Analisis Pokok Uji

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Modul 1

ANALISIS POKOK UJI


(TINGKAT KESUKARAN, DAYA PEMBEDA, PENGECOH DAN
EFEKTIVITAS OPSI)
Pendahuluan
Prinsip pengukuran hasil belajar, pada dasarnya dapat dikenakan pada dua aspek
perubahan atau pertumbuhan fisik (biologis) dan perkembangan psikis (psikologi). Pengukuran
pertumbuhan fisik lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pengukuran psikis (psikologis).
Proses pengukuran atribut psikologis pada dasarnya suatu pengukuran terhadap
performansi tipikal, yaitu penampilan yang merupakan karakter tipikal seseorang yang
cenderung muncul dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi.
Kegiatan proses pengukuran atribur psikologis, dilakukan dengan merumuskan eksistensi atau
struktur atribut tersebut secara teoritis. Konstruk teoritis dilakukan untuk merumuskan
karakteristik gejala-gejala atau tampilan tertentu bberkaitan dengan atribut psikologis yang
diukur.
Disisi lain, pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks mencakup banyak
elemen yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam prosesnya
melalui tiga tahap utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sesuai dengan misi
pendidikan, yaitu transferring knowledge and value, tahap evaluasi membutuhkan instrument
yang bukan hanya mampu mengukur keberhasilan ilmu (kognitif), melainkan juga nilai (afektif)
dan keterampilan (psikomotor). Dengan kata lain, setiap aspek yang ada dalam proses
pembelajaran membutuhkan alat ukur yang tepat dan sesuai agar data yang diperoleh sesuai
dengan keadaan di lapangan.

Kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari modul ini adalah:

1. Anda mampu memahami prosedur analisis pokok uji berdasarkan daya pembeda, tingkat
kesukaran, pengecoh dan efektivitas opsi.
2. Anda mampu nganalisis pokok uji melaui latihan terhadap perangkat tes/instrument.
3. Anda mampu membedakan pokok uji yang valid dan reliabel dengan yang tidak
Untuk menguasai kompetensi tersebut di atas, maka modul ini akan dibagi menjadi tiga
kegiatan belajar, yaitu kegiatan belajar 1 membahas tentang tingkat kesukaran, kegiatan belajar 2
membahas tentang daya pembeda dan kegiatan belajar 3 membahas tentang pengecoh dan
efektivitas opsi.
Selanjutnya, Anda harus mempelajari modul ini secara seksama sesuai dengan petunjuk
pengerjaan modul, sehingga Anda betul-betul dapat mempraktikkannya dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari di sekolah. Anda juga harus lebih aktif dan kreatif menganalisis
kualitas tes, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Untuk mempelajari modul ini, sebaiknya Anda ikuti petunjuk berikut ini:
1. Bacalah modul ini dengan baik, teratur, dan tidak meloncat-loncat agar Anda memperoleh
pengetahuan dan pemahaman yang utuh.
2. Catatlah istilah, kalimat atau rumus yang kurang dimengerti dan berikan tanda khusus
dengan menggunakan stabilo. Selanjutnya, Anda diskusikan dengan teman atau langsung
ditanyakan kepada tutor.
3. Setelah setiap penggal kegiatan belajar selesai dibaca, usahakan Anda membuat rangkuman
sendiri yang ditulis tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah ingatan dari apa yang
sudah dibaca. Jangan lupa, kerjakanlah latihan dan tes formatif yang ada pada bagian akhir
kegiatan belajar.
4. Untuk menambah wawasan Anda tentang analisis kualitas tes dan butir soal, bacalah
beberapa buku sumber yang tercantum dalam daftar pustaka.
Semoga anda berhasil menyelesaikan modul 1 ini dengan baik!

Kegiatan belajar 1
TINGKAT KESUKARAN

1. Pengertian
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran
suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat
dikatakan bahwa soal tersebut baik. suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula
terlalu mudah (Arifin, 2011).
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran pada
umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00 (Aiken dalam
Ratnawulan dan Rusdiana, 2015).
Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti
semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK = 0.00, artinya tidak ada siswa yang menjawab
benar dan apabila memiliki TK = 1,00 artinya siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat
kesukaran dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh
peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal.
Fungsi tingkat kesukaran butir soal dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk
keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tinggkat kesukaran sedang, untuk
keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk
keperluan diagnostik digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
a. Menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat digunakan dengan dua
cara, yaitu :
1) Menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK):

TK =
(Arifin, 2011)
Keterangan :
WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas

2) Menggunakan proporsi menjawab yang benar (propotion correct)


Persamaan yang digunakan untuk menentukan proportion correct (p) adalah :
p=
( Arifin, 2011).
Keterangan :
p

= tingkat kesukaran

= jumlah peserta didik yang menjawab benar

= jumlah peserta didik

Contoh:
40 orang peserta didik SMP di tes dalam mata pelajaran IPA. Dari seluruh peserta didik tersebut,
ada 25 orang yang dapat menjawab dengan benar pada soal nomor 1. Dengan demikian, tingkat
kesukaran soal no 1 itu adalah :
p=

= 0,625

Menafsirkan tingkat kesukaran, dapat digunakan kriteria sebagai berikut:


p > 0,70

= mudah

0,30 p 0,70

= sedang

p < 0,30

= sukar

Dengan demikian, soal nomor 1 dalam contoh diatas termasuk sedang. Tingkat kesukaran
model ini banyak mengandung kelemahan, karena tingkat kesukaran ini sebenarnya merupakan
ukuran kemudahan soal. Semakin tinggi indeks tingkat kesukaran (p), maka semakin mudah
soalnya. Sebailiknya, semakin rendah tingkat kesukarannya maka semakin sulit soalnya.
(Arifin, 2011).

