Endapan Mineral (AA)
Endapan Mineral (AA)
Endapan Mineral (AA)
ENDAPAN MINERAL
SutartoHartosuwarno
LaboratoriumPetrologidanBahanGalianTeknikGeologi
0
FakultasTeknologiMineralUniversitasPembangunanNasionalVeteran
YOGYAKARTA
Nikel. Kobalt
Timah
batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah, tanah serap (fuller earth)
marmer, batutulis
granit, andesit, basalt, trakhit, tanah liat, dan pasir, sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun golongan B dalam
jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Golongan A dan bahan Galian Golongan B, dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat,
sedangkan bahan Galian Golongan C dikelola oleh Pemerintah daerah. Setelah Otonomi
Daerah, Pemerintah daerah punya peranan yang lebih besar dalam mengelola bahan
Galian, termasuk Bahan Galian Golongan A dan Golongan B. Bahan Galian Logam seperti
Emas atau Tembaga, sebelum otonomi daerah, untuk mendapatkan hak Kuasa
Penambangan harus mendapatkan izin persetujuan dari pusat, sekarang Pemerintah
Kabupaten dapat memberi izin penambangan. Oleh karena itu penggolongan tersebut di
atas tidak sesuai lagi. Kalaupun masih digunakan, penggunaan istilah Golongan A,
Golongan B, atau Golongan C sebaiknya terbatas pada penggolongan secara diskriftif.
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun
internasional, UU No.11 Tahun 1966, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang
terjadi, maka kemudian pemerintah mengeluarkan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara. Undang-undang ini hanya mengatur tentang
pertambangan mineral dan batubara diluar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air
tanah. Selanjutnya pertambangan mineral dan batubara dibagi dan diatur menjadi:
Pertambangan Batuan
Pertambangan Batubara
Berdasarkan jenis komoditinya, para ahli membagi bahan galian secara umum
menjadi lima golongan, yaitu :
1. Batubara dan gambut
2. Bahan galian logam
3. Bahan galian Industri
4. Minyak, gas, dan panas bumi
5. Mineral berharga dan batu mulia
Dalam buku petunjuk ini hanya terbatas membahas bahan galian logam, bahan
galian industri, dan batumulia. Ketiga golongan bahan galian tersebut disusun atau
dibentuk oleh unsur atau senyawa padat yang dikenal sebagai mineral, oleh karena itu
ketiganya dikelompokkan sebagai endapan mineral.
tidak dibahas
deposits
(Edwards
dan
Atkinson
1986,
Guilbert
dan
Park
1986),
endapan
terkonsentrasi pada bagian-bagian yang terbatas dari urat, yang disebut sebagai ore
shoots (Park dan MacDiarmid, 1970). Urat-urat atau bagian-bagian urat yang tidak
mengandung bijih disebut barren atau lean. Suatu tubuh batuan yang mengandung
bijih atau ore shoots yang tersebar disebut sebagai tubuh bijih (orebody). Kumpulan
urat-urat halus yang mengandung bijih sering membentuk zona yang panjang dan
tabular; yang dikenal sebagai lead, lode, vein zone atau fissure zone. Kapan disebut
Ore shoot maupun lode sangat dipengaruhi oleh cut-off grade, yaitu grade
(konsentrasi/kadar) logam terendah apabila ditambang menguntungkan
1.2.1 Bahan galian logam
Bahan galian logam adalah
terdapat unsur logam, yang dapat diambil untuk kepentingan manusia. Logam dapat
diartikan sebagai unsur yang mempunyai kemampuan melepas elektron membentuk ion
positip,
umumnya
mempunyai
permukaan
cenderung
mengkilat,
baik
untuk
penghantar(konduktor) panas dan listrik, dapat dilebur, serta dapat dibentuk maupun
dipipihkan. Secara umum logam dapat dibagi menjadi lima golongan (Evans, 1993),
yaitu:
1. Precious metals (logam mulia): emas (Au), perak (Ag), platina (Pt)
2. Non-ferrous metals (logam non-ferrous): tembaga (Cu), timbal (Pb/lead),
seng (Zn/zinc), timah (Sn/tin), dan aluminium (Al). Empat pertama dikenal
sebagai logam dasar (base metals).
3. Iron and ferroalloy metals (logam ferroalloy dan besi): besi (Fe), Mangan
(Mn), nikel (Ni), krom (Cr), molibdenum (Mo), wolfram (W/tungsten), vanadium
(V), kobal (Co).
4. Minor metals and related non-metals: antimon (Sb/antimony), arsen (As),
berilium (Be/beryllium), bismut (Bi), kadmium (Cd), magnesium (Mg), air raksa
(Hg/mercury), REE, selenium (Se), tantalium (Ta), telurium (Te), titanium (Ti),
Zirkonium (Zr), dsb.
5. Fissionable metals: uranium (U), torium (Th), radium(Ra).
Komponen bijih pada bahan galian logam umumnya dibedakan menjadi tiga jenis
mineral pembentuknya, yaitu:
mineral yang tidak bernilai ekonomis yang disebut sebagai mineral penyerta
(gangue mineral).
