Trauma Sistem Muskuloskeletal
Trauma Sistem Muskuloskeletal
Trauma Sistem Muskuloskeletal
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
Oleh
BAB
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
DENGAN KEGAWATANNYA
Survei Primer
1. Manajemen
2. Jalan Nafas (Air way)
3. Pemafasan (Breathing)
4. Sirkulasi (Circulation)
5. Resusitasi
6. Pemeriksaan Nerologi( Neurologic Disability)
Survei Sekunder
1. Komplikasi
2. Beberapa
Kondisi
Lain
Yang
Memeriukan
(Emergency ):
a. Trauma Crush
b. Sindrom Kompartemen
c. Fraktur Terbuka
d. Trauma Tulang Belakang
e. Fraktur Pelvis
f.
g. Dislokasi
h. Efusi
i.
j.
Fraktur Tersembunyi
k. Luka Gigitan
3. Pencegahan
4. Terminologo / Sinerai
5. Soal-Soal
Penanganah
Segera
Mata Kuliah
: Trauma Muskuloskeletal
Pertemuan ke
: Satu
Waktu Pertemuan
: Satu jam
A. Tujuan Instruksional
1. Umum
2. Khusus
: Memahami
deskripsi /
terminotogi,
penyebab,
B. Pokok Bahasan
Kegiatan Pengajaran
Kegiatan Mahasiswa
Memperhatikan dan
Media/alat
Multimedia
memahami
Menjelaskan dan
Membicarakan /
menjawab diskusi
mendiskusikan dan
beberapa batasan
menanggapi
Multimedia
trauma musculoskeletal
dan penyebabnya
Penyajian 2
Menjelaskan dan
Membicarakan /
menjawab diskusi
mendiskusikan dan
masalah kegawatan
menanggapi
Multimedia
pada trauma
musculoskeletal seperti:
sindr. Kompartemen,
trauma crush, trauma
tulang belakang, fraktur
terbuka, fraktur pelvis,
fraktur tulang panjang,
dislokasi sendi, efusi dan
trombus vena profunda
serta lika gigitan
Penyajian 3
Menjelaskan dan
menjawab cara membuat
Mendiskusikan dan
Multimedia
menanggapi
diagnosis kegawatan
trauma musculoskeletal
seperti di atas
Penyajian 4
Menjelaskan dan
menjawab maslah
tindakan life saving dan
limb pada trauma
Mendiskusikan dan
menanggapi
Multimedia
muskuloskeletal seperti
resusitasi, debridement
dan irigasi, fasiotom
pemberian antitrombin,
biknat evakuasi cairan
sendi, pemasangan
pembidaian sementara,
dan reposisi dislokasi
Penyajian 5
Menjelaskan pencegahan
trauma muskuloskeletal
Penutup
Dengan penjelasan di
Mendiskusikan dan
menanggapi
Membuat rangkuman
memahami beberapa
pertama
terminology, melakukan
file saving dan life limb
dengan diagnosis,
kegawatan yang akan
terjadi serta komplikasi
dan melakukan tindakan /
pencegahannya
Multimedia
Objektif :
Mahasiswa harus dapat :
1. Memahami epidemiologi muskulosketal
Trauma yang tidak diperkirakan, atau bunuh diri maupun akibat
pembunuhan merupakan penyebab kematian yang terbanyak antara umur 1
sampai 44 tahun dan merupakan urutan ketiga dari angka kematian di Amerika
bahkan urutan nomor satu di Asia. Menurut penelitian pada tahun 1995
diperkirakan 150.000 kematian sebagai akibat dari trauma dengan 2,6 juta
penderita harus dirawat di rumah sakit dari 37 juta orang yang datang berobat ke
Bagian Gawat Darurat akibat trauma dan didominasi oleh kecelakaan naik
sepeda motor sebagai penyebab kematian serta merupakan urutan kedua
kecelakaan nonfatal. Faktor utama adalah kecepatan kendaraan, pengendara
peminum alkohol atau karena intoksikasi obat.
