Pre Anestesi
Pre Anestesi
Pre Anestesi
Secara umum, tujuan kunjungan pra anestesi adalah menekan mobiditas dan mortalitas.
Anamnesis
-
Identitas pasien
Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa sebelum
operasi)
Pemeriksaan Fisik
Berpatokan pada B6:
1. Breath
Keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan
nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong atau
menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan mempersulit
laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada
pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran nafas bagian atas?
Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau torakal,
apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai pula keberadaan
ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).
2. Blood
Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau perdarahan.
Lakukan pemeriksaan jantung
3. Brain
GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK
4. Bladder
Produksi urin. pemeriksaan faal ginjal
5. Bowel
Pembesaran hepar. Bising usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau massa
abdominal?
6. Bone
Kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang belakang?
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang terdiri dari periksaan laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan
laboratorium terbagi menjadi pemeriksaan rutin dan khusus. Data laboratorium yang harus
diketahui diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Resiko serius Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai pasca
operasi.
Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang dilepaskan.
Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi aritmia, takikardi
ventricular sampai fibrilasi ventricular.
Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan gas dan uap
ihalasi terhalangi.
Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi. Bahaya
hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah penghentian obat jauh
lebih berat diandingkan dengan resiko karena meneruskan terapi.
Penyakit Pernafasan
Penyakit
saluran
karbondioksida,
pascaoperasi.
nafas
ambilan
dan
paru-paru
gas-gas
inhalasi
mempengaruhi
dan
oksigenasi,
meningkatkan
insidens
eliminasi
infeksi
Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma atau
pecandu nikotin.
Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas karena
efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi karena
anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pascaoperasi
Diabetes Mellitus
hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes yang tidak
stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika kondisi bedah itu
sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan
analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena metabolisme oleh
otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan akibat
kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin yang
berakumulasi pada tubulus renalis
Persiapan Sebelum Pembedahan
Secara umum, persiapan pembedahan antara lain :
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada orang dewasa
kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi darurat, pasien
tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
2. Pengosongan kandung kemih.
2. Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).
3. Pemeriksaan fisik ulang
4. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
5. Premedikasi secara intramuskular - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena jika
diberikan beberapa menit sebelum operasi.
Prognosis
Prognosis dibuat berdasarkan klasifikasi status fisik pasien. Klasifikasi yang dipakai berasal
dari The American Society of Anesthesiologist (ASA).
ASA I
ASA II
ASA III
ASA IV
: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
ASA V
: Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak
akan lebih dari 24 jam.
ASA VI
PREMEDIKASI
Tujuan
-
Intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 1/2 dari dosis
intramuscular)
Oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi obat
penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien dengan hipertensi.
Diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,
misalnya: halotan, tiopental, propofol.
Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan
Depresan SSP
Penyempitan bronkus
Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk.
Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF
(Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer.
Diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak
lebih gelisah
Barbiturat
-
Diazepam
-
Mengendalikan kejang
Bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta
menurunkan efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko
timbulnya refleks vagal.
Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-anak
sehingga terjadi febris dan dehidrasi
Diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, contoh:
dietileter atau ketamin
Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk pasien dewasa
dengan ukuran sedang bila lebih besar pakai ukuran 4, untuk anak gunakan ukuran
nomor 2. Jangan lupa untuk memeriksa lampunya apakah nyalanya cukup terang)
Jelly
Precordial
Kapas alkohol
Plester
Xilocain pump
Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan tertentu)
Spray alcohol
Betadin
Kassa steril
Bantal
Spuit 5 cc
4. Succinil Cholin
5. Tramus
6. Sulfas Atropin
7. Efedrin
Obat untuk Anestesi Spinal:
1. Buvanest atau Bunascan
2. Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek buvanest)
Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency:
1. Atropin
2. Efedrin
3. Ranitidin
4. Ketorolac
5. Metoklorpamid
6. Aminofilin
7. Asam Traneksamat
8. Adrenalin
9. Kalmethason
10. furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
11. lidocain
12. gentamicyn salep mata
13. Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
14. Methergin (untuk pasien obsgyn)
15. Adrenalin
Administrasi
1. Laporan Anestesi
2. BAKHP