Tabel 1.1 Daftar beberapa logam penting, mineral bijihnya, serta kadar dalam kerak
bumi
Logam
Mineral bijih
Komposisi
Au/Emas (gold)
Native gold
Electrum
Calaverite
Sylvanite
Petzite
Native silver
Argentite
Pyrargirite
Proustite
Cerargyrite
Magnetite
Hematite
Siderite
Goethite
Native copper
Chalcopyrite
Bornite
Chalcosite
Covellite
Enargite
Tenantite
Azurite
Malachite
Cuprite
Chrysocolla
Brochanthite
Au
(Ag,Au)
AuTe2
(Au,Ag)Te2
Ag3AuTe2
Ag
AgS2
Ag3SbS3
Ag3AsS3
AgCl
Fe3O4
Fe2O3
FeCo3
Fe2O3.H2O
Cu
CuFeS2
Cu5FeS4
Cu2S
CuS
Cu3AsS4
Cu3(Sb,As)S3
Cu3(CO3)2(OH)2
Cu2(CO3)(OH)2
Cu2O
CuSiO3.nH2O
Cu4(SO4)(OH)6
Ag/Perak (silver)
Fe/Besi
Cu/Tembaga
(copper)
%
logam
75-98
50-80
39
24
25
100
87
60
65
75
72
70
48
63
100
35
69
80
66
49
50
55
57
89
40
56
Kadar Dlm
Kerak(%)
0.000 000 4
Mining
Grade(%)
0.000 10.0020
CF
0.007
0,01-0,1
20
25-60
0.005
0.4-1
80
250
Pb/Timbal (lead)
Zn/Seng (zinc)
Sn/Timah (tin)
Ni/Nikel (nickel)
Cr/Krom
(chromium)
Mn/Mangan
(manganese)
Al/
Aluminium
Co/Kobal
Sb/Antimon
(antimony)
Bi/Bismut
(bismuth)
Hg/ Raksa
(mercury)
Mo/
Molibdenum
W/wolfram
(tunsten)
Pt/Platina
(platinum)
Galena
Cerussite
Anglesite
Pyromorphite
Sphalerite
Smithsonite
Hemimorphite
Zincite
Cassiterite
Stannite
Pendlandite
Niccolite
Garnierite
PbS
Pb(CO3)
Pb(SO4)
Pb5(PO4)3Cl
ZnS
Zn(CO3)
Zn4(Si2O7)(OH)2.H20
86
77
68
76
67
52
54
0.001
4-25
4000
0.007
4-25
571
79
28
10-40
44
0.000 2
0.5-2.5
2500
0.007
0.5-3
71
Chromite
SnO2
CuFeSnS4
(Fe,Ni)9S8
NiAs
(Ni,Mg)6(Si4O10)
(OH)4.4H2O
(Fe,Mg)Cr2O4
0.01
MnO2
n.MnO.MnO2.mH2O
3Mn2O3.MnSiO3
MnO(OH)
MnCO3
Mn3O4
20-50
Cr2O3
15-45
3000
Pyrolusite
Psilomelan
Braunite
Manganite
Rhodochrosite
Hausmanite
33-58%
Cr2O3
55-63
35-60
Diaspore
Boehmite
Gibbsite
Kaolinite
Nepheline
Sillimanite
Carrolite
Siegenite
Smaltite
Cobaltite
Cobalt pyrite
Native antimony
Antimonite
Tetrahedrite
Jamesonite
Antimon Oksida
Stibnite
Native bismuth
Bismuthinite
Bismutite
Native mercury
Cinnabar
Molibdenite
Powellite
Wulfenite
Wolframite
Scheelite
Huebnerite
HalO2
AlOOH
Al(OH)3
Al4(Si4O10)(OH)8
NaAlSiO4
Al2SiO5
CuCo2S4
(Co,Ni)3S4
CoAs3-2
(Co,Fe)AsS
(Co,Ni)3S4
Sb
Sb2S3
Cu12Sb4S13
Pb4FeSb6S14
Sb2O3
Ferroplatinum
Sperrylite
Braggite
Pt
PtAs2
(Pt,Pd,Ni)S
60-69
50-62
40-45
65-72
47
47
36
22
18
35
35
11-53
28
35
58
100
71
29
35
75
Bi
Bi2S3
Bi2(CO3)O2
Hg
HgS
MoS2
CaMoO4
100
81
87
(Fe,Mn)WO4
CaWO4
Mn(WO4)
60-75%
80%
60
(WO3)
75-84
56
59
86
60
48
0.09
30-50
Al2O3
Max SiO2
15
389
3.75
0,06-0,35
5-25
Min 0,3
0.000 008
0,2-8
25000
0.000 15
0,01-0,6
67
0.000 15
0,3-6
WO3
2000
0.000 001
0,00030,0015
300
Sn/Arsen
(arsenic)
Ti/Titanium
V/Vanadium
U/Uranium
Arsenopyrite
Loellingite
Realgar
Orpiment
Tenantite
Ilmenit
Rutil
Titanit
Patronit
FeAsS
FeAs2
AsS
As2S3
Cu12As4S13
FeTiO2
TiO2
CaTiSiO2
V2O5VS4
46
72
70
61
20
53
92-98
41
28-39
Uraninit
Coflinite
Brannerite
Uranothorite
UO2
USiO4
(U,Th)Ti2O6
(Th,U,Fe)SiO2H2
47-88
60
26-44
5-15
0.000 2
10-50
TiO2
0,3-5
V2O5
0,03-1
U3O8
Silikat
Karbonat
Fosfat
Nama mineral
Kuarsa
Kalsedon
Magnetite
Hematite
Goetite
Bauxite
Olivin
Diopsit
Wollastonit
Tremolit-aktinolit
Klorit
Epidote
Andradit-grosularit
Kalium felspar
Albit
Kaolinit
Illit
Serisit
Tourmalin
Topas
Kalsit
Siderit
Rodokrosit
Barit
gypsum
Komposisi
SiO2
SiO2
Fe3O4
Fe2O3
Fe(OH)
Al2O3
MgSiO4
Ca(Mg,Fe)(SiO2)2
CaSiO3
Ca2(Mg,Fe)2(OH)2(Si4O11)2
Mg5(Al,Fe)(OH)8(Al,Si)4O10
Ca(Al,Fe)2(OH)2(SiO4)3
Ca2(Al-Fe)2(SiO4)3
KAlSi3O8
NaAlSi3O8
Al2O3.2SiO2.2H2O
KAl2(OH)2(AlSi3O)10(O,OH)10
KAl2(OH)2(AlSi3O10)
Na(Fe,Mg)3B3All3(OH)4(Al3Si6O27)
Al2(F,OH)2SiO4
CaCO3
FeCO3
MnCO3
BaSO4
CaSO4
Batugamping
Dolomit
Kalsit
Batukeprus
Fosfat
Oniks
Gips
Rijang
Bentonit
Fireclay
Ballclay
Zeolit
Felspar
Yodium
Doatomea
Mangan?
