Etika Profesi
Etika Profesi
Etika Profesi
UNISLA Lamongan
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah
disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia.
Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai: dalam bahasa Yunani yaitu Ethos, kebiasaan atau
tingkah laku, sedangkan dalam bahsa Inggris berarti Ethis, tingkah laku/prilaku manusia yg baik
tindakan yg harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Selain itu etik juga merupakan aplikasi dari proses & teori filsafat moral terhadap
kenyataan yg sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar & konsep yg
membimbing makhluk hidup dalam berpikir & bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka.
Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan
budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika
berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat,
serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga
terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil,
profesional dan terhormat.
1. Sistematika Etika
Sebagai suatu ilmu maka etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain:
a. Etika deskriptif, yaitu memberikan gambaran atau ilustrasi tentang tingkah laku manusia ditinjau
dari nilai baik/buruk serta hal-hal yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut
oleh masyarakat.
b. Etika Normatif, yaitu membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia,
Etika normatif juga dikelompokkan menjadi beberapa kelompok , sbb:
1) Etika umum, yaitu membahas hal-hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk
bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
2) Etika khusus; yaitu terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
a) Etika sosial menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan antar sesama manusia dalam
aktivitasnya.
b) Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi.
c) Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.
Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI No.VI/MPR/2001
tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang universal
dan
nilai-nilai
luhur
budaya
bangsa
yaitu
Pancasila.
Etika kehidupan berbangsa antara lain meliputi: Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan
Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan, Etika
Keilmuan,
Etika
Lingkungan,
Etika
Kedokteran
dan
Etika
Kebidanan.
2. Kode Etik Profesi
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat. Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah orang luar
memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan
melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan
nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahtraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam hal
kesejahteraan materil angota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan bagi
anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak
pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.
c.
1) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit
atau institusi pelayanan kesehatan.
2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang merawatnya.
3) Pasien atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
4) Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
c. Hak Bidan
1) Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
2) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan
kesehatan.
3) Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan
perundangan dan kode etik profesi.
4) Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien,
keluarga maupun profesi lain.
5) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan.
6) Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai.
7) Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
d. Kewajiban Bidan
1) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan
tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan tempat dia bekerja.
2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan
menghormati hak-hak pasien.
3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan
keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.
5) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya.
6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta
risiko yang mungkiri dapat timbul.
8) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.
9) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10) Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal.
11) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal balik dalam
memberikan asuhan kebidanan.
C. KODE ETIK DAN HUKUM KEBIDANAN
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah, sedangkan praktek mempunyai arti
pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang
salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk
menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter
atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan
ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society
de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).
Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma
hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah
diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika
disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice.
Hal ini perlu dipahami mengingat dalam profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan
norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar.
Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut substansi,
otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethica
malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Yang jelas tidak setiap
ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical
malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).
1. Malpraktek Dibidang Hukum
Untuk malpraktek hukum (yuridical malpractice) dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum
yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative malpractice.
a. Criminal malpractice
Criminal malpractice adalah seseorang yang melakukan perbuatan yang mana perbuatan tersebut
memenuhi rumusan delik pidana yaitu seperti positive act / negative act yang merupakan
perbuatan tercela dan dilakukan dengan sikap batin yang salah yang berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).
1. Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional)
a) Pasal 322 KUHP, tentang Pelanggaran Wajib Simpan Rahasia Kebidanan, yang berbunyi:
Ayat (1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan
atau pencahariannya, baik yang sekarang, maupun yang dahuluj diancam dengan pidana penjara
paling lama sembi Ian bulan atau denda paling banyak enam ratu rupiah.
Ayat (2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut ata pengaduan orang itu.
b) Pasal 346 sampai dengan pasal 349 KUHP, tentang Abortus Provokatus. Pasal 346 KUHP
Mengatakan:
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
c) Pasal 348 KUHP menyatakan:
Ayat (1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan
Ayat (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
d) Pasal 349 KUHP menyatakan: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal
itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian
dalam mana kejahatan dilakukan.
e) Pasal 351 KUHP (tentang penganiayaan), yang berbunyi:
Ayat (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
Ayat (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama lima tahun.
Ayat (3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Ayat (4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
Ayat (5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
2. Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness)
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan medis
tanpa persetujuan pasien informed consent.
a) Pasal 347 KUHP menyatakan:
Ayat (l) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan dan mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Ayat (2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakart pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
b) Pasal 349 KUHP menyatakan: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal
itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian
dalam mana kejahatan dilakukan.
3. Criminal malpractice yang bersifat kealpaan/lalai (negligence) misalnya kurang hati-hati
melakukan proses kelahiran.
a) Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau
luka-luka berat.
Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati : Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun.
Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:
Ayat (1) Barangsiapa karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lamasatu tahun.
Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa
sehinga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian
selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda
paling tinggi tiga ratus rupiah.
Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan (misalnya: dokter,
bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan
pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih
berat pula.
Pasal 361 KUHP menyatakan: Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini di-lakukan dalam
menjalankan suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan pertiga, dan yang
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan kejahatan
dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya di-umumkan.
Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada
rumah sakit/sarana kesehatan.
b. Civil Malpractice
Seorang bidan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban
atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
Tindakan bidan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
1) Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
2) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.
3) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
4) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula
dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah
sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya
(bidan) selama bidan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.
c.
Administrative Malpractice
Bidan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala bidan tersebut
telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan,
misalnya tentang persyaratan bagi bidan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat
Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban bidan.
Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat
dipersalahkan melanggar hukum administrasi.
2. Landasan Hukum Wewenang Bidan
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan di
dalam undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan
yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur di dalam peraturan atau Keputusan Menteri
Kesehatan.
Kegiatan praktik bidan dikontrol oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya. Oleh
karena itu bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dengan cara
mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.
a. Syarat Praktik Profesional Bidan
1) Harus memiliki Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) baik bagi bidan yang praktik pada sarana
kesehatan dan/atau perorangan Bdan Praktek Swasta (BPS).
2) Bidan yang praktik perorangan harus memenuhi persyaratan yang meliputi tempat dan ruangan
praktik, tempat tidur, peralatan, obat-obatan dan kelengkapan administrasi.
3) Dalam menjalankan praktik profesionalnya harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta berdasarkan standar profesi.
4) Dalam menjalankan praktik profesionalnya harus menghormati hak pasien, memperhatikan
kewajiban bidan, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, meminta persetujuan tindakan yang
akan dilakukan dan melakukan medical record dengan baik.
5) Dalam menjalankan praktik profesionalnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan.
b. Wewenang Bidan dalam Menjalankan Praktik Profesionalnya
Dalam menangani kasus seorang bidan diberi kewenangan sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Indonesia No:900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan,yang
disebut dalam BAB V praktik bidan antara lain:
1) Pasal 14 : bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi :
(a) Pelayanan kebidanan,
(b) Pelayanan keluarga berencana, dan
(c) Pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Pasal 15 :
a) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf (pelayanan kebidanan)
ditujukan pada ibu dan anak.
b) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pra nikah, pra hamil, masa hamil, masa bersalin,
masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval).
c) Pelayanan kebidanan pada anak diberikan pada masa bayi baru lahir,masa bayi,masa anak balita
dan masa pra sekolah.
