13,7 km.

Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen


dengan bentuk (V). Sungai Buladu mengalir dari
arah selatan ke utara serta bermuara di Teluk
Sumalata. Sungai Buladu merupakan sumber air
bagi masyarakat di Desa Buladu dan sekitarnya.
Sungai Buladu berfungsi sebagai area konservasi
yang dikelola untuk mempertahankan kondisi
lingkungan Daerah Aliran Sungai agar tidak terdegradasi. Wilayah ini menyimpan air dengan
tutupan vegetasi lahan yang memadai. Bagi masyarakat di Kecamatan Sumalata, Sungai
Buladu bermanfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih,
serta perikanan.
Dalam penelitian tahun 2001 dilaporkan bahwa jenis flora yang terdapat di
kawasan Sungai Buladu berupa kayu-kayuan, rotan, dan tanaman budidaya. Jenis-jenis
kayu memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi seperti, kayu cempaka, besi, kayu merah,
meranti dan nantu. Penebangan yang tidak terkontrol dari pohon tersebut dapat
mengakibatkan penurunan nilai dari segi konservasi maupun potensi pengembangan.

II- 33 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 2.14. Peta Sungai Buladu


Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V).

Kondisi

sempadan sering terjadi erosi. Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta
bermuara di Teluk Sumalata. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga
menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Sungai Buladu mempunyai
kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian
hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Kecepatan arus 0,64 m/detik bagian hulu dan 0,29
m/detik bagian hilir
Kondisi sempadan Sungai Buladu pada Bagian hulu dalam kondisi sehat, arus air
cukup deras, memungkinkan terjadinya infiltrasi, ruang gerak secara lateral serta aliran
dasar sungai relatif stabil. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan
sungai tidak sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif
horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya
banjir.
Kualitas Air Sungai Buladu
Kualitas air Sungai Buladu Bagian Hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa
parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua,
parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 148 mg/l dengan baku mutu 50
mg/l, BOD = 15,36 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, COD = 34.8 mg/L dengan baku mutu 25
mg/L dan kadar raksa = 0.0054/100 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Kadar Merkuri
(Hg) perlu dikaji secara mendalam karena adanya kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin
(PETI) di sekitar sungai tersebut yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda.
II- 34 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Kualitas air Sungai Buladu Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat karena
beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua,
parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 614 mg/l dengan baku mutu 50
mg/l, BOD = 6,96 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan kadar raksa = 0.0058/100 mg/L
dengan baku mutu 0.002 mg/L.
Sementara itu kualitas air Sungai Buladu Bagian Hilir tidak memenuhi syarat karena
beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua,
parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 59 mg/l dengan baku mutu 50
mg/l, BOD = 6,96 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan kadar raksa = 0.007/100 mg/L
dengan baku mutu 0.002 mg/L.
Parameter lingkungan lainnya seperti TDS, NO3, NH3, dan Timbal masih dibawah
baku mutu masing-masing. Demikian juga dengan jumlah bakteri coli tinja yang berkisar 20
400 dengan baku mutu 1000 /100 ml. sedangkan total coli di bagian tengah sudah
melampaui dengan jumlah 6000 /100 ml dengan baku mutu 5000/100 mL.
Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.59 7.88, nilai ini masih berada
dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 9. Konsentrasi TDS
berkisar 40 70 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu
1000 mg/L.
Konsentrasi DO terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 6.7 7 mg/L. Ini
masih bagus karena baku mutu minimal DO untuk kelas dua adalah 4.

Status Mutu Air


Tabel 2.8 Status Mutu Air Sungai Buladu

StatusMutuAirSungai

No

LokasiSampling

Kelas1

Kelas2

BagianHulu

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

BagianTengah

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

BagianHilir

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

Sumber: Balihristi, 2012

II- 35 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Status mutu air Sungai Buladu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada pemantauan
tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Buladu dengan
menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran seperti pada
Tabel 2.8.
Sungai Buladu terletak di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan bermuara di Laut
Sulawesi. Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu
seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan
sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran
permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Buladu terdapat pemukiman penduduk dan
kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Buladu yang limbahnya masuk ke Sungai
Buladu dan bermuara ke Laut Sulawesi. Masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Buladu
pada umumnya adalah masyarakat penambang dari berbagai wilayah di Provinsi Gorontalo
dan bahkan berasal dari luar Gorontalo, seperti Makassar, Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Tenggara. Masyarakat di sekitar Sungai Buladu langsung membuang limbah rumah tangga
dan limbah hasil proses pengolahan emas ke Sungai Buladu. Hal ini akan berakibat
terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, TSS,
dan Colifom.
Permasalahan yang sering terjadi di Sungai Buladu adalah pembuangan limbah cair
pertambangan emas tanpa izin, sedimentasi, erosi serta masalah sampah.

Tumpukan

sampah pada bagian hulu disebabkan oleh sisa-sisa kayu penebangan dan tumbang
sedangkan pada

bagian hilir sampah bersumber dari Limbah Domestik (kertas, plastik,

botol, besi, sisa-sisa makanan, dan lain sebagainya). Kondisi bantaran di sepanjang sungai
Buladu mengalami degradasi berat, kondisi fisik air Sungai Buladu bagian tengah sampai ke
hilir sepanjang hari kondisinya keruh akibat logam merkuri (Hg), erosi dan limbah
domestik. Untuk mengatasi permasalahan ini maka beberapa langkah yang dapat dilakukan
:

Penanaman pohon di daerah bantaran sungai,


Melakukan sosialisasi di masyarakat pentingnya kelestarian sungai,
Memberdayakan masyarakat dalam pengawasan kawasan hutan serta
Menindak tegas pengambilan kayu secara illegal

II- 36 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

d. Sungai Taluduyunu
Sungai Taluduyunu melewati Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini termasuk
pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola
aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik Sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman
pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir
40 m.
Gambar 2.15. Peta Sungai Taluduyunu
Kondisi

sempadan

sungai

pada bagian hulu sangat lebar,


endapan pasir dan batu di tengah
sungai serta potongan pohon yang
tumbang banyak ditemui di bagian
hulu sungai. Kondisi aliran dasar
sungai relatif tidak stabil, tebing di
sisi luar sempadan tidak terlindung
dari pengikisan dan erosi. Pada
bagian tengah kondisi sempadan sungai mempunyai batas yang jelas. Sempadan
dipergunakan sebagai lahan perkebunan di sisi luar sempadan terlindung dari pengikisan
dan erosi. Tebing relatif kuat karena ditunjang oleh vegetasi yang cukup lebat, sempadan
sungai dipakai sebagai pemukiman, erosi relatif horisontal, hanya sedikit terjadi endapan
pada badan bagian pinggir sungai. Pada bagian hilir lebar sempadan tidak
terjadinya infiltrasi sehingga

memadai

berpotensi banjir, tebing di sisi luar sempadan

tidak

terlindung dari pengikisan dan erosi. Tebing relatif rapuh fungsi sempadan tidak dapat
berjalan dengan baik.

Kualitas Air Sungai Taluduyunu


Berdasarkan pemantauan tahun 2012 kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Hulu
tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang
dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah
kadar BOD = 9,94 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, kadar raksa = 0.0862 mg/L dengan baku
mutu 0.002 mg/L, Coli tinja = 1100 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000/100 ml, dan
Total Coliform = 70.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 ml.

II- 37 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat
karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air
kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar COD = 26.1 mg/l dengan
baku mutu 25 mg/l, BOD = 10,44 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan Total Coliform =
33000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000 MPN /100 ml.

Sementara itu kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Hilir tidak memenuhi syarat
karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air
kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 1596 mg/l dengan
baku mutu 50 mg/l, BOD = 15.36 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, COD = 34.8 mg/l dengan
baku mutu 25 mg/l, dan kadar raksa = 0.0944 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Coli
tinja = 26000 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000/100 ml, dan Total Coliform = 110.000
MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 ml.
Parameter lingkungan lainnya seperti TDS, NO3, NH3, dan Timbal masih dibawah baku
mutu masing-masing. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7. 9 8.07, nilai ini

masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 9.
Konsentrasi TDS berkisar 45.8 90 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu 1000 mg/L. Konsentrasi DO terdeteksi di semua titik pemantauan
berkisar 5.4 5.6 mg/L. Ini masih baik karena baku mutu minimal DO untuk kelas dua
adalah 4.

Status Mutu Air


Table 2.9. Status Mutu Air Sungai Taluduyunu

StatusMutuAirSungai

No

LokasiSampling

Kelas1

Kelas2

BagianHulu

CEMARSEDANG

CEMARSEDANG

BagianTengah

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

BagianHilir

CEMARSEDANG

CEMARSEDANG

Sumber: Balihristi, 2012

II- 38 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Status mutu air Sungai Taluduyunu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada
pemantauan tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Taluduyunu
dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran
seperti pada tabel 2.10.
Sungai Taluduyunu terletak di wilayah Kabupaten Pohuwato dan bermuara di Teluk
Tomini. Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu
seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan
sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran
permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Taluduyunu terdapat pemukiman penduduk dan
kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Taluduyunu yang limbahnya masuk ke badan
sungai. Masyarakat di sekitar langsung membuang limbah rumah tangga dan limbah hasil
proses pengolahan emas ke Sungai Taluduyunu. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan
kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, TSS, dan Colifom.

e. Sungai Bolango
Sungai Bolango memiliki panjang 43 km, mengalir di DAS Bolango seluas 31.946,7 ha.
Sungai ini berhulu di Kabupaten Bone Bolango, melintasi batas Kabupaten Gorontalo dan
bermuara di Kota Gorontalo. Menurut data pengukuran tahun 2009 debit maksimum Sungai
Bolango tercatat 100 m3/detik. Sedangkan debit minimum 0 32,3 m3/detik. Sungai ini
menjadi sumber air baku PDAM dan untuk irigasi di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten
Gorontalo, dan Kota Gorontalo.

Kualitas Air Sungai Bolango


Berdasarkan pemantauan tahun 2012 kualitas air Sungai Bolango Bagian Hulu tidak
memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang
dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah
kadar TDS = 3150 mg/l dengan baku mutu 1000 mg/l, kadar COD = 26.6 mg/L dengan baku
mutu 25 mg/L, dan Coli tinja = 1600 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000 MPN/100 ml.
Sedangkan kadar DO = 3.33 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan baku mutu
minimal 4 mg/l.
Kualitas air Sungai Bolango Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat karena
beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua,
parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TDS = 3030 mg/l dengan baku mutu

II- 39 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


1000 mg/l, dan Total Coliform = 120.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000 MPN /100
ml. Sedangkan kadar DO = 2.96 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan baku mutu
minimal 4 mg/l.
Sementara itu kualitas air Sungai Bolango Bagian Hilir tidak memenuhi syarat
karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air
kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TDS = 3000 mg/l dengan
baku mutu 50 mg/l, dan

Total Coliform = 120.000 MPN/100 mL dengan baku mutu

5.000/100 ml. Sedangkan kadar DO = 2.87 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan
baku mutu minimal 4 mg/l.
Parameter lingkungan lainnya seperti TSS, NO3, NH3, Raksa, dan Timbal masih dibawah
baku mutu masing-masing. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.97, nilai ini
masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 9.
Konsentrasi TSS berkisar 12.5 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu 50 mg/L.
Kadar raksa 0.0005 mg/L masih dibawah baku mutu 0,002 mg/L untuk air kelas dua. Ini
menunjukkan kegiatan yang menggunakan merkuri di hulu sungai seperti penambangan
emas belum signifikan.

Status Mutu Air


Status mutu air Sungai Bolango pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada
pemantauan tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Bolango
dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran
seperti pada Tabel 2.10.
Table 2.10 Status Mutu Air Sungai Bolango

StatusMutuAirSungai

No

LokasiSampling

Kelas1

Kelas2

BagianHulu

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

BagianTengah

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

BagianHilir

CEMARRINGAN

CEMARRINGAN

Sumber: Balihristi, 2012


II- 40 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Sungai Bolango bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini telah mengalami sedimentasi
akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah dan
padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai. Masyarakat di sekitar langsung
membuang limbah rumah tangga ke Sungai. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan
kualitas air sungai pada peningkatan kadar TDS dan Colifom dan penurunan DO.

f. Danau Limboto

Perairan danau merupakan kekayaan alam yang tidak hanya memiliki peran fungsional
bagi kawasan dan penduduk disekitarnya. Keindahan serta fenomena alam yang ada
padanya menjadi aset bagi kawasan itu sendiri. Demikian pula halnya dengan Danau
Limboto bagi Provinsi Gorontalo menjadi bagian yang tak terpisahkan dari detak kehidupan
sekelilingnya. Danau ini dikelilingi oleh 6 (enam) kecamatan yaitu: Kecamatan Limboto,
Telaga, Telaga Biru, Batudaa, Tabongo, dan Kota Barat yang merupakan wilayah Kota
Gorontalo. Danau ini merupakan muara dari 23 sungai, empat diantaranya yang utama
yaitu: Sungai Alo, Sungai Daena, Sungai Bionga dan Sungai Molalahu.

Gambar 2.16. Danau Limboto, foto udara.Tampak eceng gondok menutupi permukaan
Danau Limboto terletak di DAS Sungai Bone Bolango yang terhampar pada ketinggian
4,5 m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas 3000 ha berdasarkan penelitian tahun
2002. Pada tahun 1962 luas Danau Limboto sebesar 4.250 ha. Ini merupakan sebuah
degradasi ekosistem yang sangat memprihatinkan.
II- 41 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Table 2.11 Luas dan Kedalaman Danau Limboto
Tahun

Luas (ha)

Kedalaman (m)

1932

8.000

30

1970

4.500

15

2003

3.054,8

2010

2.537,2

2-2,5

Perubahan kondisi Danau Limboto saat ini terlihat karena setiap tahun terjadi
penyusutan luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang tertahan dan
sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan pertumbuhan penduduk di
sekitar danau juga ikut mempercepat seperti illegal logging, penimbunan sampah, dan
illegal fishing.
Tabel 2.12. Luas dan Volum air Danau Limboto menurut elevasi.

