Rectifier
Rectifier
Rectifier
namun sebagian besar peralatan menggunakan sember daya AC 220 volt - 50Hz. Di dalam
peralatan tersebut terdapat rangkaian yang sering disebut sebagai adaptor atau penyearah yang
mengubah sumber AC menjadi DC. Bagian terpenting dari adaptor adalah berfungsinya diode
sebagai penyearah (rectifier). Pada bagian ini dipelajari bagaimana rangkaian dasar adaptor
tersebut bekerja.
8.2 Penyearah Diode Setengah Gelombang
Perhatikan rangkaian pada gambar 8.1-a, dimana sumber masukan sinusoida dihubungkan
dengan beban resistor melalui sebuah diode. Untuk sementara kita menganggap keadaan ideal,
dimana hambatan masukan sinusoida sama dengan nol dan diode dalam keadaan hubung singkat
saat berpanjar maju dan keadaan hubung terbuka saat berpanjar mundur.
Besarnya keluaran akan mengikuti masukan saat masukan berada di atas tanah dan berharga
nol saat masukan di bawah tanah seperti diperlihatkan pada gambar 8.1- b. Jika kita ambil
harga rata-rata bentuk gelombang keluaran ini untuk beberapa periode, tentu saja hasilnya akan
positif atau dengan kata lain keluaran mempunyai komponen DC.
Terdapat cara yang sangat sederhana untuk meningkatkan kuantitas keluaran positip menjadi
sama dengan masukan (100%). Ini dapat dilakukan dengan menambah satu diode pada rangkaian
seperti terlihat pada gambar 8.2. Pada saat masukan berharga negatif maka salah satu dari diode
akan dalam keadaan panjar maju sehingga memberikan keluaran positif. Karena keluaran
berharga positif pada satu periode penuh, maka rangkaian ini disebut penyearah gelombang
penuh.
Pada gambar 8.2 terlihatbahwa anode pada masing-masing diode dihubungkan dengan ujungujung rangkaian sekunder dari transformer. Sedangkan katode masingmasing diode dihubungkan
pada titik positif keluaran. Beban dari penyearah dihubungkan antara titik katode dan titik centertap (CT) yang dalam hal ini digunakan sebaga referensi atau tanah.
Mekanisme terjadinya konduksi pada masing-masing diode tergantung pada polaritas tegangan
yang terjadi pada masukan. Keadaan positif atau negatif dari masukan didasarkan pada referensi
CT. Pada gambar 8.3 nampak bahwa pada setengah periode pertama misalnya, v1 berharga
positif dan v2 berharga negatif, ini menyebabkan D1 berkonduksi (berpanjar maju) dan D2 tidak
berkonduksi (berpanjar mundur). Pada setengah periode ini arus D1 i mengalir dan menghasilkan
keluaran yang akan nampak pada hambatan beban.
Pada setengah periode berikutnya, v2 berharga positif dan v1 berharga negatif, menyebabkan D2
berkonduksi dan D1 tidak berkonduksi. Pada setengah periode ini mengalir arus D2 i dan
menghasilkan keluaran yang akan nampak pada hambatan beban. Dengan demikian selama satu
periode penuh hambatan beban akan dilewati aris D1 i dan D2 i secara bergantian dan
menghasilkan tegangan keluaran DC.
Arus beban sebagai fungsi dari tegangan keluaran untuk tapis-C dan tapis-L Berdasarkan jenis
komponen yang digunakan, tapis penyearah dapat dikelompokkan menjadi dua. Kelompok
pertama dilakukan dengan memasang kapasitor atau disebut sebagai tapis kapasitor atau tapis
masukan-C. Kelompok lain dilakukan dengan memasang induktor atau kumparan disebut
sebagai tapis induktif atau tapis masukan-L. Keluaran tapis-C biasanya mengalami penurunan
saat beban meninggi. Sedangkan tapis-L cenderung mempertahankan keluaran pada harga yang
relatif konstan. Namun demikian tegangan keluaran tapis-L relatif lebih rendah dibandingkan
tapis-C. Gambar 8.6 memperlihatkan hubungan besarnya tegangan keluaran sebagai fungsi dari
arus beban untuk tapis-C dan tapis-L. 8.6.1 Tapis Kapasitor Tapis kapasitor sangat efektif
digunakan untuk mengurangi komponen AC pada keluaran penyearah. Pertama akan kita lihat
karakter kapasitor sebagai tapis dengan memasang langsung pada keluaran penyearah tanpa
memasang beban. a. Penyearah Tanpa Beban Rangkaian tanpa beban dengan pemasangan
kapasitor beserta bentuk keluarannya diperlihatkan pada gambar 8.7. Saat sumber tegangan
(masukan) dihidupkan, satu diode berkonduksi dan keluaran berusaha mengikuti tegangan
transformator. Pada
84 ELEKTRONIKA DASAR kondisi ini tiba-tiba tegangan kapasitor menjadi
besar dan arus yang mengalir menjadi besar (dalam ini, i = C dv / dt; dv / dt = ). Saat masukan
membesar keluaran juga akan membesar, namun saat masukan menurun tegangan kapaasitor atau
keluaran tidak mengalami penurunan tegangan karena tidak ada proses penurunan tegangan.