Kecelakaan jatuh dari ketinggian akibat memperbaiki atap rumah
merupakan faktor utama kecelakaan nonfatal yang memerlukan perawatan di
Rumah Sakit di Amerika, tapi di Asia merupakan penyebab kematian pada
trauma karena jatuh dari pohon. Pada umur kurang dari 5 tahun yang datang ke
bagian gawat darurat akibat kecelakaan jatuh dari ketinggian; 95% tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit, lain halnya pada anak diatas 5 tahun
umumnya akibat kecelakaan bermain, umur dewasa akibat jatuh dari pekerjaan,
tapi umur tua ( di atas 65 tahun ) kecelakaan jatuh merupakan penyebab utama
kematian. Kecelakan nonfatal pada orang ini umumya terjadi fraktur pada sendi
panggul dan radius distal. Fraktur sendi panggul akan menurunkan kualitas hidup
penderita tersebut. Anda harus memikirkan faktor penderita seperti kelemahan
otot, penglihatan kabur ( gangguan visus ), status mental dan lingkungan seperti
penerangan kurang, lantai yang licin akan meningkatkan angka kejadian fraktur
tersebut.
Perlu Anda diketahui bahwa trauma pada sistem muskuloskeletal dapat
terjadi pada tulang seperti fraktur, pada sendi sehingga menimbulkan subluksasidislokasi, fraktur-dislokasi, fraktur intra-artikular dan instabilitas sendi, pada
jaringan lunak otot, tendo, ligamen, meniskus dan pada neuro-vaskular seperti
teriihat pada Gb 1.
disebut sok kardiogenik seperti cardiac tamponade atau trauma tulang belakang
yang menyebabkan hilangnya tonus vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi
perifer dan disebut sok neurogenik. Perbedaan antara sok hemorrhagic dengan
sok kardiogenik dan sok neurogenik yartu adanya hipotensi tanpa takhikardi.
Mengatasi keadaan ini Anda harus melakukan pemberian cairan kristaloid
atau darah dan dalam keadaan terpaksa dapat menggunakan darah O dengan
Rh negatif. Pemberian vasopressor agent akan membantu, kecuali bila akibat
perdarahan.
Resusitasi
Ketiga tindakan diatas, jalan napas, pernafasan dan sirkulasi disebut
resusitasi yang dikerjakan pada survei awal sehingga objektifnya adalah
mempertahan dan menjamin akan kebutuhan oksigen penderita. Setelah jalan
napas terjamin dan ventilasi 100% telah dimulai maka dilakukan resusitasi cairan
dengan memasang infus jarum nomer 16 atau lebih besar lagi secara
intravenous. Bila terjadi kesukaran pada anak-anak dapat menggunakan kanalis
medularis tibia atau femur.
Penderita hipotensi dan takhikardi diberikan cairan laktat 2 liter ( 20 ml/kg
berat badan untuk anak-anak ) secepat mungkin. Bila vital sign terkoreksi baik
maka cairan perinfus dipertahankan, tapi bila tidak terkoreksi maka ditambah lagi
2 liter dan tranfusi darah harus segera dipikirkan.
score
score Variable
score
Spontaneous
Obeys
Oriented
To speech
Local
Conf. convers.
To pain
Withdraws
Inappr.Words
Nil
Abnor. Flexion
Incompr.Sound
Extens. response
Nil
Nil
sehingga
sok
penderita
diperkirakan
akibat
perdarahan
pelvis.
8. Memahami kerja tim traumatologi (ortopaedi, bedah saraf, bedah torak, bedah
rologi, bedah digestif, dll)
Komplikasi
Anda harus mencari komplikasi trauma yang harus dikerjakan segera
(emergency) seperti sindrom kompartemen pada trauma di tungkai bawah.
Apabila tidak segera maka jaringan akan nekrosis dan diganti dengan jaringan
fibrosis. Sindrom kompartemen umumnya akibat fraktur terbuka atau tertutup,
tapi dapat juga akibat kerusakan jaringan lunak yang hancur ( soft tissue crush
injury ) atau trauma vaskular. Sindrom ini dapat juga terjadi setelah melakukan
repair vaskular. Pemeriksaan kualitas nadi tidak menjamin kepastian diagnosis
sindrom kompartemen. Setiap rasa nyeri yang bertambah pada gerakan pasif
otot-otot di kompartemen itu merupakan gejala awal dan sindrom kompartemen
(Gb. 2).
tambahan
seperti
pemeriksaan
X-ray,
laboratorium
dan
sebagainya.