Elevasi (m dpl)

A (Ha)

V (m3)

5,121

135,581,261

5.5

4,677

111,102,966

4,262

88,739,959

4.5

4,051

67,955,765

3,826

48,233,932

3.5

2,926

31,215,321

3.2

2,308

23,404,283

1,963

19,120,778

2.5

1,503

10,443,549

929

4,283,709

1.5

385

900,497

II- 42 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Dalam kurun tahun 1930 sampai 20010 rata-rata Danau Limboto mengalami
pendangkalan sebesar 35 cm/tahun. Sedangkan rata-rata penyusutan luas sekitar 70
ha/tahun.

Gambar 2.17. Peta Batimetri Danau Limboto


Penyusutan luas dan pendangkalan fisik Danau Limboto juga menyebabkan terjadinya
penurunan populasi dan jenis biota perairan danau. Tahun 1977 produksi tangkapan
sebesar 2.960 ton dan tahun 2007 produksi tangkapan tinggal sebesar 616 ton. Ini sama
dengan penurunan produksi tangkapan sampai 2.344 ton atau 79,19% dalam kurun waktu
20 tahun. Sedangkan produksi perikanan Danau Limboto tahun 2010 tercatat sebesar 457
ton.
Berbagai aktivitas masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan danau juga
mengancam

dan

memperburuk

kelestarian

fungsi

danau.

Perkembangan

terakhir

menunjukkan sebagian wilayah permukaan danau sudah ditempati oleh masyarakat.


Okupasi yang dilakukan dikawasan Danau Limboto sampai saat ini:
1. Okupasi tanah timbul oleh masyarakat
- Sawah 637 ha
- Ladang 329 ha
- Perkampungan 1.272 ha

II- 43 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


- Lainnya 42 ha
2. Okupasi badan air meliputi:
- Luas areal Bibilo sekitar 131 ha
- Luas areal Karamba sekitar 51.531 m2
- Jumlah karamba sebanyak 2.559 buah, dengan ukuran 5 x 5 m2

Penyebaran Eceng Gondok


Luas sebaran eceng gondok sudah mencapai sekitar 30 - 40% dari luasan danau. Eceng
gondok terdapat hampir di semua bagian danau. Konsentrasi terbesar berada dibagian
tengah. Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat
dipengaruhi oleh musim angin. Eceng gondok akan bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan
Selatan.

Gambar 2.18. Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto (Sumber: Balihristi, 2008)
Hasil Pemantauan kualitas air Danau Limboto yang dilakukan oleh PUSARPEDAL tahun
2010 memperlihatkan jumlah oksigen terlarut atau DO berkisar 2,76 - 5,08 mg/L dan baku
mutu 3 mg/L. Kadar BOD berkisar 1,5 3,2 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Sedangkan
sulfida 0,015 - 0,031 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L.

II- 44 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 2.19 Pengerukan Danau Limboto (atas) Kondisi bagian danau sebelum pengerukan,
(bawah)lokasi yang sama setelah pengerukan.

Berbagai upaya dilakukan untuk melestrikan Danau Limboto. Diantaranya:


1. Pembersihan Danau Limboto yang melibatkan masyarakat di sekitar danau dan
aparat TNI.
2. Pelatihan Pengolahan Pupuk Organik di Desa Timoto Kec. Telaga.

II- 45 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


3. Pelatihan pembuatan kerajinan dari batang eceng gondok di Desa Iluta.
4. Pelepasan Ikan Koan untuk memakan eceng gondok.
5. Pelatihan pemanfaatan sedimen danau untuk batu bata bagi masyarakat sekitar
danau.
6. Pengerukan sedimen danau.
Sejak tahun 2012 Pemerintah Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan Pemerintah
Pusat telah memulai upaya pengerukan sedimentasi Danau Limboto. Sampai tahun 2013
pengerjaan dilakukan pada area utara danau yang berbatasan dengan Pentadio Resort.
Pengerukan yang diupayakan sedalam tiga meter. Pinggir danau akan dibatasi dengan
tanggul sekaligus sebagai jalan melingkar yang akan menjadi batas danau sehingga okupasi
oleh penduduk kedalam danau selama ini bisa dihentikan.

2. Sumberdaya Air Tanah


Mengacu pada Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya Air Sulawesi
Utara (1999),

potensi air tanah Provinsi Gorontalo dibagi dalam dua kawasan, yaitu

kawasan DAS Bolango-Bone dan kawasan Paguyaman-Randangan.

2.1. Daerah Aliran Sungai Bolango-Bone


Kawasan ini tertutup oleh endapan aluvium, memiliki permukaan air tanah dangkal
dan akifernya tergolong produktif sedang (debit sumur 10 L/detik). Air tanah di kawasan
ini tidak terpengaruh oleh pergantian musim tahunan. Namun, rusaknya kawasan resapan
air hujan diprediksi akan mereduksi derajat infiltrasi air, karena terjadi penyumbatan poripori lapisan tanah bagian atas.

2.2. Daerah Aliran Sungai Paguyaman-Randangan


Kawasan ini terdiri dari formasi batuan gunung api (lava, lahar, tufa, breksi) dan
batuan sedimen lepas atau setengah padu (kerikil, pasir, dan lempung). Akifernya memiliki
produktivitas yang tergolong rendah, bahkan di beberapa tempat tidak terdapat air tanah
terutama di daerah hilir dan hulu, sedangkan di daerah muara menghasilkan air payau.

II- 46 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

D. UDARA
Pekembangan daerah Propinsi Gorontalo memberikan pengaruh terhadap kondisi
udara berupa pencemaran. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi
fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak
properti.
Masalah pencemaran udara yaitu kualitas udara yang tidak dapat memenuhi kualitas
udara yang dipersyaratkan. Dalam mencapai kualitas udara yang diinginkan, perlu
dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara, salah satunya melalui pengukuran
dan pemantauan terhadap kualitas udara.
Pemantauan kualitas udara pada Bulan April tahun 2011 menunjukkan bahwa kualitas
udara di Provinsi Gorontalo tergolong baik karena masih berada di bawah baku mutu udara
yang dipersyaratkan (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional). Parameter

yang diukur dalam pemantauan tersebut adalah empat

parameter yaitu CO, SO2, NO2, dan O3. Pemantauan tersebut dilaksanakan pada setiap
kabupaten yang mewakili tiga lokasi penting meliputi jalur transportasi, perkantoran, dan
permukiman. Untuk Kota Gorontalo dilakukan pada empat titik pantau dengan tambahan
pusat perekonomian.
Tabel 2.13. Parameter Pengukuran Udara di Provinsi Gorontalo

No

Parameter

Lama

BakuMutu

Metode

Pengukuran
1

CO

1jam

30.000g/m3

NDIR

SO2

1jam

900g/m3

Pararosanilin

NO2

1jam

400g/m3

Zalman

O3

1jam

235g/m3

Chemiluiminescent

Sumber: Balihristi, 2011


Data-data hasil pengukuran di yang dilakukan oleh BALIHRISTI Provinsi Gorontalo dan
Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan (BTKL) Manado yang dilakukan di 6 Kabupaten/Kota
di Provinsi Gorontalo ditampilkan berikut ini.

II- 47 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Kabupaten Pohuwato
Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum masih
memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu udara
ambient nasional.
Tabel 2.14. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Pohuwato

No

Parameter

BakuMutu

SO2

900g/m3

CO

30.000g/m3

NO2

O3

TitikPantau
Kantor
Bupati
39

Jl.Trans.
Sulawesi

Terminal
Marisa

52

38

7.706

10.112

8.420

400g/m3

38,6

26,9

38,2

235g/m3

58

78

46

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011


Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum
masih memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu
udara ambient nasional. Konsentrasi SO2 berkisar 38 62 g/m3 dengan baku mutu 900

g/m3. Kadar CO yang terukur 6,742-10,112 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu
30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 26,9-38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3
antara 46 78 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi memiliki nilai tertinggi
untuk dua parameter yaitu CO dan O3.

Kabupaten Boalemo
Kualitas udara ambien di Kabupaten Boalemo diperlihatkan dalam tabel.
Konsentrasi SO2 berkisar 28 78 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang
terukur 6,742-14,448 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2
terukur antara 42,69-63,3 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 117 g/m3.
Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi di Desa Lamu memiliki nilai tertinggi untuk tiga
parameter yaitu CO, SO2 dan NO2. Secara umum masih memenuhi syarat karena semua
parameter yang diukur masih dibawah baku mutu udara ambien nasional.

II- 48 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Tabel 2.15. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Boalemo

No

Parameter

SO2

CO

3
4

BakuMutu

TitikPantau
Kantor
Bupati

Jl.Trans.
Sulawesi

Terminal
Tilamuta

33

78

28

30.000g/m3

9.151

14.448

6.742

NO2

400g/m3

42,6

63,3

48,1

O3

235g/m3

117

58

53

900g/m3

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011

Kabupaten Bone Bolango


Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Bone Bolango disajikan dalam tabel.
Tabel 2.16 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Bone Bolango

No

Parameter

BakuMutu

SO2

CO

3
4

TitikPantau
Kantor
Bupati

Desa
Oluhuta

DesaBubeya

52

27

30.000g/m3 10.836

8.228

8.428

NO2

400g/m3 43,9

24,22

17,9

O3

235g/m3 39

97

78

900g/m3 26

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011


Konsentrasi SO2 berkisar 26 52 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO
yang terukur 8.228 - 10.836 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar
NO2 terukur antara 17,9 - 43,9 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 39 97

g/m3. Dari ketiga titik pantau, Desa Oluhuta sebagai wakil pemukiman memiliki nilai
tertinggi untuk dua parameter yaitu SO2 dan O3. Dua parameter lain tertinggi di Kantor
bupati Bone Bolango. Tingginya parameter SO2 dan O3 di desa Oluhuta karena pemukiman

II- 49 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


ini berada di jalur transportasi paling ramai di Bone Bolango bahkan lebih ramai daripada
Desa Bubeya. Sedangkan tingginya parameter NO2 dan CO di Kantor Bupati Bone Bolango
perlu diteliti lebih jauh karena di kompleks ini jarang perumahan dan berada di jalur
transportasi yang tidak sibuk. Secara umum kualitas udara ambien di Kabupaten Bone
Bolengo masih memenuhi syarat.

Kabupaten Gorontalo
Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Gorontalo disajikan dalam tabel 2.16.
Konsentrasi SO2 berkisar 45 97 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang
terukur 9.873 - 14.936 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2
terukur antara 21,6 - 74,4 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 78 g/m3.
Dari ketiga titik pantau, Shopping Center sebagai wakil pusat perbelanjaan memiliki nilai
tertinggi untuk dua parameter yaitu SO2 dan NO2. Dua parameter lain tertinggi di Jl. Raya
Limboto.
Tabel 2.17 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo

No

Parameter

BakuMutu

SO2

CO

3
4

TitikPantau
Kantor
BLH

Shopping
Center

Jl.Raya
Limboto

45

97

84

30.000g/m3

9.873

9.873

14.936

NO2

400g/m3

21,6

74,4

27,5

O3

235g/m3

58

73

78

900g/m3

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011

Tingginya parameter SO2 dan NO2 di Shopping Center karena pusat perekonomian
yang merupakan pasar utama di Kota Limboto. Disamping itu di Shopping Center
bersebelahan dengan Terminal Limboto. Sedangkan tingginya parameter CO dan O3 di Jl.
Raya Limboto karena merupakan jalur transportasi yang paling sibuk di Kota Limboto.

II- 50 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Secara umum kualitas udara ambien di Kabupaten Gorontalo masih memenuhi syarat
kualitas udara ambien.

Kabupaten Gorontalo Utara


Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Gorontalo Utara disajikan dalam tabel 2.17.
Konsentrasi SO2 terukur berkisar 38 62 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO
yang terukur 6.020 8.420 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar
NO2 terukur antara 14,2 - 38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 46 58

g/m3. Kantor BLH memiliki tiga parameter dengan nilai tertinggi, yaitu SO2, NO2 dan O3.
Sedangkan kadar CO tertinggi ditemukan di Jl. Raya Molingkapoto yang memrupakan jalur
Jl. Trans Sulawesi.
Tabel 2.18. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo Utara

No

Parameter

BakuMutu

SO2

CO

3
4

TitikPantau
Kantor
BLH

Perum
Molingkapoto

Jl.Molingkapoto

62

49

38

30.000g/m3

6.742

6.020

8.420

NO2

400g/m3

38,6

14,2

38,2

O3

235g/m3

58

58

46

900g/m3

Kota Gorontalo
Hasil pemantauan kualitas udara ambien pada 4 (empat) titik di Kota Gorontalo
menunjukkan bahwa kualitas udara ambient masih memenuhi syarat karena 4 (empat)
parameter yang diukur masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan. Konsentrasi
SO2 berkisar 22 45 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 4.216 19.265 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara
16,8 21,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 36 78 g/m3. Dari ketiga titik

II- 51 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


pantau, Pasar Sentral memiliki nilai tertinggi untuk semua parameter baik SO2, CO, NO2
dan O3.
Tingginya semua nilai parameter di Pasar Sentral Kota Gorontalo karena
merupakan salah pusat perdagangan yang paling sibuk dan berdekatan dengan terminal
Angkutan Kota. Pasar Sentral juga dilewati jalan yang ramai dilalui kendaraan. Sedangkan
Tabel 2.19. Kualitas Udara di Titik Pantau Kota Gorontalo 2011
No

Parameter

Titik Pantau

Baku
Mutu
Kantor
Walikot
a

Pemukim
an Awara

Pasar
Sentral

Terminal
1942

SO2

900
g/m3

45

22

45

42

CO

30.000
g/m3

9.873

4.216

19.265

8.226

NO2

400
g/m3

21,6

16,8

21,6

18,4

O3

235
g/m3

58

36

97

39

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011

kompleks Kantor Walikota memiliki nilai tertinggi yang sama dengan pasar Sentral untuk
dua parameter, yaitu parameter NO2 dan SO2. Secara umum kualitas udara ambien di Kota
Gorontalo masih berada dibawah baku mutu sehingga masih memenuhi syarat.

