Laporan Pendahuluan Ileus Obstruktif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis
yang diperkuat sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang
berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum
dan Ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya 4-5
m(Price & Wilson, 2012).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan. Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus
obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Sedangkan ileus paralitik atau adinamik ileus adalah keadaan di mana usus
gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya
akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya
obstruksi mekanik (Price & Wilson, 2012)
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau
oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik.
Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus
harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi
usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin
sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis
adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi (Sherwood,
2012).

Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama


pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus
merupakan tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah
obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara
pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera ditolong
dengan operasi (laparatomi).
Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal
usus berupa gangguan sistem saluran cerna, sumbatan usus, perdarahan atau
akibat penyebaran tumor. Biasanya nyeri hilang timbul akibat adanya
sumbatan

usus

dan

diikut

muntah-muntah

dan

perut

menjadi

distensi/kembung. Bila ada perdarahan yang tersembunyi, biasanya gejala


yang muncul anemia, hal ini sering terjadi pada tumor yang letaknya pada
usus besar sebelah kanan (Pierce, 2011).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus (Price & Wilson, 2012)
antara lain :
1. Hernia inkarserata
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola
secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika
percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakan herniotomi segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat

idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya


berupa : intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan
mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi
perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan Rontgen
dengan pemberian enema barium.
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat
cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase
makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi
tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus , kecuali
jika menimbulkan invaginasi . Proses keganasan, terutama karsinoma
ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal
ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau
di mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.

Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari


saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu
empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau
katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi
kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal.

C. Manifestasi Klinik
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam
lumen usus bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama.

Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka
muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Tanda vital normal pada tahap
awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen dapat
dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas
pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan metallic
sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di
daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya
nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon
Timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di
epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya
iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai
dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi
komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu
mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus
halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi
kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi
hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling
tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak
pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada

auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan


adanya strangulasi.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
b. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
c. Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang
menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit
normal atau sedikit meningkat , jika sudah tinggi kemungkinan sudah
terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
2. Radiologi
Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen.
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnose ileus
obstruksi. Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar
mendatar. Posisi datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan
sikap tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi.
Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada
usus halus biasanya tidak tampak. Gambaran radiologi dari ileus
berupa distensi usus dengan multiple air fluid level, distensi usus
bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.
Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas
dengan gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat
terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami distensi
menunjukkan gambaran seperti pigura dari dinding abdomen.
Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan
pemeriksaan bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan
spesifik untuk mendiagnosis neoplasma dan bahkan bisa langsung
dilakukan biopsi.

Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif


dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :
1) Ileus obstruksi letak tinggi :
a) Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di
ileocecal junction) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.
b) Coil spring appearance
c) Herring bone appearance
d) Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder
sign)
2) Ileus obstruksi letak rendah :
a) Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
b) Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak
pada tepi abdomen
c) Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada
ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
menyeluruh dari gaster sampai rectum.
Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar
usus) mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, )
Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) :
untuk melihat tempat dan penyebab.
CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi.
E. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadangkadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan,

terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus


harus di rawat di rumah sakit.
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi
mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu
diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang
keluar
2. Persiapan (konservatif)
Pemasangan NGT untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi

distensi

abdomen

(dekompresi).

Pasien

dipuasakan,

kemudiandilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan


keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif.
3. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila Strangulasi
Obstruksi lengkap Hernia inkarserata tidak ada perbaikan dengan
pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan
kateter).

4. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadaan paralitik.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)

A. Pengkajian
Meliputi dampak gangguan terhadap pasien, menjaga kesehatan pasien secara
umum, melaksanakan Activity Daily Living secara mandiri, penanganan

modalitas pengobatannya. Homeostatik sistemik dipastikan baik, asupan


nutrisi yang optimal, pencegahan komplikasi immobilitas.
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama
1) Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
2) Keluhan saat ini
Alasan masuk RS, gangguan eliminasi, gamgguan nutrisi, nyeri
abdomen
3) Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
a) Tekanan darah: pada obstruksi lanjut, awitan nyeri yang timbul
dapat meningkatkan tekanan darah (>120/80 mmHg).
b) Pulse rate: biasanya meningkat akibat nyeri yang dirasakan
(diatas 100x/menit pada orang dewasa, dan diatas 120x/menit
pada anak kecil).
c) Respiratory rate: biasanya meningkat (diatas 20x/menit),
perubahan RR dapat terjadi jika adanya desakan diapragma
yang menekan rongga thoraks.
d) Suhu: biasanya normal (36-37,5C), dapat terjadi peningkatan
suhu yang mengindikasikan terjadinya infeksi sistemik.

4) Riwayat penyakit sebelumnya


Ditanyakan sebelumnya apakah klien pernah menderita gangguan
pencernaan atau operasi saluran pencernaan lainnya. .
5) Anamnesa dan observasi
a)

Aktivitas dan istirahat


Klien mengatakan mengalami nyeri sehingga mengganggu
aktivitasnya.

10

Klien tampak meringis ketika menggerakkan tubuhnya .


Klien mengatakan mengalami kelemahan dan/keletihan.
Klien tampak lemah.
Klien mengatakan apabila merasa nyeri istirahatnya
menjadi sedikit terganggu.
b)

Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat (>120/80 mmHg) akibat
nyeri yang dirasakan.
Takikardi.
Akral dingin.
Terjadi peningkatan leukosit (leukositosis)

c)

Integritas ego
Masalah tentang perubahan dalam penampilan dan kondisi
fisik.

d)

Eliminasi
Klien bisa mengalami gangguan eliminasi seperti kontipasi
atau tidak mampu BAB selama beberapa hari

e)

Makan/cairan
Nafsu makan yang menurun atau kondisi medis yang
mengharuskan pasien puasa.
Mual dan muntah
Berat badan klien menurun.
Kadar albumin klien menurun (<3,4 g/dL).

f) Nyeri
Provoking Incident : pencetus atau penyebab nyeri
Quality of Pain : rasa nyeri atau gambaran nyeri yang
dirasakan.
Region : menentukan lokasi atau area nyeri dan
penyebarannya
11

Severity (Scale) : seberapa sakit nyeri yang dirasakan


Time : kapan nyeri timbul
g) Respirasi
Ada atau tidak adanya sesak
Tampak adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
Frekuensi pernapasan klien normal/meningkat.
h) Bio-psiko-sosio-spiritual
Meliputi dimensi yang memungkinkan didapatkannya data
tentang persepsi, status emosi, kognitif dan perilaku pasien.
i) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
Tampak adanya distensi abdomen
Penambahan ukuran lingkar abdomen
Pasien terlihat sesak
b. Palpasi :
Nyeri tekan region abdomen
Adanya massa pada abdomen
c. Perkusi
Suara timpani atau redup pada sisi abdomen akibat
asites
d. Auskultasi
Mendengar bising usus atau peristaltic usus
6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Laboratorium
HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel
darah merah) : meningkat akibat dehidrasi
Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit,
ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria
yang

menunjukkan

adanya

dehidrasi

dan

asidosis

metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat , jika


12

sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia


darah sering adanya gangguan elektrolit.
b. Radiologi
Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi
abdomen.
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan
diagnose ileus obstruksi.
Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis,
bayangan valvula connives melintasi seluruh lebar usus)
atau obstruksi besar (distribusi perifer/bayangan haustra
tidak terlihat di seluruh lebar usus) mencari penyebab (pola
khas dari volvulus, hernia, )
Enema
kontras
tunggal

(pemeriksaan

radiografi

menggunakan suspensi barium sulfat sebagai media kontras


pada usus besar) : untuk melihat tempat dan penyebab.
CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi.
B. Diagnosa Keperawatan Post Operatif :
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi operatif
2. Hiperteri berhubungan dengan sepsis
3. Resiko kekurangan volume cairan
4. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan

5. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan


6. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus
C. Rencana/ Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi operatif
NOC:

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu


menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)

13

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan


manajemen nyeri

NIC:

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu


ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,


kompres hangat/ dingin

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Tingkatkan istirahat

Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama


nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama


kali

2. Hiperteri berhubungan dengan sepsis


NOC:

Suhu 36 37C

Nadi dan RR dalam rentang normal

NIC:
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR

14

Monitor penurunan tingkat kesadaran


Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik:
Kelola Antibiotik:....
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
3. Resiko kekurangan volume cairan
NOC:

Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,


membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

NIC:

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,


tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin, albumin, total protein )

Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam

Kolaborasi pemberian cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan oral

Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 100cc/jam)


15

Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

Atur kemungkinan tranfusi

Persiapan untuk tranfusi

Pasang kateter jika perlu

Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

4. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan kurang asupan makanan


NOC:

Nafsu makan menigkat

Albumin serum

NIC:

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan


nutrisi yang dibutuhkan pasien

Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht

Monitor mual dan muntah

Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

Monitor intake nuntrisi

Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi

16

Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan


seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.

Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

Kelola pemberan anti emetik:.....

Anjurkan banyak minum

Pertahankan terapi IV line

Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas


oval

5. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan


NOC:

Klien terbebas dari bau badan

Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan


ADLs

NIC:

Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,


berpakaian, berhias, toileting dan makan.

Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan


self-care.

Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal


sesuai kemampuan yang dimiliki.

Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika


klien tidak mampu melakukannya.

Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk


memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.

Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

17

Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas


sehari-hari

6. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus


NOC:

Pola BAB dalam batas normal

Feses lunak

NIC:

Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi

Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis

Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien

Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan


bising usus

Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap

Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi

Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu


yang lama

Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan

Dorong peningkatan aktivitas yang optimal

Sediakan privacy dan keamanan selama BAB

18

Obstruksi Ileus

Penyimpangan KDM

Distensi Abdomen
Tindakan pembedhan

Iskemia dinding usus


Kehilangan cairan menuju
peritoneum

Luka insisi

Pelepasan bakteri dan


toksin dari usus nekrosis
ke peritoneum dan
sirkulasi sistemik

Terputusnya inkontinuitas
jaringan
Degranulasisel mast

Pelepasan mediator kimia

nociceptor
Medula spinlis

kortekcerebri

Nyeri akut

Port de enteri

Invasi bakteri

Resiko infeksi

Infection
control

Akumulasi gas dan cairan


Intralumen proksimal obstruksi
Penekanan diapragma ke
rongga thorak

Kerusakan anuler
pylorus
Ekspansi isi lambung
ke esopagus
Mual-muntah

Ekspansi paru tidak


adekuat
Tachipneu
Peningkatan metabolisme

Aktivasi leukosit
fagositosis
Asam arrahidodat lepas
dari hipotalamus
Asam arrahidodat lepas
dari hipotalamus
Stimulasi sel point

Penurunan
volume ECF

Kelemahan fisik
Defisit perawatan diri: mandi

Penurunan cairan
plasma dan cairan
interstisial

Self care status

Kekurangan
volume cairan

Hipertermi

Fluid balance
Termoregulation
Pain
management
Analgesic
adminstration

Hidration

19

Daftar Pustaka

Cynthia, M. T., & Sheila, S. R. (2012). Diagnosis keperawatan dengan rencana


asuhan edisi 10. Jakarta : EGC.
Pierce, E. E. (2011). Anatomi fisiologi untuk para medis. Jakarta: Gramedia.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit volume 1 edisi 6. Jakarta: EGC.
Sherwood, L. (2012). Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 6. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M.,& Ahern, N. R. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan :
diagnose nanda, intervensi nic, kriteria hasil noc. edisi 9. Jakarta : EGC
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, M. C. (2013).
Nursing intervention classification (NIC) sitxh edition. America:
Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (NOC) measurement of health outcomes. America:
Elsevier.

20

Anda mungkin juga menyukai