Mioma Uteri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

Daftar Isi

Identitas..

Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang. 2
Riwayat Penyakit Dahulu 3
Riwayat Penyakit Keluarga. 3
Riwayat Ginekologi..... 3
Riwayat Obstetri.. 4
Pemeriksaan Fisik
Tanda tanda Vital 5
Status Generalisata.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratori. 6
USG Abdomen. 7
Resume. 9
Diagnosis.. 10
Diskusi. 10
Terapi 11
Tinjauan Pustaka
Mioma Uteri.. 13
AUB.. 25
Daftar Pustaka. 32

SUSANTI - 07120100073

Page 1

Laporan Kasus Ginekologi

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Agama
Pendidikan Terakhir
Status
Pekerjaan

II.

: Ny. Y
: Perempuan
: 46 tahun
: Puri Agung Permai Blok C 21 No. 121
: Islam
: SMA
: Menikah
: Guru

ANAMNESIS
Autoanamnesis di Rumah Sakit Umum Siloam pada tanggal 26 Juni 2015 pukul 16.00
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan utama haid yang banyak sejak 8 bulan sebelum
masuk rumah sakit (SMRS).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan haid yang banyak sejak 8 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Dalam 1x haid, durasi + 7hari, 4 hari pertama haid banyak
sekali hingga pasien mengganti pembalut + 10-15x, hari ke 5 dan 6 darah agak
berkuang, pasien mengganti embalut sekitar + 3x sehari, dan hari ke 7 biasanya
sudah tinggal flek flek saja. Haid pasien siklusnya tidak teratur, dan selalu kurang
dari 4 minggu, terkadang 3 minggu sudah haid lagi. Darah yang keluar berupa
darah berwarna merah tua kehitaman, tidak tampak adanya gumpalan putih sisa sisa
jaringan. Pasien mengeluh haid yang tidak teratur ini sudah sejak 6 tahun SMRS.
Keluhan flek atau perdarahan diantara siklus haid disangkal oleh pasien. 2minggu
SMRS pasien sempat diraway di RS karena pasien sangat lemas. Saat itu hb
pasien3 kemudian di transfusi darah dan pasien pulang dengan hb 11. Kemudian
pasien jadwalkan untuk oerasi TAH.
Saat haid pasien kadang merasakan nyeri terutama di hari pertama haid
sampai kira kira hari ke empat haid, dan sudah sedikit berkurang di hari kelima.
Nyeri ini dirasakan hilang timbul dan membaik jika pasien dalam posisi tidur
miring. Seiring dengan berjalannya waktu, nyeri yang dirasakan pasien tidak
bertambah parah. Keluhan nyeri ini sudah dirasakan pasien sejak 3 tahun SMRS.
Dari skala 0sampai 10, jika 0 adalah tdak sakit dan 10 adalah paling sakit, nyeri
haid yang dialami pasien ini berada dalam skala 8/10. Jika nyeri pasien biasanya

SUSANTI - 07120100073

Page 2

mengkonsumsi obat nyeri paracetamol sebanyak 2x sehari. Nyeri perut diluar


sikluas haid disangkal oleh pasien.
Pasien juga mengeluh sulit menahan buang air kecil (BAK), sehingga
frekuensi BAK pasien menjadi sering. Di malam hari pasien bisa terbangun sampai
4 kali untuk BAK. Keluhan nyeri saat BAK disangkal. cepat lapar dan cepat haus
disangkal oleh pasien. BAB pasien tidak ada keluhan
Riwayat penurunan berat badan dalam tiga bulan terakhir disangkal pasien.
Riwayat kanker dalam keluarga juga disangkal oleh pasien.
Riwayat kelainan darah dalam keluarga disangkal pasien. keluhan gusi
berdarah, dan kulit yang sering memar disangkal oleh pasien.
Keluhan keluar discharge dari putting susu disangkal oleh pasien. Gangguan
penglihatan disangkal oleh pasien.
Keluhan keputihan disangkal oleh pasien. keluhan nyeri saat berhubungan
dan perdarahan saat berhubungan juga disangkal oleh pasien. pasien juga
menyangkal adanya demam.
Pasien sebelumnya belum pernah ada riwayat operasi. Alergi makanan
maupun obat-obatan disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal adanya
konsumsijamu-jamuan. Pasien juga menyangkal adanya konsumsi obat rutin selain
obat hipertensi, itupun terkadang pasien sering lupa meminumnya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak tahun 2006. Pasien biasanya
mengkonsumsi Captopril 25mg 1 kali sehari, dan methyldopa 250 mg 2hari
sekalinamun pasien tidak rutin meminum obat karena pasien sering kali lupa.
Riwayat penyakit asma, DM, jantung, hipotiroid, hipertiroid, kelainan darah,
kanker, dan penyakit kronik disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi. Ayah pasien sudah lama meninggal,
pasien tidak tahu penyebabnya, menurut pasien karena usia ayah pasien sudah tua.
Riwayat penyakit asma, DM, hipertensi, tiroid, jantung, kanker, dan penyakit
kronik dalam keluarga disangkal. Di keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat
keluhan serupa dengan pasien
e. Riwayat Ginekologi
Menarche
Siklus

: 11 tahun
: awalnya teratur-28hari, namun sejak 6 tahun terakhir
haid tidak teratur dan biasanya siklus sekitar 3minggu

Durasi
Jumalah Pembalut

SUSANTI - 07120100073

atau kurang dari 3 minggu


: 7 hari
: biasanya 3 pembalut, namun 8 bulan terakhir,
hari 1-4
: 10 pembalut
hari 5-7
: 2 pembalut
Page 3

