Pembahasan Kapang Khamir

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil.

Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur ( fungi ) dikelompokkan sendiri terlepas dari
kelompok plantae ( tumbuhan ) karena jamur tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan
dari selulosa

( Anonim A.2009 ).

Jmaur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan hewan, makanan,
dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh dan berkembang pada
kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250
sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran
masing masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi
manusia ( Anonim A.2009 ).
Ciri ciri jamur, organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya
mempunyai cirri cirri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multi seluler ( benang
benang halus ), tubuhnya tersusun atas hifa

( jalinan benang benang halus ),

eukariotik( mempunyai membrane inti ), tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat


heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin,
cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein, pencernannya berlangsung
secara ekstraseluler, dimana makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh
enzim ekstraseluler yang dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat
haploid lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan
membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (
fragmentasi ), zoospore, endospora, dan konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan
inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium ( Anonim A.2009 ).
Klasifikasi jamur, berdasarkan cara reproduksi secara generative, jamur dapat dibagi
menjadi 4 kelas yaitu zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan duotromycotina.
1.

Zygomycotina : Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina karena dalam reproduksi


generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora. Jamur Zygomycotina mempunyai cirri
ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung
inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi generatife dengan

konjugasi yang menghasilkan zigospora.


2. Ascomycotina : Jamur kelompok ini namanya Ascomycotina karena dalam reproduksi
generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini termasuk kelas Ascomycotina mempunyai
cirri cirri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa
bersekat, membentuk badan buah yang disebut askospora, memiliki keturunan diploid lebih

singkat, reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya


dengan konjugasi yang menghasilkan askospora.
3. Basidiomycotina : Jmaur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena dalam reproduksi
generatifnya menghasilkan basidiospora. Jamur yang termasuk kelas Basidiomycotina
mempunyai ciri ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa, bersekat,
dibedakan hifa primer ( berinti satu ) dan sekunder ( berinti dua ), mengamdung inti haploid,
memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut basidikrop,
4.

reproduksi vegetatife dengan menghasilkan basidiospra.


Duotromycotina : Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti
sempurna ) atau Duotromycotina

( jamur tidak

karena belum diketahui cara perkembangbiakan

seksualnya. Jamur yang termasuk Duotromycotina mempunyai ciri ciri yaitu dinding selnya
tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa lebih singkat, dan
reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora ( Anonim A.2009 ).
Dari percobaan yang telah dilakukan menggunakan sample suspense, jamur yang
terdapat pada jagung busuk yang telah diinkubator dan diaamati dengan menggunakan
mikroskop maka didapatkan hasil percobaan yaitu terdapat jamur jenis Aspergilus. S.p.
Aspergilus. S.p. kebanyakan spesies ini sering menyebabkan kerusakan makanan,
tetapi beberapa spesies ini digunakan dalam fermentasi makanan. Aspergilus. S.p. yang dapat
menyebabkan kerusakan makanan Aspergilus tepers. Kapang ini mampu tumbuh baik pada
substrat dengan kosentrasi gula dan garam tinggi. Kelompok Aspergilus flavus oryzae
termasuk spesies penting dalam fermentasi beberapa makanan tradisional dan untuk
memproduksi enzim. Aspergilus oryzae digunakan dalam fermentasi makanan tahap pertama
dalam pembuatan kecap dan tauco konidia kelompok ini berwarna kuning sampai hijau, atau
mungkin membentuk sklerotia ( Waluyo, 2005 ).
Ciri ciri Aspergilus adalah : hifa septet dan miselium bercabang, sedangkan hifa
yang muncul diatas permukaan umumnya merupakan hifa fertile, koloni berkelompok ,
konodiofora septet atau non septat muncul dari foot cell yakni sel miselium yang
membengkak dam berdinding tebal, konidiofora membengkak menjadi vertikeel pada
ujungnya, membawa stegmata dimana tumbuh konidia, sterigmata atau fialida biasanya
sederhana berwarna atau tidak berwarna, beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37 0 C atau
lebih, konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat, atau hitam ( Waluyo, 2005 ).
Aspergilus adalah genus yang terdiri dari beberapa ratus cetakan spesies yang
ditemukan diberbagai iklim di seluruh dunia biologi. Aspergilus pertama kali di catalog pada
tahun 1729 oleh Italia imam dan Pier Antonio Micheli. Aspergilus spesies sangat aerobic dan
ditemukan dihampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka umumnya tumbuh
sebagai cetakan pada permukaan substrat, sebagai akibat dari tekanan oksigen yang tinggi.

Umumnya jamur tumbuh pada substrat yang kaya karbon seperti monosakarida ( seperi
glukosa ) dan polisakarida

( seperti amilosa ). Spesies Aspergilus adalah

kontaminan yang umum makanan bertepung ( seperti roti dan kentang ), dan tumbuh di
dalam atau dibanyak tanaman dan pohon ( Anonim B.2011 )
Perbedaan yeast dan mold yaitu yeast biasa kita kenal dengan khamir sedangkan mold
adalah kapang. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium,
sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tak berfilamen. Kapang merupakan
fungi yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai miselium atau filament dan
pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni sperti kapas.
Pertumbuhan fungi mula mula berwarna putih, tetapi bila tidak memproduksi spora maka
akan terbentuk berbagai warna tergantung Dari jenis kapang. Sifat sifat kapang baik
penampakan mikroskopis ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi
kapang. Sedangkan khamir termasuk cendawan, tetapi bentuk berbeda dengan kapang karena
bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatife terjadi dengan cara pertunasan.
Morfologi dari khamir yaitu sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu dengan
panjang 1- 5 mm sampai 20 50 mm, dan lebar 1 10 mm. Bentuk khamir bermacam
macam yaitu bulat, oval, silinder, ogival yaitu bukit panjang dengan salah satu ujung runcing,
segitiga melengkung ( triangules ), berbentuk botol, bentuk apikilat atau lemon, membentuk
psedomiselium, dan sebagainya. Sistem reproduksi khamir dan kapang berbeda. Sistem
reproduksi kapang berkembang biak dengan berbagai cara, baik aseksual dengan
pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora, dapat pula dengan cara seksual
peleburan nukleous dari kedua induknya. Pada pembelahan suatu sel membagi diri untuk
membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak yang tumbuh dari
penonjolan kecil pada sel inang. Sedangkan system reproduksi yaitu dengan beberapa cara ,
pertunasan, pembelahan, pembelahan tunas Dengan kombinasi anatara pertunasan dengan
pembelahan, spurulasi atau pembentukan spora, dengan spora aseksual dan spora seksual.
Reproduksi pembentukan dengan cara pertunasan, dan pembelahan. Pembelahan tunas yaitu
spora aseksual dinamakan reproduksi vegetatife, sedangkan pembentukan spora seksual
disebut reproduksi seksual ( Waluyo, 2005 ).
Pada percobaan kali ini menggunakan metode block square slide yaitu dengan media
PDA yang telah dibuat, setel;ah dituang didalam cawan petri dan telah memadat, maka cawan
petri yang berisi media PDA yang ketebalan sekitar 2 mm, dibagi sehingga membentuk dadu
dengan menggunakan pisau kater / silet dengan ukuran 1 mm. Metode ini berfungsi
memudahkan dalam melakukan percobaan , karena media yang kita pakai hanya berukuran 1

mm dengan mudah seperti yang kita ambil dapat tumbuh pada media PDA. Teknik yang
digunakan ini mengoleskan suspensi pada pinggiran media, ini bertujuan agar semua
pinggiran yang teroles oleh suspensi dapat tumbuh menyebar.
Dalam percobaan ini terdapat factor kesalahan pada saat pengambilan suspensi
dengan jarum ose, praktikan kurang teliti mengambilnya sehingga terkadang biakan dari
suspensi tidak terambil dan pada saat diamati tidak ada jamur yang tumbuh pada media.