Menurut Arikunto (2013), untuk mencari tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus
sebagai berikut:
P=
(Arikunto, 2013)
Dimana:

P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Contoh latihan:
Ada 10 orang siswa yang mengerjakan tes yang terdiri dari 10 soal. Jawaban tesnya dianalisis
dan jawaban tertera seperti berikut ini. (1= jawaban betul dan 0= jawaban salah).
Tabel 1.1 data persiapan perhitungan indek kesukaran
Siswa

1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
6

Abner
Marike
Yabes
Haya
Lika
Kevin
Loviani
Ester
Oca
Wisnu
Jumlah

2
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
7

3
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
4

Nomor soal
4 5 6 7
1 0 1 1
1 0 1 0
0 1 1 1
0 1 0 0
1 0 1 1
0 1 1 1
1 1 0 0
1 0 0 1
1 1 1 0
0 1 0 1
6 6 6 6

8
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
5

9
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
6

10
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
5

Skor
siswa
7
7
7
4
6
7
7
4
5
5

Contoh :
Ada 36 orang siswa mengikuti tes dalam suatu kelas. Dari jumlah siswa tersebut ada 12 orang
yang dapat mengerjakan soal nomor 3 dengan betul. Maka indeks kesukarannya adalah:
P=
=

= 0,33

Dari tabel yang disajikan tersebut, dapat ditafsirkan bahwa:


1) Soal nomor 1 mempunyai taraf kesukaran

= 0,6.

2) Soal nomor 3 mempunyai taraf kesukaran

= 0,4.

b. Menghitung tingkat kesukaran soal bentuk uraian


Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu soal bentuk uraian digunakan rumus sebagai
berikut:

Mean =
Tingkat kesukaran =
Contoh:
Tabel 1.2 data skor tes uraian
Nama
Yabes
Loviani
Ike
Haya
Ruth
Kevin
Abner
Lika
Ester
Oca

1
4
6
5
0
10
2
0
10
7
10

Nomor soal
2
3
4
5
2
0
7
0
10
0
10
8
7
8
9
7
9
8
5
10
9
3
6
10
8
5
10
7
9
0
0
9
10

Skor total
5
9
8
7
10
10
10
8
10
7
10

20
31
30
33
43
36
27
42
30
39

10 orang peserta didik mengikuti tes dengan 5 soal berbentuk uraian. Skor maksimum ditentukan
10 dan skor minimum 0. Hitunglah tingkat kesukaran pada soal nomor 7.
Mean =

= 2,7

Tingkat kesukaran

=
=

= 0,27

Tingkat kesukaran 0,27 berada diantara 0,00 dan 0,30 berarti soal tersebut termasuk sukar.
Menurut Arikunto (2013), ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang
soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Latihan 1a
1. Apa yang dimaksud dengan tingkat kesukaran?
2. Jelaskan perbedaan perhitungan tingkat kesukaran soal objektif dan soal uraian!
3. 40 orang siswa mengikuti tes ulangan semester. Dari jumlah siswa yang mengikuti tes, ada
sekitar 11 orang menjawab soal nomor 2 dengan benar. Maka, hitunglah indeks
kesukarannya dan buatlah tabel analisis soalnya!

Rangkuman
Tingkat kesukaran adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal.
Indeks tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya
berkisar 0,00-1,00. Besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti
semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK = 0.00, artinya tidak ada siswa yang menjawab
benar dan apabila memiliki TK = 1,00 artinya siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat
kesukaran dilakukan untuk setiap nomor soal. Menghitung tingkat kesukaran dapat digunakan
untuk soal bentuk objektif dan soal bentuk uraian.

Tes Formatif 1a
1. Suatu soal dikatakan memiliki tingkat kesukaran seimbang, jika
a. Soal terlalu sukar
b. Soal terlalu sedang
c. Tidak terlalu sukar
d. Terlalu Mudah
e. Tidak sukar dan tidak mudah
2. Suatu soal memiliki indeks tingkat kesukaran soal sukar, maka bilangan yang tepat untuk
menyatakannya adalah
a. 0,31
b. 0,25
c. 0,81
d. 0,70
e. 1,00
3. Apabila suatu soal memiliki indeks tingkat kesukaran sebesar 0,00 artinya
a. Soal mudah
b. Soal sukar

c. Soal perlu direvisi


d. Soal gagal
e. Soal sedang
4. 36 orang peserta didik SMA di tes dalam mata pelajaran Biologi. Dari seluruh peserta didik
tersebut, ada 25 orang yang dapat menjawab dengan benar pada soal nomor 1. Dengan
demikian, proporsi untuk tingkat kesukaran soal no 1 itu adalah
a. 0, 30 mudah
b. 0,36 sukar
c. 0, 70 sukar
d. 0,53 sedang
e. 0,69 sedang
5. 27 orang peserta didik SMA di tes dalam mata pelajaran Biologi dengan 5 soal essay. Dari
seluruh peserta didik tersebut, ada 15 orang yang dapat menjawab dengan benar pada soal
nomor 1. Skor maksimal 5 dan skor minimal 0. Dengan demikian, tingkat kesukaran soal no
1 itu adalah
a. 0, 815
b. 0,185
c. 0, 30
d. 1,08
e. 0, 018

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1a yang terdapat di
bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1, gunakanlah rumus sebagai berikut :

Kriteria tingkat penguasaan:


80 100 = Baik Sekali
70 79 = Baik

60 69 = Cukup
40 59 = Kurang
< 40

= Kurang Sekali
Jika tingkat penguasaan Anda 70 % atau lebih, berarti Anda berhasil. BAIK! Anda dapat

meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Jika masih di bawah 70 %, Anda harus mengulang
materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

Anda mungkin juga menyukai