3) Pasal 16 :
a) Pelayanan kebidanan kepada meliputi :
Penyuluhan dan konseling
Pemeriksaan fisik
Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens,
hiperemesis grafidarum tingkat 1, pre eklamsi ringan dan anemia ringan.
Pertolongan persalinan normal
Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di dasar
panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir,
distosia karena inersia uteri primer, post aterm dan preterm.
Pelayanan ibu nifas normal
Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,renjatan dan infeksi ringan
Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan,perdarahan tidak
teratur dan penundaan haid.
b) Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:
- Pemeriksaan bayi baru lahir
- Perawatan tali pusat
- Perawatan bayi
- Resusitasi pada bayi baru lahir
- Pemantauan tumbuh kembang anak
Pemberian imunisasi
Pemberian penyuluhan
a)
b)
c)
d)
Standar Kompetensi Kebidanan Standar kompetensi kebidanan yang berhubungan dengan anak
dan imunisasi diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Th 1992, yaitu sbb:
Pasal 15
Ayat (1): Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyclamatkan jiwaibu hamil dan atau
janinnya, dapat ditakukan tindakan medis tertentu
Ayat (2): Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan :
berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
pada sarana kesehatan tertentu.
2) Pasal 80
1.
a.
1)
2)
3)
4)
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.
Ayat (1): Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dalam hal bidan didakwa telah melakukan ciminal malpractice, harus dibuktikan apakah
perbuatan bidan tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya, yakni: apakah perbuatan (positif
act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela dan apakah perbuatan tersebut dilakukan
dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja, ceroboh atau adanya kealpaan).
Selanjutnya apabila bidan dituduh telah melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan pasien
meninggal dunia, menderita luka, maka yang harus dibuktikan adalah adanya unsur perbuatan
tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun
kurang
praduga.
Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua
cara yakni :
Cara langsung, kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :
Duty (kewajiban). Dalam hubungan perjanjian bidan dengan pasien, bidan haruslah bertindak
berdasarkan:
Adanya indikasi medis
Bertindak secara hati-hati dan teliti
Bekerja sesuai standar profesi
Sudah ada informed consent.
Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
Jika seorang bidan melakukan pekerjaan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak
melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka bidan tersebut
dapat dipersalahkan.
Direct Causation (penyebab langsung)
Damage (kerugian)
Bidan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab
(causal) dan kerugian (damage)yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau
tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas.
Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan bidan. Sebagai adagium dalam
ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktian adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh
si penggugat (pasien).
Cara tidak langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan
mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan (doktrin res ipsa loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila bidan tidak lalai
Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab bidan
Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada contributory
negligence.
Tidak setiap upaya kesehatan selalu dapat memberikan kepuasan kepada pasien baik berupa
kecacatan atau bahkan kematian.
Malapetaka seperti ini tidak mungkin dapat dihindari sama sekali.
Yang perlu dikaji apakah malapetaka tersebut merupakan akibat kesalahan bidan atau merupakan
resiko tindakan, untuk selanjutnya siapa yang harus bertanggung gugat apabila kerugian tersebut
merupakan akibat kelalaian bidan.
Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam tanggung gugat, antara lain :
1) Contractual liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan
kontraktual yang sudah disepakati.
Di lapangan kewajiban yang harus dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan
keberhasilan, karena health care provider baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya
bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standar pelayanan.
2) Vicarius liability
Vicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang
dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya rumah
sakit akan bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan kelalaian bidan sebagai
karyawannya.
3) Liability in tort
Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad).
Perbuatan melawan hukum tidak terbatas hanya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban
hukum baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga yang
berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam
pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad 31 Januari 1919).
3. Upaya Pencegahan Malpraktek Dalam Pelayanan Kesehatan
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat bidan karena adanya mal praktek
diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:
1) Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat
verbintenis).
2) Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
3) Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis
4) Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
5) Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.
6) Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
4. Upaya Menghadapi Tuntutan Hukum
Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga bidan
menghadapi tuntutan hukum, maka bidan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau
keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian bidan.
Apabila tuduhan kepada bidan merupakan criminal malpractice, maka bidan dapat melakukan :
1) Informal defence
Dengan mengajukan bukti untuk menangkis/menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak
berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya bidan mengajukan bukti
bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau
mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana
disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.
2) Formal/legal defence
Yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum,
yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau
melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan
bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa.
Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya bidan menggunakan jasa penasehat hukum,
sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya. Pada perkara perdata dalam
tuduhan civil malpractice dimana bidan digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang
dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak
yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau
pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (bidan)
bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat.
Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya
fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya
tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara
menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang harus
membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan
bidan.
digelutinya sehingga mampu memberikan pelayanan profesi kepada masyarakat sesuai dengan
kemajuan jaman. Peningkatan ilmu dan ketrampilan ini merupakan kewajiban dan bila anggota
profesi tidak mau mengikuti perkembangan ilmu dan ketrampilan yang diperlukan untuk
menjalankan profesi dengan baik maka anggota profesi bisa diberikan sangsi.
Pengertian Etika
Berasal dari bahasa Inggris ethics adalah istilah yang muncul dari aristoteles, asal kata
ethos yaitu adat, budi pekerti. Etika pada umumnya adalah setiap manusia mempunyai hak
kewajiban untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya dan mempertanggung jawabkanya
dihadapan tuhan.
Perbedaan Etika dan Etiket
1. Etika menetapkan norma perbuatan apakah perbuatan itu dapat dilakukan atau tidak,cth masuk
tanpa izin tidak boleh. Etika berlaku tidak bergantung pd ada tidaknya org,cth larangan mencuri
walau tdk ada org. etiket berlaku jika ada org.cth org makan pakai baju tidak ada org tidak apaapa. Etika bersifat absolut tidak dapat ditawar contoh mencuri & membunuh.
2. Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan sesuai dengan yang diinginkan, masuk kerumah
org mengetuk pintu atau/dan salam. Etiket bersifat relatif cth koteka wajar dipapua, diaceh wajib
menutup aurat. Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah) cth: org-org bersifat baik
tidak munafik. Etiket memandang manusia dari segi luar(lahiriah).cth: bersifat sopan dan santun
tp munafik.
Perbedaan
Etika,Moral
dan
Agama
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat istiadat. Moral
(latin) objek etika (yunani) yang berarti adat kebiasaan. Perbedaan Etika adalah ilmu
pengetahuan dan moral adalah objek. Sedangkan Agama adalah hub antara manusia dan
suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih daripada yg dialami manusia apa yang diisyaratkan
Allah dengan perantara Nabi berupa perintah dan larangan.
Hubungan
Etika,
Moral
dan
Agama
Moral diartikan sama dengan dengan etika yang berupa nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pegangan hidup manusia untuk mengatur perilakunya. Agama mengandung nilai
moral yang menjadi ukuran moralitas/etika perilaku manusia. Makin tebal keyakinan agama dan
kesempurnaan taqwa seseorg makin baik moralnya yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
baik dan benar.