Dalam keadaan ideal ini, tegangan keluaran DC akan sama dengan tegangan puncak masukan
dan akan ditahan untuk seterusnya. a) b) Gambar 8.7 Penyearah tanpa beban : a) Rangkaian
dengan tapis kapasitor dan b) bentuk keluaran Beberapa implikasi dari anggapan ideal tersebut
adalah: i) Arus dari transformr tergantung pada hambatan kumparan dan mungkin tergantung
pada kemampuan magnet dari intinya, sehingga kemungkinan tegangan keluarannya berubahubah. ii) Diode bukan konduktor yang sempurna saat berpanjar maju, untuk silikon biasnya akan
mengalami penurunan tegangan sekitar 0,6 sampai dengan 1,0 volt dan juga bukan merupakan
isolator yang sempurna saat berpanjar mundur. iii) Tegangan kapasitor biasanya meluruh, baik
karena adanya penurunan arus yang terambil melalui beban atau karena terjadi kebocoran pada
kapasitor sendiri atau pada diode.
Rangkaian Penyearah 85 b. Penyearah Setengah Gelombang Dengan
Beban Dan Tapis Kapasitor Pada gambar 8.8-a kita menambahkan sebuah kapasitor sebagai tapis
pada penyearah setengah gelombang. Pada setengah periode positif (1), diode berpanjar maju
dan arus mengalir dari B menuju A melewati C, beban dan diode. Kapasitor C akan dengan cepat
terisi seharga tegangan puncak masukan, pada saat yang sama arus juga mengalir lewat beban.
Arus awal yang mengalir pada diode biasanya berharga sangat besar kemudian berikutnya akan
mengalami penurunan (lihat gambar 8.8-b). a) b) Gambar 8.8 Penyearah setengah gelombang
dengan tapis kapasitor: a) Rangkaian dasar dan b) bentuk isyarat masukan, tegangan diode,
tegangan keluaran, arus beban dan arus diode.
Arus diode, Id Tegangan diode Tegangan masukan 86 ELEKTRONIKA DASAR Pada
saat masukan negatif (2) diode berpanjar mundur. Pada kondisi ini diode tidak berkonduksi dan
tegangan pada C akan dilucuti melalui hambatan RL . Hasilnya berupa arus pelucutan yang
mengalir lewat C dan RL . Dengan demikian walaupun diode dalam kondisi tidak berkonduksi,
resistor RL tetap mendapatkan aliran arus pengosongan kapasitor tersebut. Akibatnya, tegangan
pada RL akan tetap terjaga pada harga yang relatif tinggi. Proses pengosongan C terus berlanjut
sepanjang periode negatif. Menjelang akhir setengah periode negatif terjadi penurunan keluaran
dengan harga VRL terendah sebelum akhirnya periode positif berikutnya datang. Kemudian
diode akan berpanjar maju lagi dan C mengalami proses pengisian lagi. Dalam proses pengisian
ini diperlukan arus diode (Id ) yang lebih rendah. proses di atas akan terus berulang pada periode
positif dan negatif berikutnya. Efektivitas kapasitor sebagai tapis tergantung pada beberapa
faktor, diantaranya adalah : 1. Kapasitas/ukuran kapasitor 2. Nilai beban RL yang dipasang 3.