Perlit
Obsidian
Batuapung
Belerang
Opal kalsedon
10
Kayu terkersikan
Tras
Pasir vulkanik
Alkali felspar
Mika
Asbes
Lempung
Kaolin
Pasir kuarsa
Sirtu
Gypsum
Talk
Magnesit
Barit
Firofilit
Toseki
Kaolin
Marmer
Batusabak
Kuarsi
grafit
11
a. Batumulia tulen
12
1.3. Mineral
Mineral adalah merupakan unsure atau senyawa hablur/ kristalin yang ada dalam
kerak bumi, bersifat homogen, mempunyai sifat fisik dan kimia tertentu, merupakan
persenyawaan anorganik dan mempunyai susunan kimia yang tetap, dan terbentuk
secara alami.Terdapat beberapa metode atau cara melakukan pemerian mineral yang
selama ini telah banyak digunakan, antara lain:
Microprobe
fisik
PUTIH
13
KUNING EMAS
HIJAU
ABU-ABU
BIRU
KUNING
: belerang
HITAM
MERAH
COKLAT
ISOMETRIK
Pirit
ORTOROMBIK
barit
TETRAGONAL
idokras
MONOKLIN
gipsum
HEKSAGONAL
beril
TRIKLIN
axinit
14
15
1.3.3. Belahan
Adalah kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu arah atau lebih
a. Belahan satu-arah (mika)
b. Belahan dua-arah yg berpot dg sdt 900 (feldspar)
c. Belahan dua-arah tdk berpot tegak lurus (amfibol)
d. Belahan tiga-arah berpot tegak lurus (halit)
e. Belahan tiga-arah tdk berpot tegak lurus (kalsit)
f.
1.3.4. Pecahan
Adalah kecenderungan mineral untuk membelah secara tidak teratur, karena tidak
hadirnya bidang belahan
16
Contoh :
> Concoidal : pecahan botol (mineral kuarsa)
> Splintery / fibrous : pecahan seperti serat (Augit, Hypersten,
Serpentin, Piroksen
> Uneven / Irregular : pecahannya kasar dg permukaan tidak teratur
(garnet, hematit)
1.3.6. Kilap/Luster
Adalah kualitas dan intensitas cahaya yang dipantulkan dari permukaan suatu mineral.
Kilap dibagi menjadi dua :
1. Kilap Logam (Metallic Luster) : galena, pyrit, magnetit, chalcopyrite, hematit.
17
18
MINERAL
KEKERASAN
MINERAL
KEKERASAN
Au
2.5-3
Galena
2.5-2.8
Cu
2.5-3
Kalkopirit
4.2-4.3
Ag
2.5-3
Magnetit
5.5-6.5
Fe
4-5
Pirit
6-6.5
Pt
4-4.5
Andradit
6.5-7.5
As
3.5
Diopsid
5-6
C grafit
1-2
Flogopit
2.5-3
1.5-2.5
Sfalerit
3.5-4
1.3.8. Densitas
Densitas adalah berat atau masa suatu benda pada volume tertentu, yang
diekpresikan dengan satuan kg/m3 atau ton/m3 . masa atau berat
benda adalah
perkalian volume dengan densitas, sementara volume merupakan masa dibagi dengan
densitas.
Spesific Gravity (SG) adalah rasio densitas suatu benda terhadap benda yang
dianggap ssebagai standart. Standart pembanding benda padat dan cait adalah air pada
suhu 4 C (39.2 F), yang mempunyai densitas 1 kg/liter. Sedangkan substansi yang
berbentuk gas dibandingkan dengan udara kering yang mempunyai densitas 1,29 g/liter
pada kondisi standart (0 C dan 1 atm). Sehingga Hg cair yang mempunyai densitas
13,6 Kg/lt akan mempunyai SG 13,6 atau magnetit padat yang mempunyai densitas 5,2
ton/m3 akan mempunyai SG 5,2. Sedangkan gas CO2 yang mempunyai densitas 1,976
akan mempunyai SG 1,53. Karena perbandingan kedua benda mempunyai dimensi atau
satuan yang sama (masa/volume), maka SG tidak mempunyai dimensi.
densitas
Mineral-mineral dengan densitas lebih besar daripada densitas kuarsa (2,65 ton/m3)
atau feldspar (2,54 ton/m3 2,76 ton/m3), atau lebih besar dari 2,8 ton /m3 dikenal
sebagai mineral berat.