Faktor Penentu Moralitas
Perbuatan manusia dilihat dari motivasi,tujuan akhir dan lingkungan perbuatan Motivasi :
hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dgn maksud untuk mencapai sasaran yang hendak
dituju.cth: kasus Aborsi motivasix mencegah malu dan aib keluarga Tujuan akhir adalah
diwujudkan perbuatan yang dikehendaki secara bebas. Cth aborsi tujuanx mengugurkan
kandungan. Lingkungan perbuatan adalah segala sesuatu yang secara aksidential atau
mewarnai perbuatan. Cth aborsi oleh PSK.
Jenis
Jenis
etika
Etika umum
Etika umum membicarakan mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, teori-teori Etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai baik atau buruk. Etika khusus adalah
penerapan
prinsip-prinsip
moral
dasar
dalam
bidang
kehidupan
yang
khusus.
Etika khusus
Etika
1.
khusus
dapat
dibagi
menjadi
dua,
yaitu:
Etika
individual
Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri
2.
Etika
sosial
Etika sosial mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap
kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya.
Nilai etika
Pengertian Nilai
Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya. Penilaian
Etika itu di dasarkan pada beberapa faktor yaitu :
1) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat, susila atau
tidak susila.
2) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah
daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah
dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti
Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga) tingkat :
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana dalam hati,
niat.
2) Tingkat Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Leenen:
suatu
penerapan
dari
nilai
kebiasaan
(etika)
terhadap
bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan juga
mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam bidang
kesehatan.
Oleh :
1. Rossita Kurnia Rahayu G1B012015
2. Sahida Woro Palupi
G1B012021
3. Anis Suryawardani
G1B012073
4. Moh. Iqbal Agung Prabowo G1B012096
5. Elia Umami
G1B012101
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan kebutuhan mutlak setiap manusia dan bagian dari hak asasi
manusia, sehingga manusia berhak untuk hidup sehat dan mendapat akses kesehatan, serta untuk
tidak dihalangi mendapat kesehatannya. Upaya untuk mendapat sehat tidak boleh dilakukan
dengan sewenang-wenang dan mengorbankan kesehatan atau bahkan keselamatan jiwa orang
lain. Perbuatan untuk mendapatkan kesehatan tersebut perlu mendapat perhatian dari aspek etika
dan hukum. dimana etika merupakan aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat
tertentu atau komunitas dan hukum adalah aturan berperilaku masyarakat dalam suatu
masyarakat atau negara yang ditentukan atau dibuat oleh para pemegang otoritas atau
pemerintahan negara, dan tertulis. Etika dan hukum tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni
terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan damai (Notoatmodjo, 2010).
Etika profesi merupakan prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk menjalankan profesi.
Dengan adanya etika profesi ini diharapkan anggota profesi dapat bertindak dengan kapasitas
profesional. Untuk bisa bertindak sebagai seorang yang profesional selain etika juga dibutuhkan
ilmu dan ketrampilan sesuai dengan profesinya dan juga kesehatan, karena tanpa kesehatan yang
cukup seseorang tidak akan mampu menjalankan profesinya dengan baik. Etika profesi juga
terdapat di bidang kesehatan dan diterapkan kepada tenaga kesehatan. Dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan harus tunduk pada etika profesi dan juga harus tunduk
pada ketentuan hukum, peraturan, dan perundang undangan yang berlaku. Tenaga kesehatan
yang melanggar etika dan norma profesi akan mendapat sanksi etika dari organisasi profesinya
dan juga akan mendapat sanksi hukum (Notoatmodjo, 2010).
Tenaga Kesehatan di Indonesia ternyata masih banyak yang melakukan pelanggaran
pelanggaran etika profesi, seperti : malpraktek, aborsi, sikap yang kurang sopan, tidak ramah,
dan masih banyak lagi. Di makalah ini akan dibahas mengenai perilaku tenaga kerja yang tidak
ramah dan sering terlambat masuk kerja.
B. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana pengertian Etika dan norma khususnya pada tenaga kesehatan?
2. Mengapa dibutuhkan etika dan norma dalam tenaga kesehatan di Indonesia?
3. Apa saja manfaat dengan adanya penerapan etika dan norma yang baik dalam berprofesi?
4. Apa saja pelanggaran yang sering terjadi berkaitan dengan etika dan norma kesehatan?
5. Bagaimana pemecahan masalah yang diterapkan pada pelanggaran etika dan norma tenaga
kesehatan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Menjelaskan pengertian etika dan norma secara umum dan pada tenaga kesehatan
khususnya.
2. Menjelaskan mengapa etika dan norma dibutuhkan dalam tenaga kesehatan di Indonesia.
3. Menjelaskan manfaat adanya penerapan etika dan norma tenaga kesehatan yang baik dalam
berprofesi.
4. Menjelaskan pelanggaran pelanggaran etika dan norma kesehatan yang sering terjadi.
5. Mencari pemecahan masalah dalam menangani pelanggaran etika dan norma yang terjadi di
Indonesia.
D.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui pengertian etika dan norma secara umum dan pada tenaga kesehatan khususnya.
2. Mengetahui alasan dibutuhkannya etika dan norma dalam tenaga kesehatan di Indonesia.
3. Mengetahui manfaat adanya penerapan etika dan norma tenaga kesehatan yang baik dalam
berprofesi.
4. Mengetahui apa saja pelanggaran etika dan norma tenaga kesehatan yang sering dilakukan.
5. Mengetahui pemecahan masalah dalam menangani pelanggaran etika dan norma yang terjadi
di Indonesia.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etika dan Norma Tenaga Kesehatan
Istilah etika berasal dari bahasa yunani ethos yang artinya cara berpikir, kebiasaan adat,
perasaan, sikap, kerakter, watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus bahasa Indonesia, ada 3
(tiga) arti yang dapat dipakai untuk kata etika, antara lain etika sebagai sistem nilai atau sebagai
nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau kelompok untuk
bersikap dan bertindak. Etika merupakan salah satu macam norma. Etika juga bisa diartikan
sebagai kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau moral. Selain itu, etika juga
bisa doartikan sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima dalam suatu
masyarakat, menjadi bahan refleksi yang di teliti secara sistemasis dan metodis
( Notoatmodjo,2010).
Perlu dijelaskan di sini, bahwa dalam kehidupan dimasyarakat, kita sering terjadi kekeliruan
penggunaan dua kata yang hampir sama tetapi mempunyai pengertian yang berbeda, yakni kata
etika dan etiket. Etika atau moral, adalah cara yang dilakukan atau tidak dilakukan secara
umum dan yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Sedangkan etiket, sesuatu cara atau
ketentuan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh suatu anggota masyarakat tertentu, dimana
cara atau ketentuan tersebut ditentukan oleh kelompok masyarakat tertentu tersebut. Etiket atau
sopan santun hanya berlaku pada masyarakat tertentu yang menyepakati tindakan atau perilaku
tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Norma sebenarnya merupakan pokok dasar dari norma. Dari segi bahasa Norma berasal dari
bahasa inggris yakni norm. Dalam kamus oxford norm berarti usual or expected way of behaving
yaitu norma umum yang berisi bagaimana cara berprilaku (Oxford, 2008). Norma adalah patokan
prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma memungkinkan sesorang untuk menentukan
terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan
kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak prilaku seseorang. Norma juga
merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok masyarakat, yang pada
keselanjutannya disebut norma sosial, karena menjaga hubungan dalam bermasyarakat. Norma
pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena awal dari sebuah budaya itu sendiri adalah
interaksi antara manusia pada kelompok tertentu yang nantinya akan menghasilkan sesuatu yang
disebut norma (Stewart et al, 2005).