Waktu Ketiga faktor tersebut mempunyai hubungan T = R C (8.1) dimana T adalah waktu
dalam detik, R adalah hambatan dalam ohm dan C adalah kapasitansi dalam farad. Perkalian RC
disebut sebagai konstanta waktu merupakan ukuran seberapa cepat tegangan dan arus tapis
(kapasitor) merespon perubahan pada masukan. Kapasitor akan terisi sampai sekitar 62,2% dari
tegangan yang dekenakan selama satu konstanta waktu. Demikian saat dikosongkan selama satu
konstanta waktu, maka tegangan kapasitor akan turun sebanyak 62,2%. Untuk mengisi kapasitor
sampai penuh diperlukan waktu sekitar 5 kali konstanta waktu. Tapis kapasitor seperti pada
gambar 8.8 akan terisi dengan cepat selama periode positif pertama. Namun kecepatan
pengosongan C akan sangat tergantung pada harga RL . Jika RL berharga rendah proses
pengosongan akan berlangsung dengan cepat, sebaliknya jika RL berharga besar proses
pengosongan akan berlangsung lebih lambat. Rangkaian Penyearah 87 Tapis yang baik adalah
jika proses pengosongan berlangsung lambat sehingga VRL mengalami sedikit perubahan. TapisC akan bekerja dengan baik jika RL berharga relatif tinggi. Jika RL berharga rendah, yaitu jika
penyearah mengalami pembebanan yang terlalu berat, maka tegangan riak (ripple) akan lebih
nampak pada keluarannya. c. Penyearah Gelombang Penuh Dengan Beban Dan Tapis Kapasitor
Seperti halnya pada penyearah setengah gelombang, pada gambar 8.9-a kita tambahkan satu
diode dan resistor RL sebagai beban pada rangkaian keluaran. Keluaran masih ditarik dari
puncak v1 (atau v2) saat v1 (atau v2) mencapai harga tegangan ini. Namun demikian saat v1 dan
v2 berharga rendah, C akan berusaha pada kondisi termuati dan kemudian kedua diode akan
hubung terbuka seperti pada penyearah setengah gelombang. Selanjutnya C akan dilucuti dengan
arus RL i = v / , sehinga akan kehilangan muatan menurut RL v i dt dq = = (8.2) dan
mengalami penurunan tegangan menurut . 1 R C v dt dq dt C dv L = = (8.3) Untuk penyearah
gelombang penuh ini, proses pengosongan tegangan hanya berlangsung paling tidak 10 ms 2 1 T
= , saat diode yang lainnya mulai berkonduksi. Jika harga konstanta waktu RLC cukup besar
dibandingkan dengan periode T, penurunan tegangan akan relatif kecil dibandingkan harga v
mula-mula. 88 ELEKTRONIKA DASAR a) b) Gambar 8.9 Penyearah gelombang penuh dengan
beban: a) Rangkaian dengan pemasangan tapis kapasitor dan beban resistor RL dan b) Bentuk
isyarat keluaran. Sebagai gambaran, misalnya transformator yang digunakan memberikan
tegangan puncak 10 V(p), C = 100 , RL =1 k . Dengan demikian dv/dt = v/RLC = 10 10 10
100 V/s 9 4 = . Dalam 10 ms 2 1 T = , tegangan output turun sekitar 1 volt atau sekitar
10%. Dari gambaran di atas dapat diperkirakan bahwa besarnya tegangan riak (ripple) pada
keluaran cukup besar dan mengganggu, karena terjadi penurunan dv/dt saat v mengalami
penurunan akibat proses pengosongan tidak berlangsung sampai penuh 10 ms 2 1 T = (llihat
gambar 8.9-b). Pada contoh di atas, hasil perhitungan menunjukkan bahwa proses pengosongan
dimulai sekitar 0,3 ms setelah puncak dan selesat 1,4 ms sebelum puncak.
Rangkaian Penyearah 89 d.