Mineral-mineral berat dapat bersifat opak maupun transparan (non opak).
Mineral-mineral yang tidak opak diantaranya adalah apatit, epidot, garnet, rutil,
19
staurolit, turmalin dan zircon sedangkan yang opak yang paling sering dijumpai adalah
ilmenit dan magnetit.
NAMA
Augite
Biotite
Diopside
Epidot
Hematite
Hornblende
Ilmenit
FeTiO3
Magnetit
Fe3O4
Rutil
Pirit
KAl2(AlSi3O10)
(OH,F)2
TiO2
FeS2
Zirkon
ZrSiO4
Muskovit
KOMPOSISI
densitas
WARNA
3.2 - 3.6
2.7 3.7
3.3
3.4
5.2
Putih, hijau
Hijau
Merah sampai hitam; abu-abu
2.9 - 3.4
Monoklin; prismatic panjang
Trigonal;
tabular tebal, prismatik,
Cubic; Oktahedral, kadang
dodecahedral
Monoklin; tabular
Triklin; prismatic, accicular
Kubic
Tetragonal; prismatik
Besi-hitam
Besi Hitam, kenampakan
metalik.
Hampir tidak berwarna-atau
coklat, hijau
Merah-coklat, kuning, black
Tembaga-kuning
Kuning emas, merah,
coklat/hijau.
20
21
BAB 2
STRUKTUR INTERNAL BUMI DAN TEKTONIK LEMPENG
Kerak
Samodera
Mantel Atas (Upper Mantle), 10,3% masa bumi, kedalaman 10-400 km,
mmengandung 15,3% masa mantel-kerak. Berdasarkan observasi fragmen
yang berasal dari erupsi ngunungapi atau jalur pegunungan yang tererosi,
mineral utama pada mantel atas adalah Olivin (Mg,Fe)2SiO4 dan Piroksen
(Mg,Fe)SiO3, membentuk batuan ultra mafik (Peridotit).
23
mineral yang lebur akan membentuk basalt, menerobos naik melewati mantel
atas membentuk magma.
Inti Bumi, 32,5% masa bumi, kedalaman 2.890-6370 km. Lapisan ini
didominasi oleh besi (Fe), juga mengandung sekitar 10% sulfur (S) dan atau
24
oksigen (O). Sulfur dan Oksigen menyebabkan lapisan ini densitasnya sedikit
lebih ringan dari leburan besi murni
Granit (kerak
benua)
0.000 000 4
0.000 0055
1.37
0.0013
0.0048
Diabas (kerak
samodera)
0.000 000 4
0.000 008
7.76
0.0110
0.00078
Kadar Dlm
Kerak(%)
0.000 000 4
0.000 007
5
0.005
0.0013
Mining
Grade(%)
0.000 1
0.008
25-55
1
4-20
Zn/Seng
Ni/Nikel
Cr/Krom
Mn/Mangan
Al/Aluminium
Sn/Timah
Hg/ Raksa
Mo/Molibdenum
W/wolfram
Pt/Platina
0.0045
0.0001
0.002
0.0195
7.43
0.00035
0.000 01
0.000 65
0.000 04
0.000 00019
0.0086
0.0076
0.0114
0.128
7.94
0.00032
0.000 02
0.000 057
0.000 05
0.000 00012
0.007
0.0075
0.01
0.09
8.13
0.000 2
0.000 008
0.000 15
0.000 15
0.000 001
4-10
1.5-2,5
30
35
30
0.5-2
0,2-8
0,01-0,6
0,3-6 WO3
0,0003-0,0015
Si/Silikon
O/Oksigen
33.96
48.5
24.6
44.9
27.7
46.6
25
bahwa lempeng lempeng tersebut terdiri dari kerak dan bagian paling atas dari
mantel, membentuk lapisan yang kaku dan keras yang dikenal sebagai litosfer
Dalam, berada pada kedalaman 5.150-6370 km, merupakan fase padatan, seolah
mengambang dalam leburan inti luar.
26
27
LEMPENG AMERIKA
UTARA
LEMPENG EURASIA
LEMPENG PASIFIK
LEMPENG PASIPIK
LEMPENG
NAZCA
LEMPENG AFRIKA
LEMPENG HINDIAAUSTRALIA
LEMPENG
AMERIKA SELATAN
LEMPENG NAZCA
LEMPENG ANTYARTIK
LEMPENG
ANTARTIK
28
kompleks Grasberg-Ertzberg yang berada pada busur irian Jaya Tengah, Endapan Cu-Au
Batuhijau Sumbawa dan Endapan Au-Ag Epitermal Pongkor yang berada pada busur
Sunda-banda, Endapan Au Epitermal Kelian pada busur Kalimantan Tengah, Endapan Au
Sedimen Hosted Messel di busur Sulawesi Mindanau, Endapan Au epitermal Gosowong
yang berada pada busur Halmmahera, dan lain sebagainya.
