Tinea Kruris

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

TINEA KRURIS et TINEA KORPORIS

Oleh:
Dasheni Sathivel
1102005217
Pembimbing:
dr.Indah, Sp.KK

PENDAHULUAN

Pendahuluan

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat


tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
disebabkan golongan jamur dermatofita (Trichophyton spp, Microsporum
spp, dan Epidermophyton spp).

Ketiga genus jamur ini bersifat mencerna keratin atau zat tanduk yang
merupakan jaringan mati dalam epidermis (Tinea corporis, Tinea cruris,
Tinea manus et pedis), rambut (Tinea kapitis), kuku (Tinea unguinum).

Hanya sebagian kecil golongan jamur yang dapat menimbulkan penyakit,


dan sebagian besar lainnya tidak bersifat patogen, namun dapat menjadi
patogen apabila terdapat faktor-faktor predisposisi tertentu baik fisiologis
maupun patologis.

Faktor-faktor predisposisi fisologis meliputi kehamilan dan umur,


sedangkan yang termasuk faktor predisposisi patologis adalah keadaan
umum yang jelek, penyakit tertentu, iritasi setempat, dan pemakaian obatobat tertentu seperti antibiotika, kortikosteroid dan sitostatik.

TINJAUN PUSTAKA

2.1.1 Definisi Tinea Cruris


Sinonim : Eksema marginatum, Dhobie itch, Jockey
itch, Ringworm of the groin. Tinea cruris adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita pada kulit di daerah genito krusal (lipat
paha, genitalia eksterna, sekitar anus dan dapat
meluas ke bokong dan perut bagian bawah).
2.1.2 Definisi Tinea Corporis
Sinonim : Tinea sirsinata, Tinea glabrosa, Scherende
Flechte, kurap, herpes sircine trichophytique. Tinea
corporis adalah infeksi dermatofita yang menyerang
kulit halus (glabrous skin) kecuali daerah kulit
kepala, lipat paha, genitalia eksterna, sekitar anus,
tangan dan kaki.

2.2.1 Epidemiologi Tinea Cruris


Banyak terjadi pada daerah tropis dan ketika musim panas
dimana tingkat kelembapannya cukup tinggi.
Lebih sering mengenai laki-laki, terutama pada individu
dengan obesitas atau pada individu yang sering menggunakan
pakaian ketat.
ebih banyak ditemukan pada orang dewasa dibandingkan
dengan anak-anak.
2.2.2 Epidemiologi Tinea Corporis
Penyakit ini banyak didapatkan pada daerah dengan
kelembapan tinggi.
Prevalensi antara laki-laki dengan perempuan sama dan
ditemukan di semua kelompok umur.

2.3.1 Etiologi Tinea Cruris


Penyebab dari Tinea Cruris adalah Trichophyton rubrum dan
Epidermophyton floccosum.
Dapat juga disebabkan oleh Trichopyton mentagrophytes dan
Trichopyton verrucosum.
Infeksi Tinea cruris dapat disebabkan oleh infeksi langsung
(autoinoculation) misalnya karena penderita sebelumnya
menderita Tinea manus, Tinea pedis, atau Tinea unguium.
Dapat juga ditularkan secara tidak langsung, misalnya melalui
handuk.
2.3.2 Etiologi Tinea Corporis

Tinea corporis biasanya disebabkan oleh Trichopyton


rubrum dan Epidermophyton floccosum.
Penularan Tinea corporis dapat melalui kontak langsung
dengan penderita, kontak dengan hewan atau dengan benda.