Komponen DC dan Tegangan Riak Misalkan pada gambar 8.9 kita mempunyai v1 = A sin t ,
v2 = A sin t , dimana = 2 50 Kita berasumsi bahwa tegangan keluaran mencapai puncak
A bersamaan dengan masukan, dan mengalami penurunan menurut A R C R C v dv dt L L / /
= (8.4) untuk setengah-periode penuh (full half-period), dibandingkan dengan harga prediksi
praktis sebesar 65-95% dari setengah periode. Besarnya keluaran akan berada pada harga `v
yang diberikan oleh ( ) ( ) R C f A v dv dt T L 2 1 / 2 1 = (8.5) dengan demikian
tegangan riak (ripple) puncak-ke-puncak dapat dituliskan sebagai prosentase tegangan keluaran,
diberikan oleh % riak (ripple) = 100 (v / A) ( R C f ) L 100 / 2 (8.6) Besarnya tegangan
keluaran (rata-rata) secara jelas bukan A , tetapi kira-kira berharga A v 2 1 . Dengan demikian
jika beban keluaran meningkat maka tegangan riak juga meningkat dan rata-rata tegangan
keluaran akan menurun. Misalnya sebuah penyearah gelombang penuh menggunakan tapis
kapasitor 100 dengan beban 100 . Persentase tegangan riak adalah 100 /(2 10 10 50) 10% 2
3 = 90 ELEKTRONIKA DASAR yaitu, tegangan DC turun 5% dan harga tegangan akan
berubah-ubah pada harga 90% - 100% dari nilai puncak. Jika penyearah hanya mendapatkan
beban yang rendah, pendekatan di atas dapat kita gunakan. Namun jika beban terlalu besar maka
diperlukan pendekatan baru seperti akan dibahas pada bagian berikut ini. e. Penyearah
Komponen Non-Ideal Pada bagian sebelumnya kita telah mempelajari penyearah dengan
menganggap semua komponen dalam keadaan ideal. Pada kenyataannya beberapa hal perlu
diperhatikan, misalnya efek dari hambatan kumparan. Faktor ini berpengaruh terhadap besarnya
tegangan DC maupun tegangan riak keluaran. Besarnya arus konduksi sesaat diode adalah iD =
(vt vD vo )/ R (8.7) dimana t v = tegangan sesaat transformator hubung-terbuka D v =
tegangan diode ( 0,8 volt) o v = tegangan keluaran (pada kapasitor) R = hambatan kumparan
Gambar 8.10 Bentuk isyarat keluaran untuk beberapa variasi arus diode
Rangkaian
Penyearah 91 Nampak jelas bahwa saat arus beban meningkat, o v harus mengalami penurunan
untuk menaikkan arus diode. Ini juga berarti bahwa diode akan berkonduksi lebih lama.
Sekarang o v tidak lagi mencapai harga puncak transformator (lihat gambar 8.10,
memperlihatkan isyarat keluaran untuk variasi arus diode). 8.6.2 Tapis Induktor Induktor adalah
komponen elektronika yang memiliki kemampuan untuk menyimpan dan melepaskan energi.
Penyimpanan energi dilakukan dengan mengalirkan arus dan mengubahnya menjadi medan
magnet. Kenaikan arus yang mengalir pada induktor mengakibatkan naiknya medan magnet.
Penurunan arus pada induktor mengakibatkan jatuhnya harga medan magnet dan energi akan
terlepas. Kemampuan induktor untuk menyimpan dan melepaskan energi dapat digunakan untuk
proses penyaringan. Tegangan induksi karena adanya perubahan medan magnet akan dilawan
oleh kenaikan arus yang mengalir melalui induktor. Penurunan arus yang mengalir akan
mendapatkan reaksi yang sama. Pada prinsipnya, induktor akan berusaha melawan terjadinya
perubahan arus yang melaluinya. Tapis-L sangat cocok untuk penyearah dengan arus beban yang
besar (lihat gambar 8.6). Penyearah dengan tapis-L diperlihatkan pada gambar 8.11, dimana
induktor cukup dipasang secara seri dengan diode dan beban. Arus yang masuk pada beban akan
selalu melewati induktor. Tapis-L tidak menghasilkan tegangan keluaran setinggi yang dihasilkan
tapis-C. Induktor cenderung akan menahan arus pada harga rata-ratanya. Gambar 8.11 Penyearah
dengan tapis-L 92
ELEKTRONIKA DASAR Secara praktis induktor tunggal jarang digunakan sebagai tapis.
Kombinasi LC lebih banyak digunakan, yaitu dengan memasang seri antara induktor dan
kapasitor yang dihubungkan secara paralel dengan beban (lihat gambar 8.12). Induktor akan
mengontrol perubahan besar pada arus beban sedangkan kapasitor digunakan untuk menjaga
tegangan keluaran pada harga yang konstan. Kombinasi LC ini dapat menghasilkan tegangan
keluaran DC yang relatif lebih halus. Gambar 8.12 Penyearah dengan tapis LC Gambar 8.13
Tapis-LCL (Pi) P
q rs t Rangkaian Penyearah 93 8.6.3 Tapis-Pi Penyearah Pi dibuat dengan
menambahkan sebuah kapasitor pada penyearah tapis-LC. Kedua kapasitor terhubung secara
paralel dengan beban RL dan seri dengan induktor L. Seperti terlihat pada gambar 8.13,
penempatan komponen ini membentuk huruf Yanani pi () sesuai dengan nama tapis ini.