Jenis logam yang terknsentrasi, pada wilayah tertentu, sangat dikontrol oleh
lingkungan tektoniknya. Sn, W,Mo, F, Nb umumnya dikontrol oleh oleh keberadaan
kerak kontinen, baik pada intra-continental hotspot, intra-continental rift zone, maupun
pada continental magmatic arcs. Cr, Ni,Pt, Cu dikontrol oleh kehadiran kerak samodera,
diantaranya pada pemekaran tengah samudera. Au, Ag,Cu paling sering hadir pada
lingkungan tektonik busur kepulauan (gambar 2.4)
29
Gambar 2.4 Penampang pada batas lempeng-lempeng tektonik dan asosiasi unsure
logam yang terbentuk (Mitchell dan Garson, 1981)
30
Gambar 2.5 Penyebaran busur magmatic di Indonnesia, yang berperan terhadap keberadaan bijih (sumber : Carlile dan Michell, 1994)
31
BAB 3
STRUKTUR DAN TEKSTUR ENDAPAN MINERAL
Gambar 3.1. Kiri, memperlihatkan urat yang terbentuk pada sesar normal, dengan struktur
pinch-and-swell. Kanan, memperlihakan stadia pembentukan urat yang relative vertical dan
horizontal. Struktur berperan sebelum dan sesudah mineralisasi (dari Evans, 1993).
32
Gambar tersebut memberikan gambaran tentang struktur pinch and swell yang
membentuk urat. Ketiga pada rekahan tersebut membentuk sesar normal, maka akan
terbentuk ruang terbuka (dilatant zones), yang memungkinkan fluida pembawa bijih
masuk ke rongga tersebut dan membentuk urat. Vein pada umumnya terbentuk pada
system rekahan yang memperlihatkan keteraturan pada arah maupun kemiringan.
b. Tubuh bijih Tubular
Tubuh bijih ini, relative pendek pada dua dimensi , tetapi panjang pada sisi
ketiganya. Pada posisi vertical atau sub vertical tubuh ini dikenal sebagai pipa (pipes)
atau chimneys, sedangkan pada posisi horizontal sering digunakan istilah mantos.
Terbentuknya tubuh bijih yang tubular, umumnya disebabkan oleh pelarutan batuan
induknya (host rocks), serta bijih yang berupa breksiasi. Beberapa tubuh bijih
seringkali tidak menerus, sehingga membentuk tubuh bijih yang disebut pod (pod-
shaped orebodies).
Gambar 3.2. Memperlihatkan kenampakan breksi hidrotermal. Foto kiri, kenampakan breksi
hidrotermal pada endapan skarn Big Gossan. Foto kanan, tekstur pengisian diantara
fragmen breksi yang membentuk tekstur cockade pada endapan epitermal Ciemas.
Gambar 3.3. Foto kiri memperlihatkan masif kalkopirit pirit-magnetit yang terebntuk pada
fase mineralisasi awal yang meng-overprint klinopiroksen. Foto kanan urat epidot-gipsumpirit-kalkopirit-sfalerit. Lokasi Big Gossan, Tembaga Pura.
33
banyak terbentuk
Gambar 3.4. Kiri, kenampakan magnetite veinlets pada endapan skarn Big Gossan. Kanan
Kenampakan tekstur stockwork pada endapan Cu-porfiri Grasberg, Tembaga Pura.
Endapan ini sering dikenal atau popular sebagai endapan skarn. Tubuh bijih dicirikan
oleh pembentukan mineral-mineral calc-silicate seperti diopsit, wolastonit, andradidgrosularit garnet, maupun tremolit-aktinolit.
34
kesatuan stratigrafi dengan host rock-nya, tetapi juga dapat terbentuk secara
epigenetic, setelah batuan ada. Endapan konkordan umumnya terbentuk pada batas
batuan yang berbeda ,juga dapat terbentu dalam satu tubuh batuan; dapat batupasir,
batugamping, batuan lempungan, atau pada endapan vulkanik, kadang juga pada
batuan plutonik atau metamorf. Pada tubuh bijih konkordan, sebagian besar tubuh bijih
relative parallel dengan bidang perlapisan, beberapa bagian sering miring atau bahkan
tegak lurus dengan bidang perlapisan.
Pada batuan vulkanik, endapan dapat terbentuk mengisi vesikuler pada tubuh
lava basat yang umumnya membentuk outobreccia dan pada endapan volcanogenic
massive sulphide. Endapan massive sulphide merupakan endapan yang penting dan
lebih signifikan. Pada tubuh intrusi plutonik, juga sering membentuk lapisan-lapisan
mineral ekonomik seperti magnetit-ilmenit
5.2.Tekstur Bijih
Tekstur bijih dapat bercerita banyak tentang genesa atau sejarah pembentukan
bijih. Interpretasi genesa mineral dari tekstur sangat sulit dan haruslah hati-hati. Ada
tiga tekstur yang dikenal, yaitu tekstur open space filling (infilling), tekstur replacement,
serta exolution.
35
Adanya vug atau cavities, sebagi rongga sisa karena pengisian yang tidak selesai
Gambar 3.6 Foto kiri memperlihatkan kenampakan vuggy quartz,sedangkan foto kanan
memperlihatkan tekstur crustiform-colloform, sebagai penciri tekstur pengisian.