Laporan Kasus Ginekologi


Dismenorrhea
: (+)
Riwayat perdarahan abnormal: (+) sejak 8 bulan terakhir
Diari siklus haid
: 10 Mei 2015 16 Mei 2015
30 Mei 2015 - 5 Juni 2015
21 Juni 2015
Riwayat ginekologi

: keputihan (-), gatal di daerah vagina (-), nyeri (-)

Riwayat seksual & pernikahan


Koitus

: Usia 22 tahun

Dispareunia

: (-)

Post koital bleeding

: (-)

Jumlah pasangan seksual

: 1orang

Usia pernikahan

: 24 tahun

f. Riwayat Obstetri
No
1
2

Jenis Kelamin
Perempuan
Perempuan

Usia Anak
23
21

Cara lahir
Normal
Normal

BB Lahir
2800gr
2300gr

g. Riwayat KB
Pasien menggunakan KB spiral (Copper T) dan selalu kontrol setiap 3 tahun untuk
mengganti spiralnya.
h. Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi
Pasien,merupakan ibu rumah tangga, tinggal bersama suami dan anak.
Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan konsumsi NAPZA disangkal. Keadaan
ekonomi pasien menengah kebawah.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 140/90mmHg
Pernapasan
: 20x/menit
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 36,5oC
b. Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
BMI

: 60 kg
: 155 cm
: 25,86 Overweight

c. Status Generalis
Status general:

Kepala dan wajah:

SUSANTI - 07120100073

Page 4

o Turgor kulitnormal, hiperpigmentasi (-), asianotik. Bentuk kepala Mesocephal,


simetris, deformitas (-), rambuttebal berwarna hitam
o Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor 3 mm, Refleks
cahaya langsung +/+, Refleks cahaya tidak langsung +/+, eksoftalmus (-/-)
o Pada hidung tidak ada deformitas, septum nasi ditengah, sekret -/-, , nafas
cuping hidung (-), Rongga hidung normal, tidak terdapat tonjolan maupun
kemerahan.
o Daun telinga normal, ukuran telinga normal, tidak Nampak adanya deformitas,
tidak terdapat fistel preaurecular. Liang telinga bersih, kulit tidak Nampak
adanya benjolan maupun bisul, gendang telinga tampak baik.
o Lidah bersih, uvula ditengah, T1/T1, tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis,

faring tidak hiperemis


o Akantosis nigrikans, acne, hirsutism(-), perdarahan pada gusi (-)
Leher: pergerakkan bebas, trakea ditengah, tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening, kelenjar tiroid, dan massa, Goiter(-)
Toraks (paru-paru):
o Inspeksi: Gerak nafas simetris dalam keadaan statis dan dinamis, tidak ada
scar, tidak terlihat adanya deformity, tidak ada hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi
o Palpasi: tactile fremitus kanan dan kiri sama, rongga paru saat inspirasi
mengembang
o Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
o Auskultasi: suara nafas normal (vesicular), tidak terdapat stidor, ronchi

maupun wheezing
Toraks (jantung):
o Inspeksi: tidak terlihat iktus kordis,
o Palpasi: teraba iktus kordis pada ruang interkostal V sisi kiri agak lateral dari
linea midclavicularis sinistra
o Perkusi: batas jantung-paru dalam batas normal
o Auskultasi: S1 S2 normal, murmur -, gallop
Abdomen:
o Inspeksi: datar, tidak terlihat adanya deformitas, tidak ada hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi
o Palpasi: supel, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan o Perkusi: timpani, shifting dullness o Auskultasi: bising usus positif normal
Punggung: kifosis -, lordosis -, skoliosis
Ekstrimitas
Edema
: (-)
Kulit
: dbn
Memar
: (-)
d. Pemeriksaan Dalam
Vulva//Vagina
: tidak ada laserasi, tidak tampak massa
Serviks
: tebal dan kaku

SUSANTI - 07120100073

Page 5

Laporan Kasus Ginekologi


IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap (25 juni 2015)
Full Blood Count
Hb
: 9.88 (11.7-15.5)
Ht
: 31.79 (35-47)
RBC
: 4.18
WBC
: 7.25
Differential Count
Basofil

:1

Eosinofil

:1

Band Neutrofil

:3

Segmented Neutrofil : 66
Lymfosit

: 23

Monosit

:6

Platelet

: 257.10

ESR

: 33 (0-20)

MCV, MCH, MCHC


MCV

: 76.01 (80-100)

MCH

: 23.62 (26-34)

MCHC

: 31.08 (32-36)

PT-APTT
Prothrombin Time
Control

: 10.90

Patient

: 10.60

INR

: 1.02

A.P.T.T
Control

: 32.50

Patient

: 38.70

BIOCHEMISTRY
SGOT-SGPT
SGOT (AST)

: 10

SGPT (ALT)

:6

Ureum

: 118 (<50)

Creatinine
Creatinine

: 5.33 (1.5-1.1)

eGFR

: 9.2 (>60)

Blood Random Glucose: 137


Electrolyte
Na

: 135 (137-145)

: 4.7

SUSANTI - 07120100073

Page 6

CL

: 118 (98-107)

Complete abdominal USG :


Renal dextra dan sinistra:
Ukuran, bentuk dan permukaan normal, tak tampak tanda bendungan/ batu/ SOL. Diferensiasi
corticomedullary tidak jelas, cortex menipis. Kesan:
Chronic renal disease bilateral

Uterus
Besar dan bentuk normal, tampak massa hypoekoik heterogen pada intrauterine, batas relative
tegas, ukuran + 7.87x7.43x8.58cm. kesan:
Mioma uteri

Vesica Fellea

SUSANTI - 07120100073

Page 7

Laporan Kasus Ginekologi


Besar, bentuk, dan dinding normal, tampak multiple lesi hyperekoik dengan posterior akustik
shadow ukuran + 0.87-1.17cm. Kesan:
Cholelithiasis multiple

V.