# Fungi merupakan mikroorganisme yang tidak memiliki klorofil dan hidup secara

heterotrof dengan menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya dan


menyerapnya untuk mendapatkan nutrient. Seperti yang telah diketahui bahwa fungi
dikelompokkan menjadi 2 yaitu kapang dan khamir, Kapang merupakan fungi yang bersifat
multiseluler dan menghasilkan miselium. Sedangkan khamir merupakan fungi yang bersifat
uniseluler dan tidak menghasilkan miselium. Selain itu, terdapat pula kelompok fungi yang
merupakan fungi semu yaitu fungi yang menghasilkan miselium semu.
Pada praktikum ini, pengamatan morfologi fungi ditujukan pada pengamatan kapang.
Pengamatan morfologi khamir tidak dilakukan karena tidak adanya biakan khamir yang
ditumbuhkan. Biakan yang diamati adalah
Rhizopus orizae dan Apergillus niger.
Pada Rhizopus orizae, dinding selnya mengandung kitin yaitu senyawa polisakarida
yang menyusun dinding sel kapang. Kapang termasuk fungi multiseluler yang terbentuk dari
rangkaian sel berbentuk benang-benag seperti kapas yang disebut hifa, hifa ini tidak bersekat.
Kumpulan hifa dan membentuk jaringan benang disebut miselium. Berdasarkan pengamatan,
Hifa pada kapang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Hifa Vegetatif dan hifa generative. Hifa
vegetative akan menghasilkan suatu produk ekstra seluler, pertumbuhannya rebah pada media
substrat dan menghasilkan metabolit sekunder. Hifa vegetative ini berfungsi sebagai penyerap
makanan atau pengambil nutrient dari substrat tempat tumbuhnya. Sedangkan hifa generative
atau hifa fertil yang membentuk sel reproduktif dan sebagai hifa udara. Hifa ini tumbuh
menjulang keatas dan membawa alat-alat reproduksi kapang yaitu sporangium sehingga
disebut juga sporangiofor. Pada puncak hifa generative terdapat sporangium atau kotak spora
yang berisi spora aseksual. Jika spora masak, sporangium pecah hingga tersebar terbawa
angin dan tumbuh pada substrat yang cocok. . Setelah pembentukan spora, maka akan

bereproduksi lagi secara seksual dan menghasilkan zigosporangia, askokarpus atau


basidiokarpus.
Pada Apergillus niger.morfologi kapangnya hampir mirip dengan Rhizopus orizae hanya
saja hifa generatifnya tumbuh menjulang keatas dan membawa alat-alat reproduksi kapang
yaitu konidia sehingga disebut juga konidiofor. Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan
jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa tau dengan diferensiasi hingga terbentuk
banyak konidia. Jika telah mask, konidia paling ujung dapat melepaskan diri.
Menurut literature khamir bereproduksi dengan cara membentuk tunas dan melakukan
pembelahan diri. Morfologi khamir tidak dapat dijabarkan karena pada praktikum ini,,, tidak
dilkukan pengamatan morfologi khamir.

#Kapang merupakan anggota regnum Fungi ("Kerajaan" Jamur) yang

biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak
diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota dari kelas Ascomycetes.
Sedangkan Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya
umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan
digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota
divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota
Untuk mengetahui nama genus dan spesies suatu biakan mikroorganisme,
perlu dilakukan identifikasi. Tahap pertama untuk melakukan identifikasi adalah
pengenalan ciri-ciri morfologi mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi
biasanya dilakukan baik secara makroskopik (degan mata telanjang), maupun
mikroskopik. Untuk mengidentifikasi kelompok khamir dan bakteri di samping ciri
morfologinya, masih harus dilengkapi dengan sifat-sifat fisiologi dan biokimia.