Adanya struktur zoning pada mineral, sebagai indikasi adanya proses pengisia,
seperti mineral andradit-grosularit. Struktur zoning pada mineral sulit dikenali
dengan pengamatan megaskopis.
Tekstur berlapis. Fuida akan sering akan membentuk kristal-kristal halus, mulai
dari dinding rongga, secara berulang-ulang, yang dikenal sebagai crustiform
atau colloform. Lapisan crustiform yang menyelimuti fragmen dikenal sebagai
tekstur cockade. Apabila terjadi pengintian kristal yang besar maka akan
36
a)
b)
c)
e)
f)
h)
i)
Gambar 3.7. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur pengisian. A) Vuggy
atau rongga sisa pengisian, b). Kristal euhedral, c). Kristal zoning, d). Gradasi ukuran Kristal,
e).Tekstur crutiform, f). Tekstur cockade, g).Tekstur triangular, h).Comb structure,
i).Pelapisan simetris
37
38
Adanya mineral yang tumbuh secara tidak teratur pada batas mineral lain
ekahan
39
terlaut akan membentuk inklusi-inklusi halus pada mineral pelarutnya. Inklusi-inklusi ini
kadang teratur dan sejajar, kadang brlembar, kadang tidak teratur.
40
Mineral
Temperatur (C)
550
400
475
325
400-475
41
setiap rekahan hasil tektonik yang mengandung mineralisasi merupakan satu sikuen
waktu relatif.
Untuk dapat menyusun paragenesa mineral (bijih) pada suatu tempat, perlu
dilakukan
observasi
overprinting
pada
sejumlah
contoh
batuan.
Pengertian
overprinting dapat diartikan sebagai observasi tekstur pada sampel bijih untuk
mengetahui bahwa satu mineral terbentuk lebih awal atau lebih akhir dibanding mineral
lain. Observasi overprinting merupakan bagian dari proses untuk menyusun paragenesa
mineral yang merupakan dasar untuk mengetahui apa yang terjadi pada suatu sistem
hidrotermal.
3.2.5. Kriteria Overprinting
Secara teori kriteria overprinting cukup sederhana, akan tetapi relatif cukup
rumit dalam prakteknya. Pemahaman tekstur penggantian dan pengisian lebih dulu
harus dipahami. Secara umum ada beberapa kriteria, kriteria pertama adalah kriteria
yang paling mudah dipahami dan meyakinkan.
3.2.5.1 Kriteria Pertama (Confidence building)
Mineral Superimposition
Fluida
hidrotermal
mengendapkan
yang
mineral,
melewati
dimana
satu
rekahan
mineral
yang
terbuka,
menutup
yang
akan
lain,
42
memungkinkan
hadir
stadia
baru,
tetapi
kenyataannya
ukuran
kristal
dari
kasar
ke
halus,
kemungkinan
Structural Superimposition
43
44
urat-urat
halus
yang
terpisah
dengan
himpunan
mineral
ubahan/pengisian yang satu sama lain sangat berbeda. Kehadiran dua atau lebih
himpunan mineral pada tempat yang berbeda, menunjukkan adanya dua atau lebih
stadia mineralisasi, tetapi sulit mengetahui mana yang lebih dulu terbentuk.
Perbedaan kristal yang mencolok pada sikuen pengisian juga dapat dijadikan
indikasi adanya stadia yang berbeda, setidaknya ada perbedaan atau perubahan kondisi
kimia dan fisik.
3.2.5.4 Kriteria ke-empat (Indirect overprinting-temperature inference)
Sebagian besar sikuen paragenetik memperlihatkan kecenderungan adanya
penurunan temperatur. Stadia awal umumnya terbentuk pada temperatur yang relatif
lebih tinggi. Himpunan mineral yang mengandung biotit secara normal terbentuk pada
temperatur lebih tinggi dengan himpunan yang mengandung mineral lempung. Bukan
berarti apabila didapati asosiasi biotit dengan mineral lempung dapat diartikan bahwa
biotit terbentuk lebih dulu dibanding mineral lempung. Tetapi paling tidak kriteria
45
temperatur dapat digunakan untuk membantu memilahkan stadia satu dengan lainnya
(lihat tabel kisaran temperatur).
Tabel 5.2. Contoh tabel paragenesa mineral
PENGAMATAN
STADIA 1
STADIA 2
STADIA 3
breksiasi,
urat
STADIA 4
Mineral ubahan
epidot
serisit
kalsit
Mineralisasi
(sulfida,oksida)
magnetit
pirit
kalkopirit
Tipe struktur
urat
.
.
Indikasi temperatur
..
..
Lain-lain
..
46
Tabel 5.3 Kisaran temperatur mineral-mineral ubahan hidrotermal yang penting (sebagian besar
berdasarkan kisaran yang dibuat oleh Kingston Morrison, 1995; (*) oleh Edwards, 1965 ).