Organ-organ intraabdominal lainnya dalam batas normal

RESUME
Pasien, Ny.Y, perempuan, P2A0, 46 tahun, datang ke Rumah Sakit Umum
Siloam dengan keluhan haid yang banyak sejak 8 bulan SMRS. Siklus haid tidak
teratur, dengan durasi + 7hari. , 4 hari pertama haid banyak sekali hingga pasien
mengganti pembalut + 10-15x, hari ke 5 dan 6 darah agak berkuang, pasien mengganti
embalut sekitar + 3x sehari, dan hari ke 7 biasanya sudah tinggal flek flek saja, dan hari
ke 8 sudah bersih. Pasien mengeluh haid yang tidak teratur ini sudah sejak 6 tahun
SMRS. Saat haid pasien kadang merasakan nyeri terutama di hari pertama haid sampai
kira kira hari ke empat haid. Nyeri ini dirasakan hilang timbul dan membaik jika pasien
dalam posisi tidur miring. Keluhan nyeri ini sudah dirasakan pasien sejak 3 tahun
SMRS. Nyeri haid yang dialami pasien ini berada dalam skala 8/10. Jika nyeri pasien

SUSANTI - 07120100073

Page 8

biasanya mengkonsumsi obat nyeri paracetamol sebanyak 2x sehari. Diantara siklus


menstruasi pasien tidak pernah mengeluh muncuh perdarahan.
Pada pemeriksaan fisik inspeksi, inspekulo dan pemeriksaan dalam dijumpai
dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang yaitu usg abdomen di jumpai adanya
massa pada uterus.
Pada hasil pemeriksaan lab dijumpai anemia dengan hb 9.89, ESR memanjang
(33), MCV, MG dan MCHC menurun, Ureum meningkat (118), creatinin meningkat
(5.33), eGFR yang rendah (9.2) dan hiponatremia serta hipocloride.
Pada pemeriksaan USG dijumpai adanya mioma uteri dengan ukuran +
7.87x7.43x8.58cm. CKD, dan colelitiasis multiple
VI.

ANALISIS DAN PENGKAJIAN


Diagnosis Kerja
:
Abnormal uterine bleeding (AUB) ec mioma uteri dan Chronic kidney disease (CKD)
stage 4 dengan hipertensi grade 1
DISKUSI
Pada pasien ini terdapat abnormal uterine bleeding (AUB) dimana saat haid pasien bisa
mengganti pembalut sehari 10-15x (menoragia), dengan siklus haid tidak teratur dan
biasanya selalu kurang dari 3 minggu. Pada pasien dengan AUB harus dicari sumber
etiologi yang menyebabkan perdarahan perdarahan. Beberapa etiologi AUB antara lain:
Perdarahan uterin disfungsional
Anovulatori : pada anovulatori dapat disebabkan karena kelainan endokin maupun
penggunaan obat-obat steroid secara rutin, dimana pada pasien ini tidak dijumpai
adanya riwayat gangguan endokrin seperti DM maupun hipertiroid dan hipotiroid,
serta tidak dijumpai konsumsi obat-obatan rutin. Pasien juga menyangkal adanya
gannguan penglihatan (bitemporal hemianopsia) dan keluar discharge dari putting
susu. Yang menjadikan pasien beresiko anouvulatori adalah obesitas. Sehingga

penyebab anovulatori dapat disingkirkan


Lesi organik
Kehamilan : pada pasien ini pasien tidak sedang hamil, tanda-tanda kehamilan pun
juga tidak ada, haid terakhir pasien juga sekitar 3 minggu SMRS. Untuk
memastikannya bisa dilakukan test kehamilan. Pasien juga menyangkal adanya flekflek maupun jaringan putih sehingga kemungkinan kearah abortus dapat disingkirkan,
dan memang pada USG juga tidak tampak gestational sac. Pasien juga mengeluh nyeri
yang hilang timbul dan tidak bertambah nyeri seiring berjalannya waktu, pasien juga

tidak terdapat nyeri goyang, sehingga kemungkinan KET dapat disingkirkan


Lesi anatomic pada uterus (leomioma): Keluhan yang mendukung diagnosis ini adalah
karena selain keluhan perdarahan, pasien juga mengeluh sering BAK dimana memang
pada beberapa pasien dengan massa di uterus yang cukup besar, massa tersebutt dapat
menekan kandung kemih sehingga frekuensi berkemih pasien mingkat. pada pasien ini
dijumpai di USG terdapat massa hipoekoik pada uterus dimana menunjukkan adanya

SUSANTI - 07120100073

Page 9

Laporan Kasus Ginekologi


lemioma. Jika dilihat dari segi umur pasien, tumor ini paling sering memberikan

gejala klinis antara 35-45 tahun. Dimana pasien sekarang ini berusia 46 tahun.
Lesi anatomic pada uterus (kanker) : Pada pasien ini tidak dijumpai riwayat adanya
kanker baik di keluarga maupun pada pasien sendiri. Pasien juga tidak mengalami
penurunan berat badan. KB yang digunakan pasien juga bukanlah KB hormonal
seperti pil dan suntik melainkan IUD. Tetapi jika ingin menyingkirkan kemungkinan
kea rah kanker dapat dilakukan pemeriksaan tumor marker untuk endometrial cancer

yaitu CA 125.
Lesi anatomic pada uterus (polip): pada umumnya, pasien dengan polip uteru
memiliki keluhan adanya berdarahan diantara siklus haid, dimana pada pasien ini
tidak dijumpai keluhan tersebut. Riwayat keluarga polip juga disangkal oleh pasien.
dan untuk memastikannya memang dibutuhkan USG. Hasil USG pada pasien ini juga

tidak menunjukkan adanya polip sehingga etiologi polip dapat disingkirkan.