II- 52 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

E. LAUT, PESISIR DAN PANTAI


Wilayah Provinsi Gorontalo memiliki dua wilayah pesisir pantai, yaitu pesisir selatan
yang mengahadap perairan Teluk Tomini dan pesisir utara menghadap ke perairan Laut
Sulawesi. Pantai utara memiliki panjang garis 217.7 km dan pantai selatan memiliki
panjang garis pantai 438.1 km.

Gambar 2.20. Peta sebaran terumbu karang di Perairan Provinsi Gorontalo


Sumber: Peta Sebaran Terumbu Karang, Bakosurtanal 2009

Salah satu potensi pesisir di Provinsi Gorontalo adalah terumbu karang. Sumberdaya
pesisir ini diperkirakan berada dalam ambang kerusakan. Tingkat kerusakan diperkirakan
mencapai 40%. Apabila tidak dilakukan tindakan konservasi secepatnya maka kerusakan
akan semakin meluas. Terumbu karang di bagian selatan Provinsi Gorontalo yang berada di
Teluk Tomini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan
terumbu karang cincin (atol).
Tabel 2.20. Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo

No. LokasiTerumbuKarang

KondisiTutupan
Karang(%)

1.

Payunga

3040

2.

Saronde

3050

3.

PulauDulupi

5070
II- 53 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

4.

PulauAsiangi

5080

5.

PulauLamuaDaa

50 80

6.

PulauRaja

50 80

7.

PulauPopaya

50 80

8.

TelukKwandang

1020

9.

TPITilamuta

10

10.

Torsiaje

10

11.

PantaiMassa

12.

TamanLautOlele

1530
58

Sumber:Balihristi,2009
Terumbu karang di bagian tengah mencakup wilayah di selatan Boliohuto kemudian
sebelah selatan Paguat hingga sebelah selatan Marisa. Jenis terumbu karang terdiri atas
terumbu karang tepian (fringing reef), baik yang berada di tepian daratan (Pulau Sulawesi)
maupun di pulau-pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di sepanjang pantai
selatan daratan Pulau Sulawesi.
Terumbu karang tepian terdapat hampir di semua pulau-pulau (lito) yaitu: Batade,
Dulupi, Lahengo, Wulungiyo Ombulo, Wulungiyo Tambe, Wulungiyo Olikani, Libuiyo
Tilamuta, Mohupombo Daa, Mohupombo Kiki, Molopinggulo, Lipo Biato, Montuli, Bitila,
Puntu, Pomolia Kiki, Pomolia Daa, Lolahe, Taludahe, Dulawono, Tomelo. Di setiap pulau
selain terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas sedangkan lamun relatif sedikit.
Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif masih baik.
Terumbu karang di bagian barat mencakup wilayah di selatan Wulungiyo Wonggarasi
kemudian sebelah selatan Lemito hingga sebelah selatan Wulungiyo Alumbanga. Terumbu
karang tepian (fringing reef), terdapat di tepian daratan (Pulau Sulawesi) dan di pulaupulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di selatan Wonggarasi hingga di selatan
Yiliyala.
Terumbu karang tepian pulau terdapat hampir di semua pulau (lito) yaitu: Limboku
Kiki, Monji Kiki, Banggo Daa, Banggo Kiki, Puntu Daa, Molioto, Olinggobe, Imama,
Keakease, Samauna, Huliahedaa, Payata, Lamua Kiki, Lamua Daa, Dudepo, Pasigiogo,
Paniki, Ulipan, Putia, Ngeo, Burung, Maraati, dan Pajongge Daa. Disetiap pulau selain

II- 54 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas dan lamun relatif sedikit. Secara
umum kondisi terumbu karang di wilayah ini juga relatif masih baik.

Gambar 2.21. Kondisi terumbu karang Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo

Kondisi terumbu karang di sekitar pulau-pulau masih relatif baik dibandingkan


dengan di daerah pesisir yang berdekatan dengan massar daratan utama. Kondisi karang di
Pulau Payunga dan Pulau Saronde misalnya, menunjukkan kondisi karang yang termasuk
sedang dengan tingkat penutupan karang hidup berkisar 30-60%.
Kondisi karang di teluk Kwandang tingkat sedimentasinya relatif cukup tinggi. Hal
ini menunjukkan nilai penutupan karang hidup yang relatif rendah sekitar 10-20%.

Terumbu Karang di Laut Sulawesi


Terumbu karang di Bagian Utara Provinsi Gorontalo yaitu yang berada di Laut
Sulawesi terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan
terumbu karang cincin (atol).
Terumbu karang di bagian timur mencakup wilayah sekitar Pelabuhan Kwandang.
Jenis terumbu karang yaitu terumbu karang tepian (fringing reef). Terumbu karang
tersebar di pantai pulau-pulau yang ada di sebelah utara Pelabuhan Kwandang maupun di

II- 55 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi. Terumbu karang antara lain terdapat di pulaupulau (lito): Botubotuo, Limboso-1, Limboso 2, Kamposo, Manggala, Bohu, Otilade,
Saaronde, Bogisa, Mohinggito, Huliahu Daa, Huliahu Bunggu, dan Huha. Selain terumbu
karang terdapat pula material pasir dalam sebaran sedang dan lamun (seagrass) dalam
sebaran relatif sedikit.
Berdasarkan sebaran pasir yang merupakan pecahan karang yang hanya sedang,
maka diperkirakan kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif sedang hingga baik.

Table 2.21 Status Mutu Air Laut di Perairan Terumbu Karang


di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008

TitikPantau

TPK2

TPK3

Lokasi

DesaBajoTilamutaKab.
Boalemo
PantaiWisataOleleKab.
BoneBolango

StatusMutuAir
NilaiIP

Ket

6,3576

CemarSedang

CemarSedang

8,03
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam
keputusan MENLH No.115 tahun 2003

Terumbu karang di utara bagian barat mencakup wilayah di utara Bolontio Barat.
Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian dan terumbu karang cincin.
Terumbu karang tepian tersebar di sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi dalam luasan
relatif sempit. Adapun terumbu karang cincin (atol) dijumpai jauh dari pantai sebanyak 2
buah. Material pasir yang cukup luas terdapat di sekitar atol tersebut, sedangkan lamun
(seagrass) dalam jumlah relatif sedikit. Di sekitar karang dekat dengan pantai hampir tidak
terdapat lamun. Hal ini karena laut di sekitar pantai tersebut cukup curam dan dalam.
Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah utara bagian barat ini relatif masih baik.

II- 56 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Hutan Mangrove
Kondisi ekosistem mangrove mengalami nasib yang sama dengan terumbu karang.
Pengamatan penutupan tajuk dan kerapatan pohon mangrove di beberapa lokasi
pemantauaan di Gorontalo menunjukkan kondisi hutan mangrove mengalami perusakan.
Tabel 2.22. Status Kondisi Hutan Mangrove Teluk Tomini
di Provinsi Gorontalo 2008.

Sebagian dari wilayah Provinsi Gorontalo diarahkan untuk kawasan hutan mangrove.
Kawasan hutan mangrove ditetapkan berdasarkan penyebaran hutan mangrove saat ini
ditambah dengan areal-areal yang dinilai baik ditumbuhi mangrove. Tahun 2010,
berdasarkan SK Menhut No 325 Tahun 2010 Hutan Mangrove di Provinsi Gorontalo seluas
13.645 ha. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pantai selatan Provinsi Gorontalo
masih memiliki kondisi hutan mangrove yang relatif baik, dimana jenis yang paling
dominan adalah xylocarpus sp dan Rhizopora mucronata. Berdasarakan hasil kajian
kerapatan jenis untuk tingkat pohon adalah 10.294 ind/ha. Jenis-jenis mangrove lainnya
yang ditemukan adalah Ceriops, Brugeria gymnorhiza, Excocaria, Rhizopora stylosa,
Rhizopora apiculata, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Plot kawasan hutan mangrove
ini

selain

dikaitkan

dengan

kebutuhan

konservasi

dan

sejalan

dengan

rencana

pengembangan tambak. Kawasan hutan mangrove terutama menyebar di wilayah pantai


selatan Kabupaten Boalemo seluas 2.412 ha, di Kabupaten Pohuwato 7.786 ha dan sebagian
di pantai Utara Kabupaten Gorontalo seluas 3.447 ha. Luas total area hutan mangrove di
seluruh Gorontalo sekitar 13.645 ha. Kawasan mangrove ini sangat penting untuk
mendukung pengembangan

perikanan tambak yang akan menjadi salah satu andalan


II- 57 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


perekonomian Provinsi Gorontalo. Kawasan mangrove ini juga diperlukan untuk menjaga
kelestarian potensi wilayah pantai dan meredam proses abrasi pantai. Kondisi mangrove di
daerah Kwandang masih relatif baik khususnya pada kawasan green belt, walaupun
sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih memanfaatkan
pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga digunakan sebagai kayu
bakar. Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba
untuk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi
kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Dampak aktivitas pembangunan di
kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar tidak selalu mengorbankan ekosistem
pesisir yang ada.
Di Kecamatan Tilamuta, kondisi sebagian besar mangrove yang masih tersisa masih
dalam kondisi baik, walaupun sudah mengalami pembabatan pada beberapa daerah. Jenis
yang paling dominan adalah jenis Rhizophora mucronata, yang secara nyata melindungi
kawasan pantai dari hempasan gelombang yang kemungkinan menyebabkan abrasi.
Kondisi mangrove di Torsiaje juga masih relatif baik khususnya pada kawasan green

belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih
memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga
digunakan sebagai kayu bakar.

Table 2.23. Status Mutu Air Laut di Perairan Ekosistem Mangrove di Kawasan Teluk Tomini
2008

TitikPantau

TPM5

TPM6

Lokasi

DesaLamuBotumoitoKab.
Boalemo
DesaBajoTorosiajeKab.
Pohuwato

StatusMutuAir
NilaiIP

Ket

6,96638

CemarSedang

7,0592

CemarSedang

Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam
keputusan MENLH No.115 tahun 2003

II- 58 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Kondisi mangrove di Pantai Utara juga sebagian masih relatif baik, namun
pembukaan tambak nampaknya semakin meluas dan perlu segera diatur dengan kebijakan
yang ketat agar tidak menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Jenis manggrove yang
dominan di pantai utara adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum.
Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba untuk
melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan
pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat.
Dampak aktivitas pembangunan di kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar
tidak selalu mengorbankan ekosistem pesisir yang ada.

Padang Lamun
Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar
pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales
yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut
dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan
(selalu tergenang). Ia dapat dianggap sebagai ekosistem antara ekosostem mangrove dan
terumbu karang.
Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup di
bawah permukaan air laut. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti
pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang
tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut.
Secara umum, kondisi pada lamun di Provinsi Gorontalo masih tergolong cukup baik,
terutama di daerah pulau-pulau dimana kondisi kualitas airnya masih relatif baik. Misalnya
di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang
termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan
Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.
Di Desa Bajo dan di Desa Torsiaje ditemukan padang lamun dalam bentuk hamparan
yang cukup luas dengan kerapatan yang masih relatif baik. Namun demikian pada lokasi
seperti teluk di Kwandang dan sekitar TPI Tilamuta kondisi padang

lamunnya sudah

termasuk kategori jelek dengan kepadatan rendah. Suspensi parikel-partikel yang cukup
tinggi di perairan pada kawasan ini bukan hanya mengurangi tingkat kecerahan perairan,

II- 59 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


tetapi juga secara langsung menutupi permukaan daun vegetasi lamun sehingga
menyebabkan lamun tersebut mengalami kematian atau tidak bisa berkembang dengan
baik.
Table 2.24. Status Mutu Air Laut di Perairan Padang Lamun di Kawasan Teluk Tomini 2008

TitikPantau

TPL2

TPL3

Lokasi

DesaBajoTilamutaKab.
Boalemo

StatusMutuAir
NilaiIP

Ket

6,7766

Cemar

6,552

Sedang

PantaiWisataBolihutuo

Cemar

Kab.Boalemo

Sedang

Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam
keputusan MENLH No.115 tahun 2003

Status Mutu Air Laut Teluk Tomini


Kualitas lingkungan pesisir laut Teluk Tomini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi
kualitas lingkungan DAS yang ada di sekitarnya. Hasil pemantauan kualitas air laut di
wilayah Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo tahun 2008 menunjukkan bahwa Jumlah

Coliform total untuk lokasi Pelabuhan Kota Gorontalo sebesar 2500 MPN/100 mL, nilai
tersebut melebihi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk perairan pelabuhan
yaitu 1000 MPN/100 mL. Konsentrasi DO di lokasi Muara Sungai Bone, daerah wisata olele
dan di muara Sungai Paguyaman yaitu masing-masing 4,8 mg/L, 4,5 mg/L dan 4,5 mg/L,
tidak memenuhi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk wisata bahari yaitu > 5
mg/L. Konsentrasi BOD di masing-masing lokasi tersebut adalah 11,5 mg/L, 12,5 mg/L dan
10,5 mg/L, dimana nilai-nilai tersebut diatas baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004
tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk
wisata bahari yaitu 10 mg/L.