2.4 Gejala
Secara subyektif, penderita dengan Tinea cruris dan Tinea corporis mengeluh gatal
yang kadang-kadang meningkat waktu berkeringat.
2.5.1 Gambaran Klinis Tinea Cruris
Kelainan kulit yang tampak pada Tinea cruris pada lipat paha merupakan lesi
berbatas tegas yang bilateral pada lipat paha kiri dan kanan, dapat bersifat akut atau
menahun.
Mula-mula sebagai bercak eritema yang gatal, lama kelamaan meluas secara
sentrifugal dan membentuk bangun setengah bulan dengan batas tegas, yang dapat
meliputi skrotum, pubis, gluteal, bahkan sampai paha, bokong dan perut bawah.
Tepi lesi aktif (peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya),
bentuk polimorf, ditutupi skuama dan kadang-kadang dengan banyak papul maupun
vesikel di sekelilingnya.
Bila penyakit ini menjadi menahun (kronis), dapat berupa bercak hitam disertai
sedikit skuama.
Erosi dan ekskoriasi, keluarnya cairan serum maupun darah, biasanya akibat
garukan maupun pengobatan yang diberikan.
Keluhan sering bertambah sewaktu tidur sehingga digaruk-garuk dan timbul erosi
dan infeksi sekunder.

2.5.2 Gambaran Klinis Tinea Corporis


Kelainan kulit yang tampak pada Tinea corporis merupakan lesi bulat atau
lonjong (anular/polisiklik), berbatas tegas terdiri atas bercak eritema,
skuama, kadang-kadang dengan papul dan vesikel di tepi.
Daerah tengahnya biasanya lebih tenang (central healing).
Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan
yang lain. Lesi dapat berupa polosiklik karena beberapa lesi menjadi satu.
Bentuk tanpa radang lebih sering dilihat pada anak-anak daripada orang
dewasa karena mereka umumnya mendapat infeksi baru pertama kali.
Pada Tinea corporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak
terlihat lagi.
Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama
dengan kelainan pada sela paha.
Dalam hal ini disebut Tinea corporis et cruris atau Tinea cruris et corporis.

2.6 Diagnosis

Cara mendiagnosis Tinea cruris maupun Tinea corporis adalah sama. Dari
anamnesis, gambaran klinis dan lokalisasinya, tidak sulit untuk mendiagnosis.

Sebagai penunjang diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan sediaan langsung


dari kerokan bagian tepi lesi dengan KOH dan biakan, kadang-kadang
diperlukan pemeriksaan dengan lampu Wood, yang mengeluarkan sinar
ultraviolet dengan gelombang 3650 Ao.

Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20% positif bila


memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora.

Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong


pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur.

Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa
Sabouraud.

2.7 Diagnosis Banding


Sebagai diagnosis banding dari Tinea cruris adalah
sebagai berikut :
1.Candidiasis inguinalis.
2.Eritrasma.
3.Intertrigo.
Sebagai diagnosis banding dari Tinea cruris adalah
sebagai berikut :
1.Pitiriasis rosea.
2.MH tipe T.
3.Dermatitis kontak.

Pengobatan
a. Pengobatan topikal 3
-Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%) dalam
bentuk salep ( Salep Whitfield).
-Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep
(salep 2-4, salep 3-10).
-Derivat azol : ketokonazol, mikonazol 2%, klotrimasol 1%, sangat
berguna terhadap kasus-kasus yang diragukan penyebabnya
dermatofita atau candida.
b. Pengobatan sistemik 2,5,6
-Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa selama 3 minggu,
sedangkan dosis untuk anak-anak adalah 10-25 mg/kgBB sehari untuk
anak antara 15 sampai 25 kg berat badan, sedangkan untuk anak
dengan berat badan lebih dari 25 kg dapat diberikan antara 125/250 mg
per hari.
-Ketokonazol 200 mg sehari untuk dewasa atau 3-6 mg/kgBB sehari
untuk anak-anak lebih dari 2 tahun.
-Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder.

2.9 Pencegahan

Beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada


Tinea cruris dan Tinea corporis harus dihindari atau
dihilangkan antara lain : 1,5
a.Temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan,
pakaian dari karet atau nilon.
b.Pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air misalnya
perenang.
c.Kegemukan : selain faktor kelembaban, gesekan yang kronis
dan keringat berlebihan disertai higiene yang kurang,
memudahkan timbulnya infeksi.
2.10 Prognosis

Prognosis tergantung penyebab, disiplin pengobatan, status


imunologis dan sosial budayanya, tetapi pada umumnya baik.

