Kerangka Acuan Sosialisasi PTM
Kerangka Acuan Sosialisasi PTM
Kerangka Acuan Sosialisasi PTM
rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia
dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara
khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan
menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013
menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih
belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi
bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995 -2007, kematian akibat PTM
mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal
Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru
Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi
merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laiki-laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 26,1%,
kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan
manis 53,1%, makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap
77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%. obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%.
Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan kesehatan
yang harus ditanggung Negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya yang relatif
mahal, terlebih bila kondisinya berkembang menjadi kronik dan terjadi komplikasi Data Pusat
Pemeliharaan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012 memperlihatkan
bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya
pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular. Pembiayaan Hemodialisis pada kasus Gagal
Ginjal Kronik sebesar Rp. 227.493.526.119 dan pada penyakit kanker sebesarRp 144.689.231.240
sementara pembiayaan untuk TBC sebesar Rp. 106.502.636.171. PTM dapat dicegah dengan
mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan
konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya
untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko,
mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya
PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM,
pengendalian bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta
meningkatkan kualitas hidup,. Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif
adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas
dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta
tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM.
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini
dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik.Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri
masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap
mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan
pemanfaatan fasilitaspelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada
keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat
menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan bagi para pemangku kepentingan serta
pelaksana di lapangan
c) Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Sebagai panduan bagi pengelola program PPTM di Puskesmas, dan kader di tiap kelurahan.
d) Kegiatan yang Dilaksanakan
1) Uraian Kegiatan
Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan agar tiap kelurahan memahami pentingnya pelaksanaan PTM
sehingga dapat dilaksanakan secara aktif di tiap kelurahan
2) Batasan Kegiatan
Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan untuk kader tiap kelurahan d wakili 3-4 kader.
2. Maksud dan Tujuan
a) Maksud Kegiatan
Agar diketahuinya kegiatan PTM
b) Tujuan Kegiatan
1. Peserta dapat memahami tentang PTM
2. Peserta memahami dan mendukung pelaksanaan PTM secara aktif
3. Indikator Keluaran dan Keluaran
a) Indikator Keluaran
Peserta mampu melaksanakan screening PTM secara sederhana
b) Keluaran
Terbentuknya pos PTM yang tidak harus berdiri sendiri namun bisa menumpang pada kegiatan
yang telah ada.
4. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode yang digunakan untuk menyelenggarakan pertemuan ini adalah:
1. Pengarahan dan masukan dari pembicara/narasumber
2. Praktek screening PTM secara sederhana
5. Tempat pelaksanaan kegiatan
Sosialisasi ini dilaksanakan di Puskesmas Kebonsari dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di
puskesmas pembantu sukolilo.
6. Peserta dan Narasumber
a) Peserta adalah perwakilan para kader di tiap kelurahan.
b) Narasumber adalah kepala puskesmas dan penanggung jawab program PTM , penanggung
jawab program UKBM serta penanggung jawab program imunisasi.
7. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan sosialisasi ini pada tanggal 28 Oktober 2015 dengan jadwal terlampir
8. Biaya
Biaya pelaksanaan kegiatan Sosialisasi ini dibebankan pada DIPA Dinas Kesehatan Kabupaten
Tuban
Tuban, Oktober 2015
PANITIA