II- 60 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 2.22 Lokasi-Lokasi Pemantauan Kualitas Air Laut di Kawasan


Pesisir Laut Teluk Tomini yang terdapat di Provinsi Gorontalo

Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai
pH berkisar 7,5 7,8, warna 5,5 16,7, kekeruhan 2,5 3,8 dan TSS 17,5 19,5 mg/L,
tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 8,5,
warna = 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan
kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata
mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU.
Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH
berkisar 7,5 7,8, warna 5,5 16,7, kekeruhan 2,5 3,8 dan TSS 17,5 19,5 mg/L, tetapi
nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 8,5, warna =
30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan,
untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai
kekeruhan 3,8 NTU.
Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH
berkisar 7,5 7,8, warna 5,5 16,7, kekeruhan 2,5 3,8 dan TSS 17,5 19,5 mg/L, tetapi
nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 8,5, warna =

II- 61 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan,
untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai
kekeruhan 3,8 NTU.
Table 2.25. Status Mutu Air Laut di Perairan Kawasan Pelabuhan
di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008

Titik

Lokasi

StatusMutuAir

Pantau

TPP2

TPP3

PelabuhanKota

NilaiIP

Ket

1,6439

CemarRingan

1,9481

CemarRingan

gorontalo

PelabuhanTPI
TilamutaKab.Boalemo

Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan


pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115
tahun 2003
Konsentrasi DO dan BOD di semua lokasi di daerah wisata bahari terdeteksi. Kadar
DO terendah dan BOD 5 tertinggi adalah di lokasi titik 3, 4 dan 5 dengan kadar DO berkisar
antara 4.5 mg/L sampai 4.8 mg/L dan kadar BOD 5 berkisar antara 10.5 mg/L sampai 12.5
mg/L.
Table 2.26. Status Mutu Air Laut di Perairan Wisata Bahari
di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008

Titik

Lokasi

StatusMutuAir

Pantau

TPW2

TPW3

NilaiIP
PantaiWisataOleleKab.
BoneBolango
PantaiWisataBolihutuo
Kab.Boalemo

6,3265

6,356

Ket
CemarSedang

CemarSedang

Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman


yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003
II- 62 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Konsentrasi DO untuk lokasi tersebut tidak memenuhi persyaratan baku mutu yaitu
> 5 mg/L dan konsentrasi BOD untuk ke 3 lokasi tersebut diatas baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu 10 mg/L.

F. IKLIM
Untuk kepentingan pengembangan wilayah, semua faktor iklim, khususnya hujan,
suhu, angin dan kelembaban udara, adalah penting. Iklim memberi implikasi signifikan
pada perumusan kebijakan alokasi penggunaan ruang, misalnya dalam penentuan kawasan
lindung dan budidaya serta kebijakan pengelolaan sumberdaya alam. Untuk kabupatenkabupaten di Provinsi Gorontalo, kebijakan pengelolaan sumberdaya air, misalnya, adalah
aspek yang harus mendapat prioritas tinggi. Jika hasil optimal dan berkesinambungan
hendak dicapai, rumusan kebijakan ini harus menjadi dasar bagi arah pengembangan
wilayah.
Berdasarkan peta iklim Oldeman dan Darmiyati, Provinsi Gorontalo secara rata-rata
beriklim yang relatif kering. Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3
bulan per tahun bercurah hujan lebih dari 200 mm) meliputi seluruh kawasan pantai
selatan Kabupaten Boalemo dan sebagian Kota Gorontalo. Sementara, wilayah yang relatif
lebih basah (iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 bulan basah per tahun) ditemukan di
sepanjang wilayah Utara Provinsi Gorontalo.
Menurut klasifikasi iklim yang dikemukakan Schmidt Fergusson diperoleh nilai Q
(perbandingan rata-rata bulan kering dengan bulan basah) sebesar 25 % sehingga daerah ini
termasuk tipe iklim B yaitu beriklim basah.

SuhuudararataratabulanandiProvinsiGorontalotahun2012
27.6
27.4
27.1
26.9
26.6

27.1

27.1

Ags

Sep

27.2
27.0

26.8

26.6
26.3

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Okt

Nop

Des

Suhu(C)

Gambar 2.23. Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Gorontalo 2012


(Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Jalaludin, 2013)

II- 63 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Berdasarkan data pada Stasiun Bandara Jalaludin suhu udara rata-rata bulanan di
Provinsi Gorontalo dalam tahun 2012 berkisar antara 26,3 - 27, C. Bulan Juli adalah bulan
yang mengalami suhu rata-rata lebih paling rendah dibanding bulan lainnya. Suhu rata-rata
tertinggi pada bulan Oktober.

Suhu minimum terjadi di bulan Februari yaitu 22,2 C.

Sedangkan suhu maksimum terjadi di bulan Agustus mencapai 34,2C.


Curah hujan bulanan rata-rata selama tahun 2012 berkisar antara 27 244 mm.
Curah hujan tertinggi terdapat di bulan Juli yaitu 244 mm dan terendah pada bulan
Desember sebanyak 27 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak ada pada bulan
Februari sebanyak 24 hari. Kelembaban udara di Gorontalo termasuk tinggi. Rata-rata
kelembaban pada tahun 2012 mencapai 82,58 persen.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo,
curah hujan untuk periode 5 (lima) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2005 hingga 2009
berkisar antara 1.226 2.289mm/tahun, dengan hari hujan per tahun berkisar 157 248
hari hujan, dengan rata-rata curah hujan 126,5 mm/tahun dan 15 hari hujan.

CurahHujandiProvinsiGorontalotahun2012
412

244
205
109

159

130

154
116

107

67

Jan

Feb

Mar

46

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

27
Okt

Nop

Des

Curahhujan(mm)

Gambar 2.23. Curah hujan di Provinsi Gorontalo 2012


(Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Jalaludin)

II- 64 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

G.BENCANA ALAM
Wilayah Gorontalo rentan terhadap bencana banjir. Pembukaan areal hutan yang dan
perubahan fungsi lahan meningkatkan intensitas banjir. Perubahan bulan musim hujan dan
lama waktu musim hujan memberikan pengaruh pada bencana banjir.

1. Bencana Banjir
Dampak yang ditimbulkan akibat banjir adalah rusaknya sarana infrastruktur daerah
sehingga menyebabkan saluran distribusi mengalami kendala. Masyarakat menderita
penyakit bawaan air, kehilangan harta, kelaparan, dan hilangnya tempat berteduh.
Bahkan, banjir di Gorontalo sudah merenggut korban jiwa.
Kerugian akibat banjir ini merupakan biaya lingkungan dan sosial mahal yang harus
ditanggung masyarakat akibat kesalahan tata ruang yang kian parah. Sedangkan pasca
banjir bagi daerah yang terkena banjir seperti wabah penyakit dan rusaknya fasilitas umum
serta terkendalanya pendidikan.

Gambar 2.24. Peta daerah rawan banjir di Provinsi Gorontalo. (Sumber: RTRW Prov.
Gorontalo 2010-2030)

II- 65 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Setelah banjir reda, bukan tidak mungkin berbagai penyakit menular akan
menjangkiti masyarakat seperti demam berdarah, malaria dan diare," pasca banjir
biasanya banyak genangan air di lingkungan tempat tinggal masyarakat yang dapat menjadi
sarang nyamuk menyebarkan penyakit.
Musibah banjir tidak hanya dialami oleh para korban yang rumahnya terendam
banjir, warga yang rumahnya tidak terendam juga mengalami dampaknya. Di antaranya
pemadaman listrik, tidak tersedianya air bersih, dan terbatasnya pasokan makanan. Hal itu
terutama dialami oleh warga di seputar banjir.
Bencana banjir yang mulai sering terjadi adalah banjir bandang. Hujan lebat bebera
jam saja bisa mendatangkan banjir dengan membawa lumpur dan bahkan batang kayu. Hal
ini terjadi karena maraknya illegal logging dan perambahan hutan di hulu daerah aliran
sungai. Kemampuan tanah dalam menahan air saat musim hujan berkurang sehingga bila
terjadi hujan, air kurang meresap ke dalam tanah. Tanah yang sudah mengikat air biasanya
ditahan oleh akar-akar pohon sehingga tidak ikut mengalir bersama air permukaan ke hilir.
Karena kayu sudah ditebangi maka tanah yang mengandung air ini ikut meluncur ke hilir.
Tanah bercampur air menuruni lereng membentuk aliran berlumpur. Makin ke hilir makin
semakin besar sehingga bisa menimbulkan bencana saat melewati kawasan pemukiman.

Selama

Wilayah

tahun

Provinsi

2012

Gorontalo

mengalami 36 kali bencana


banjir. Kejadian banjir yang
terbanyak terjadi di Kabupaten
Bone Bolango dan Kabupaten
Gorontalo,
masing

yakni

masing-

sembilan

kali.

Sedangkan daerah yang paling


sedikit
banjir

mengalami
adalah

kejadian
Kabupaten

Pohuwato dan Kota Gorontalo,


Gambar 2.26. Rumah dan lahan terendam banjir di
Limboto.

yaitu masing-masing tiga kali.


Kalau

dilihat

dari

waktu

kejadian, bulan yang paling


banyak terjadi banjir adalah bulan Januari, Maret dan Mei, masing-masing enam kejadian.
Bulan yang tidak terjadi bencana banjir adalah bulan Agustus, September, dan Oktober.

II- 66 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Banjir yang terjadi dalam bulan Januari 2012 sebanyak enam kejadian berupa banjir
bandang. Banjir melanda Kecamatan Anggrek di Gorontalo utara pada tanggal 15 Januari
merendam 56 rumah dan 224 jiwa. Pada tanggal 21 Januari banjir bandang melanda
Kecamatan Paguat di Kabupaten Pohuwato merendam 762 rumah dan 3.173 jiwa. Pada hari
yang sama banjir bandang juga melanda Kecamatan Mananggu, Botumoito, dan Tilamuta di
Kabupaten Boalemo mengakibatkan 1.145 rumah dan satu sekolah serta 4.410 jiwa
terendam.

JumlahKejadianBanjirdiGorontaloTahun2012
8
6
4
2
0
Jan Feb Mar Apr May Jun

Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Jumlahkejadian

Gambar 2.27 Jumlah kejadian banjir di Gorontalo menurut bulan selama tahun 2012
Kecamatan Limboto Barat di Kabupaten Gorontalo mengalami banjir bandang pada
tanggal 27 Januari mengakibatkan korban 799 rumah dan 2.674 jiwa terendam. Selain itu 6
sekolah satu tempat ibadah dan satu sarana kesehatan juga ikut digenangi air.
Pada tanggal 28 Januari 2012 Kecamatan Botumoito dan Tilamuta kembali dihantam
banjir bandang. Kali ini air
merendam 690 rumah dan 2760
jiwa. Keesokan harinya tanggal
29

Januari

Kecamatan

banjir

melanda

Botupingge

dan

Kecamatan Suwawa Selatan di


Kabupaten

Bone

Bolango

mengakibatkan 2 rumah dan 7


jiwa terendam.

Gambar 2.28. Anak-anak bermain di depan rumah saat


banjir di Sungai Bolango

II- 67 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Daerah

perbukitan

yang

menjadi

area tangkapan air di hampir semua


tempat kejadian rata-rata telah banyak
terbuka.

Pembukaan

lahan

sebagian

besar adalah untuk area penanaman


jagung. Sehingga saat hujan lebat turun
air lebih banyak mengalir di permukaan
dari pada diresapkan ke dalam tanah.
Curah air hujan yang tinggi dalam waktu
yang

pendek

pada

daerah

yang

tangkapan airnya sudah mulai banyak


terbuka

akan

menimbulkan

banjir

bandang.
Gambar 2.29. Korban banjir mengungsikan
peralatan ke tempat yang kering.

Bencana banjir pada bulan Februari


2012 terjadi tiga kejadian. Pertama

pada tanggal 20 Februari 2012 melanda Kecamatan Tolangohula, Kecamatan Boliyohuto,


dan Kecamatan Bilato di Kabupaten Gorontalo. Pada hari yang sama banjir juga melanda
Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman di Kabupaten Boalemo. Banjir di kelima
kecamatan ini diakibatkan curah hujan yang tinggi di daerah aliran sungai Paguyaman,
tempat

kecamatan-

kecamatan
Korban

ini

yang

berada.
timbul

di

Kabupaten Gorontalo adalah


607 rumah dan 2239 jiwa
serta satu sekolah dan satu
sarana kesehatan terendam.
Sedangkan
timbul

Korban
di

yang

kabupaten

Boalemo adalah 495 rumah


dan 1827 jiwa terendam.
Pada tanggal 27 Februari
2012 banjir melanda Kec.
Kwandang
Gorontalo

Kabupaten
utara.

Korban

Gambar 2.30. Korban banjir beristirahat di jalan yang


lebih tinggi sambil mengharapkan bantuan orang yang
lewat.

yang timbul sebanyak 113

II- 68 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


rumah dan 452 jiwa terendam.
Banjir melanda tiga kecamatan di tiga kabupaten pada tanggal 2 Maret 2012. Wilayah
yang mengalami bencana adalah Kecamatan Kota Selatan di Kota Gorontalo dengan korban
492 rumah dan 800 jiwa terendam, Kecamatan Limboto di Kabupaten Gorontalo dengan
112 rumah dan 440 jiwa terendam, dan Kecamatan Bulango Utara di Kabupaten Bone
Bolango 110 rumah dan 445 jiwa terendam. Bangunan kantaor Polres Limboto ikut
digenangi banjir.
Banjir terjadi akibat curah hujan
yang tinggi di DAS Bulango. Empat
hari berikutnya tanggal 6 Maret 2012
giliran

Kecamatan

Tomilito

Kabupaten Gorontalo Utara dilanda


banjir.