Lesi anatomic pada uterus (hyperplasia endometrium): factor resiko pada pasien ini
adalah obesitas. Pasien dengan obesitas merupakan factor resiko hyperplasia
endometrium. Namun biasanya pasien dengan hyperplasia endometrium memiliki
keluhan lain selain perdarahan yaitu timbul banyak jerawat, serta adanya lipatan hitam
di sekitar leher bagian belakang, dimana hal tersebut tidak dijumpai pada pasien ini.
penggunaan esterogen eksogen juga disangkal oleh pasien ini. hasil USG pasien juga
tidak menunjukkan adanya hyperplasia dari endometium, sehingga diagnosis AUB ec

hiperplasiea endometrium dapat disingkirkan.


Infeksi menular seksual : pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat penyakit
menular seksual, pasien juga hanya memiliki 1 patner seksual. Pasien juga
menyangkal adanya demam, vaginal discharge, maupun nyeri di daerah vagina. Pada
hasil laboratory pasien, walaupun terlihat ESR yang memanjang namun tidak dijumpai

leukositosis, sehingga kesan adanya infeksi dapat disingkirkan.


Lesi anatomic diluar uterus (ovarian cancer) : pasien tidak dijumpai keluhan kembung,
begah dan perut membuncit. Pemeriksaan shifting dullness juga negative, sehingga

keluhan asites pada pasien dapat disingkirkan


Lesi anatomic diluar uterus (laserasi pada serviks dan vagina) pasien menyangkala
danye keluhan nyeri di bagian vagina. Pada pemeriksaan fisik juga tidak dijumpai
adanya laserasi pada serviks maupun vagina, sehingga kemungkinan AUB karena

laserasi dapat disingkirkan.


Kelainan sistemik
Koagulopati : pasien menyangkal adanya riwayat kelainan darah baik di keluarga
maupun pada pasien sendiri. Pasien menyangkal adanya riwayat gusi gampang
berdarah maupun kulit yang sering memar. Sehingga AUB karena koagulopati dapat

disingkirkan.
Gagal Ginjal Kronis : pasien tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami gagal ginjal
kronis. Diagnosis ini baru diketahui pasien saat melakukan screening lab untuk

SUSANTI - 07120100073

Page 10

persiapan pre operasi TAH. Dimana dijumpai ureum 118, creatinin yang meningkat
yaitu 5.33 dan eGFR yang rendah yaitu 9.2. hal ini didukung dengan hasil USG pada
renal dek, dimana sesuai dengan gambaran Chronic Kidney Disease (CKD). Sehingga

CKD ini dapat menyebabkan AUB pada pasien ini


Kelainan endokrin : pasien memiliki keluhan poliuri dan nokturia, namun pasien
menyangkal adanya polidipsi dan polivagi, riwayat keluarga DM juga disangkal dan
hasil GDS pasien juga dalam batas normal sehingga kemungkinan DM dapat
disingkirkan. Pada pemeriksaan fisik, psisen juga tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
(goiter), peninigkatan berat badan maupun eksoftalmus. Pasien tidak memiliki riwayat
sakit hipo atau hiper tiroid.

Rencana Terapi
Pasien direncanakan untuk operasi total abdominal histerektomi (TAH) namun, saat
screening pemeriksaan laboratorium untuk persiapan operasi, barulah diketahui bahwa
pasien memiliki CKD grade 4. Sehingga TAH pun ditunda. Pasien dikonsulkan ke
bagian penyakit dalam.
Terapi yang diberikan:
Amlodipine PO 10mg 1dd1
Amlodipine adalah obat anti hipertensi golongan calcium channel blocker. Obat ini
diberikan kepada pasien, karena pasien memiliki riwayat hipertensi dan pada hari
pertama di rawat tensi pasien 140/90mmHg, dimana berdasarkan JNC7 pasien
sudah masuk ke hipertensi grade 1. Setelah hari ke 2 perawatan, tensi pasien sudah

menurun menjadi 120/80.


Diovan PO 80mg 1dd1
Diovan adalah obat hipertensi golongan valsartan yang spesifik untuk angiotensin 2
blocker. Obat ini diberikan kepada pasien, karena pasien memiliki riwayat
hipertensi dan pada hari pertama di rawat tensi pasien 140/90mmHg (hipertensi
grade 1). Obat ini dikombinasi dengan amlodipin agar efek antihipertensinya lebih
maksimal. Setelah hari ke 2 perawatan, tensi pasien sudah menurun menjadi
120/80.

Bicnat PO 1 tab 2dd1


Bicnat ini diberikan untuk terapi CKD pada pasien ini
Pada pasien ini dapat juga dilakukan D&C untuk mengetahui adanya keganasan

pada massa uterus tersebut karena jika hasil PA adalah ganas maka pilihan terapi yang
dilakukan adalah radikal histerektomi. Jika hasil PA adalah jinak maka pilihan terapi
yang dapat dilakukan adalah histerektomi total atau subtotal.
Pemeriksaan tumor marker CA125 juga dapat dilakukan namun pemerksaan ini
sensitive namun tidak terlalu spesifik untuk kanker uterus. Hasil CA125 dapat
SUSANTI - 07120100073

Page 11

Laporan Kasus Ginekologi


meningkat pada kondisi kanker payudara, kanker ovarium, TB, maupun pada saat
infeksi.
Dari sisi penyakit dalam kondisi seperti ini, dimana ureum pasien cukup tinggi
yaitu 118, dengan creatinin yang tinggi yaitu 5.33 dan eGFR 9.2 (CKD stage 4). jika
dilakukan operasi, maka toleransi operasi pada pasien ini adalah berat. Jika dilakukan
operasi ada kemungkinan pasien akan jatuh kedalam kondisi CKD stage 5 dimana
pasien harus bergantung pada HD. Maka dari itu KU pasien di perbaiki dahulu.
VII.

TINJAUAN PUSTAKA

Mioma Uteri
Definisi
Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan yaitu lapisan terluar
perimetrium, lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah
endometrium (Tortora dan Derrickson, 2006). Miometrium adalah yang paling
tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang
sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.Miometrium
dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi (Prawirohardjo, 2007).
Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium dipanggil
leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka ianya sering dipanggil
sebagai fibroid ( Kumar,Abbas,Fausto dan Mitchell, 2007). Mioma uteri juga
adalah berasingan, bulat, berbatas tegas, warna putih hingga merah jambu pucat,
bersifat jinak dan terdiri dari otot polos dengan kuantiti jaringan penghubung
fibrosa yang berbeda-beda. Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari corpus uteri
dan lagi 5% berasal dari serviks. Mioma uteri juga adalah tumor pelvis yang sering
terjadi dan diperkirakan sebanyak 10% kasus ginekologi umumnya (Martin L,
2001). Neoplasma jinak ini mempunyai banyak nama sehingga dalam kepustakaan
dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, fibroid atau pun mioma uteri [1].
Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus dan hanya 1-3%,
sisanya adalah dari korpus uterus. Maka pembagian menurut letaknya dapat kita
dapati sebagai:
1. Mioma submukosum: berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
2.

kemudian dilahirkan melalui saluran serviks dan dipanggil myomgeburt


Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium

[3]

. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus

sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma


subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke

SUSANTI - 07120100073

Page 12

ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,


sehingga disebut wandering/parasitic fibroid (Prawirohardjo, 2007).

Epidemiologi
Frekuensi mioma uteri kurang lebih 10% dari jumlah seluruh penyakit pada
alat-alat genital dan merupakan tumor pelvis. Angka kejadian tumor ini sulit
ditentukan secara tepat karena tidak semua penderita dengan mioma uteri memiliki
keluhan. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche [4].
Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma
uteri, yaitu [5].
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
2.

memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.


Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau
apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

SUSANTI - 07120100073

Page 13

Laporan Kasus Ginekologi


3.

Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian
tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita

4.

mioma.
Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,

berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.


Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu
t(12;14)(q15;q24).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian
preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama
sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh
estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan
insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak
pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena
tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana
yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah
menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini [5].
Klasifikasi mioma uteri
Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri.
Mioma pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3 % dan pada korpus uteri
ditemukan 97% kasus. Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri
dapat diklasifikasikan menjadi [4].
1. Mioma uteri intramural

SUSANTI - 07120100073

Page 14

Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium. Bila mioma


membesar atau bersifat multiple dapat menyebabkn pembesaran uterus dan
berbenjol-benjol
2. Mioma uteri submukosa
Mioma tumbuh tepat dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Kadang mioma uteri submukosadapat tumbuh terus dalam kavum uteri
dan berhubungan dengn tangkai yang dikenal dengan polip. Karena konraksi
uterus, polip dapat melalui kanalis servikalis dan sebgian kecil atau besar
memasuki vagina yang dikenal dengan nama myoma geburt.
3. Mioma uteri subserosa
Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan menonjol ke
permukaan uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma ligamenter yang dapat menekan ligamenter
dan arteri iliaka. Miom jenis ini juga dapat tumbuh menempel pada jaringan
lain misalnya ke omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wandering dan parasite fibroid.
Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut [6]:
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
-

sampai adeno karsinoma endometrium.


Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit

2.

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.


Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan,
pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat

menyebabkan juga dismenore.


2. Gejala dan tanda penekanan
3. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
SUSANTI - 07120100073

Page 15

Laporan Kasus Ginekologi


menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia,
pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958)
menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan,
dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan
suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
2.

faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak

3.

teratur, gerakan bebas, tidak sakit.


Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada
abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma

uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.


Diagnosis banding
Tumor solid ovarium
Miosarkoma, koriokarsinoma
Tumor abdomen
Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma
uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan

SUSANTI - 07120100073

Page 16

bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum,


penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif [5]
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut [5]
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah
30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang
akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak
ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah
prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal
hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus [7]
Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain [7]
Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi

kecil.
Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu

kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.


Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang

lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

memberikan bayangan pada foto rontgen.


Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma
seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan

SUSANTI - 07120100073

Page 17

Laporan Kasus Ginekologi


hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran
tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri [7]
Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

Perdarahan Uterus Abnormal


Perdarahan uterus abnormal dapat dibagi dalam beberapa criteria yaitu:
Klasifikasi kelainan jumlah dan lama perdarahan saat haid
1. Menoragia / hipermenorea:
Perdarahan haid dengak jumlah >80ml darah atau durasi yang bertambah
lama >7hari pada interval haid yang tidak normal.
2. Hipomenorea:
Perdarahan haid yang lebih pendek atau kurang dari biasanya.
Kelainan siklus haid
1.