Hati nurani adalah merupakan sifat dasar manusia, kesadaran mengenal diri sendiri, yang pada
hakikatnya manusia cenderung mengiyakan perbuatan-perbuatan yang baik, yang jujur yang
adil, dan sebaiknya. Tetapi sebaliknya, manusia tidak mengiyakan atau tidak setuju, tidak
memihak terhadap hal-hal seperti tersebut sebenarnya adalah sejalan dengan etika dan moral.
Oleh sebab itu, apabila orang bertindak sesuai dengan hati nurani yang paling dalam, sudah
barang tentu tindakan tersebut adalah sesuai dengan etika atau moral. Sebaliknya, apabila
bertindak melawan hati nuraninya, dapat dipastikan bahwa tindakan tersebut tidak bermoral atau
tidak etis ( Notoatmodjo, 2010 ).
Hati nurani dibedakan menjadi dua , yaitu :
Hati nurani retrospektif. Apabila seseorang membuat keputusan-keputusan dan melaksanakan
putusan tersebut atau bertindak , biasanya orang berpikir ulang atau membuat semacam penilaian
terhadap apa yang telah dilakukan tersebut. Apabila seseorang bertindak yang tidak etis dan
bertentangan dengan hati nuraninya, maka akan menyadari bahwa tindakannya tersebut tidak
benar, dan menyesalinya. Jadi dapat dikatakan atau disimpulkan bahwa hati nurani sesorang atau
batin seseorang memberikan penilaian-penilaian terhadap perbuatannya sendiri yang telah
lampau. Setelah seseorang bertindak untuk menilai tindakan tersebut orang menggunakan hati
nuraninya, inilah yang disebut hati nurani restrospektif (Notoatmodjo, 2010).
Hati nurani prospektif. Sebelum orang membuat keputusan dan bertindak, biasanya ia juga
menilai dan mempertimbangkan terhadap apa yang akan diputuskan dan dilakukan dengan
menggunakan hati nurani atau suara batinnya. Dengan kata lain, batin akan menilai perbuatanperbuatan seseorang mendatang. Sebelum orang bertindak, batinn memberikan pertimbanganpertimbangan. Inilah yang dimaksud dengan hati nurani prospektif. Pertimbangan itu terwujud
dalam bentuk larangan untuk berbuat jelek, dan anjuran untuk berbuat baik. Oleh sebab itu, hati
nurani prospektif adalah tuntunan seseorang untuk berperilaku (Notoatmodjo, 2010).
Etika sebagai ilmu tingkah laku etis atau moral mempunyai berbagai cara pendekatan atau cara
mempelajarinya. Dengan kata lain ada berbagai pendekatan etika, antara lain:
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
akan diputuskan lebih lanjut lagi , etika normatif ini dibedakan menjadi : a. ETIKA UMUM,
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori. b. ETIKA KHUSUS, merupakan
penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa
berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan
kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral
dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan
orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan
atau tidaakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya (Notoatmodjo, 2010).
Etika (moral) dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti telah diuraikan tadi
bahwa etika atau moral adalah merupakan aturan atau rambu-rambu perilaku dalam hubungan
antara manusia yang satu dengan yang lain dalam konteks sosiobudayanya. Sedangkan agama
adalah lebih dari etika, karena disamping mengatur hubungan antar manusia, agama juga
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan Sang Pencipta alam seisinya , termasuk
manusia. Apabila manusia benar-benar memegang teguh rambu-rambu moral, sebenarnya secara
implisit juga sudah menjalin hubungan baik dengan Tuhan pencipta ala mini. Karena orang
mempunyai moral yang baik , sudah tentu akan berperilaku di dalam aturan-aturan agama yang
diperintahkan Tuhan kepada umat manusia. Oleh sebab itu, melanggar moral berarti melanggar
hubungan dengan Allah, dan juga melanggar hubungan dengan manusia lain. Melanggar hukum
Allah berarti juga melanggar hukum manusia, dan sebaliknya (Notoatmodjo, 2010).
Dalam bidang kesehatan, ada suatu etika dan norma yang berlaku pada tenaga medis. Etika
dalam pelayanan kesehatan berkembang secara dinamis mengikuti perkembangan masyarakat
dan teknologi kesehatan. Etika dan norma tenaga kesehatan masuk dalam etika profesi. Tenaga
kesehatan bekerja tetap sebagai pelaksanaan fungsi pemasyarakatan berupa karya pelayanan
yang pelaksanaannya dijalankan secara mandiri dengan komitmen dan keahlian berkeilmuan
dalam bidang tertentu yang pengembangannya dihayati sebagai panggilan hidup dan terikat pada
etika umum dan etika khusus (profesi) yang bersumber pada semangat pengabdian terhadap
kepentingan umum. Pada tenaga kesehatan, mereka mengabdikan hidup mereka dalam
melakukan tugas mereka sebagai tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat ( Sidharta,
2004 ).
Etika profesi disusun dalam sebuah kode etik profesi. Kode etik profesi adalah pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode
etik dalam sebuah profesi berhubungan erat dengan nilai sosial manusia yang dibatasi oleh
norma norma yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia itu sendiri, agar terjadi
keseimbangan kepentingan masing masing di dalam masyarakat. Norma etik tenaga kesehatan
menggariskan kelakuan orang yang mengobati terhadap orang yang diobati. Norma adalah aturan
atau kaidah yang dipakai untuk menilai sesuatu. Maka dari itu, etika dan norma sangat penting
adanya dalam suatu kehidupan bermasyarakat di Indonesia khususnya. Agar tidak terjadi suatu
penyimpangan penyimpangan yang dapat merugikan pihak pihak terkait. Etika menjadi
sebuah pengatur yang membatasi tingkah laku masyarakat yang ada (Wiradharma, 1996).
B. Manfaat Etika dan Norma Tenaga Kesehatan
Adapun manfaat dari adanya etika tenaga kesehatan yaitu :
1. Adanya sebuah pertanggungjawaban dari pihak tenaga kesehatan untuk pasien mendapatkan
kesehatan.
2. Mengurangi terjadinya pelanggaran pelanggaran yang merugikan masyarakat.
3. Dihasilkan sebuah keputusan etis dari tenaga kesehatan dalam melakukan penanganan
medis, dimana keputusan etis ini memiliki manfaat untuk mencapai suatu pendirian moral dalam
pergolakan pandangan (tentang penggunaan obat tradisional), menbantu agar tidak kehilangan
orientasi (tujuan utama menolong), tidak naif/ tidak ekstrem (merawat pasien tidak diskriminasi),
dan menemukan dasar kemantapan dalam iman dan kepercayaan ( dalam melakukan aborsi ).
(Aristya, 2012).