Banjir

merendam

178

keluarga. Pada 11 Maret 2012 Sungai


Bone

meluap

kecamatan
Keempat

merendam

di

Bone

kecamatan

Suwawa,

Suwawa

Botupingge,

dan

empat
Bolango.

itu

Kabila.

adalah
Timur,
Pada

Gambar 2.31. Pengemudi bentor menuci bentor

tanggal 28 Maret 2012 bencana


banjir bandang melanda Kecamatan Tolinggula dan Kecamatan Anggrek di Gorontalo Utara
merendam 1001 rumah, 1612 keluarga, dan 5080 jiwa.
Bencana banjir terjadi empat kali dalam bulan April. Tanggal 1 April 2012 Kecamatan
Wonosari di Boalemo dilanda banjir mengakibatkan 297 rumah, 344 keluarga, dan 1147
jiwa terendam. Pada tanggal 5 April 2012 banjir terjadi di Kecamatan Tomilito di
Gorontalo Utara dan Kecamatan Tibawa di Kabupaten Gorontalo. Korban yang ditimbulkan
sebanyak 2 rumah 3 keluarga 13 jiwa di Kecamatan Tomilito. Sedangkan korban di
Kecamatan Tibawa sebanyak 71 rumah 74 keluarga 214 jiwa. Pada tanggal 28 April 2012
Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dilanda banjir dengan korban sebanyak 69
keluarga dan 243 jiwa.
Memasuki bulan Mei 2012 pada tanggal 1 Kecamatan Kota Barat di Kota Gorontalo
dilanda banjir . korban yang ditimbulkan sebanyak 5 keluarga dan 24 jiwa terendam. Pada
hari yang sama bajir juga melanda Kecamatan Botupingge di Bone Bolango. Keesokan

II- 69 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


harinya, tanggal 2 Mei 2012 di Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato sebanyak 12
keluarga dan 39 jiwa terendam banjir. Hujan tanggal 4 Mei 2012 di Kecamatan Sumalata di
Gorontalo Utara

menimbulkan banjir . Akibatnya 1 keluarga dan 6 jiwa terendam.

Esoknya, 5 Mei 2012, masih di Gorontalo Utara banjir melanda Kecamatan Sumalata Timur
dan Biawu. Banjir mengakibatkan 187 keluarga dan 711 jiwa terendam.
Banjir pada tanggal 6 Mei 2012
melanda Kecamatan Tolangohula,
Boliyohuto, dan Bilato Kabupaten
Gorontalo. Akibatnya 505 keluarga
dan 1886 jiwa terendam serta 32
jiwa terpaksa mengungsi. Tanggal
13 Mei 2012 Kecamatan Gentuma
di Gorontalo Utara

mengalami

banjir sehingga 213 keluarga dan


848 jiwa terendam.
Gambar 2.32. Pengguna jalan terpaksa berputar
menghindari area banjir

Sebulan kemudian pada tanggal


11 Juni 2012 Kecamatan Tilamuta,

Paguat, dan Botumoito di Boalemo dilanda banjir menimbulkan 867 keluarga dan 848 jiwa
terendam. Tanggal 24 Juni 2012 banjir melanda Kecamatan Bone Raya di Bone Bolango,
dengan korban 63 rumah dan 263 jiwa terendam serta 83 jiwa terpaksa mengungsi. Selain
itu banjir merusak tanggul sepanjang 1 Meter dan Jalan 10 Meter serta Lahan Kering 98 Ha
Dalam bulan Juli 2012 ada tiga kejadian banjir di Gorontalo. Pada tanggal 13 Juli 2012
banjir melanda Kecamatan Biluhu dan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Korban yang
ditimbulan adalah 187 rumah, 443 keluarga, dan 1668 jiwa terendam, serta satu orang
meninggal.
Tanggal 19 Juli 2012 banjir melanda Kecamatan Suwawa Selatan, Suwawa Timur,
Botupingge, dan Kabila Bone di Bone Bolango. Banjir di Botupingge berupa banjir bandang
dan di Kabila Bone banjir disertai longsor. Kejadian di empat kecamatan ini menimbulkan
150 rumah dan 530 jiwa terendam. Berikutnya tanggal 22 Juli 2012 Kecamatan Bone di
Bone Bolango dilanda banjir mengakibatkan 97 rumah dan 391 jiwa terendam.
Selama bulan November 2012 tercata dua kali kejadian banjir berupa banjir bandang.
Pada tanggal 1 November 2012 banjir bandang melanda Kecamatan Limboto Barat

II- 70 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Kabupaten Gorontalo dan tangal 2 November 2012 melanda Kecamatan Randangan
Kabupaten Pohuwato. Tidak ada data korban yang timbul pada kedua bencana ini.
Pada bulan Desember 2012 bencana
banjir

terjadi

sebanyak

empat

kali.

Tanggal 13 Desember 2012 Kecamatan


Limboto, Limboto Barat, Telaga Biru,
Bongomeme, dan Tabongo Kabupaten
Gorontalo

mengalami

banjir

mengakibatkan 379 rumah dan 1292 jiwa


terendam. Tanggal 15 Desember 2012
banjir melanda Kecamatan Bulango Utara
dan

Suwawa

di

Bone

Bolango

mengakibatkan 211 rumah, 227 keluarga,


dan 1307 jiwa terendam. Sedangkan
sebanyak

Gambar 2.33. Sampah dibawa arus banjir


menumpuk di jembatan

1236 jiwa harus mengungsi.

Tanggal 29 Desember 2012 Kecamatan Suwawa Selatan di Bone Bolango dilanda banjir dan
mengakibatkan 47 rumah terendam dan 150 jiwa mengungsi. Banjir juga merendam 98 ha
area pertanian lahan kering. Banjir terakhir tahun 2012 terjadi tanggal 30 Desember 2012
melanda Kecamatan Kota Utara, Dumbo Raya, dan Kota Selatan di Kota Gorontalo. Banjir
kali ini merendam 481 rumah, 1368 keluarga, dan 4873 jiwa. Warga yang harus mengungsi
mencapai 227 orang.
Total korban yang ditimbulkan selama tahun 2012 akibat bencana banjir adalah 5.721
rumah, 12.221 keluarga dan 43.358 jiwa terendam. Warga yang terpaksa mengungsi
sebanyak 1.728 orang dan korban meninggal sebanyak 2 orang.
Bencana banjir di Gorontalo bisa terjadi dimana seluas 140.690 ha rawan banjir dan
3.399 sangat rawan. Sedangkan dari tingkat resiko akibat banjir maka 144.298 ha lahan
masuk kategori beresiko sedang dan 748 ha beresiko tinggi.
Bencana kebakaran hutan dan lahan yang dilaporkan terjadi di kabupaten Bone Bolango
seluas 5.3 ha pada tahun 2011. Sedangkan untuk bencana kekeringan tidak ada kejadian
yang signifikan dalam kurun waktu tahun 2012 hingga 2013.

II- 71 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

2. Bencana Alam Selain Banjir


Bencana alam selain banjir yang terjadi selama tahun 2012 meliputi Kebakaran, Angin
puting beliung dan Tanah longsor. Pada tanggal 20 Maret 2012 di Tilamuta Kabupaten
Boalemo terjadi kebakaran menghanguskan 19 rumah. Korban yang timbul 24 keluarga dan
97 jiwa yang semuanya terpaksa mengungsi.
Bone Bolango mengalami bencana Angin puting beliung dan Tanah longsor. Bolango Selatan
dan Kabila Angin mengalami angin puting beliung merusak 6 rumah. Korban yang rumahnya
rusak sebanyak 7 keluarga dan 31 jiwa. Tanah Longsor terjadi di Kabila Bone pada 19 Juli
2012 tetapi tidak ada korban. Pada tanggal 15 Desember 2012 tanah longsor kembali
terjadi di Kecamatan Bulango Utara, Lomaya, Bulango Ulu menyebabkan satu rumah rusak.
Kabupaten Gorontalo dilanda bencana angin puting beliung dan Tanah longsor. Angin
puting beliung melanda Kecamatan Telaga Jaya 26 Maret 2012, merusak 1 rumah dan
menimbulkan korban 3 keluarga dan 6 jiwa tetapi tidak ada yang meninggal. Tanah Longsor
terjadi di Kecamatan Telaga tanpa ada korban.
Gorontalo Utara dilanda angin puting beliung dan kebakaran. Pada tanggal 26 Maret 2012
angin puting beliung terjadi di Kecamatan Tomilito. Kejadian ini menimbulkan 15 rumah
yang dihuni oleh 82 jiwa rusak. Tanggal 10 April 2012 kebakaran terjadi Kecamatan
Tomilito menghanguskan 2 rumah yang didiami oleh 6 orang penduduk.

Kecamatan

Sumalata juga dilanda kebakaran pada tanggal 4 Mei 2012 menyebabkan 1 keluarga yang
terdiri dari 6 orang ruamahnya rusak.
Kota Gorontalo dilanda angin puting beliung dan kebakaran. Pada tanggal 26 Maret 2012
angin puting beliung melanda Kecamatan Sipatana merusak 59 rumah menyebabkan
kerugian bagi 72 keluarga yang beranggotakan 271 jiwa. Kota Tengah dilanda kebakaran
pada 14 Juli 2012 menghanguskan 6 rumah yang dihuni 9 keluarga beranggotakan 58 jiwa.
Sementara itu tidak terjadi bencana alam selain banjir di Kabupaten Pohuwato selama
tahun 2012.

II- 72 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB III
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai khalifah atau pengelola di muka bumi ini.
Keberadaan manusia dalam kesahariannya tentu membutuhkan sumber daya dan sekaligus
akan menghasilkan karya cipta beserta dengan sisa-sisa barang dan energi lainnya yang
tidak terpakai. Semakin meningkat jumlah manusia semakin meningkat kebutuhan akan
sumber daya dalam suatu daerah. Atau dengan kata lain semakin besar tekanan yang
diberikan kepada lingkungan di tempat itu.
Pertumbuhan penduduk beserta peningkatan pembangunan di Gorontalo tentu juga
akan menimbulkan peningkatan tekanan terhadap lingkungan. Pemahaman tentang
tekanan penduduk Gorontalo dan aktivitasnya terhadap lingkungan sangat diperlukan agar
pengelolaan

lingkungan

yang

tepat

bisa

direncanakan.

Perencanaan

yang

tepat

mengarahkan kita dalam mengelola sumber daya alam yang terbatas untuk bisa lestari dan
berkelanjutan sampai kepada generasi yang akan datang.

A. KEPENDUDUKAN
Gorontalo didiami oleh beragam etnik atau suku bangsa. Suku utama adalah penduduk asli
suku Gorontalo. Suku lainnya adalah Bugis, Sangir, Minahasa, Bolaang Mongondow, Jawa,
Bali, Jawa-Tondano, Arab, dan Cina. Suku lain dalam jumlah yang relatif sedikit seperti
Ternate, Papua, Kendari, dan suku-suku dari Sumatera dan Kalimantan. Di daerah ini
terdapat suku terasing yang dinamakan orang Polahi.

Gambar 3.1. Rumah adat Gorontalo, Dulohupa. (a) tampak depan, (b) tampak
samping.
III- 1 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Gorontalo, Perumbuhan dan Kepadatannya menurut
Kabupaten/Kota tahun 2012.
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

No. Kabupaten/Kota

1 Boalemo

136,269

2 BoneBolango

147,692

3 Gorontalo

368,053

4 GorontaloUtara

108,079

5 GorontaloKota

188,761

6 Pohuwato

135,338

Total

1,084,192

Pertumbuhan
Penduduk(%)
2.68

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/km2)
78

2.02

78

1.68

172

1.88

50

2.37

2862

2.53

30

87

Jumlah penduduk Gorontalo tahun 2012 adalah 1.084.192 jiwa. Bila dibandingkan

dengan provinsi lain maka Gorontalo memiliki penduduk yang nomor dua paling sedikit di
Indonesia setelah Papua Barat. Sebanyak 368,053 jiwa atau 33,9% penduduk tinggal di
Kabupaten Gorontalo,

yang menjadi kabupaten berpenduduk terbesar. Sedangkan

penduduk yang paling sedikit tinggal di Kabupaten Gorontalo Utara.

68,216
67,122

Pohuwato

92,101
96,660

GorontaloKota
55,178
52,901

GorontaloUtara

LakiLaki
185,196
182,857

Gorontalo

Perempuan

73,826
73,866

BoneBolango

68,569
67,700

Boalemo
0

50,000

100,000

150,000

200,000

Gambar 3.2. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut Kabupaten/Kota


tahun 2012.

III- 2 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo berkisar antara 1,68% sampai 2,68%.
Pertumbuhan tertinggi ada di Kabupaten Boalemo dan yang terendah di Kabupaten
Gorontalo. Daerah dengan penduduk yang paling padat ada di Kota Gorontalo, mencapai
2.862 orang per kilometerpersegi. Sedangkan penduduk paling jarang di Kabupaten
Pohuwato hanya 30 orang per kilometer persegi. Kalau dirata-rata maka Provinsi Gorontalo
memiliki kepadatan penduduk sekitar 87 orang per kilometer persegi.
Perbandingan penduduk di Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango lebih
banyak perempuan sedangkan pada empat kabupaten lainnya lebih banyak penduduk lakilaki. Kelebihan laki-laki terbanyak ada di Pohuwato mencapai 0.8%. sedangkan kelebihan
perempuan terbanyak terdapat di Kota Gorontalo mencapai 2,4%. Secara keseluruhan di
Provinsi Gorontalo terdapat kelebihan laki-laki sebanyak 0,81%.

75+
7074
6569
60 64
5559
5054
4549
4044
3539
3034
2529
2024
1519
1014
59
04

60000

40000

20000
Lakilaki

20000

40000

60000

Perempuan

Gambar 3.3. Piramida penduduk Gorontalo tahun 2012.


