Tugas Amdal-Ekolabel
Tugas Amdal-Ekolabel
Tugas Amdal-Ekolabel
KATA PENGANTAR............................................................................................. 2
1. BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 3
2. BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 8
2.1. Pengertian EKOLABEL............................................................................ 8
2.2. Tujuan Ekolabel...................................................................................... 9
2.3. Fungsi Ekolabel.................................................................................... 10
2.4. Tipe Tipe EKOLABEL..........................................................................10
2.5. Prosedur/Penerapan Sertifikasi EKOLABEL...........................................12
2.6. Peraturan yang mengatur dan berkaitan dengan Ekolabel..................19
3. BAB III KESIMPULAN.................................................................................... 20
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 21
1 | Page
KATA PENGANTAR
Keanugrahan inspirasi dari Tuhan Yang Maha Esa sang Mahadaya Ilmu yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang pada akhirnya penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan penulisan ilmiah ini sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penulisan makalah ini diajukan guna melengkapi salah satu tugas pengantar AMDAL.
Dalam penulisan makalah ini saya mengambil judul EKOLABEL Pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan penulisan makalah ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan penulisan ini tidak lepas dari
kesalahan dan juga kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan saran dan kritik
dari para pembaca yang nantinya apabila penulis membuat penulisan yang lain agar lebih baik
dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi ilmu pengetahuan.
2 | Page
1. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Semua aktivitas ekonomi pasti terkait dengan sumber daya alam dan lingkungan,
contohnya adalah dalam proses pembuatan produk (material) hingga setelah produk
tersebut digunakan yang pada akhirnya nanti akan menjadi limbah yang efeknya pasti
berdampak pada alam atau lingkungan ini, oleh karena itu baik kita sebagai konsumen
maupun produsen harus peduli dengan kelestarian lingkungan. Permasalahan lingkungan
yang meningkat mengakibatkan praktek bisnis dan konsumen mulai peduli dengan
permasalahan ini, konsep yang Berkelanjutan (sustainable) merupakan salah satu
konsep yang penting dibicarakan di era bisnis modern saat ini (Cherian dan Jacob, 2012;
Mathur dan Jain, 2013).
Hal lain yang menyebabkan meningkatnya kepedulian lingkungan adalah karena
media yang selalu membahas mengenai lingkungan, peraturan hukum yang ketat tentang
lingkungan, isu lingkungan yang terus berkembang seperti semakin meningkatnya
dampak dari pemanasan global, serta dampak industri, yang pada akhirnya
mempengaruhi opini masyarakat. Ketatnya peraturan lingkungan dan pengaruh tekanan
konsumen juga membuat akademik berfokus pada startegi manajemen yang berpengaruh
pada lingkungan (Leonidou, 2010).
Disisi produsen, mereka mulai mengembangkan konsep pemasaran yang peduli
lingkungan, yang sering disebut dengan pemasaran hijau. Terjadinya peningkatan strategi
pemasaran hijau ini digunakan untuk 1 mempromosikan praktis peduli lingkungan dan
berharap dengan pengimplementasian ini dapat meningkatkan permintaan dari produk
(Raska dan Shaw, 2012) akan tetapi tidak semua perusahaan mempunyai kemampuan
untuk mengimplementasikan pemasaran hijau (Chen, 2012) Pemasaran hijau adalah
pemasaran dari sebuah produk yang peduli dengan keamanan lingkungan yang terdiri
dari modifikasi produk, merubah proses produksi, merubah bentuk kemasan produk, dan
memodifikasi iklan (American Marketing Assosiation dalam Jagale dan Dalvi, 2013).
Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk menyukseskan pemasaran hijau.