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama
: IGG
Umur
: 74 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Tabanan
Suku : Bali
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Hindu
Tanggal Pemeriksaan : 14 Disember 2015

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Gatal di pinggang bagian kanan dan kiri, lipat paha kanan dan kiri dan regio gluteal
sekitar anus
Perjalananan Penyakit

Penderita mengeluh gatal pada pelipatan paha kanan dan kiri sejak satu bulan
yang lalu, yang semakin berat jika terkena keringat. Pada awalnya di pelipatan paha
muncul bintik kecil merah yang makin lama makin melebar hingga mencapai
pinggang kanan dan kiri dan regio gluteal sekitar anus.Pasien kemudian ke puskesmas
dan dirujuk ke RSUD Tabanan.

Riwayat Pengobatan
Penderita sudah pernah berobat sebelumnya dengan menggunakan
obat yang diberikan oleh dokter di puskesmas, namun keluhan
tidak berkurang
Riwayat Penyakit Terdahulu
Penderita tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
Riwayat Penyakit dalam keluarga

Saudara penderita pernah mengalami penyakit yang sama,


namun sekarang sudah sembuh setelah berobat ke dokter.
Riwayat Atopi

Penderita tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat dan


makanan. Pada keluarga disangkal adanya riwayat atopi seperti
asma, dermatitis alergika maupun rhinitis alergika.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present : dalam batas normal


Status General
: dalam batas normal
Status Dermatologi
1.Lokasi
: pinggang kanan dan kiri, lipat paha kanan dan
kiri dan sekitar anus.
Effloresensi : patch eritema, ukuran bervariasi dengan batas tegas,
tampak central healing dan tepi lesi aktif dengan papul-papul eritema
diatasnya, disertai skuama putih tipis yang menutupi hampir seluruh
permukaan yang eritematus.
2.Mukosa
: dalam batas normal
3.Rambut
: dalam batas normal
4.Kuku
: dalam batas normal
5.Fungsi Kelenjar Keringat
: tidak dikerjakan
6.Kelenjar Limfe
: tidak ada pembesaran kelenjar
7.Saraf
: tidak ada penebalan saraf

Gambar Lesi

3.6 Resume
Penderita laki-laki, 74 tahun, Bali, Hindu, mengeluh gatal yang bila
terkena keringat gatal yang muncul makin hebat, terlokalisir pada
pinggang kanan dan kiri, pelipatan paha kanan dan kiri dan pada regio
gluteal sejak 1 bulan yang lalu. Pada awalnya pada pelipatan paha dan
kiri muncul bintik kecil merah yang makin lama makin besar dan meluas
ke pinggang dan gluteal, .Penderita sudah dapat berobat sebelumnya
dengan menggunakan obat dari dokter dan keluhan tidak berkurang

Status Dermatologi
Lokasi

: pinggang kanan dan kiri, lipat paha kanan dan


kiri dan regio gluteal sekitar anus
Effloresensi : patch eritema, geografikal dengan batas tegas, ukuran
bervariasi, tampak central healing dan tepi lesi aktif dengan papul-papul
eritema diatasnya, disertai skuama putih tipis yang menutupi hampir
seluruh permukaan eritematous.

3.7 Diagnosis Kerja

Tinea cruris et corporis

3.8 Penatalaksanaan
: Asam salisilat 3%
Topikal
Asam benzoat 6%
Mycosid 15 gram
Vaseline album ad 30 gram
Kombinasi dari obat-obatan tersebut diatas digunakan selama 2 minggu
Sistemik
: Fungoral yang mengandung ketokonazol 1x200 mg
selama 2 minggu
KIE untuk penderita :
1.Menghindari penggunaan pakaian yang panas (karet, nylon), disarankan
untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
2.Menghindari berkeringat yang berlebihan.
3.Meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan.
4.Memperbaiki status gizi dalam makanan.
5.Memperbaiki ventilasi rumah.
6.Kontrol setelah 2 minggu.
3.9 Prognosis

Umumnya prognosis penyakit ini adalah baik.