Polimenorea:
Perdarahan haid yang terjadi dengan interval <21 hari
2. Oligomenorea:
Panjang siklus menstruasi lebih dari 35 hari
3. Amenorea:
Tidak haid selama lebih dari 3 bulan berturut turut. Amenore dapat dibagi 2
menjadi amenore primer yaitu belum pernah haid hingga usia diatas 18
tahun, atau amenorea sekunder yaitu sebelumnya pernah haid tetapi tidak
haid lagi
Perdarahan diluar haid
1. Metroragia:
Perdarahan haid yang tidak teratur
2. Menometroragia:
Peningkatan perdarahan haid atau durasi perdarahan yang terjadi
dengan interval yang tidak teratur.
Perdarahan uterus abnormal seringkali terjadi dengan gambaran klinik
yang bervariasi dan rumit. Angka kejadian mencapai 19.1 % dari semua kunjungan
poliklinis untuk kasus ginekologi. Selain itu dilaporkan bahwa sekitar 25%
SUSANTI - 07120100073

Page 18

tindakan pembedahan ginekologi dilakukan berkaitan dengan perdarahan uterus


abnormal[1,2].
Pada masa reproduksi, yang dimaksud dengan perdarahan uterus abnormal
adalah meliputi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hal frekuensi, durasi atau
jumlah darah yang keluar dalam siklus haid serta kejadian perdarahan diluar siklus
haid. Pada masa pasca menopause, yang dimaksud dengan perdarahan uterus
abnormal adalah terjadinya perdarahan per vagina setelah wanita yang
bersangkutan berhenti haid selama lebih dari 12 bulan atau terjadinya perdarahan
uterus pada wanita masa pasca menopause yang mendapatkan terapi hormonal
selama lebih dari 12 bulan [1].
Etiologi dan Evaluasi Perdarahan Uterus Abnormal
Menurut Isselbacher.Harrison, perdarahan Uterus

Disfungsional dapat

dibedakan menjadi penyebab dengan siklus Ovulasi dan penyebab yang


berhubungan dengan siklus anovulasi. Namun ada beberapa kondisi yang
dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, dimana etiologinya dapat
diibedakan menjadi 3 bagian besar yaitu disfungsional, organic atau karena
kelainan sistemik antara lain [1]
Berikut adalah beberapa differensial diagnosis untuk PUD [9]

SUSANTI - 07120100073

Page 19

Laporan Kasus Ginekologi

Manifestasi Klinis
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.
Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan
berulang. Pada siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan
lebih bisa diramalkan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada
anovulasi merupakan kebalikannya. Selain itu gejala yang yang dapat timbul
diantaranya seperti mood ayunan, kekeringan atau kelembutan Vagina serta juga
dapat menimbulkan rasa lelah yang berlebih [1]
SUSANTI - 07120100073

Page 20

Pada siklus ovulasi


Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang,
hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan
kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek
(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu
dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama
dan tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang
bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong (Wiknjoksastro, 2007). Jika sudah
dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada
sebab organik, yaitu [2]:
1.
korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadangkadang bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan
pelepasan endometrium tidak teratur.
2.
Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron
disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil
biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran
3.

endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.


Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya

pembuluh darah dalam uterus.


4.
Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
Berikut adalah manifestasi penyerta pada pasien AUB [9]

SUSANTI - 07120100073

Page 21

Laporan Kasus Ginekologi

Penyakit ginjal
Disfungsi ginjal berat sering disertai dengan gangguan endokrin yang
sering

mengakibatkan

hipoestrogenisme,

amenore,

dan

infertilitas

(Matuszkiewicz-Rowinska, 2004). Di sebuah Studi dari 100 wanita dengan gagal


ginjal kronis yang menjalani dialisis, Cochrane dan Regan (1997) melaporkan
bahwa 80 persen dari mereka menstruasi mengeluh menorrhagia. "Adalah juga
perhatian karena perdarahan dapat memperburuk anemia kronis terkait dengan
gagal ginjal. "Mekanisme dibalik
Kelainan tidak jelas, tapi dicurigai karena disregulasi dari hipotalamus
yang mengsekresi gonadotropin (Bry-Gauillard, 1999). NSAID merupakan
kontraindikasi, karena mereka menyebabkan vasokonstriksi arteri ginjal dengan
menurunkan fungsi glomerulus. Administrasi siklus progestin biasanya tidak
membantu. Sebaliknya, Cochrane dan Regan (1997) menyarankan dosis tinggi
medroksiprogesteron asetat untuk membuat endometrium atrofi dan amenore. Jika
pasien dengan gagal ginjal dan menorrhagia parah tidak merespon terhadap terapi
medis, maka terapi pembedahan dapat dilakukan. Jeong dan rekan kerja (2004)
menemukan ablasi endometrium berhasil pada 87 persen wanita dan menunjukkan
perdarahan berkurang. Pada beberapa wanita, histerektomi juga cukup efektif
untuk pasien dengan gagal ginjal[1,2].
SUSANTI - 07120100073

Page 22

Tabel 3.2. Evaluasi Perdarahan Uterus Abnormal


Langkah diagnostik
Anamnesa

Gejala, tanda dan tes


Nyeri panggul

Kelainan
Abortus, kehamilan ektopik,
penyakit radang panggul
(PID) , penyimpangan atau

Mual, berat badan bertambah,

kekerasan seksual.

sering buang air kecil, lesu


Berat badan bertambah, rasa

Kehamilan
Hipotiroidisme

dingin berlebihan, sembelit, lesu.

Hipertiroidisme

Berat badan menurun, berkeringat Koagulopatia


banyak, palpitasi

Penyakit hepar

Gusi mudah berdarah

PCOS

Ikterus, riwayat hepatitis

Displasia servik, polip

Hirsuitisme, jerawat, acathoisis

endoservik

nigricans, obesitas

Adenoma hipofise

Perdarahan pasca sanggama


Galaktorea, nyeri kepala,

Supresi hipotalamus

gangguan visual
Berat badan turun, stress, olah
Pemeriksaan Fisik

raga berlebihan
Tiromegali, berat badan

Hipotiroidisme

naik,edema

Hipertiroid

Tiroid mengeras, takikardia, berat


badan turun, kelainan kulit

Penyakit hepar

Ikterus, hepatomegali

Kehamilan, mioma uteri,

Uterus membesar

karsinoma uterus
Karsinoma uterus

Uterus kaku dan melekat pada

Tumor ovarium, kehamilan

jaringan dasarnya.

ektopik, kista ovarium

Masa adneksa

Radang panggul,
endometritis

Uterus tegang, gerakan servik


Pemeriksaan

terbatas
hCG

Kehamilan

laboratorium

Darah lengkap dan pemeriksaan

Koagulopatia

faal pembekuan darah

Penyakit hepar

Tes fungsi hepar, prothrombine

Hipo / hipertiroid

SUSANTI - 07120100073

Page 23

Laporan Kasus Ginekologi


time

Adenoma hipofise

Thyroid Stimulating Hormon-

DM

TSH

Tumor ovarium / adrenal

Prolaktin
Gula darah

Displasia servik

DHEA-s, testosteron bebas, 17 a

Servisitis, PID

hidroxyprogesteron (bila
hiperandrogenik)
Papaniculoau smear
Tes pemeriksaan infeksi servik
Biopsi endometrium atau D & C

Pencitraan dan
pengambilan sediaan
jaringan

Hiperplasia, atipia atau


adenokarsinoma

USG transvaginal

Kehamilan, tumor ovarium /


uterus

Sonohisterografi (saline infusion)

Lesi intra uterus, polip


endometrium, mioma
submukosa

Histeroskopi

Lesi intra uterus, polip


endometrium, mioma
submukosa

Evaluasi lanjutan atas dasar faktor resiko terjadinya karsinoma endometrium


Evaluasi lanjutan dari perdarahan uterus abnormal tergantung pada usia
penderita dan adanya faktor resiko untuk terjadinya karsinoma endometrium
antara lain:
Perdarahan pervagina dengan siklus anovulatoir
Obesitas
Nulipara
Usia > 35 tahun
Diabetes melitus merupakan faktor resiko
endometrium.

terjadinya

karsinoma

Penderita dengan siklus haid tidak teratur dan berkepanjangan

memiliki resiko mengalami DM tipe 2 dan diharuskan menjalani pemeriksaan


skrining diabetes.
Karsinoma endometrium jarang terjadi pada wanita muda ( 15 18
tahun). Dengan demikian maka wanita dewasa yang menderita perdarahan uterus
disfungsi boleh diterapi dengan terapi hormon dan observasi saja tyanpa
pemeriksaan diagnostik lain.
Resiko terjadinya karsinoma endometrium meningkat dengan semakin
bertambahnya usia. Angka kejadian karsinoma endometrium adalah 10.2 kasus per
100.000 wanita usia 19 39 tahun. Angka kejadian karsinoma endometrium pada
usia 40 49 tahun adalah 36.5 per 100.000. . American College of Obstetrician
SUSANTI - 07120100073

Page 24

and Gynecology merekomendasikan untuk melakukan evaluasi dengan baik pada


penderita perdarahan uterus abnormal yang berusia diatas 35 tahun.
Evaluasi endometrium (meliputi pencitraan dan pengambilan jaringan)
disarankan untuk dilakukan pada penderita resiko tinggi menderita karsinoma
endometrium dan penderita resiko rendah yang tidak memberikan respon
bermakna dengan terapi medikamentosa[2,9].
Pencitraan dan Pengambilan Jaringan Sediaan
Sensitivitas biopsi endometrium untuk

deteksi

dari

abnormalitas

endometrium mencapai 96%. Akan tetapi 18% dari lesi fokal akan terlewatkan
melalui tindakan ini, antara lain polip endometrium dan mioma uteri submukosa
oleh karena hanya sebagian kecil dari endometrium yang dapat diangkat sebagai
sediaan. Meskipun biopsi endometrium memiliki sensitivitas yang tinggi dalam
menegakkan diagnosa karsinoma endometrium, namun sensitivitas dalam
mendeteksi hiperplasia endometrium atipikal hanya sekitar 81%.
Pemeriksaan ultrasonografi transvaginal dapat memperlihatkan adanya
mioma uteri, penebalan endometrium atau tumor intra uterin. Meskipun
kemampuan pemeriksaan tersebut dalam mendeteksi polip endometrium atau
mioma submukosa terbatas, akan tetapi memiliki sensitifitas yang sangat tinggi
dalam mendeteksi adanya karsinoma endometrium (96%) dan kelainan
endometrium (92%). Bila dibandingkan dengan pemeriksaan D & C, evaluasi
endometrium dengan ultrasonografi transvaginal hanya berselisih sekitar 4% saja,
Sonohisterografi dengan menggunakan cairan garam faali intrauterin
memperkuat
menagkkan

kemampuan
diagnosa.

pemeriksaan

Dengan

ultrasonografi

pemeriksaan

ini,

transvaginal

dilakukan

dalam

pemeriksaan

ultrasonografi transvaginal setelah dimasukkan 5 10 ml garam faali kedalam


ringga uterus. Sensitivitas dan spesifisitas untuk menegakkan diaghnosa karsinoma
endometrium sebanding dengan pemeriksaan histeroskopi. Sonohisterografi lebih
akurat dalam menegakkan diagnosa kelainan intrakaviter dibanding dengan
ultrasonografi transvaginal saja. dan lebih akurat dibandingkan histeroskopi dalam
menegakkan diagnosa hiperplasia endometrium. Kombinasi antara pemeriksaan
biopsi endometrium dan sonohisterografi untuk identifikasi abnormalitas
endometrium mencapai sensitivitas 95 97% dan spesifisitas 70 98%.
Meskipun D & C merupakan gold standard dalam menegakkan diagnosa
karsinoma endometrium, akan tetapi tindakan ini tidak lagi dianggap sebagai
tindakan kuratif mengingat adanya keterbatasan dalam mencapai cornu
uterus. Histeroskopi yang disertai dengan biopsi lebih informatif dibanding
tindakan D & C saja
Kepada penderita pasca menopause dengan perdarahan uterus abnormal,
termasuk mereka yang mendapatkan terapi sulih hormon lebih dari 12 bulan harus
SUSANTI - 07120100073

Page 25

Laporan Kasus Ginekologi


ditawarkan tindakan D & C untuk evaluasi endometrium (sensitivitas untuk
mendeteksi karsinoma endometrium mencapai 96% dengan angka negatif palsu
mencapai 2 6% )

Wanita pasca menopause yang beresiko tinggi bila

memperoleh anestesia umum dan tindakan D & C diberikan alternatif untuk


dilakukan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal atau histerosonografi dan
biopsi endometrium.
Diperlukan penelitian lanjutan untuk menentukan metode terbaik dalam
melakukan evaluasi endometrium penderita perdarahan uterus abnormal.
Berdasarkan bukti yang ada, sonohisterografi disertai dengan biopsi endometrium
merupakan tindakan diagnostik terbaik dengan resiko yang minimal saat ini.