C. Pelanggaran Etika dan Norma Kesehatan
Etika dan norma kesehatan seringkali dilanggar oleh para tenaga kesehatan yang tidak
sungguh-sungguh dalam menjalani profesinya sebagai tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
tersebut tidak mematuhi kode etik yang telah disepakati oleh anggota perkumpulan tenaga
kesehatan. Hal ini terjadi karena banyak faktor pendorong terjadinya pelanggaran. Adapun
pelanggaran/ penyimpangan etik tenaga kesehatan yang sering terjadi, yaitu :
1. Indikasi medik tidak jelas. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan untuk mengambil tindak
lanjut penanganan penyakit pasien atau akan mengakibatkan kesalahan mengonsumsi obat dan
paling fatal akan berakibat kematian.
2. Tindakan medik yang menyimpang dari pedoman baku pelayanan medik. Hal ini juga dapat
menyebabkan kematian pasien. Contoh dari pelanggaran ini, seperti : malpraktek, aborsi.
3. Pasien tidak diberitahu mengenai tindakan yang akan dilakukan. Hal ini akan membuat
pasien syok setelah tindakan medik dilakukan, apalagi jika terjadi hal yang tidak diinginkan akan
membuat rugi pasien.
4. Persetujuan tindak medik tidak dibuat. Hal ini akan merugikan pihak terkait ketika terjadi
suatu hal yang diluar perkiraan. Bisa pasien menuntut tenaga medis, maupun sebaliknya.
5. Sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat miskin yang berobat dan ketidak ramahan tenaga
BAB III
TINJAUAN KASUS
Etika kesehatan di Indonesia sudahlah baik. Namun ada beberapa kasus yang mengenai etika
dunia kesehatan di Indonesia yang sering kali menjadi buah bibir masyarakat di Indonesia.
Seperti pelayanan tenaga kesehatan yang kuramg ramah dan terkesan jutek dimata pasien. Hal ini
terdengar sepele, namun pada kenyataannya banyak pasien yang mengeluhkan masalah ketidak
ramahan para tenaga kesehatan di rumah sakit. Sikap petugas yang tidak ramah dan terkesan
jutek membuat pasien merasa terganggu dan tidak leluasa dalam menyampaikan keluhan.
Di dalam kasus pertama,tertuliskan Dokter harus ramah terhadap pasien, hal ini sepele namun
apabila seorang dokter tidak menerapkan keramahan pada pasiennya maka apa yang akan
terjadi? Tentu pasien akan tidak leluasa dalam menyampaikan keluhannya. Begitu juga dengan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Setiap pasien mendapatkan hak dan kewajiban yang sama
untuk memperoleh pelayanan yang maksimal. Berikut ini adalah hak dan kewajiban pasien di
rumah sakit :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
4. Pasien behak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi kesehatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas keperawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dirumah sakit.
6. Pasie berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan etiknya
tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lai yang terdaftar di rumah sakit tersebut
terhadap penyakit yang dideritanya , sepengetahuan dokter yang merawat.
8. Pasien berhak menerima informasi yang meliputi :
a. Penyakit yang diderita
korban, Muhammad Hafidz Halim, menceritakan peristiwa itu berawal saat Fiqri mengalami
demam tinggi. Keluarga kemudian membawa Fiqri ke RSUD Kotabatu pada 22 Juni 2013. Saat
dibawa ke RSUD Kotabatu, dr Jon Kenedy memeriksa dan mendiagnosis usus Fiqri terbelit
karena makanan dan harus dioperasi. "Keluarga menyetujui dan dilakukan operasi pada tanggal
23 Juni 2013," katanya kepada wartawan saat ditemui di Komnas PA, Jalan TB Simatupang,
Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kamis (11/7). Setelah dioperasi, bocah tersebut mengalami kejangkejang sampai hari ketiga yang dirawat di ruang ICU. Melihat kondisi yang tak kunjung
membaik, pihak keluarga mempertanyakan gejala kejang-kejang tersebut kepada dokter yang
menangani operasi tersebut. "Dokternya malah bilang gak apa-apa, nanti juga sembuh,"kata
Hafidz. Dan akhirnya dokter justru meninggalkan pasiennya dengan pergi ke Australia.
Adapun upaya upaya pencegahan malpraktek, yaitu :
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga kesehatan karena adanya
malpraktek diharapkan para tenaga kesehatan menjalankan tugasnya selalu bertindak hati hati,
yakni :
1. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintanis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat
verbintanis).
2. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
3. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
4. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
5. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.
6. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
(Kasimin, 2011 )
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Etika atau moral, adalah cara yang dilakukan atau tidak dilakukan secara umum dan yang
berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Etika yang dimiliki oleh tenaga kesehatan yaitu
etika profesi. Etika profesi merupakan prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk menjalankan
profesi. Sedangkan, norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma
memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan
dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau
menolak prilaku seseorang.
Etika dan norma sangat penting adanya dalam suatu kehidupan bermasyarakat di Indonesia
khususnya. Agar tidak terjadi suatu penyimpangan penyimpangan yang dapat merugikan pihak
pihak terkait. Etika menjadi sebuah pengatur yang membatasi tingkah laku masyarakat yang
ada.
Manfaat adanya etika dan norma tenaga kesehatan yang baik sesuai profesi yaitu adanya
sebuah pertanggungjawaban dari pihak tenaga kesehatan untuk pasien mendapatkan kesehatan,
DAFTAR PUSTAKA
Aristya, sandra. 2012. Mengenal Etika dan Hukum (Dalam Etika Profesi Kesehatan). Yogyakarta
: KMPK-IKM FK UGM.
Kasimin. 2011. Modul Hukum Kesehatan Pokok Bahasan : Malpraktek Tenaga Perawatan.
Magelang : Balai Pelatihan Kesehatan.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Oxford Advanced Learners Dictionary. 2008. Oxford : Oxford University Press
Sidharta Arief. B. 2004. Pelaksanaan Kode Etik Profesi Hukum di Indonesia: Rekaman Proses
Workshop Kode Etik Advokat Indonesia. Jakarta : Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia.
Soeparto, Pitono., dkk. 2006. Etika dan Hukum di Bidang Kesehatan Edisi Kedua. Surabaya :
Airlangga University Press.
Stewart, Tubs dan Sylvia Moss. 2005. Human Communications, Prinsip Prinsip Dasar.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wiradharma. 1996. Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran. Yogyakarta : Bina Rupa Aksara.
LAMPIRAN BERITA
BERITA 1 SIKAP TENAGA KESEHATAN
Yankes Ramah Percepat Kesembuhan Pasien
Senin, 23 September 2013 - 14:40:17 WIB
PARIT MALINTANG, SO -- Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Padang Pariaman H Jon
Priadi SE MM meminta kepada seluruh tenaga medis di daerah itu untuk memberikan pelayanan
kesehatan (yankes) yang ramah, sepenuh hati dan berkualitas. Sebab, dengan pelayanan yang
baik akan mempercepat penyembuhan pasien.
Penegasan itu dikemukakan Jon Priadi dalam pengarahan sewaktu membuka secara resmi
Pertemuan Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Hak Anak di Kantor Bupati di Paritmalintang.
Gerakan dengan misi percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium atau Millennium
Development Goals (MDGs) itu diikuti sekitar 50 peserta.
Ia mengungkapkan, Padang Pariaman masih merupakan bagian dari 183 daerah tertinggal di
Indonesia. Kita berharap, awal tahun 2014 kabupaten ini sudah bisa keluar dari status daerah
tertinggal. Untuk itu diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh seluruh aparatur, termasuk
tenaga kesehatan, kata Jon.
Untuk itu, ia meminta seluruh jajaran Dinas Kesehatan Padang Pariaman hingga ke puskesmas
dan bidan desa memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana berperilaku
hidup bersih dan sehat. Dalam hal ini ia mengingatkan agar mengaktifkan kegiatan pos
pelayanan terpadu (posyandu) di setiap korong atau nagari secara berkala dan berkelanjutan.
Pemkab Padang Pariaman terus berupaya melengkapi dan memperbaiki fasilitas layanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. Di antaranya dengan melakukan peremajaan mobil
ambulan puskesmas, papar Sekdakab Jon Priadi. Pertemuan itu dipimpin Sekretaris Dinas
Kesehatan Muhammad Hanif SKM mewakili kepala dinas Dokter Zunirman yang sedang
mengikuti Diklatpin II. Sumber : http://www.sumbaronline.com/berita-16825-yankes-ramahpercepat-kesembuhan-pasien.html
Dokter Harus Ramah terhadap Pasien
Rabu, 26 Juni 2013, 14:21 WIB
medicalcareers.nhs.uk
Konsultasi dokter/ilustrasi
A+ | Reset | AREPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sikap ramah dokter terhadap pasien merupakan kunci
kenyamanan dan kepuasan pasien. Bahkan bisa menjadi obat yang paling mujarab untuk
mengobati penyakit.
Demikian dikatakan Dekan Fakultas Kedokteran UII, Isnatin Miladiyah pada Sumpah Dokter 21
FK UII di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (26/6). Ada 12 dokter baru yang
diambil sumpahnya, kemarin, dan hingga kini FK UII telah menghasilkan sebanyak 623 dokter.
Layanan kesehatan, lanjut Isnatin, bukan lagi hanya pemeriksaan kesehatan dan pengobatan saja.
Namun sudah harus menyesuaikan dengan layanan industri jasa. "Saat ini, pasien menuntut
layanan prima yang bisa memberikan kepuasan dan kenyamanan," kata Isnatin.
Karena itu, kata Isnatin, dokter dituntut mengutamakan profesionalitas dalam bekerja. Untuk bisa
profesional, bisa dimulai dengan sesuatu yang sederhana, misalnya, bersikap ramah, santun, serta
datang ke tempat tugas tetapnya dengan tenaga sisa atau kelelahan setelah bekerja di tempat
lain & memberikan pelayanan seadanya yang disebut judes oleh para pasien.
Institusi milik pemerintah dikenal biayanya relatif lebih rendah dibandingkan institusi milik
swasta karena tarifnya diatur oleh peraturan daerah (perda) yang relatif pro-rakyat. Sedangkan
masyarakat miskin dilayani secara gratis melalui program Jamkesmas. Karena murah atau gratis,
banyak tenaga kesehatan yang menggampangkannya & menganggap wajar jika judes atau datang
terlambat. Slogan ada uang ada barang mungkin dianut oleh para tenaga kesehatan tersebut
sehingga jika masyarakat ingin pelayanan yang baik maka harus membayar mahal.
Dengan berbagai faktor tersebut, tetapl tidak ada alasan bagi para tenaga kesehatan untuk
menurunkan kualitas pelayanan seperti berlaku judes atau sering datang terlambat. Pelayanan
kesehatan memang telah menjadi bisnis jasa, tetapi profesi tenaga kesehatan yang seharusnya
luhur & mulia bukanlah bisnis. Harga bukanlah penentu profesionalitas atau kualitas pelayanan
tenaga kesehatan. Menurut penelitian, hubungan antara kualitas pelayanan kesehatan dengan
mahalnya biaya adalah lemah.
Agar ini tidak terus terjadi, perlu banyak perbaikan mendasar. Mulai dari mentalitas para tenaga
kesehatan yang seharusnya memiliki mental melayani & menolong sesuai panggilan profesi.
Pemerintah seharusnya mengalokasikan dana untuk memperbaiki kualitas pelayanan & melatih
para tenaga kesehatan untuk dapat berkomunikasi dengan baik/efektif yang selama ini belum
diberikan, bukan sekadar menambah ilmu pengetahuan & keterampilan dari para tenaga
kesehatan saja.
Selain itu perlu dilakukan usaha peningkatan kesejahteraan para tenaga kesehatan yang
berdampak langsung pada kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat, bukan hanya banyak
menganggarkan pembangunan gedung atau pembelian peralatan canggih yang lebih terkesan
kosmetik & tidak berkaitan langsung dengan kualitas pelayanan.
Masyarakat menanti pelayanan kesehatan yang berkualitas & membanggakan dari para tenaga
kesehatan Indonesia. Jangan sampai mereka yang sakit akan semakin menderita akibat terlambat
ditangani atau diperlakukan kurang ramah. Bagi para tenaga kesehatan, ingatlah tanpa pasien
yang menjadi guru maka semua tenaga kesehatan tidak akan dapat belajar untuk memperoleh
ilmu & keterampilan. Murid yang baik akan memperlakukan para guru-nya dengan hormat.
(c)Hukum-Kesehatan.web.id
Sumber : http://yahrapha.wordpress.com/2010/01/15/tenaga-kesehatan-judes-sering-telat-itubiasa/
KASUS MALPRAKTEK
Diduga malpraktik, bocah 4 tahun alami benjolan di perut
Reporter : Laurel Benny Saron Silalahi
Kamis, 11 Juli 2013 15:59:10
Kategori Peristiwa
Berita tag terkait Selidiki dugaan malpraktik, Polres Bekasi bentuk timsus Dugaan malpraktik,
"Nah maka itu kami minta bantuan Komnas PA untuk membantu masalah kami, dan menuntut
rumah sakit itu," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komnas PA Aris Merdeka Sirait mengatakan jika melihat dari runutan
kronologi, pihaknya menduga rumah sakit tersebut melakukan pelanggaran kode etik kedokteran.
"Itu rumah sakit dibiayai dengan APBD tetapi bisa teledor seperti itu, kalau kita lihat dokter
tersebut dapat dipidanakan karena telah terjadi malpraktik, karena menurut orang tuanya anak
tersebut sampai tidak bisa operasi," tandasnya.
[ren]
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/diduga-malpraktik-bocah-4-tahun-alami-benjolandi-perut.html
Diposkan oleh Sahida Woro Palupi di 10.13
Hukum kedokteran
Hukumkeperawatan
Hukumfarmasi klinik
secara etis, teori-teori Etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan
bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai baik atau buruk. Etika
khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu Etika individual dan Etika
social. Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri
sendir. Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota masyarakat.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap
kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya.
Prinsip-prinsip Etika.
Berkembang dari sumpah Hipocrates ( 460 M 377 M) bunyinya : Saya
bersumpah demi Apollo dewa penyembuh Aescpalius dan Hygea, dan Panacea dan
semua dewa-dewa sebagai saksi bahwa sesuai dengan kemampuan dan pikiran
saya akan mematuhi janji-janji sebagai berikut ( ada 10 janji ):
1) Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan penuh
kasih saying sebagaimana orang tua saya sendiri, jika perlu saya akan bagikan
harta saya untuk dinikmati bersama.
2) Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya dan
saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya kalau mereka
mau mempelajarinya tanpa imbalan.
3) Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anaknya saya sendiri
dan kepada anak-anak guru saya dan kepada mereka yang telah mengikatkan diri
dengan dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan, dan tidak kepada
hal-hal yang lainnya.
4) Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan
kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita dan tidak akan
merugikan siapapun.
5) Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun
diminta atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama,
saya tidak akan memebrikan obat untuk menggugurkan kandungan.
6) Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan
tetap suci dan bersih.
7) Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang walaupun iia
menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkan kepada mereka yang
berpengalaman dalam pekerjaan ini.
Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk
kesembuhan yang sakit dan tanpa niat buruk atau mencelakakan dan lebih jauh lagi
tanpa niat berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria baik mereka maupun hamba
sahaya.
9) Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak
patut disebar luaskan tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya.
10) Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup
dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati olehs emua orang di sepanjang
waktu. Tetapi jika sampai saya menghianati sumpah ini balikkanlah nasib saya. Dari
sumpah tadi ada 7 prinsip yaitu : tidak merugikan, membawa kebaikan, menjaga
kerahasiaan, otonomi pasien, berkata benar, berlaku adil, dan menghormati privasi.
PROFESI
Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri, yaitu :
1) Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya
bersifat konfidental).
2) Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum
melakukan pelayanan.
3) Anggotanya yang relatif homogen.
4) Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5) Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
Talcott Parsons mengemukakan ciri-ciri khusus profesi adalah sebagai berikut :
1) Disinterestedness,
2) Rasionalitas, profesi merupakan suatu system okupasi yang perwujudannya
dilaksanakan dengan menerapkan ilmu tertentu.
3) Spesifitas fungsional.
4) Universalisme, dalam pengertian obyketif, maksudnya adalah bahwa landasan
pertimbangan professional dalam pengambilan keputusan didasarkan pada apa
yang menjadi masalahnya dan tidak pada siapanya atau keuntungan pribadi
apa yang diperolehnya
Dengan demikian sebagi profesi mensyaratkan ada etika profesi. Keiser dalam
Etika Profesi (Arief B Sidharta: 1990), mengatakan bahwa Etika Profesi sebagi
sikap hidup merupakan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
professional dari pasien atau klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagi keseluruhan terhadap para
anggota masyarakat yang membutuhkannya disertai dengan refleksi yang
seksama. Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :
1) Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal lengkap dengan cara pengujian
yang terinstitusionalisasikan, baik mengenai adekuasi pendidikannya mmmaupun
mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya.
2) Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta
keterampilan dalam penggunaan tradisi.
3) Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional untuk
menjamin bahwa kompetensi yang dimiliki itu akan digunakan secara bertanggung
jawab, wujudnya adalah organisasi profesi dengan prosedur penegakannya, serta
cara rekrutasi pengemban profesi.
Berdasarkan ciri-ciri dan pengertian tersebut, terdapat kaidah-kaidah pokok etika
profesi sebagai berikut :
1) Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan, sehingga sifat
tanpa pamrih menjadi cirri khas dalam mengemban profesi. Artinya, pertimbangan
yang menentukan dalam pengambilan keputusan adalah kepentingan pasien atau
klien serta kepentingan umum, dan bukan kepentingan pengemban profesi sendiri.
2) Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien
mengacu pada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang
memotivasi sikap dan tindakan.
3) Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai
keseluruhan.
4) Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat
menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi harus bersemangatkan
solidaritas anatar sesama rekan seprofesi.
Dalam menjalankan profesinya, hanya pengemban profesi yang bersangkutan
sendiri yang dapat atau paling mengetahui tentang apakah perilakunya dalam
mengemban profesi sudah memnuhi tuntutan etika profesinya atau tidak.
Kepatuhan pada etika profesi alkan sangat bergantung pada akhlak pengemban
profesi yang bersangkutan. Dalam lingkungan pengemban profesi dimunculkan
sperangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi, yang disebut
Kode Etik Profesi atau disingkat Kode Etik. Setiap profesi mengenal
pendidikan/pelatihan yang khusus, dan harus mengabdi kepada masyarakat, dan
memilki suatu kode moral suatu kode etik tersendiri. Kode etik adalah pedoman
perilaku yang berisikan garis-garis besar. Kode etik harus memiliki sifat-sifat antara
lain (1) Harus rasional, tetapi tidak kering dari emosi (2) harus konsisten, tetapi
tidak kaku, dan (3) harus bersifat universal.
Kode etik profesi terdiiri atas aturan kesopanan dan aturan kelakuan dan sikap
antara para anggota profesi. Anggota pprofesi yang melanggar kode etik ditertibkan
atau dihukum atau dikeluarkan dari profesi itu oleh para anggota profesi itu,
biasanya oleh suatu dewan atau majlis yang dipilih atau ditunjuk khusus untuk itu
oleh dan dari anggota profesi tersebut.
PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT (PKM).
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok
yaitu :
1. Profesi PKM (Health Education Specialis) adalah seseorang yang
menyelenggarakan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat melalui
penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan
pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan,
serta merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat
yang mendukung kesehatan.
2. PKM Fungsional adalah PNS/Pesiunan atau seseorang yang ahli dalam bidangnya
yang melakukan tugas sesuai dengan Profesi PKM (Health Education Specialis).
Prinsip dasar Profesi PKM.
PKM ( HES ) sebagai tenaga profesional perlu menguasai ilmu pengetahuan, seni
dan teknologi serta berbagai metodologi yang diperlukan untuk mencapai
masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat secara lebih efektif dan
efisien.
Seseorang disebut profesional bila :
1. Memiliki kompetensi yang menunjang untuk latihan dan kewenangan yang
dimiliki.
2. Berpendidikan dan lulus dari suatu pendidikan , pelatihan tertentu yang diakui
secara resmi termasuk organisasi profesi.
3. Mempunyai Etika yaitu nilai yang patut dan layak serta mutlak mendukung
keberadaannya/eksistensinya.
4. Memperoleh imbalan jasa yang layak untuk kegiatan profesional yang dilakukan.
5. Bersedia dituntut jika melakukan malpraktek diluar kewenangannya yang
merugikan klien.
Syarat minimal bagi seorang PKM (HES).
1. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
teknologi termasuk metode pendidikan, pelatihan serta penelitian.
2. Menguasai satu atau bebrapa materi substansi yang berkaitan dengan ilmu
pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, promosi kesehatan.
3. Memiliki kemampuan dan keahlian dalam mempergunakan berbagai metode
pendidikan kesehatan dan perilaku, penyuluh kesehatan, KIE, Pemasaran social
mobilisasi social, yang terkait dengan promosi kesehatan.
4. Pernah mengikuti dan lulus Diklat profesional : PKM Dasar Ahli/Terampil, Magang
dibidang Promkes, TOT, MOT dibidang Promkes.
5. Berupaya mengembangkan diri sebagai PKM (HES) dengan : Menjadi agen sosio
cultural, Berusaha mengikuti perkembangan Ilmu dan Seni /Iptek Promkes local,
regional/global, Saling hormat sesame PKM (HES) dengan saling asih-asah-asuh.
Bersikap jujur dan integritas diri yang kuat-ramah- terbuka terhadap kritikresponsive terhadap perubahan- kendalikan diri/emosi.
Kode Etik Profesi PKM.
Kode etik yang wajib ditaati adalah sebagai berikut :
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan, pelatihan
dan pengalaman, serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang profesional.
2. Mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan, dan
penelitian berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung
jawab.
4. Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama,
usia, jenis kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayananpekerjaan, pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
5. Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
6. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri
setiap individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai
secara konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip informed consent sebagi penghargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara
pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai
dengan pertimbangan mal praktek yang dilakukan.
dirinya.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
Apa itu etika kesehatan ?
Bagaimana HAM dalam kesehatan ?
Bagaimana aliran dan prinsip-prinsip etika kesehatan ?
Bagaimana kode etik profesinya?
Bagaimana kode etik dalam kesehatan ?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Tujuan
Tujuan umum
a. Memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Hukum perundang-undangan kesehatan semester 2
STIKES MERANGIN
Tujuan khusus
a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Nilai Sosial budaya bangsa indonesia
b. Mengetahui penerapannya dengan kesehatan
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini bagi penulis maupun pembaca ialah untuk menambah
wawasan atau pengetahuan tentang Etika profesi kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA KESEHATAN
1. Etika dan Etiket
a. Pengertian etika
Berasal dari bahasa Inggris yaitu ethics adalah istilah yang muncul dari aristoteles. Asal kata
ethos yaitu adat, budi pekerti. Etika pada umumnya adalah setiap manusia mempunyai hak
kewajiban untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya dan mempertanggung jawabkanya
dihadapan tuhan.
b. Pengertian etiket
Etiket yaitu cara melakukan perbuatan sesuai dengan etika yang berlaku.
c. Perbedaan etika dengan etiket
1. Etika menetapkan norma perbuatan apakah perbuatan itu dapat dilakukan atau tidak,contoh:
masuk tanpa izin tidak boleh.
Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan sesuai dengan yang diinginkan, masuk kerumah
orang mengetuk pintu dan salam.
2. Etika berlaku tidak bergantung pada ada tidaknya orang. Contoh larangan mencuri walau tidak
ada orang.
Etiket berlaku jika ada orang.contoh orang makan pakai baju tidak ada orang, tidak apa-apa.
3. Etika bersifat absolut tidak dapat ditawar. contoh mencuri dan membunuh.
Etiket bersifat relatif. contoh koteka wajar dipapua, diaceh wajib menutup aurat
4. Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah). contoh: orang-orang bersifat baik tidak
munafik.
Etiket memandang manusia dari segi luar (lahiriah).contoh: bersifat sopan dan santun tapi
munafik.
2.
a.
1.
2.
3.
a)
manusia
b) apa yang diisyaratkan Allah dengan perantara Nabi berupa perintah dan larangan
b. Hubungan etika, moral dan agama
Moral diartikan sama dengan dengan etika yang berupa nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan hidup manusia untuk mengatur perilakunya. Agama mengandung nilai moral
yang menjadi ukuran moralitas atau etika perilaku manusia. Makin tebal keyakinan agama dan
kesempurnaan taqwa seseorg makin baik moralnya yang diwujudkan dalam bentuk perilaku baik
dan benar.
c.
1)
2)
sasaran yang hendak dituju. contoh: kasus Aborsi motivasinya mencegah malu dan aib keluarga
3) Tujuan akhir adalah diwujudkan perbuatan yang dikehendaki secara bebas. Contoh aborsi
4)
3. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
dicabut
HAM tidak dapat diserahkan pada pihak lain
tidak dapat dibagi, semua orang mendapatkan semua hak, baik politik,ekonomi, sosial budaya.
Hak yang paling dasar meliputi
Hak Hidup
Hak Kemerdekaan atau kebebasan
Hak memiliki sesuatu
2)
3)
4)
5)
6)
7)
sosial.
b.
Aliran utilitarinisme : wajib berbuat baik demi kepentingan umum dan masyarakat. Contoh :
merokok
ii.
Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan.
Contoh: Mantri dapat memberi suntikan tanpa ada dokter tapi Hukum kesehatan tidak
membenarkan ini.
b. ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan.
Contoh: kerahasian dokter (etika kedokteraan) jika terkait dengan masalah hukum maka
dikesampingkan.
c.
Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan diri, tapi
dalam menulis artikel kesehatan tidak masalah.
a.
iii.
Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan, sedangkan hukum kesehatan
pengembangan kesehatan):
Persetujuan tertulis orang tua/ahli waris dapat dilakukan pada manusia yg diteliti:
Tidak mampu melakukan tindakan hukum
Karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan dapat menyatakan
a.
1.
2.
3.
4.
b.
1.
2.
c.
pengembangan kesehatan.
ii.
Hak dan kewajiban responden
Hak-hak Responden
Penghargaan kebebasan pribadi-nya
Merahasiakan informasi yang diberikan
Memperoleh jaminan keamanan dan keselamatan akibat dari informasi yang diberikan
Memperoleh imbalan dan kompensasi
Kewajiban responden
Memberikan informasi yang diperlukan peneliti
Hak dan kewajiban peneliti
Hak responden
1.
2.
a.
b.
c.
konfidental.
Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum melakukan pelayanan.
Anggotanya yang relatif homogen.
Menerapkan standar pelayanan tertentu.
Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
penggunaan tradisi.
c. Komplek pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional
3. kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai berikut :
2) Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;
3) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya ;
4) Menerima imbalan jasa
4. Kewajiban-kewajiban dokter
AEGROTI SALUS LOX SUPREME keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi
( utama ) . Menurut Leenen :
1) Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus bertindak sesuai dengan
standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya
2) Kewajiban untuk menghormati hak hak pasien yang bersumber dari hak - hak asasi dalam
bidang kesehatan
3) Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan
UU Pradoks pasal 52
Mendapat penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
Meminta pendapat dari orang lain
Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
Mendapat isi rekam medis
7. Kewajiban pasien
UU No.29 Th 2004 (PRADOKS)
Pasal 53
a. Memberi informasi yang lengkap dan jujur ttg masalah kesehatannya
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/dokter gigi
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
d. Memberi imbalan jasa atas pelayanan yg diterima.
8. Kode Etik Kesehatan &Keselamatan Kerja
a. Kode Etik Sanitarian(Ahli Kes. Lingkungan)
berkesinambungan.
c) Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung jawab.
d) Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia, jenis
kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-pekerjaan, pelatihan atau
dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
e) Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
f) Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap individu, dan
menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara konsisten
g) Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
h) Mematuhi prinsip informed consent sebagi penghargaan terhadap klien.
i) Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara pertumbuhan
dan perkembangan individu.
j) Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai dengan pertimbangan
mal praktek yang dilakukan.
E.
1.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.