Oleh karena itu dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui morfologi jamur
dengan menggunakan berbagai metode.
Metode makroskopik pada percobaan ini digunakan metode gores dan
metode tuang. Digunakan kedua metode ini untuk melihat bentuk koloni dari jamur
setelah diinkubasi selama 3 hari.
Sedangkan metode mikroskopik, digunakan metode mikroskopik langsung
dan tidak langsung untuk melihat morfologi dari jamur tempe yang diamati dibawah
mikroskop. Pada metode langsung, jamur tempe diamati di bawah mikroskop tanpa
diinkubasi terlebih dahulu. Sedangkan pada metode mikroskopik tidak langsung,
jamur tempe diinkubasi terlebih dahulu di dalam enkas selama 3 x 24 jam.
Pengerjaan pada metode gores yaitu Pertama tama disiapkan alat dan
bahan, kemudian Dimasukkan 10 ml medium PDA pada cawan petri, digunakan
PDA karena PDA merupakan media pertumbuhan jamur, kemudian PDA dibiarkan
memadat agar mdah digores. Kemudian Diambil 1 ose biakan bakteri Sach
serevisiae secara aseptis lalu Digoreskan diatas medium PDA, kemudian Diinkubasi
selama 3 x 24 jam, diinkubasi selama 3 x 24 jam kerena jamur diperkirakan akan
tumbuh pada rentang waktu tersebut. Setelah itu Diamati.
Pengerjaan pada metode tuang yaitu Pertama tama di siapkan alat dan
bahan, kemudian Dipipet 1 ml suspensi Sach serevisiae, Dituangkan 10 medium
PDA kemudian Ditetesi 1 tetes asam yang berguna untuk memberikan suasana
asam, karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam. Dibiarkan memadat dan
Diinkubasi selama 3 x 24 jam di enkas, diinkubasi di enkas karena jamur aan
tumbuh pada suhu enkas ( 250) kemudian diamati.
Pengerjaan pada metode mikroskopik secara langsung yaitu Pertama-tama
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian Diambil biakan jamur

pada sampel tempe dengan menggunakan ose bulat yang telah dipijarkan dan
diletakkan di atas objek glass. Objek glass ditetesi dengan metilen blue agar
morfologi dari jamur tersebut tampak jelas. lalu ditutup dengan deck glass lalu
Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10. Kemudian Digambar hasil
pengamatan.
Pengerjaan pada metode mikroskopik secara tidak langsung yaitu
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian
Dimasukkan kertas saring ke dalam cawan petri sesuai dengan lebar cawan petri.
Penggunaan kertas saring agar gliserol yang akan diberikan nanti dapat tersimpan
pada kertas saring , karena kertas saring dapat menyerap gliserol sehingga
kelembapan tetap terjaga. kemudian Dimasukkan batang V ke dalam cawan Petri,
batang V bertujuan agar dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan
kertas saring yang telah ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik. Dek dan
objek glass diletakkan di atas batang V tersebut dan disterilkan. Diambil jamur pada
pada tempe dengan menggunakan jarum preparat dan diletakkan di atas objek
glass. Ditambahkan 1 tetes medium PDA pada objek glass tersebut yang sudah
dicampur dengan asam tartrat 1% kemudian Preparat tersebut ditutup dengan deck
glass. Ditetesi gliserol 10% pada kertas saring yang berada di dalam cawan Petri.
maksud dari penambahan gliserol pada kertas saring yaitu untuk memberika
kelembapan pada cawan petri dimana fungi ditumbuhkan. Setelah itu Cawan petri
ditutup dan diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu kamar, setelah itu Dilakukan
pengamatan di bawah mikroskop kemudian Diambil gambar pengamatan.
Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa jamur tersebut mempunyai
Bentuk permukaan Covex, koloninya berwarna hitam, memiliki bau yang tengik,

Zonation 7 mm, mempunyai Radial forrow dan Reserve of colony, tidak mempunyai
Growing zone dan Exudate drop.
Adapun pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengamatan
yang kurang jelas yang disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan, yaitu :
1. Pengerjaan yang kurang aseptis
2. Pengerjaan yang kurang teliti
3. Pengamatan yang kurang baik

Anda mungkin juga menyukai