Kisaran temperatur ( C )
0
Alterasi
(mineral sekunder)
Kuarsa
Serisit/Muskovit
Mineral lempung
Klorit
Epidot
Kalsit/Karbonat
Pirofilit
Sfen
Aktinolit
Anhidrit
Albit
Biotit
Adularia
Mineralisasi
(sulfida dan oksida)
Pirit
Kalkopirit (kp)
Magnetit
Spalerit (sp)
Galena
Bornit (bo)
Kovelit (ko)
Digenit
Arsenopirit
Kalkosit (ks)
Hematit
Emas
Elektrum
Perak
Kp dalam Sp
Ko dalam Ks (*)
Bo eksolusi (*)
Ko eksolusi
100
200
300
47
BAB 4
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL
Mesitermal dan hipotermal. Dalam klasifikasi ini belum muncul istilah hidrotermal,
tetapi hanya disebut dengan istilah karena naiknya air, berhubungan dengan
aktivitas batuan beku.
Tabel 4.1. Klasifikasi Lindgren (1911)
I. ENDAPAN OLEH PROSES MEKANIK
I. ENDAPAN OLEH PROSES KIMIAWI
0-70 C
Oleh reaksi
A
P menengah-tinggi
Evaporasi
1. KONSENTRASI KOMPONEN YANG BERASAL DARI TUBUH BATUAN SENDIRI
a. Oleh pelapukan
0-100 C
P menengah
0-100 C
P menengah
c. Oleh metamorfosa
0-400 C
P tinggi
0-100 C
p menengah
500-600 C
P tinggi
Mesothermal
150-300 C
P tinggi
Epitermal
50-150 C
P menengah
Pyrometasomatic
500-800 C
P tinggi
Sublimates
100-600 C
P rendah-menengah
Endapan magmatik
700-1500 C
P tinggi
Pegmatik
575 C
P tinggi
C. Endapan magmatik
Zona bijih
Logam bijih
Mineral bijih
Mineral
penyerta
(gangue)
Ubahan batu samping
Tekstur dan struktur
Zonasi
3000- 15000 m
300-600
Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya pada
batuan prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukan
pada sesar naik
Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidak
beraturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated
pada batuan samping
Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As
Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit,
bornit, kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe.
Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa,
kloorit-fe, karbonat
Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan
Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa
Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual,
Au telurida kadang hadir sebagai bonanza.
50
Zona bijih
Logam bijih
Mineral bijih
Mineral
penyerta
(gangue)
Ubahan batu samping
Tekstur dan struktur
Zonasi
1200-4500 m
200-300
Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin
berasosiasi dengan rekahan tektonik regional. Umum pada sesar
normal maupun sesar naik
Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling.
Batas tubuh bijih bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing
membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, beddingsurface. Strike dan dip Fissure agak teratur.
Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll
Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,
kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,
tetrahedritesulphosalt,
Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),
albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.
Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.
Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat
halus, lensa yang besar bisanya massif.
Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah
kedalaman
Zona bijih
Logam bijih
Mineral bijih
Mineral
(gangue)
penyerta
Zonasi
Niggli
(1929)
menyampaikan
konsep
pengelompokan
mineral,
yang
kemudian
dibagi
menjadi
Kelompok
Orthomagmatik,
Kelompok
kelompok
Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten,
dengan
hidrotermal.
Belakangan,
para
ahli
geologi
banyak
Tabel 4.6. Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington
(1935)
700-1500 C
P sangat tinggi
T sedang-tinggi
P sangat tinggi
100-600 C
P atmosfer-menengah
100-600 C
P atmosfer
500-800 C
P sangat tinggi
300-500 C
P sangat tinggi
200-300 C
P tinggi
Epitermal, dangkal
50-200 C
P menengah
T rendah
P rendah
Xenothermal, dangkal
T tinggi-rendah
P sedang-atmosfer
T 100 C
P menengah
400 C
P tinggi
0-100 C
P menengah
0-100 C
P menengah-atmosfer
T tinggi
P rendah-menengah
0-70 C
P menengah
T rendah
P
rendah,
permukaan
a. Reaksi inorganik
b. Reaksi organik
di
C. Di dalam
53
Tabel 4.7 Ciri-ciri umum endapan teletermal (Graton, 1933 dari Evans , 1993)
Kedalaman
Temperatur
Pembentukan
Dekat permukaan
100
Pada batuan sedimen, lava. Sering terbentuk pada wilayah yang
tidak ditemukan batuan plutonik
Dalam rekahan terbuka, cavities, kekar, fissure. Tidak ditemukan
replacement.
Pb,Zn,Cd,Ge
Galena(miskin Ag), sfalerit (miskin Fe, mungkin kaya Cd),
markasit, pirit, Cinabar
Kalsir, dolomite miskin Fe, dll
Zona bijih
Logam bijih
Mineral bijih
Mineral
penyerta
(gangue)
Ubahan batu samping
Tekstur dan struktur
Zonasi
Dolomitisasi, chertification
Seperti epitermal
-
Strata-bound
54
P sangat tinggi
T sedang
P sedang
Pegmatik
T
sedangtinggi
P tinggi
100-1200 C
P atmosfer-menengah
100-600 C
P atmosfer
200-800 C
P menengah
Karbonatit, kimberlit
Anortosit, gabro
KOMPONEN EPIGENETIK
KARENA ERUPSI BATUAN BEKU
dangkal-menengah
Batuan metamorfik
300-800 C
P rendah-menengah
Epitermal
50-300 C
P rendah,
dangkal-menengah
Mississipi Valley
25-200 C
P rendah
25-75 C
P rendah
25-350 C
P rendah
Endapan-endapan
samodra,smokers, red Sea
Volcanic exhalites in part
kerak
25-600 C
P tinggi
0-150 C
P menengah
25-50 C
P atmosfer
25-350 C
P hydrospheric
25-75 C
P hydrospheric
0-70 C
P menengah
25-75 C
P atmosfir
25-75 C
P rendah
P rendah, di permukaan
55
2.