Penatalaksanaan Medis
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI YANG ANOVULATOIR
Pil kontrasepsi oral digunakan untuk mengatur siklus haid dan kontrasepsi.
Pada penderita dengan siklus haid tidak teratur akibat anovulasi kronik (oligo
ovulasi), pemberian pil kontrasepsi mencegah resiko yang berkaitan dengan
stimulasi estrogen berkepanjangan terhadap endometrium yang tidak diimbangi
dengan progesteron (unopposed estrogen stimulation of the endometrium). Pil
SUSANTI - 07120100073

Page 26

kontrasepsi secara efektif dapat mengendalikan perdarahan anovulatoir pada


penderita pre dan perimenopause. Bila terdapat kontraindikasi pemberian pil
kontrasepsi ( perokok berat atau resiko tromboflebitis) maka dapat diberikan terapi
dengan progestin secara siklis selama 5 12 hari setiap bulan sebagai alternatif[2,9]
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI OVULATOIR
Terapi medikamentosa untuk kasus menoragia terutama adalah NSAID
(asam mefenamat) dan AKDR-levonorgesterel (Mirena) Efektivitas asam
mefenamat, pil kontrasepsi, naproxen, danazol terhadap menoragia adalah setara.
Efek samping dan harga dari androgen (Danazol atau GnRH agonis)
membatasi penggunaannya bagi kasus menoragia, namun obat-obat ini dapat
digunakan dalam jangka pendek untuk menipiskan endometrium sebelum
dikerjakan tindakan ablasi endometrium.
Obat antifibrinolitik secara bermakna mengurangi jumlah perdarahan,
namun obat ini jarang digunakan dengan alasan yang menyangkut keamanan
( potensi menyebabkan tromboemboli).
Tabel 3.4 . Penatalaksanaan Medikamentosa PUD anovulatoir
Obat

Dosis

Maksud

Pil kontrasepsi

Etinil estradiol 20 35 mcg

Mengatur siklus haid

+ progestin monofasik tiap

Kontrasepsi

hari

Mencegah hiperplasia
endometrium
Penatalaksanaan perdarahan

Pil 35 mcg 2 4 kali sehari

yang banyak namum tidak

selama 5 7 hari sampai

bersifat gawat darurat

perdarahan berhenti dan


diikuti dengan penurunan
secara bertahap sampai 1 pil
1 kali perhari dan dilanjutkan
dengan pemberian pil
kontrasepsi selama 3 siklus
Progestin :

5 10 mg / hari selama 5

Mengatur siklus haid

Medroxyprogesteron

10 hari setiap bulan

Mencegah hiperplasia

asetat (Provera, Prothyra)

SUSANTI - 07120100073

endometrium

Page 27

Laporan Kasus Ginekologi


Pembedahan
Bila terapi medis gagal atau terdapat kontraindikasi maka dilakukan
intervensi pembedahan. Terapi pilhan pada kasus adenokarsionoma adalah
histerektomi, tindakan ini juga dipertimbangkan bila hasil biopsi menunjukan
atipia.
Tabel 3.5. Penatalaksanaan pembedahan pada perdarahan uterus abnormal
Tindakan

Alasan

Histeroskopi operatif
Mimektomi (abdominal,

Abnormalitas struktur intra uteri.


Mioma uteri.

laparoskopik,histeroskopik)
Reseksi endometrial transervikal

Terapi menoragia atau

Ablasi endometrium (thermal

menometroragia resisten.
Terapi menoragia atau

balloon/roller ball)

menometroragia resisten dalam


rangka penatalaksanaan perdarahan

Embolisasi arteri uterina


Histerektomi

uterus akut yang resisten


Mioma uteri.
Hiperplasia atipikal, karsinoma
endometrium.

SUSANTI - 07120100073

Page 28

DAFTAR PUSTAKA

1. Ling, F. W., Duff, P. Obstetri and Gynaecology Principle of Practice. McGrawHill,2001 ; P : 1151-1172
2. DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Obstetry and Gynecology Diagnosis and
Therapy. McGraw-Hill, 2003; P :693-699
3. Anonim, 2000. Gynecology by Ten Teachers, 17 th edition, Editor Campbell SC,
Monga A, page 115-118
4. Joedosoepoetro MS, 1998. Tumor-tumor Jinak Pada Alat-alat Genital Dalam, Ilmu
Kandungan, editor Prawirohardjo S, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, hal 281-292
5. Jevuska
O.,
2007.

Mioma

Geburt.

Available

from

http://www.oncejevuska.blogspot.com. Accested : Augustus 17, 2008.


6. Jones, D.L.,2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, alih bahasa Hadyanto, Editor
edisi bahasa Indonesia, Y.Joko Suryono, edisi 6, Hipokrates, Jakarta, hal 263-266
7. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta
8. Hoffman, schorge. Wiliam gynecologi, McGraw-Hill,2012 ; P : 219-240

SUSANTI - 07120100073

Page 29

Anda mungkin juga menyukai