Sebagai contoh seorang datang dengan keluhan rasa nyeri di bahu kanan
karena kecelakaan sepeda motor. Pada pemeriksaan ditemukan fraktur klavikula
dan fraktur ini jelas tidak memerlukan penanganan secepatnya. Bila nyeri
tersebut karena kontusi miokardiai akibat trauma maka penanganan harus
segera dilakukan bila terjadi cardiac tamponade. Contoh lain seorang datang
dengan nyeri di tumit kanan akibat jatuh dan pohon, maka Anda memeriksa juga
kaki kiri, femur, sendi panggul dan tulang belakang. Bila terdapat kelainan pada
femur atau dislokasi sendi panggul atau trauma pada tulang belakang maka ada
tindakan secepatnya terhadap kelainan tersebut. Pada topik ini akan dibicarakan
beberapa kondisi yang memerlukan tindakan secepatnay sebagai berikut:
10. Mengetahui komplikasi trauma crush terhadap fungsi ginjai, jantung dan saraf
Trauma Crush
Trauma crush adalah trauma kompresi pada ekstremitas dalam waktu
lama sehingga dapat mengakibatkan jaringan lunak yang terkena mengalami
iskhemi dan hilangnya integritas sel sehingga potasium dan mioglobin yang ada
di datam sel itu keluar. Sodium, chloride, kalsium, dan air masuk ke dalam sel itu.
Masuknya kalsium ke dalam sel akan mengakibatkan kerusakan seluler yang
bersifat irreversibel. Pergeseran cairan akan menimbulkan sok hipovolemik.
Kerusakan vaskular akan menimbulkan edema / swelling dan gangguan
keluamya ion-ion dan cairan.
Pengeluaran komponen-komponen di otot tersebut akan mengakibatkan
hiperkalemia, mioglobinemia, hipokalsemia, hiperuresemia, hiperfostamia dan
asidosis metabolik. Periu Anda ketahui bahwa fungsi ginjai itu dipengaruhi oleh
potasium, fosfat dan mioglobin dalam jumlah kecil, bila dalam konsentrasi tinggi,
mioglobin
Trauma crush dapat juga mengganggu fungsi saraf seperti paralisis tipe flaksid
(flaccid paralysis ) dan hilangnya sensasi seperti trauma pada tulang belakang.
Perbedaannya pada pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus otot sphincter an
dan fungsi kandung kemih dalam batas normal demikian juga adanya defisit
asimetri. Pengerasan daerah lesi dan edema yang disertai rasa nyeri hebat perlu
dipikirkan sindrom kompartemen. Terabanya pulsus di daerah perifer bukan
jaminan untuk mengatakan sindrom kompartemen tidak terjadi ( lihat pada
fraktur).
Pemeriksaan
potasium
laboratorium
dan
mioglobinuria
dan
terdapat
mioglobin.
dapat
Urin
dibuktikan
peningkatan
berwama
dengan
creatine
kinase,
kemerahan
akibat
pemeriksaan
mikroskopik
diperiukan
karena
trauma
crush
akan
menimbulkan
masalah
hiperkalemia,
hipofostamia,
hiperuresemia
dan
asidosis.
13. Memahami dan melakukan tindakan pembilahan gip atau fasiotomi pada
sindrom kompartemen
Sindrom Kompartemen
Pada tungkai bawah atau lengan bawah terdapat kompartemen yang
terisi oleh otot-otot dan neurovaskular. Bila terjadi peningkatan tekanan
intrakompartemen atau rongga kompartemen itu menyempit (pemasangan gip
atau pembidaian) akan menimbulkan peningkatan tekanan disitu dan terjadi
iskhemi. Bila tidak dilakukan dekompresi serabut otot akan diganti oleh jaringan
fibrosis (Volkmann contracture). Oleh karena itu Anda harus segera melakukan
fasiotomi ( lihat pada topik di atas atau pada fraktur).
Fraktur Terbuka
Diagnosis fraktur terbuka secara Minis jarang sekali membuat kesalahan,
apalagi bila Anda melihat fragmen melalui luka. Fraktur ini umumnya akibat
trauma dengan energi besar sehingga 30 % disertai trauma daerah lain oleh
sebab itu prosedur life saving seperti pada topik sebelumnya periu dilakukan
secepatnya. Karena adanya luka maka fraktur terbuka punya potensi terjadi
infeksi, maka tindakan debridemen dan irigasi segera dilakukan. Tindakan ini
sangat membantu kerja sel fagosit ( macrophage ) dalam mencegah terjadi
kejadian infeksi. Bersamaan tindakan itu juga diberikan antibiotika spektrum luas
dan anti tetanus. Untuk uraian yang lengkap dapat dibaca pada topik fraktur.