Dari piramida penduduk Gorontalo yang memperlihatkan penduduk menurut
kelompok umur dan jenis kelamin, tampak bahwa penduduk Gorontalo memiliki
pertumbuhan positif dengan kelompok usia muda terutama dibawah 20 tahunlebih banyak
dari kelompok usia tua.
Pendidikan menjadi perhatian utama pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di
Gorontalo. Jumlah siswa tingkat dasar dan menengah terdaftar tahun 2012 sejumlah
250.187 murid. Ini sekitar 25% dari penduduk Provinsi Gorontalo. Siswa SD mencapai
152.234 murid, siswa SLTP 55.378 murid, dan SLTA 42.575 murid.
III- 3 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 3.4. Siswa SD menyeberangi sungai menuju sekolah di Dumbaya Bulan,


Bone Bolango.
Jumlah siswa setiap Kabupaten/Kota sebanding dengan jumlah penduduknya. Siswa
tingkat dasar dan menengah terbanyak ada di Kabupaten Gorontalo yaitu 33,5%. Siswa yang
paling sedikit ada di Kabupaten Gorontalo Utara.

Gambar 3.5. Suasana belajar di sebuah Sekolah Dasar.


Pendidikan tinggi di Gorontalo juga mengalami perkembangan. Saat ini ada
beberapa perguruan tinggi di Gorontalo diantaranya Universitas Negeri Gorontalo,
Universitas Gorontalo, Universitas Ichsan, Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Sekolah
Tinggi Bina Taruna, Politeknik Gorontalo, dan Politeknik Kesehatan Gorontalo.
III- 4 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 3.6. Kampus UNG, Fakultas Ilmu Pendidikan di latar depan.


Universitas Negeri Gorontalo (UNG) pada tahun 2012 memiliki 17.240 mahasiswa
dan 639 orang dosen. Jika dibandingkan mahasiswa laki-laki dengan perempuan maka ada
58% mahasiswa perempuan. Sedangkan untuk dosen, laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, yakni mencapai 52,3%.

Gambar 3.7. Gedung Rektorat Universitas Gorontalo di Limboto.

III- 5 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


B. PEMUKIMAN
Wilayah Gorontalo memiliki pesisir dengan panjang garis pantai total 655,8 km. Sepanjang
217,7 km berada di Pantai Utara menghadap Laut Sulawesi dan sepanjang 438,1 km di
pantaia selatan yang berada di Teluk Tomini.Penduduk Gorontalo yang tinggal di daerah
pesisir mencapai 12.539 rumah tangga.

Gambar 3.8. Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan di Pusat Pelelangan Ikan Gorontalo.

Sedangkan penduduk yang bergerak di bidang perikanan baik perikanan tangkap


maupun budi daya mencapai 8.413 rumah tangga pada tahun 2012.

Gambar 3.9. Nelayan di Danau Limboto

III- 6 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


2500
2000
1500
2011
1000

2012

500
0
Boalemo

Bone Gorontalo Gorontalo Gorontalo Pohuwato


Bolango
Utara
Kota

Gambar 3.10. Jumlah rumah tangga perikanan di Provinsi Gorontalo tahun 2011-2012.
Jumlah ini menurun dibanding tahun 2011, yang mencapai 8.471 rumah tangga.
Perubahan jumlah rumah tangga perikanan terbesar terjadi di kabupaten Gorontalo yang
mengalami penurunan sebanyak 32,2%. Sementara itu di Kabupaten Pohuwato mengalami
kenaikan sebesar 262 rumah tangga atau 13,5%.

Gambar 3.11. Salah satu hunian penduduk miskin.


Dari sekitar sejuta penduduk Gorontalo tahun 2012, yang masuk kategori Penduduk
Miskin mencapai 186,910 orang. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Untuk tahun 2012 garis

III- 7 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


kemiskinan

provinsi Gorontalo ditetapkan sebesar Rp. 203.907,00. Jika dibandingkan

dengan tahun 2011, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,7%.
Jumlah Keluarga Prasejahtera Provinsi Gorontalo Tahun 2012 menurut BKKBN
Provinsi Gorontalo sebanyak 65.256 kepala keluarga. Keluarga prasejahtera terbanyak ada
di Kabupaten Gorontalo yaitu 33,4%. Bila dilihat persentase keluarga prasejahtera terhadap
jumlah penduduk dalam kabupaten maka persentase tertinggi ada di Pohuwato, yakni
sebesar 36,33% dari 32.231 Kepala Keluarga yang ada disana. Persentase KK prasejahtara
yang cukup banyak juga terdapat di kabupaten Boalemo dan Gorontalo Utara yaitu 35.3%.
Air minum adalah kebutuhan vital masyarakat. Penduduk Gorontalo memperoleh
sumber air minum melalui berbagai sumber. Sebagian besar memperoleh air dari
sambungan ledeng PDAM dan sumur, sebagian kecil menggunakan air sungai, air hujan, dan
sumur suntik. Untuk tahun 2012 terdapat 45.904 sambungan PDAM. Persentase rumah
tangga tertinggi yang memiliki sambungan pipa ledeng adalah kota Gorontalo sebesar
41,76%. Sambungan ledeng terendah di Gorontalo Utara yaitu 7,16%. Di Kota Gorontalo 21%
masyarakat menggunakan sumur dan 3,37% menggunakan sumur suntik.
Salah satu indikator pola hidup sehat masyarakat adalah tersedianya sanitasi yang layak.
Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri mencapai 51,16%. Persentase rumah tangga
terbanyak yang memiliki jamban sendiri ada di Kota Gorontalo, yaitu mencapai
88,47%.Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri paling sedikit
ada di Kabupaten pohuwato yakni 34,4%. Dengan demikian masih banyak masyarakat yang
buang air besar sembarangan. Penduduk yang tidak memiliki jamban ada yang buang hajat
di sungai atau tanah kosong. Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai umumnya buang air
besar langsung ke sungai, Hal ini dapat dilihat dari tingkat pencemaran bakteri coli tinja di
sungai-sungai yang dipantau.
Timbulan limbah domestik berupa sampah oleh penduduk Gorontalo diperkirakan
mencapai 433,676.80 kg per hari. Perkiraan ini menggunakan asumsi setiap orang
menghasilkan 0,4 kg sampah per hari. Pengelolaan sampah di Provinsi Gorontalo sudah
dilakukan dengan mengoperasikan beberapa TPA. Kawasan Industri Pengelolaan Sampah
(KIPS) Talumelito merupakan tempat pemrosesan akhir sampah regional yang melayani tiga
Kabupaten/Kota, yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone
Bolango.

III- 8 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 3.12. Truk pengangkut sampah menuju KIPS Talumelito.


Di kabupaten Pohuwato sudah ada TPA Botubilotahu, yang melayani Kota Marisa,
Buntulia, dan Duhiadaa sekitarnya. TPA di Kabupaten Boalemo baru mulai dioperasikan
melayani Kota Tilamuta sekitarnya. TPA di Kabupaten Gorontalo Utara masih dalam tahap
pembangunan.

Sementara

ini

pengelolaan

sampah

di

sana

mengunakan

Tempat

Pengelolaan Sampah Sementara dengan mengoptimalkan konsep 3R.

Gambar 3.13.(a) Kolam pengolahan lindi di KIPS Talumelito, (b) Landfill di TPA Pohuwato.
Jenis TPA yang dibangun adalah tipe sanitary landfill. Analisis terhadap pola
pengelolaan sampah pada landfill menunjukkan bahwa emisi gas metana justru lebih besar
dari pada pola pembuangan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pola yang ada di TPA
perlu peningkatan, dimana gas metana yang hanya di venting saja harus dimanfaatkan
menjadi biogas. Recovery gas metana pada TPA akan menunjang program penurunan emisi
gas rumah kaca di Provinsi Gorontalo.
III- 9 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


C. KESEHATAN
Pelayanan kesahatan kepada masyarakat adalah program utama di pemerintah di Provinsi
Gorontalo. Penyakit yang paling banyak diderita masyarakat pada tahun 2012 adalah
influenza mencapai 14.876 kasus. penyakit terbanyak berikutnya adalah Diare sejumlah
14.339 kasus dan TBC Paru Klinis 3.966 kasus.

JumlahTenagaKesehatanProvinsi
GorontaloTahun2012
TeknisMedis
TerapiFisik
Gizi
KesehatanLingkungan
KesehatanMasyarakat
Farmasi
Bidan
PerawatGigi
Perawat
DokterGigi
DokterUmum
DokterSpesialis

131
35
210
207
758
257
645
82
1296
34
239
38
0

200

400

600

800 1000 1200 1400

Gambar 3.14. Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2012.


Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2012 ditampilkan dalam grafik
pada Gambar 3.14.

Gambar 3.15. Rumah Sakit dr. Aloei Saboe.


III- 10 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Layanan kesehatan bagi masyarakat dilakukan melalui Puskesmas dan Rumah Sakit.
Jumlah Puskesmas di Provinsi Gorontalo berjumlah 87 buah atau rata-rata satu Puskesmas
melayani 12.461 penduduk. Sedangkan jumlah rumah sakit ada 11 buah 8 pemerintah dan 3
milik swasta. Dua diantaranya berkualifikasi Kelas B yaitu rumah sakit RS. Aloei Saboe dan
RS. Dunda.

Gambar 3.16. Gedung sementara Rumah Sakit dr. Ainun Hasri Habibie.
Pemerintah Provinsi Saat ini sedang membangun rumah sakit unggulan yaitu RS.
Hasri Ainun Habibie di Limboto. Sementara ini operasional rumah sakit menempati gedung
ex-Mall Limboto.

D. PERTANIAN
Lahan pertanian basah difungsikan untuk budidaya komoditi padi sawah irigasi dan
tadah hujan, Provinsi Gorontalo memiliki 28.254 ha lahan sawah. Lahan sawah terluas ada
di Kabupaten Gorontalo mencapai 46,78 % dan terkecil di Kota Gorontalo seluas 3,33 %.
Lahan yang ditanami 2 kali setahun mencapai 82,3% dan satu kali 3,7%. Sisanya ada
yang tidak diusahakan dan tidak ditanami. Produksi per hektar berkisar 42,58 di Gorontalo
Utara hingga

55,64 kwintal/ha di Kota Gorontalo, atau rata-rata Provinsi 48,02

kwintal/ha.

III- 11 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

TRENDPERKEMBANGANPRODUKSIPADI
(TON)
TAHUN2007 2011
300,000
200,000
100,000

TON/Ha

2007

2008

2009

2010

2011

200,421

237,873

256,933

253,563

273,921

Gambar 3.17. Tren perkembangan produksi padi tahun 2007 2011.


Tanaman padi dan palawija utama yang dibudidayakan di Provinsi Gorontalo
diantaranya padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, dan
kacang tanah Penggunaan pupuk untuk padi dan palawija mencapai 656130,8 ton urea dan
768130,1 ton NPK. Penggunaan pupuk terbesar pada komoditas ini adalah untuk padi
mencapai 87%, dan diikuti oleh jagung sebesar 12%.

Gambar 3.18. Sawah, (a) Petani menyiangi padi di sawah. (b) Padi yang mulai berisi.

III- 12 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 3.19. Perkebunan kelapa di pesisir Sungai Bone.


Hasil perkebunan yang dominan di Provinsi Gorontalo adalah kelapa dan tebu.
Produksi kelapa tahun 2012 mencapai 61192 ton. Sedangkan tebu mencapai 28602 ton.
Hasil perkebunan lainnya adalah kemiri, coklat, aren, vanili, cengkeh, dan kopi. Saat ini
sudah ada 12 perkebunan kelapa sawit namun masih dalam tahap penyiapan lahan dan
pembibitan. Lahan terluas saat ini adalah perkebunan kelapa yang mencapai 58%lahan
perkebunan.

TRENDPERKEMBANGANPRODUKSI
JAGUNG(TON)
TAHUN2007 2011
800,000
600,000
400,000
TON/Ha

200,000

2007

2008

2009

2010

2011

TON/Ha 572,78 753,59 569,11 679,16 605,78

Gambar 3.20. Grafik trend perkembangan produksi jagung tahun 2007 - 2011.
Dengan mulai dibukanya lahan sawit maka beberapa tahun mendatang area
perkebunan kelapa sawit yang akan dominan di Gorontalo. Bila rata-rata satu perusahaan
memiliki luas 10.000 ha saja, dengan adanya 12 perusahaan sawit diperkirakan akan dibuka
seluas 120.000 ha kebun sawit. Pengunaan pupuk urea untuk perkebunan menurut
perkiraan sebanyak 30250 ton untuk kelapa dan 96.8 ton untuk coklat. Sedangkan NPK
digunakan pada perbandingan yang sama.
III- 13 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 3.21. Lahan pertanian di perkotaan berubah menjadi pemukiman.


Perubahan lahan pertanian untuk penggunaan lainnya mencapai 120.707 ha pada
tahun 2011. Perubahan terbesar adalah untuk sector perkebunan mencapai 87754 ha atau
72% dari perubahan lahan pertanian. Perubahan lainnya adalah untuk pemukiman dan
sektor lainnya.
Hewan ternak yang utama dikembangkan di Provinsi Gorontalo adalah sapi potong,
kambing, kuda, babi, dan sapi potong.
Tabel 3.2 Populasi ternak di Gorontalo tahun 2012.

No.

Kabupaten/Kota

Boalemo

Bone Bolango

Sapi
Sapi
Kuda Kambing Babi
Perah Potong
0

36394

97

3753

1876

16

23261

328

6815

Gorontalo

81327

1129

40356

Gorontalo Utara

29405

41

18664

346

Gorontalo Kota

2783

1057

12169

Pohuwato

29804

18

10411

2847

16

202974

2670

Total

92168 5069

III- 14 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Pada tahun 2012 populasi terbanyak adalah sapi potong yang mencapai jumlah
202.974 ekor. Jumlah ini meningkat 7,2% dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah
189.316 ekor. Hewan ternak yang kedua banyak adalah kambing sejumlah 92.168 ekor yang
meningkat sebesar 10,6%. Populasi ternak babi juga mengalami kenaikan sebesar 8,9%
menjadi 5.069 ekor. Ternak kuda yang berkurang menjadi 2670 ekor atau turun 9,6%.
Selain ternak berkaki empat juga dikembangkan ternak unggas. Populasi unggas di
Gorontalo tahun 2012 rata-rata mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Tabel 3.3 Populasi unggas di Gorontalo tahun 2012.