Pengoperasian tapis-pi dapat dipahami dengan melihat L dan C2 sebagai tapis LC. Bagian
rangkaian ini berfungsi sebagai tegangan keluaran dari input tapis C1. Sedangkan C1 terisi oleh
puncak masukan penyearah. Tentu saja keluaran ini akan memiliki tegangan riak identik dengan
tapis-C. Tegangan ini diumpankan ke C2 melalui induktor L. C2 kemudian menahan muatannya
pada intervaal waktu sesuai konstanta waktu R C2 L . Hasil ini akan mendapatkan proses
penyaringan lebih lanjut oleh L dan C2. Dengan demikian tegangan riak pada tapis ini akan jauh
lebih rendah dibandingkan dengan tapis-C tunggal. Namun demikian terdapat penurunan
tegangan keluaran akibat melewati induktor L. 8.6.4 Tapis-RC Jika diinginkan pemasangan tapis
yang lebih sederhana makan tapis-pi dapat digantikan dengan tapis-RC. Seperti diperlihatkan
pada gambar 8.14, untuk membuat tapis-RC cukup dengan mengganti induktor pada tapis-pi
dengan sebuah resistor. Ini sangat praktis mengingat induktor mempunyai bentuk fisik yang lebih
besar, lebih berat dan berharga jauh lebih mahal. Namun kualitas tapis-RC tidak sebagus tapis-pi,
biasanya terjadi penurunan keluaran DC dan terjadi kenaikan tegangan riak. Gambar 8.14
Rangkaian penyearah dengan tapis-RC
94 ELEKTRONIKA DASAR Dalam pengoperasiannya, C1
termuati oleh keluaran penyearah jembatan sampai pada harga puncak. Saat masukan dari
penyearah mengalami penurunan, maka akan terjadi proses pengosongan C1`melalui resistor R
dan RL . Penurunan tegangan pada R akan menurunankan tegangan keluaran. Kapasitor C2 akan
termuati pada harga puncak tegangan RL . Besarnya tegangan DC tapis akan tergantung pada
besarnya arus beban. Arus beban yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tegangan pada R
semakin menurun. Pada prakteknya tapis-RC digunakan untuk catu daya dengan arus beban
kurang dari 100mA. 8.7. Regulasi Tegangan Keluaran tegangan DC dari penyearah tanpa
regulasi mempunayi kecenderungan berubah harganya saat dioperasikan. Adanya perubahan
pada masukan AC dan variasi beban merupakan penyebab utama terjadinya ketidakstabilan. Pada
sebagian peralatan elektronika, terjadinya perubahan catu daya akan berakibat cukup serius.
Untuk mendapatkan pencatu daya yang stabil diperlukan regulator tegangan. Blok diagram
seperti diperlihatkan pada gambar 8.15 memperlihatkan dimana regulasi tegangan dipasang.
Gambar 8.15 Blok diagram penyearah dengan regulator Gambar 8.16 Pemasangan diode zener
sebagai regulator tegangan
Rangkaian Penyearah 95 Sejumlah
rangkaian regulator sudah digunakan untuk meningkatkan kualitas catu daya. Salah satu cara
yang paling banyak digunakan adalah dengan memasang diode zener seperti diperlihatkan pada
gambar 8.16. Diode zener dipasang paralel atau shunt dengan RL . Regulator ini hanya
memerlukan sebuah diode zener terhubung seri dengan resistor RS . Perhatikan bahwa diode
zener dipasang dalam posisi berpanjar mundur. Dengan cara pemasangan ini, diode zener hanya
akan berkonduksi saat tegangan mundur mencapai tegangan patah (break-down). Gambar 8.17
Rangkaian pencatu daya dengan regulator zener Skema pencatu daya dengan regulasi diode
zener diperlihatkan pada gambar 8.17. Penyearah berupa rangkaian diode bentuk jembatan
dengan proses penyaringan dengan tapis-RC. Resistor seri pada rangkaian ini berfungsi ganda.
Pertama, resistor ini menghubungkan C1 dan C2 sebagai rangkaian tapis. Kedua, resistor ini
berfungsi sebagai resistor seri untuk regulator. Diode zener dapat dipasang dengan sebarang
harga tegangan patah, misalnya sebesar 9 V.