14. Melakukan debridemen, irigasi dan antibiotik pada fraktur terbuka serta
pemasangan imobilisasi sebagai pertolongan awal
15. Mengetahui level lesi di tulang belakang
16. Melakukan pertolongan sementara pada lesi di servikal
Trauma Tulang Belakang
Trauma pada tulang belakang dapat mengakibatkan fraktur tanpa
gangguan neurologis. Bila energi lebih hebat lagi dapat merusak medulla spinalis
sehingga menimbulkan gejala kelumpuhan seperti tetraplegik atau paraplegik
Anda harus memeriksa sensibel kulit karena dengan mengetahui mapping
gangguan neurologis itu Anda dapat mengetahui level lesi tulang belakang.
Pemeriksaan colok dubur secara berkala akan membantu dalam menentukan
prognosis lesi tersebut. Fraktur daerah servikal dapat mengakibatkan tetraplegik
bahkan kematian penderita. Kejadian yang paling sering adalah lesi daerah
servikal dan torako-lumbal, adapun torak paling jarang karena adanya tulang iga
/ kosta yang membantu stabilitas tulang belakang tersebut.
Tindakan life saving diperlukan terutama lesi daerah servikal dengan
collar brace sebagai tindakan awal. Untuk pemeriksaan X-ray servikal diperlukan
proyeksi lateral, AP dan proyeksi odontoid, adapun pemeriksaan tulang belakang
torakal dan lumbosakral bila penderita mengeluh nyeri pinggang (tow back pain).
Pada pemeriksaan CT-scan bila penderita mengalami defisit neurologis dengan
fraktur tulang belakang belum terindentifikasi.
maka segera mempersiapkan tindakan life saving akibat sok karena perdarahan
(lihat pada topik diatas).
Pemeriksaan colok dubur akan mengetahui trauma di saiuran urogenital
dan tonus otot sphincter ani dalam hubungannya dengan trauma tulang
belakang. Pemeriksaan angiography pada trauma pembuluh darah kadangkala
dibutuhkan bila perdarahan tidak dapat diatasi. Pemasangan fiksasi luar segera
dilakukan. Penyambungan arteri di daerah pelvis sangat sukar dengan resiko
kematian
yang
tinggi,
tapi
terapi
embolisasi
dapat
dikerjakan
untuk
mengatasinya.
ini
sebagai
imobilisasi,
dapat
menghentikan
perdarahan
dan
menghilangkan rasa nyeri. Kedua adalah pemberian obat menghilang rasa nyeri
dan terakhir segera berkonsultasi dengan ahli bedah orthopaedi untuk terapi
definitif. Adapun terapi tersebut sangat tergantung akan tipe fraktur, dan trauma
organ lain yang menyertainya. Pada prinsip terapi yang akan dilakukan adalah
memperpendek tinggal di Rumah Sakrt, mobilisasi penderita secepatnya, dan
mengurangi terjadinya komplikasi.
bila
sebagian
mengakibatkan
masih
terputusnya
berhubungan
kelurusan
disebut
sendi
subluksasi,
tersebut
sehingga
Dislokasi
dapat
ini
yaitu:
stasis
aliran
vena,
trauma
endothelial,
dan
Anda harus dapat mengenal keluhan dan gejala dan EP seperti sesak
napas ( dyspnea ), tachypnea, hipoksia, nyeri dada pleuritik, dan hemoptysis.
Pemeriksaan skan perfusi ventilasi merupakan tes utama untuk mendeteksi EP
karena gas radioaktif yang diberikan intravena dapat menekan distribusinya ke
pulmo pada waktu inhalasi sehingga bila terdapat defek maka diagnosis EP
dapat ditegakkan.
Pemberian antikoagulan seperti heparin, low molecular-weight heparin,
thrombin inhibitor, dan warfarin dapat digunakan sebagai profilaksis dan terapi.
Setiap obat-obat tersebut mempunyaj keuntungan dan kerugian ( risk and
benefit) dan pemilihan yang terbaik masih dalam perdebatan di dunia penelitian..
Perdarahan akibat pemberian obat-obat tersebut diatas perlu Anda prediksi
dengan monitor secara berkala karena dapat menimbulkan strok perdarahan (
hemorrhagic stroke ) dan perdarahan hebat ( massive internal bleeding ). Perlu
diketahui bahwa kerusakan katup vena dan hipertensi vena khronis dapat
mengakibatkan TVP kronis
karena ketiga gejala ini seperti nyeri tekan di daerah snuffbox, sakit tekan di
tuberde skapoid pada palpasi, dan nyeri pada penekanan sesuai aksis panjang
metakarpal pertama ( axial loading ) dengan melakukan gripping sendi
metakarpal pertama dalam posisi ekstensi dan sedikit abduksi serta menekan ke
arah proksimal akan menguatkan diagnosis tersebut. Perlu Anda ketahui letak
anatomis snuffbox, adalah lekukan yang terjadi dari tendon ekstensor polisis
longus di sisi uinar, ekstensor polisis brevis, dan abduktor polisis longus di sisi
radial adapun tubercle skapoid terietak di distal lipatan fleksor (Gb. 3).
secepatnya
pada
saat
kejadian
dan
keterlambatan
sering
selulitis,
necrotizing
fasditis,
tenosynovitis,
septic
arthritis,
dan
Gigitan anjing dan manusia dapat menimbulkan cms/7 injury dan gigitan
anjing yang mendadak tanpa dirangsang / diganggu periu dipikirkan rabies,
sementara gigitan kucing berupa luka tusuk dan aberasi. Oleh karena itu biia
Anda menemukan penderita luka gigitan periu melengkapi jenis binatang, waktu
kejadian, dan mengenai status tetanus inokulasi dan penurunan sistem immun
penderita seperti, kencing manis, splenektomi, dan penyakit vaskular perifer
karena penyakit-penyakit tersebut merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
Pemeriksaan fisik Anda fokuskan pada kulit, tendo, sendi, tulang, dan
status neurovaskular. Adanya fluktuasi, sinus dengan pustulasi, dan eritem
merupakan tanda terjadinya infeksi. Luka gigitan pada tangan akibat perkelahian
memukul dengan kepalan tangan pada mulut lawan periu dinilai sendi didekat
luka, dan tendo ekstensor. Pemeriksaan X-ray untuk mencari benda asing seperti
gigi dsb, diluka atau melihat adanya gas untuk infeksi ganggren.
Managemen luka gigitan adalah debridemen dan irigasi serta elevasi dan
imobilisasi. Bila rabies harus diberikan vaksin rabies baik aktrf maupun pasif dan
pengobatan tetanus.
contoh pemakaian sabuk pengaman mobil (seat belt) dapat mengurangi angka
kejadian mati atau kecacatan. Demikian juga peningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan gawat darurat (high-quality health care) dan rehabilitasi akan
menurunkan angka-angka tersebut.
Pemerintah juga memegang peranan penting dalam pencegahan dengan
menegakkan peraturan-peraturan lalu-lintas, perbaikan dan sarana jalan yang
memadai serta peranan industri mobil memproduksi kendaraan yang aman
(safety car) demikian juga disiplin pengendaranya dapat menurunkan atau
menghilangkan angka kejadian kecelakaan itu.
Terminologi / Sinerai
1. Arthrocentesis
adalah
tindakan
aspirasi
cairan
sendi
dengan
menggunakan jarum.
2. Arthrotomy adalah tindakan membuka rongga sendi guna melakukan
pencucian,
3. Dislokasi
adalah
pergeseran
komplit
tulang
dan
posisi
normal
10. Sindrom
kompartemen
adalah
peningkatan
tekanan
dalam
crush
adalah
trauma
yang
menekan
secara
berlanjut
pembekuan
darah
di
vena
karena
imobilitasi,
SOAL-SOAL
1. Kenapa resusitasi pada penderita trauma itu penting?
2. Bila resusitasi tidak ada respon tindakan selanjutnya apa?
3. Manuver pemasangan endotracheal intubation tube yang perlu Anda
perhatikan atau dijaga apanya?.
4. Kenapa flail chest mengganggu distribusi darah ke perifer?
5. Apa kegunaan pemeriksaan neurologi? Alasannya ?.
6. Pada colok dubur ditemukan darah dengan adanya lesi anorektal,
tindakan Anda selanjutnya apa?
7. Bagaimana menentukan sindrom kompartemen secara awal?
8. Apa saran Anda dalam rangka preventif terhadap kecelakaan?
9. Apa saja akibat trauma crush terhadap penderita dan terangkan!
10. Bagaimana hasil pemeriksaan laboratorium penderita trauma crush?
11. Bagaimana penanganan penderita trauma crush ?
12. Kenapa
fasiotomi
segera
dilakukan
pada
penderita
sindrom
kompartemen?
13. Alasan apa dilakukan debridemen pada penderita fraktur terbuka?
14. Kenapa penderita fraktur pelvis harus dilakukan tindakan secepatnya?
Terangkan!
15. Kenapa fraktur tulang panjang dibutuhkan tindakan secepatnya?
16. Apa alasan dislokasi dilakukan reposisi secepatnya?
17. Kenapa setiap dislokasi sendi diperiksa stabilftas sendi tersebut?
18. Apa alasan efusi sendi dilakukan evakuasi cairan sendi itu secepatnya?