No.

Kabupaten/Kota

Boalemo

Bone Bolango

Ayam
Kampung

Ayam
Petelur

Ayam
Pedaging

Itik

128174

10527

6970

10256

439688

31539

113173

22517

3 Gorontalo

370473

200250

163000

13367

4 Gorontalo Utara

116967

5878

4056

1584

5 Gorontalo Kota

78873

34852

247766

10611

6 Pohuwato

206786

2305

235

10256

Total

1340961

285351

535200

68591

Ayam kampung berjumlah 1340961 ekor naik 39.6%. ayam petelur naik 127%
menjadi 285.351 ekor. Populasi ayam pedaging naik sekitar 122% kalinya, dan populasi itik
naik 20%.

E. INDUSTRI
Jumlah perusahaan besar dan sedang yang terdapat di Provinsi Gorontalo dalam
tahun 2012 mencapai 20 buah yang memiliki total 7.693 pekerja. Perusahaan Gula
Gorontalo Tolangohula berada di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo.
Perusahaan ini memiliki luas lahan tebu 1468 ha dengan produksi mencapai 280 ribu ton
gula. Perusahaan Multi Nabati Sulawesi yang berlokasi di Kabupaten Pohuwato
memproduksi minyak kelapa. Sedangkan di Isimu Kabupaten Gorontalo terdapat
III- 15 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


perusahaan PT. Tri Jaya Tangguh memproduksi tepung kelapa. Namun tidak ada data
tentang jumlah produksi maupun nilai produksinya.

Gambar 3.22. Pabrik tepung kelapa, (a) Pengupasan tempurung. (b) Paket produk tepung
kelapa siap ekspor
Perusahaan industri mikro dan kecil mencapai 12.630 buah yang menyerap 31910
tenaga kerja dengan total niali produksi 510 milyar rupiah pada tahun 2012. Baik
perusahaan besar dan sedang maupun kecil mikro belum memiliki data emisi limbah.

F. PERTAMBANGAN
Bumi Gorontalo kaya akan kandungan mineral. Bahan tambang utama adalah emas dan
tembaga. Emas sudah ditambang sejak zaman penjajahan Belanda.

Gambar 3.23. Perusahaan Tambang PT. Gorontalo Mineral (a) Base camp di Sungai Mak.
(b). Inspeksi Lokasi titik bor eksplorasi di Sungai Mak.
III- 16 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Perusahaan pertambangan yang memperoleh izin mencapai 31 perusahaan dengan
luasan total 240.712 ha. Sebagian besar bergerak dalam pertambangan emas dan tembaga.
Luasan izin terbesar dimiliki perusahaan PT Rimbun Nusantara Abadi dan Gorontalo
Mineral. Hampir semuanya masih dalam tahap eksplorasi, hanya empat perusahaan yang
sudah berproduksi.
Selain perusahaan swasta, masyarakat juga melakukan aktivitas pertambangan yang
dilakukan secara manual dan tradisional sampai semi mekanik. Area pertambangan rakyat
ini tersebar di seluruh wilayah provinsi. Sebagian dari pertambangan ini terutama
pertambangan emas merupakan kegiatan illegal yang dikenal dengan Pertambangan Emas
Tanpa Izin (PETI). PETI yang utama saat ini berada di Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango,
Pohuwato, dan Gorontalo Utara. Pengolahan bijih dilakukan dengan menggunakan merkuri
atau air raksa dan sianida. Limbah cair dari proses pengolahan dibuang langsung ke aliran
sungai di dekat penambangan.
Untuk memproses bijih emas penambang menggunakan beberapa metoda. Tiga
diantanya yakni dengan tromol (ball mill), tong (agitated tank leached) dan perendaman
(heap leaching). Metoda tromol menggunakan silinder penggiling yang diputar dengan
mesin diesel dan batu penghancur serta merkuri untuk mengekstraksi emas dari bijihnya.
Sedangkan metoda tong dan perendaman menggunakan sianida sebagai pereaksi untuk
mengekstrasi emas dari bijihnya.

Gambar 3.24 PETI, (a) Tromol pengolahan bijih emas. (b)Pembangunan tromol pengolahan
emas di pinggir Sungai Paguyaman.
Perbedaan metoda tong dengan metoda perendaman adalah proses, kapasitas, dan
waktu pengerjaan. Tong mampu mengolah bijih dalam skala besar sedangkan metoda
III- 17 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


perendaman dalam skala kecil. Kapasitas tong yang ditemui memiliki diameter sekitar tiga
meter dan tinggi tiga meter. Operasional tong lebih mahal karena proses pengolahan
berlangsung dua tahap. Pertama batu bijih dihaluskan dulu dengan penggiling di tromol
sekitar 4 sampai 6 jam lalu direndam dalam tong selama tiga hari tiga malam.
Sementara itu metoda perendaman memiliki bak penyiraman ukuran 5 x 4 x 1,5 m
dengan kapasitas 30 meter kubik. Batuan-batuan bijih yang berukuran sebesar kepalan
tangan ditumpuk dalam bak yang diberi diding terpal plastik kedap air. Lalu tumpukan
disiram dengan larutan sianida selama satu minggu. Larutan dilewatkan ke dalam silinder
jebakan dari plastik ukuran sekitar setengah meter kubik untuk menangkap emas dengan
karbon. Kemudian larutan ditampung dalam bak penampungan larutan berukuran 2 x 2 x
1,5 meter. Larutan disirkulaikan lagi ke penyiraman. Penambahan sianida dipantau oleh
seorang operator yang ahli dalam mencampur bahan kimia pemrosesan.

Gambar 3.25 Pemantauan PETI, (a) Limbah pengolahan bijih emas dari tromol. (b)
Luncuran pemisahan bijih emas pada metoda semprot di Saripi.
Penambang emas rakyat di Kabupaten Boalemo dan Pohuwato menggunakan
metoda semprotan. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan bijih emas lepas pada tanah
yang rapuh dan tdak berbatu. Lumpur dialirkan di atas luncuran dan bijih emas didulang
lalu ditangkap dengan air raksa. Kegiatan ini menyebabkan sungai Taluduyunu selalu keruh
kecoklatan.

III- 18 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


G. ENERGI
Pasokan bahan bakar dikelola oleh Pertamina Depo Gorontalo. Bahan bakar baik premium,
solar, dan minyak tanah ini dikirim melalui Pelabuhan Gorontalo. Pasokan bahan bakar gas
dilakukan melalui pelabuhan Anggrek. Penyaluran kepada masyarakat konsumen dilakukan
oleh Statiun Pengisian BBM Untuk Umum (SPBU), Agen Minyak Tanah (AMT), Agen Premium
& Minyak Solar (APMS), Stasiun Pengisian Premium Diesel Nelayan (SPPDN), serta Premium
Solar Packed Dealer (PSPD). Saat ini tercatat 16 (enam belas) SPBU, 2 (dua) SPPDN dan
masing-masing satu AMPS dan PSPD di seluruh Gorontalo.

Gambar 3.26. Salah SPBU di Kota Gorontalo


Disamping itu Pertamina Depo Gorontalo juga melayani penyaluran bahan bakar
untuk industri dan pertahanan/ keamanan (TNI dan Polri). Sedangkan penyaluran minyak
tanah melalui 8 (delapan) agen utama.
Jumlah bahan bakar yang disalurkan pada tahun 2011 mencapai 99.147 kilo liter
premium dan 30.709 kilo liter solar, minyak tanah 4.550 kilo liter per bulan. Sedangkan
pertamax masih sedikit yaitu 18 kilo liter per bulan. Dengan demikian konsumsi bahan
bakar terbanyak adalah premium mencapai 73%, diikuti solar 22% dan minyak tanah 3%.

III- 19 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 3.27. Pilihan sumber energi masyarakat: kayu bakar, tempurung kelapa, dan gas
elpiji.
Bahan bakar solar selain digunakan untuk transportasi juga digunakan pada sektor
industri. Ada sebanyak 78 buah perusahaan yang menggunakan solar dalam usaha mereka.
Sebagian bergerak di pembangunan jalan dan jembatan, sebagiana industry rotan, industry
jagung, dan pegolahan minyak kelapa.

H. TRANSPORTASI
Alat transportasi bertambah dengan pesat di Provinsi Gorontalo dalam beberapa tahun
terakhir . Pada tahun 2012 jumlah kendaraan roda dua 215.990 buah.

Gambar 3.28 Oto sewa, Angkutan kota yang melayani antar kota kabupaten.
III- 20 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Mobil penumpang 13.971 buah, bus 704 buah, mobil barang 12.328 buah, dan mobil khusus
153 buah. Kendaraan yang dominan adalah sepeda motor dimana mencapai 88,83% dari
total kendaraan. Rata-rata satu dari empat penduduk Gorontalo memiliki sepeda motor.
Sarana terminal untuk transportasi ada 18 terminal bus dan angkutan darat, 5 di
kota Gorontalo, 5 di pohuwato, 2 di Boalemo, dan 6 di Kabupaten Gorontalo.

Terminal

utama untuk antar kota dalam provinsi ada di Pasar Sentral. Sedangkan terminal Antar kota
antar provinsi di Terminal 1942 Andalas.

Gambar 3.29. Terminal 1942 Andalas.


Pelabuhan laut di Provinsi Gorontalo ada lima buah.

Tiga pelabuhan berada di

pantai Selatan dan dua di pantai utara. Pelabuhan laut yang ada di utara adalah Pelabuhan
Anggrek dan Pelabuhan Kwandang. Sedangkan Pelabuhan di selatan adalah Pelabuhan
Gorontalo, Pelabuhan Ferry Gorontalo, dan Pelabuhan Tilamuta.

Gambar 3.30. Kapal membongkar muatan di Pelabuhan Gorontalo.


III- 21 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Gorontalo dapat dicapai melalui jalur penerbangan udara. Ada dua buah Pelabuah
Udara yaitu Bandara Jalaludin Gorontalo dan Bandara Imbodu. Saat ini yang beroperasi
hanya Pelabuhan Jalaludin yang memiliki luas area 36 ha. Bandara ini melayani
penerbangan setiap hari.

I. PARIWISATA
Gorontalo kaya dengan potensi wisata. Saat ini ada 64 area wisata yang sudah
dikembangkan, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Sektor ini paling banyak berupa wisata
alam. Wisata alam yang umum adalah pantai, wisata bawah laut,pemandaian air panas,dan
air terjun.

Gambar 3.31. Kawasan Wisata Pantai Botutonuo di Bone Bolango.


Wisata pantai yang utama adalah Pantai Libuo di Pohuwato, Pantai Botumoito di
Boalemo, Pantai Botutonuo di Bone Bolango, Tangga 2000 di Kota Gorontalo, dan Pulau
Saronde di Gorontalo Utara. Selain itu ada juga tempat wisata sejarah seperti Rumah
Pendaratan Presiden Soekarno di Desa Iluta, Kabupaten Gorontalo.

Tujuan wisata lain

yang cukup menarik adalah Perkampungan Terapung Suku Bajo di Torosiaje, Pohuwato.

III- 22 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 3.32. Perkampungan Terapung Suku Bajo di Torosiaje, Pohuwato.


Pariwisata sangat ditunjang oleh tersedianya fasilitas hotel dan penginapan. Jumlah hotel
dan penginapan di Gorontalo mencapai 33 buah yang berada di semua kabupaten/kota.

Gambar 3.33. Hotel Maqna, salah satu hotel utama di Gorontalo.


Hotel-hotel ini memiliki kelas melati hingga berbintang. Jumlah kamar keseluruhan
mencapai 553 kamar. Adapun tingkat hunian kamar rata-rata sekitar 35,19%. Hotel yang
terbesar di Gorontalo saat ini adalah Hotel Maqna dan Hotel Quality.

III- 23 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

J. LIMBAH B3
Selain pengelolaan limbah domestik pemerintah Provinsi Gorontalo juga memperhatikan
Pengelolaan limbah B3.
Pengelolaan limbah rumah sakit di Provinsi Gorontalo masih belum memenuhi syarat. Pada
tahun 2013 Kementerian Lingkungan Hidup melakukan penilaian Proper terhadap beberapa
rumah sakit dengan hasil semua yang dinilai masuk kategori hitam.
Balihristi bersama Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kota telah melakukan
pengawasan dan pemantauan terhadap perusahaan yang menghasilkan limbah B3 sesuai
kewenangan masing-masing. Saat ini sudah ada dua perusahaan yang mengurus perizinan
pengelolaan limbah B3.
Tabel 3.4 Perusahaan yang memiliki izin pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.

No.

Nama

Jenis

Perusahaan

Kegiatan/Usaha

PT

Pertamina Terminal

JenisIzin

BBM Penyimpanan
SementaraLB3

NomorIzin
No. 660/BLH/264/VI/2011, 8

Persero

Gorontalo

PTPGGorontalo

Industri Pengolahan Penyimpanan

No. 99 Tahun 2010, 5 Mei

Gula

2010

SementaraLB3

Juni2011

Keduanya diberi izin pengelolaan limbah B3 jenis penyimpaan sementara, yaitu PT


Pertamina Persero dan PT PG Gorontalo. Kedua perusahaan ini menyimpan sementara
limbah B3 mereka untuk diangkut oleh pihak pengumpul dari luar daerah.