Serenity Edwards (Direktur tanggung jawab sosial dan perusahaan pada Direct Marketing
3 | Page
Association) dalam Tsai (2010) menjelaskan ada enam cara untuk mempromosikan
pemasaran hijau, yaitu :
Mengintegrasikan inisiatif
b) Melibatkan
yang mencantumkan
ekolabel di kemasan produk tersebut. Ekolabel adalah alat potensial dan atraktif yang
berguna untuk menginformasikan ke konsumen tentang dampak lingkungan yang terjadi
akibat keputusan pembelian oleh konsumen, yang secara berkelanjutan nantinya
membantu produsen untuk memperluas market share dan mengekstrak preferensi market
place (Rashid et al., 2009). Suki (2013), diantara ketiga alat komunikasi pemasaran hijau,
ekolabel adalah alat komunikasi yang paling kuat mempengaruhi perilaku pembelian
produk ramah lingkungan. Ekolabel menyediakan informasi tentang aspek lingkungan
dari produk atau jasa yang dapat mempengaruhi konsumen, pertanyaannya adalah
bagaimana konsumen dapat menerima label tersebut dan apa pentingnya mereka peduli
terhadap label (Kavaliauske et al.,2013).
Studi mengindikasikan persepsi konsumen terhadap ekolabel merupakan hal yang
penting, walaupun mereka sering dibingungkan oleh terminologi yang digunakan pada
label (DSouza, 2004). Dari konsensi ekolabel, memiliki makna bahwa produk
mengandung beberapa kriteria yang menunjukan bahwa produk memiliki dampak
lingkungan yang lebih kecil dibandingkan kategori produk normal (Chamorro dan
Banegil, 2006). Ekolabel
nyaman tentang produk paling ramah lingkungan di pasar, akan tetapi ekolabel tidak
mengirimkan informasi tentang sikap dan perilaku produsen terhadap lingkungan, jadi
belum tentu dibalik alat tersebut 3
4 | Page
pemasaran hijau (Chamorro dan Banegil,2006). Disisi lain, Magnusson (2001) dalam
Granvist et al. (2004) menemukan bahwa ekolabel berkorelasi lemah terhadap keputusan
pembelian konsumen. Pada kondisi lain, konsumen perlu usaha untuk mencari informasi
tentang produk ramah lingkungan sedangkan perusahaan kurang menginformasikan
tentang kandungan produk atau spesifikasi produk tersebut (Luzio dan Lemke, 2013).
Erskine dan Collins (1997) dalam Rashid et al. (2009), dalam prakteknya, ini akan
menjadi sulit untuk menjadikan ekolabel bekerja secara baik dan efektif berkontribusi
kepada lingkungan.
lingkungan belum terlalu ditanggapi oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh perilaku
konsumen untuk ikut andil dalam menyukseskan usaha produsen ini dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu pengetahuan konsumen tentang isu lingkungan dan sikap kepedulian
konsumen tersebut terhadap lingkungan. Rashid et al. (2009), mengatakan ekolabel
mungkin dapat berpengaruh pada keputusan pembelian jika dipengaruhi oleh faktor luar,
seperti kredibilitas (Cary et al., 2004), tingkat kepedulian lingkungan (Grankvist et al.,
2004) dan ketersediaan produk ekolabel pada toko-toko (Thogersen,2000). Leire dan
Thidell (2005) dan Thogersen et al. (2010) dalam Purohit (2012) mengatakan
dibutuhkannya pemahaman lebih baik tentang respon konsumen terhadap ekolabel.