3.
4.
5.
57
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciriciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya.
Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik mineralogi maupun teksturnya
merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lain.
Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai
semipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut . Endapan yang
berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik,
yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak
sebagai
by-product.
Sawkind(l
976)
membagi
endapan
massive
sulphide
volcanogenic menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.
C. Proses metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada
bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang
berasal
dari
aktifitas
magma
tersebut.
Istilah
metamorfosa
kontak
dan
disekitarnya.
Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat
terbentuk pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah
material gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida
terutama yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo-
skarn mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endoskarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exoskarn
adalah
skarnifikasi
pada
batugampiong
sekitar
batuan
beku.
Pada
Tipe ubahan
ENDAPAN
MAGMATIK
MAGMATIK
Basaltik-Ultra
basa
Basaltik-ultra
basa
-
Mineral ubahan
Topas, kuarsa,
muskovit,turmalin
Mineral bijih
utama
Kromit,
pendlandit,
magnetit
Cr, Ni, Pt
Diseminasi,
berlapis
Kristalisasi
langsung dari
magma
Kasiterit,wolframit,sc
heelite
Intrusi
Host rocks
Komoditi logam
Tekstur utama
Keterangan lain
ENDAPAN HIDROTERMAL
GREISEN
Pluton granitik
Pluton granitik
greisen
Sn,W
Diseminasi,
stockwork
PORFIRI
Sub vulkanik
granitik-andesitik
Garanitik-andesitik
SKARN
Sub vulkanik granitikandesitik
karbonat
EPITERMAL H.S.
Andesitik
EPITERMAL L.S
andesitik
M.S.V.
Dasitik/granitik
Vulkanik, sedimen
Vulkanik, sedimen
Vulkanik dasitik
Potasik, filik,
argillic,,profilitikan
vanced argillic
Biotit,
KF,kuarsa,serisit,pir
it,ilit,epidot,klorit,kal
sitkaolinit,alunit
Bornit, kalkosit
kalkopirit,
molibdenit
Cu, Mo, Au, Sn, W
Diseminasistockwork, urat
Zona ubahan
umumnya
konsentris, tonase
besar dg kadar
rendah
Potasik,skarn,profiliti
k
advanced argillic
,Profilitik, argillic
Silisik,internedietarg
illic
Garnet,diopsit,magne
tit,wolastonit,tremolit,
biotit, klorit
Kaolinit,alunit,
diaspor.pirofilit, ilit
Filik, argillic,
profilitik anvanced
argillic
Serisit,ilit,klorit,
epidot, kalsit,
adularia kaolinit
Bornit, kalkosit
kalkopirit, molibdenit
Enargir, luzonit,
tenantit
Sfalerit, galena,
kalkopirit
Sfalerit,galena,
kalkopirit
Au, Cu,Ag
Diseminasireplacement masif
Equivalen dg sistem
gunung api aktif
Au, Ag
Urat, stockwork
Equivalen dengan
geotermal aktif
Berasosiasi dengan
vulkanisme bawah
laut
Barit, gipsum,
anhidrit,ilit,kuarsa
60
d.Proses-proses di permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif di
permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah dikenal
secara luas, bahwa endapan (sedimen} permukaan dibagi menjadi endapan alohton
(allochthonous) dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton merupakan
endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar lingkungan pengendapan),
sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara insitu.
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut
sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa
dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi.
Sedangkan
placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan endapan
placer aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara tradisional juga sering
digunakan istilah endapan placer residual, untuk endapan yang terbentuk dan
berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini umumnya terbentuk pada daerah yang
mempunyai morfologi yang relatif datar. Penggunaan istilah endapan placer colluvial
tidak begitu populer, beberapa penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu
tebing (cliff) dan sering diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial
umumnya terbentuk pada daerah yang memiliki morfologi bergelombang. Mineralmineral berat akan terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan sumber.Komoditi
penting yang terbentuk sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt)
dan
Timah (Sn).
Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material
yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali
material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses tersebut
mempunyai nilai
61
residual. Untuk dapat terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama
untuk daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi
tersebut sebagian besar batuan akan menghasilkan soil yang kehilangan materialmaterial yang mudah larut. Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe)
dan aluminium (Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah
larut, dan laterit umumnya mengandung material ini.
Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut sebagai
bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa endapan bauxite
mengalami melapukan dan terendapkan kembali membentuk bauxite sedimen
(sedimentary bauxites).
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan serpentinit
(0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat mengalami presipitasi
kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona laterit atau zona limonit (12% Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-3%, zona lapuk di bawah zona
laterit)
Pengkayaan supergen
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di
dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun
oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak unsur logam
(Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya sebagai senyawa sulfat) dalam air yang
bergerak ke dalam air tanah atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi
tidak berlangsung.
Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian
larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah
muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk
sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan supergen. Di bawah zona
pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer tidak terpengaruh
oleh proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang
paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu)
62