III- 24 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB IV
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Pembangunan di Gorontalo semakin pesat semenjak menjadi provinsi sendiri, setelah
pemekaran dari Sulawesi Utara. Tentu pembangunan membutuhkan pemanfaatan sumber
daya alam yang dimiliki daerah. Pengelolaan lingkungan yang terencana dan berkelanjutan
diperlukan agar Gorontalo tidak menanggung akibat yang seharusnya bisa dihindari bila
kepedulian

akan

kelestarian

lingkungan

menjadi

bagian

dalam

setiap

program

pembangunan.
Permasalahan lingkungan yang mendesak untuk ditangani saat ini diantaranya adalah
penurunan kualitas air sungai dan danau akibat erosi, kerusakan Danau Limboto,
Penambangan Emas Tanpa Izin, perusakan hutan dan lahan, kerusakan terumbu karang dan
mangrove, banjir tahunan dan banjir bandang, pembuangan sampah dan limbah yang
belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan kesadaran masyarakat terhadap
kelestarian lingkungan hidup yang masih rendah.

A. REHABILITASI LINGKUNGAN
Berdasarkan data dari Instansi Lingkungan Hidup di Kabupaten/Kota pada tahun 2011 dan
2012 dilakukan kegiatan penghijauan dan reboisasi. Kabupaten Bolemo melakukan
penghijauan seluas 2 ha dengan menanam 400 pohon. Pemerintah Kabupaten Gorontalo
telah melakukan penanaman sebanyak 475.103 pohon.

Gambar 4.1. Ruang terbuka hijau di halaman RS. dr. Hasri Ainun Habibie, Limboto

IV- 1 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Berdasarkan data yang ada Kabupaten Gorontalo Utara telah menanam penghijauan
pada arael 3780 ha dengan jumlah 3.760.000 pohon. Sedangkan pemerintah Kabupaten
Pohuwato telah melakukan penghijauan pada areal seluas 9600 ha.

Gambar 4.2. Ruang terbuka hijau di Kabila, Bone Bolango


Sedangkan kegiatan reboisasi pada masa yang sama telah dilakukan di Kabupaten
Gorontalo Utara seluas 240 ha dengan jumlah 330.000 pohon. Reboisasi di Kota Gorontalo
seluas 135 ha dengan jumlah 27 000 pohon.

Gambar 4.3. Penanaman pohon di halaman Kantor Bupati Gorontalo Utara


Bila dibandingkan maka area terluas untuk penghijauan dilakukan di Kabupaen
Pohuwato, dan reboisasi terluas di Kabupaen Gorontalo Utara.

IV- 2 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


B. AMDAL
Dokumen izin lingkungan yang dikeluarkan selama tahun 2012 dan 2013 mencapai 16 izin
jenis Amdal. Kegiatan-kegiatan ini melalui proses penilaian dokumen oleh Komisi Amdal
tingkat Provinsi Gorontalo. Walaupun kegiatan dalam kewenangan Kabupaten Kota untuk
menilainya, pemerintah daerah bersangkutan melimpahkan kepada Komisi Amdal Provinsi.
Hal ini karena baru ada satu Komisi Amdal yang berlisensi yaitu tingkat Provinsi.
Dalam waktu ini ada enam perusahaan perkebunan sawit baru yang memperoleh
rekomendasi izin lingkungan. Dua perusahaan di Kabupaten Boalemo, tiga perusahaan di
Kabupaten Gorontalo, dan satu perusahaan di Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan
demikian total ada dua belas perusahaan perkebunan sawit di Provinsi Gorontalo, dimana
sebelumnya ada enam perusahaan yang mendapat izin lingkungan di Kabupaten Pohuwato.
Kegiatan yang diprakarsasi pihak swasta lainnya adalah pembangunan dua buah jalan
akses kebun kelapa sawit, pembangunan PLTU Molotabu, Amdal PT.PG Tolangohula.
Kegiatan yang diprakarsai pihak pemerintah yang memperoleh izin lingkungan adalah
pembangunan Jalan Lingkar Luar Gorontalo (GORR), Rumah Sakit Provinsi, Pembangunan
Blok Plan Perkantoran, Pembangunan Obyek Wisata Pantai Bolihutuo, Pangkalan
Pendaratan Ikan, dan pembangunan Daerah Irigasi Randangan. Jumlah kegiatan swasta
yang mengurus izin lingkungan lebih banyak dibanding kegiatan pemerintah yaitu mencapai
62,5%.

Gambar 4.4. Suasana Rapat komisi Amdal Provinsi Gorontalo


Pengawasan izin lingkungan dalam tahun 2012dilakukan kepada 16 kegiatan baik yang
sudah memiliki dokumen lingkungan maupun yang belum. Dalam pengawasan ini ditemukan
sebagian besar belum taat. Beberapa kegiatan yang seharusnya memiliki Dokumen Amdal
IV- 3 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


belum mengurusnya. Bagi kegiatan yang sudah memiliki dokumen pengelolaan lingkungan
tidak menyediakannya di tempat kegiatan.

C. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN


Untuk memudahkan masyarakat dalam menyampaikan informasi tentang permasalahan
lingkungan maka BALIHRISTI membangun POS Pengaduan. Masyarakat dapat menyampaikan
pengaduan melalui SMS via handphone dan dikumpulkan di database website BALIHRISTI.
Selanjutnya informasi yang masuk akan diteruskan oleh petugas kepada pejabat berwenang
untuk ditindaklanjuti. Nomor telepon yang bisa dikirimi SMS adalah 081347701919.

Gambar 4.5. Penindaklajutan pengaduan masyarakat tentang Pencemaran Sungai


oleh PETI di Desa Mekar Jaya Kab. Boalemo.
Pengaduan masyarakat yang masuk keinstansi lingkungan tingkat provinsi maupun
kabupaten kota dari 2011 sampai 2013 mencapai 38 pengaduan. Yang masuk ke Balihristi
ada dua kasus. Pertama berita kematian delapan Sapi akibat pencemaran sungai oleh PETI
di Desa Mekar Jaya, Wonosari, Kabupaten Boalemo yang terjadi pada tahun 2011.
Pengaduan ini ditindaklanjuti dengan peninjauan ke lapangan. Setelah dilakukan
wawancara dan pemeriksaan keadaan sungai dan peninjauan ke lokasi penambangan emas
tanpa izin (PETI), disimpulkan sementara kematian sapi bukan karena PETI. Berita ini
adalah konflik antara pendatang yang melakukan penambangan emas dengan sistem
semprot merusak aliran sungai yang digunakan warga untuk pertanian dan keperluan
sehari-hari. Masalah ini selanjutnya dikoordinasikan dengan Pemda Boalemo melalui Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten.
IV- 4 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Kedua pengaduan Pencemaran Sungai Tombulilato oleh PETI, Bone Bolango pada
tahun 2012. Masalah ini ditindaklajuti dengan dengan peninjauan ke lapangan. Selanjutnya
dikoordinasikan dengan BLH Kabupaten Bone Bolango. Selama tahun 2013 tidak ada
pengaduan yang masuk kewenangan provinsi dan ditangani oleh Balihristi.
Pengaduan yang masuk ke Kabupaten Kota ditangani oleh instansi bersangkutan
dengan status semuanya telah ditindaklajuti dan diselesaikan. Jumlah pengaduan
terbanyak ada di Kota Gorontalo dan

Kabupaten Gorontalo Utara, mencapai tujuh

pengaduan, dan yang paling sedikit ada di Kabupaten Gorontalo, hanya dua pengaduan.

D. PERAN SERTA MASYARAKAT


Lembaga swadaya masyarakat yang terdata sebanyak 39 organisasi, dengan sebagian
berkonsentrasi kepada masalah lingkungan hidup. walaupun ada yang tidak menamakan
diri dengan ikon lingkungan, mereka tetap memiliki kepedulian untuk hal yang berkaitan
dengan permasalahan lingkungan. Organisasi non pemerintah ini biasa diundang dalam
kegiatan seminar Amdal, pelatihan-pelatihan, maupun pertemuan tidak resmi lainnya
seperti silaturahmi dalam rangka tukar informasi dan data lingkungan.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang melibatkan masyarakat dan lembaga non
pemerintah dalam kurun waktu tahun 2010-2013 tercatat beberapa kegitan, yang meliputi
penanaman pohon, mangrove, hutan kota, pembuatan sumur resapan, penataan taman dan
tugu, penghijauan di median jalan, hingga pembangunan depo sampah. Kegiatan-kegiatan
ini ada yang disponsori dan inisiatif oleh dinas terkait ataupun pihak swasta seperti
lembaga keuangan.
Salah satu upaya mendorong keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
adalah dengan memberikan penghargaan atas pemikiran dan karya yang mereka lakukan.
Dalam tahun 2012 ada delapan sekolah menerima penghargaan adiwiyata. Tiga diantaranya
menerima predikat sekolah Adiwiyata Mandiri, yaitu SMA 1 Limboto, SMP 2 Limboto, dan
SDN 1 Limehe Timur. Lima lainnya adalah penerima penghargaan Sekolah Adiwiyata
Nasional, yaitu SMPN 1 Tapa, SMPN 1 Limboto, SDN 2 Kabila, SDN 3 Bulango Timur, SDN 6
Kabila. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, terjadi peningkatan jumlah penghargaan
adiwiyata, yaitu dari tiga sekolah menjadi delapan sekolah.

IV- 5 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

Gambar 4.6. Kegiatan lingkungandi Sekolah Adiwiyata, (a) penanaman pohon, (b) pemilahan

sampah
Dalam tahun 2013 Kementerian Lingkungan Hidup memberikan pengharagaan Adipura
kepada tiga kota di Provinsi Gorontalo. Dua kota masuk kategori Anugerah Adipura yakni
Kota Limboto di Kabupaten Gorontalo dan Kota Marisa di Kabupaten Pohuwato.Sedangkan
satu kota menerima Piagam Adipura yakni Kota Suwawa di Kabupaten Bone Bolango.

Gambar 4.7. Pelatihan Pemanfaatan sedimen Danau Limboto untuk batu bata.
Pada tahun 2012 Provinsi Gorontalo menerima 2 Kota di Provinsi Gorontalo menerima
penghargaan Adipura. Kota Limboto Kabupaten Gorontalo mendapat anugerah Piala
Adipura untuk yang kelima kalinya. Sedangkan Kota Marisa menerima sertifikat Adipura.
IV- 6 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Pada tahun 2011 Provinsi Gorontalo menerima 2 Piala Adipura. Kota yang menerima
anugerah Piala Adipura 2011 adalah Kota Boalemo dan Kota Limboto. Bila diprosentasekan,
maka pada tahun 2013 ada 50% kota di Provinsi Gorontalo masuk kategori penerima
penghargaan Adipura.
Kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pelatihan terkait pengelolaan lingkungan hidup yang
dilakukan selama tahun 2013 melibatkan instansi terkait baik tingkat provinsi maupun
kabupaten kota serta kepada masyarakat umum.
Diantara kegiatan tersebut adalah : Pengelolaan Sampah Perkotaan Melalui Program
3R, Sosialiasi Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Andagile, Sosialiasi Hasil Pemantauan
Kualitas Air Sungai Randangan, Pelatihan Pemantauan Kualitas Tanah, Pelatihan
Pemanfaatan Sedimen Danau Limboto untuk Batu Bata, Inventarisasi Gas Rumah Kaca.

E. KELEMBAGAAN
Pengelolaan lingkungan di Provinsi Gorontalo memerlukan penegakan hukum terutama
yang mempertimbangkan kondisi dan budaya daerah. Untuk menunjang penegakan hukum
di bidang lingkungan dibuat peraturan daerah Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2013 telah
dikeluarkan Perda Provinsi Gorontalo Nomor 3 tentang Pengelolaan Sampah. Perda ini
adalah peraturan daerah yang kelima yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup
di Provinsi Gorontalo.

6.00
5.00
4.00
APBN

3.00

APBD

2.00
1.00
0.00
2012

2013

Gambar 4.8. Grafik Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Balihristi (dalam milyar rupiah)
IV- 7 -

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO


Anggaran pengelolaan lingkungan hidup tingkat Provinsi Gorontalo pada tahun 2013
sebanyak 4,9 milyar naik 50 juta rupiah dibanding tahun 2012. Bila dilihat komponen APBD
terjadi penurunan dari 1,35 milyar menjadi 1 milyar. Sedangkan APBN naik dari 3,5 milyar
menjadi 3,95 milyar.
Instansi pengelola lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo adalah Badan Lingkungan
Hidup Riset dan Teknologi Informasi disingkat BALIHRISTI. Bidang Pengelolaan Lingkungan
Hidup BALIHRISTI memiliki 3 (tiga) sub bidang yaitu Sub bidang Pengelolaan, Standarisasi,
dan Informsi Lingkungan, Sub bidang Pengendalian Dampak dan Konservasi Lingkungan, dan
Sub bidang Edukasi, Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum Lingkungan.
20
18
16
14
12
10

Series1

Series2

6
4
2
0
Master(S2)

Sarjana(S1)

Diploma
(D3/D4)

SLTA

Gambar 4.9 Grafik komposisi pegawai Balihristi menurut pendidikan


Balihristi pada tahun 2013 dipimpin oleh Ir. Hj. Nontje Lakadjo dan memiliki pegawai
sebanyak

62 dua orang. Sedangkan dari kualifikasi pendidikan ada 6 laki-laki dan 9

perempuan magister atau S2. Sarjana sebanayak 14 orang laki-laki dan 18 orang
perempuan. Diploma 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Sedangkan yang tamatan
SLTA ada 4 laki-laki dan 7 perempuan.
Perbandingan pegawai balihristi 40% perempuan dan 60% laki-laki. Sampai tahun 2013
belum ada pegawai Balihristi yang menjadi staf jabatan fungsional lingkungan hidup.

IV- 8 -

Anda mungkin juga menyukai