Juwaheer dan Sharmila P (2012) menemukan adanya hubungan positif antara keefektifan
strategi pemasaran hijau dengan pola pembelian konsumen untuk produk ramah
lingkungan, jadi 4 sangat berguna bagi perusahaan untuk mempromosikan strategi brand
hijau, pengekolabelan dan pengemasan hijau untuk mendorong atau menciptakan pola
konsumsi produk ramah lingkungan pada konsumen. Barber et al. (2009) mengatakan
komponen yang penting dalam perilaku kesadaran konsumen yang peduli lingkungan
adalah untuk meningkatan pengetahuan tentang produk dan lingkungan. Spruyt (2007)
dalam Cherian dan Jacob (2012) menemukan bahwa perilaku secara langsung
dipengaruhi oleh sikap, dimana dihubungkan dengan pengetahuan dan pengalaman
pribadi yang dimiliki oleh konsumen. Bazoche et al. 2008; Loureiro, 2003 dalam Barber
et al. (2009), meningkatnya kesadaran tentang perlunya pengetahuan tentang green
akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Meningkatnya pengetahuan
diasumsikan akan mengubah sikap terhadap peduli lingkungan seseorang, dan keduanya
(pengetahuan dan sikap terhadap lingkungan) akan mempengaruhi perilaku peduli
5 | Page
lingkungan (Arcury, 1990 dalam Barber et al., 2009), akan tetapi Muller dan Taylor
(1991) dalam Martin dan Antonis (1995) mengatakan bahwa pengetahuan lingkungan
memiliki dampak yang sedikit pada perilaku bahkan Synodinus (1990) menemukan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap, selain itu
banyak peneliti yang juga meneliti antara sikap pada lingkungan dengan perilaku
terhadap lingkungan akan tetapi masih belum ditemukan kejelasan bagaimana hubungan
sebenarnya (Martin dan Antonis, 1995).
Martin dan Antonis (1995) menyarankan untuk lebih baik jika kita memahami
bagaimana hubungan 5 antara pengetahuan lingkungan, sikap dan dampak keduanya
terhadap perilaku. Di Indonesia sudah sekitar 90 % konsumen Indonesia yang sudah
memiliki perhatian terhadap isu lingkungan (penelitian AC Nielsen, 2009). Ekolabel di
Indonesia sudah ada sejak tahun 2004 dengan acuan ISO 14020, declarations-general
principles; ISO 14024, environmental labels and environmental labels and declarations
Types I environmental labelling- principles and procedures dan ISO/IEC Guide 65,
General requirements for product sertification, selain itu BSN (Badan Sertifikasi
Nasional) juga menerapakan SNI terkait dengan ekolabel. Tujuan ekolabel ini adalah
dalam rangka perlindungan lingkungan, mendorong inovasi industri ramah lingkungan,
dan membangun kesadaran masyarakat atau konsumen terhadap produk ramah
lingkungan (Suminto, 2011).
Ekolabel Indonesia lahir dengan latar belakang bahwa tuntutan konsumen pada
perdagangan internasional semakin meningkat, pola konsumsi dunia juga cenderung
mengarah pada konsumen hijau misalnya di Jepang dikenal dengan sistem Green
Purchase Low (Green Keo Nyu Ha) yang diberlakukan mulai April 2006, dimana setiap
produk yang berbasis pada kayu, baik domestik maupun impor harus dilengkapi dengan
dokumen asal usul kayu dan untuk saat ini pengecekan dilakukan pada 5 jenis barang
yang bahan dasarnya menggunakan kayu yaitu kertas, alat tulis, bahan interior dan mebel.
KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) Indonesia sudah menghimbau industri untuk
menggunakan ekolabel dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri No. 2 tahun 2014
tentang Pencantuman Logo Ekolabel. Ekolabel 6 menurut KLH merupakan salah satu
perangkat pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat proaktif sukarela dan diharapkan
sebagai perangkat yang efektif untuk melindungi fungsi lingkungan hidup, kepentingan
6 | Page
masyarakat dan peningkatan efisiensi produksi serta daya saing. Selain itu ekolabel juga
dimaksudkan untuk mewujudkan sinergi pengendalian dampak negatif ke lingkungan
sepanjang daur hidupnya serta mendorong persediaan dan permintaan produk dan jasa
ramah lingkungan. Sedangkan menurut Mutu Certification International, Ekolabel adalah
Label, tanda atau sertifikasi pada suatu produk yang memberikan keterangan kepada
konsumen bahwa produk tersebut dalam daur hidupnya menimbulkan dampak
lingkungan negatif yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan produk lainnya yang
sejenis dengan tanpa bertanda ekolabel. Daur hidup produk mencakup perolehan bahan
baku, proses pembuatan, perindustrian, pemanfaatan, pembuangan serta pendaur ulangan.
Informasi ekolabel ini digunakan oleh pembeli atau calon pembeli dalam memilih
produk yang diinginkan berdasarkan pertimbangan aspek lingkungan dan aspek lainnya.
Di lain pihak, penyedia produk mengharapkan penerapan label lingkungan dasar
mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk. Di banyak
negara, program ekolabel telah mendapatkan perhatian yang serius oleh pemerintah,
mengingat isu lingkungan telah menjadi isu penting dalam perdagangan. Program
ekolabel pertama kali diperkenalkan di Jerman pada tahun 1979 yang dikenal dengan
nama Blue angel. Kemudian diikuti oleh negara-negara lain seperti Jepang dengan
Ecomark, Taiwan dengan Green mark, Singapore dan Thailand dengan Green
label, serta 7 Indonesia dengan nama Ramah lingkungan. Hingga saat ini sudah ada
sekitar 25 negara yang telah mempunyai program ekolabel (Suminto, 2011). Oleh karena
itu dalam penelitian ini, peneliti meneliti seberapa besar manfaat ekolabel pada produk
ramah lingkungan terhadap niat beli ulang konsumen terhadap produk ramah lingkungan
dengan melihat faktor lain sebagai variabel moderasi yaitu kepedulian lingkungan, yang
mungkin dengan adanya variabel ini akan mempengaruhi tingkat pengaruh antara sikap
dengan niat pembelian ulang produk ramah lingkungan.
7 | Page
2. BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian EKOLABEL
Ekolabel adalah Label, tanda atau sertifikasi pada suatu produk yang memberikan
keterangan kepada konsumen bahwa produk tersebut dalam daur hidupnya menimbulkan
dampak lingkungan negatif yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan produk lainnya
yang sejenis dengan tanpa bertanda ekolabel. Daur hidup produk mencakup perolehan
bahan baku, proses pembuatan, perindustrian, pemanfaatan, pembuangan serta pendaur
ulangan. Informasi ekolabel ini digunakan oleh pembeli atau calon pembeli dalam
memilih produk yang diinginkan berdasarkan pertimbangan aspek lingkungan dan aspek
lainnya. Di lain pihak, penyedia produk mengharapkan penerapan label lingkungan dasar
mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk.
Ekolabel dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang diterakan pada produk
atau kemasan produk, atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan, publikasi,
pemasaran, media internet. Selain itu, informasi yang disampaikan dapat pula lebih
lengkap dan mengandung informasi kuantitatif untuk aspek lingkungan tertentu yang
terkait dengan produk tersebut
Ekolabel Indonesia Lahir dengan latar belakang bahwa tuntutan konsumen pada
perdagangan internasional semakin meningkat, pola konsumsi dunia juga cenderung
mengarah pada Green Consumeriam misalnya di Jepang dikenal dengan sistem Green
Purchase Low (Green Keo Nyu Ha) yang diberlakukan mulai april 2006, dimana setiap
produk yang berbasis pada kayu, baik domestic maupun impor harus dilengkapi dokumen
asal usul kayu dan untuk saat ini pengecekan dilakukan pada 5 jenis barang yang bahan
dasarnya menggunakan kayu yaitu kertas, alat tulis, bahan interior dan furniture.
Ekolabel adalah salah satu gagasan metode penyampaian informasi dari produk
kepada konsumen yang akurat, verifiable dan tidak menyesatkan, terutama yang terkait
dengan aspek lingkungan dari produk yang dihasilkan, material yang digunakan maupun
kemasannya. Beberapa alasan yang menjadi dasar penyampaian informasi tersebut adalah
bertujuan untuk mendorong permintaan dan penawaran produk yang dihasilkan ramah
terhadap
lingkungan
berkelanjutan.
8 | Page
sehingga
dapat
mendorong
perbaikan
lingkungan
yang
2.2.
Tujuan Ekolabel
- Ekolabel memiliki dua tujuan yaitu
Bagi konsumen :
- memberikan informasi kepada konsumen agar memberikan informasi kepada
konsumen agar konsumen dapat membuat pilihan berdasarkan konsumen
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi tersebut - informasi tersebut agar konsumen dapat membedakan antara produk agar konsumen dapat
9 | Page
2.3.
Fungsi Ekolabel
Ekolabel dapat juga berfungsi sebagai pemilihan produk-produk oleh konsumen yang
lebih memilih dampak lingkungan lebih kecil dibanding produk lainnya yang sejenis.
Disamping itu, inovasi industry yang berwawasan lingkungan dapat timbul dari adanya
penerapan ekolabel oleh para stakeholder. Lebih lanjut, citra yang positif terhadap
brand produk maupun perusahaan yang memproduksi atau mendistribusikan ke pasar
dapat ditimbulkan dari penerapan ekolabel, sehingga dapat menjadi investasi bagi
peningkatan daya saing perusahaan.
Adapun fungsi ekolabel berdasarkan Konsumen, ekolabel merupakan informasi
mengenai dampak lingkungan dari produk yang akan digunakannya. Sehingga dengan
demikian, masyarakat memiliki kesempatan untuk mengambil peran serta dalam
penerapan ekolabel melalui cara penyampaian masukan bagi pemilihan kategori produk
dan criteria ekolabel. Disamping itu, ekolabel mampu mendorong tingkat kepedulian dan
kesadaran konsumen bahwa dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan jenis produk
tidak hanya ditentukan oleh faktor harga dan kualitas saja tetapi juga didasarkan pada
faktor lainnya yaitu dampak lingkungannya. Indikator keberhasilan ekolabel dapat
diketahui dari adanya tindakan perbaikan kualitas lingkungan yang terkait dengan
kegiatan proses produksi yang didukung oleh seluruh komponen pelaku industrinya baik
pengusaha, importer, distributor, pemerintah, masyarakat dan lain-lain.
2.4.
dalam penerapan ekolabel tipe 1 bersifatsukarela. Secara umum, ekolabel tipe 1 terdiri
dari beberapa tahapsebagai berikut:
Pemilihan kategori produk dan jasa
Pengembangan dan penetapan kriteria ekolabel
Penyiapan mekanisme dan sarana sertifikasi, termasukpengujian, verifikasi dan
evaluasi serta pemberian lisensipenggunaan logo ekolabel
produsen/pelaku usaha yang bersangkutan. Ekolabel tipe 2 dapat berupa simbol, label
ataupernyataan yang dicantumkan pada produk atau kemasanproduk, atau pada informasi
produk, buletin teknis, iklan,publikasi, pemasaran, media internet, dll. Contoh
pernyataanatau klaim tersebut adalah recyclable, recycled material,biodegradable,
CFC-free, dll.Keabsahan ekolabel tipe 2 sangat dipengaruhi oleh:
Metodologi evaluasi yang jelas, transparan, ilmiah, danterdokumentasi
Verifikasi yang memadai
didasarkan pada Pedoman KAN 801-2004: Persyaratan Umum untuk Lembaga sertifikasi
ekolabel (selanjutnya disebut LS Ekolabel (LSE)). Skema sertifikasi ekolabel adalah alat
11 | P a g e
yang efektif untuk menjaga keamanan fungsi lingkungan hidup, kepentingan sosial dan
meningkatkan efisiensi serta daya saing. Oleh karena itu, sinergi dalam pengelolaan
dampak yang telah sesuai dengan siklus produk dapat dicapai. Di samping itu sertifikasi
ini juga diharapkan untuk mendorong permintaan atas produk-produk ramah lingkungan.
2.5.
Informasi Prosedur
Lembaga Sertifikasi Ekolabel harus menyediakan uraian rinci yang
mutakhir bagi setiap pemohon mengenai prosedur evaluasi dan sertifikasi yang
berlaku, dokumen yang memuat persyaratan sertifikasi, hak dan kewajiban
pemohon yang produknya disertifikasi termasuk biaya yang harus dibayar oleh
pemohon.
2.5.2.
Permohonan
2.5.2.1.
12 | P a g e
personel dengan
lembaga yang terlibat dalam desain, pemasokan, instalasi atau perawatan produk
tersebut
selama
jangka
waktu
tertentu,
yang
dapat
mempengaruhi
disiapkan oleh
a) tanggal evaluasi;
b) nama evaluator;
c) identifikasi seluruh aspek yang dievaluasi (seperti identitas pemohon,
produk yang dievaluasi, dan parameter yang dievaluasi);
d) kategori produk dan kriteria ekolabel;
e) temuan terhadap kesesuaian dan ketidaksesuaian atas pemenuhan
kriteria ekolabel, hasil analisis terhadap temuan dan rekomendasi.
Laporan ketidaksesuaian harus segera disampaikan oleh Lembaga
Sertifikasi Ekolabel kepada pemohon agar pemohon dapat melakukan perbaikan
dan memenuhi seluruh persyaratan sertifikasi dan
perbaikan yang telah dilakukan oleh pemohon sesuai batas waktu yang
ditentukan.
2.5.6. Keputusan sertifikasi
Keputusan
Sertifikasi
Ekolabel
harus
memiliki
prosedur
yang
16 | P a g e
Lembaga Sertifikasi Ekolabel dalam waktu paling lama 15 hari setelah perubahan terjadi untuk
penyesuaian sertifikatnya. Jika sebuah sertifikat ekolabel hilang atau rusak, pemegang sertifikat
17 | P a g e
harus mengajukan kepada Lembaga Sertifikasi Ekolabel dengan pernyataan fakta dan dokumen
pendukung untuk penerbitan ulang.
Survailen dilakukan dengan cara mengevaluasi data dan informasi yang relevan dan atau
pengujian terhadap contoh yang diambil sesuai dengan jenis produknya di jalur/proses produksi
dan di gudang serta di pasar atau jalur distribusi produk sebelum produk memasuki pasar.
Apabila hasil survailen menunjukkan bahwa ketentuan sertifikasi masih dipenuhi oleh pemegang
sertifikat
maka
sertifikat
ekolabel
masih
berlaku.
Sertifikat
ekolabel
dapat
2.6.
dan
simbol-simbol
yang
19 | P a g e
3.1.
Kesimpulan
Pada umumnya masyrakat/konsumen ketika membeli suatu barang mereka belum begitu
peduli atau tidak memperhatikan tanda ekolabel pada suatu produk yang akan dibeli, tetapi
mereka lebih memperhatikan kepada mutu dan harga produk tersebut.
Perumusan standard/kriteria ekolabel dan penerbitan sertifikat ekolabel di Indonesia
masih sangat ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain.
Masih kurangnya pemahaman masyarakat khususnya bagi pelaku usaha/industri
mengenai keuntungan/manfaat dari penerapan sertifikasi ekolabel produk.
20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://www.menlh.go.id/sertifikasi-kan-dan-ekolabel-indonesia/
http://www.indonesiagreenproduct.com/ekolabel-dan-peningkatan-daya-saing-produk/
http://yayangiis4.blogspot.co.id/2015/02/tipe-tipe-ekolabel.html
http://www.lei.or.id/id/news/848/sertifikasi-ekolabel-mampu-meningkatkan-daya-jual-produk-mebel
http://www.menlh.go.id/menlh-keluarkan-peraturan-tentang-ekolabel/
http://www.kan.or.id/wp-content/uploads/downloads/2010/03/Ped-KAN-800-2004-Ped-Umum-Akrdan-Sert-Eko.pdf
http://hujanberbagicerita.blogspot.co.id/2015/06/produk-ekolabel-yang-ramah-lingkungan.html
http://www.indonesiagreenproduct.com/permenlh-nomor-2-tahun-2014-tentang-pencantuman-logoekolabel/
21 | P a g e