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa penderita mengeluh gatal pada pinggang
kanan dan kiri, lipat paha kanan dan kiri, daerah gluteal sekitar anus, sejak 1
bulan yang lalu.
Awalnya berupa bintik kecil yang muncul pada lipat paha, makin lama makin
besar, dimana rasa gatal tersebut bertambah hebat apabila penderita berkeringat.
Keluhan gatal ini merupakan keluhan utama yang diakibatkan oleh infeksi jamur
khususnya dermatofitosis, dimana Tinea cruris dan corporis termasuk
didalamnya.
Pada pasien ini, lesi diawali dengan bintik eritema kecil yang semakin lama
semakin membesar dan meluas, memberikan gambaran klinis yang khas untuk
infeksi Tinea cruris dan corporis.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di daerah lipat paha, daerah gluteal sekitar
anus lebih khususnya dengan memperhatikan sifat lesi yang ada didapatkan
efloresensi berupa patch eritema, bentuk geografikal dengan ukuran seluas lipatan
paha, sekitar anus dan daerah gluteal, batas tegas, tampak central healing dan tepi
lesi aktif dengan papul-papul eritema diatasnya, disertai skuama putih tipis.
Bentuk dan sifat lesi ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Tinea
cruris memiliki bentuk lesi berupa lesi berbatas tegas yang bilateral pada lipat
paha kiri dan kanan.

Mula-mula sebagai bercak eritematosa, gatal, lama kelamaan meluas, dapat


meliputi skrotum, pubis, gluteal, bahkan sampai bokong dan perut bawah.
Tepi lesi aktif (peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya),
ditutupi skuama dan kadang-kadang dengan beberapa papul dan vesikel
Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai
sedikit sisik.
Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk pasien ini berupa
pemeriksaan KOH 10 % dan lampu wood
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan
pengobatan secara topikal dan sistemik.
Obat topikal yang diberikan adalah kombinasi asam salisilat 3%, asam
benzoat 6%, mycosid (ketokonazol) 15 gram ditambahkan vaseline album ad
30 gram yang dioleskan dua kali sehari, obat tersebut diberikan selama 2
minggu.
Obat sistemik yang diberikan adalah Fungoral yang mengandung
ketokonazol 1x200 mg selama 2 minggu.

Asam salisilat 3% bersifat keratolitik dan dipakai untuk


keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Selain itu asam
salisilat 3% bersifat membantu absorbsi per kutan zat-zat
aktif.
Asam benzoat merupakan zat antiseptic terutama fungisidal.
Ketokonazol merupakan obat golongan azol.
Obat tersebut bekerja dengan menghambat enzim lanosterol
14-alpha-demethylase, yang berfungsi mengubah lanosterol
menjadi ergosterol, suatu komponen penting dari dinding sel
jamur.
Prognosis dari dermatofita bergantung pada bentuk klinis,
penyebab spesies dermatofita dan hospesnya sendiri,
termasuk sosial budaya dan status imunologisnya.Tapi pada
umumnya prognosis penyakit ini adalah baik.

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Tinea cruris adalah penyakit karena infeksi jamur dermatofita dimana


predileksinya adalah pada daerah pelipatan paha, bilateral kanan kiri
sekitar ano-genital dan dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.
Sedangkan Tinea corporis adalah penyakit infeksi jamur dengan
predileksi pada glabrous skin (kulit halus) dengan predileksi pada bagian
tubuh selain regio Tinea cruris, kulit kepala, tangan, kaki, dan kuku.
Gambaran klinis bermula sebagai bercak/patch eritematosa yang
gatal dan lama kelamaan semakin meluas dengan tepi lesi yang aktif
(peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya), central
healing, batas tegas, bentuk bervariasi, ditutupi skuama, dan kadangkadang dengan banyak vesikel kecil-kecil.
Pengobatan dapat diberikan secara topikal dan sistemik. Faktorfaktor predisposisi terjadinya Tinea cruris dan Tinea corporis adalah
kelembapan dan kurangnya higienitas perorangan. Prognosis penyakit ini
adalah baik.

5.2 Saran
Dalam pengobatan Tinea cruris dan corporis, selain pengobatan secara
farmakologis, juga penting adanya KIE terhadap pasien dan keluarganya
terutama mengenai higiene perorangan, termasuk juga disiplin dalam
menjalani pengobatan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai