Referat Antiphospholipid Syndrom
Referat Antiphospholipid Syndrom
Referat Antiphospholipid Syndrom
ANTIPHOSPHOLIPID SYNDROM
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo
Diajukan Kepada :
dr. Arlyn , M.Kes, Sp.Pd
Disusun Oleh :
Muchamad Rizki Musaffa
20110310221
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui Referat dengan judul :
ANTIPHOSPHOLIPID SYNDROM
Tanggal : Mei 2016
Tempat : RSUD Setjonegoro Wonosobo
Oleh :
Muchamad Rizki Musaffa
20110310221
Disahkan oleh :
Dokter Pembimbing
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk
dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat
Antiphospholipid Syndrom.
Referat ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak
ternilai kepada:
1. dr. Arlyn Yuanita, M.Kes, Sp.Pd selaku dosen pembimbing bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah
mengarahkan dan membimbing dalam menjalani stase serta dalam
penyusunan Referat ini.
2. Rekan-rekan Co-Assisten atas bantuan dan kerjasamanya.
3. Dan seluruh pihak-pihak terkait yang membantu penyelesaian Referat ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan Referat ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun demi
kesempurnaan penyusunan Referat di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Wonosobo, Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
REFERAT
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Obat
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Dosis Obat
10
10
Indikasi
12
Kontraindikasi
12
13
Interaksi Obat
15
BAB III
17
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Antifosfolipid ( antiphospholipid aPL) merupakan antibodi yang langsung
terhadap antigen yang terdiri dari fosfolipid bermuatan negatif. Antibodi
antifosfolipid (Antiphospholipid Antibodi / APA) ini dalam klinis yang terpenting
adalah Antikoagulan Lupus (Lupus Anticoagulant / LA) dan antibodi antikardiolipin
(Anticardiolipin antibodi / ACLA).12,13
Sindroma antifosfolipid (SAF) pada awalnya merupakan kelainan pada sistem
pembekuan darah dimana terbentuk bekuan darah pada vena dan arteri yang
dihubungkan dengan peningkatan APA. Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di
dalam pembuluh darah atau ruang jantung yang dapat menyumbat aliran darah arteri
maupun vena sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan / organ tersebut. 13,14
Sindroma antifosfolipid merupakan sindroma dengan karakteristik adanya
trombosis vaskuler ( arterial atau vena) dan /atau morbiditas kehamilan yang
berhubungan dengan tingginya antibodi terhadap plasma protein yang berikatan
dengan fosfolipid anion ( antibodi antifosfolipid aPL). 3 Pustaka lain mendefinisikan
sindroma antifosfolipid sebagai penyakit autoimun non inflamasi ditandai adanya
antibodi antifosfolipid pada plasma penderita dengan trombosis vena dan/atau arteri
dan/atau komplikasi kehamilan berulang.15
Dalam keadaan normal, antibody berfungsi baik untuk melawan kuman dan
infeksi yang disebabkan oleh virus, akan tetapi kadang-kadang system kekebalan
tubuh mengalami kerusakan sehingga menyerang tubuh sendiri. Antibody APS ini
dapat di deteksi dengan tes darah. Apabila seseorang dideteksi memiliki antibody ini
dapat dipastikan orang tersebut dapat mengalami masalah-masalah tertentu.
abortus spontan yang berulang yang diduga karena trombosis pada daerah plasenta,
sindroma post partum (berupa demam, timbulnya infiltrat paru dan efusi pleura
bahkan dapat terjadi kegagalan multi organ (multi organ failure) yang dikenal sebagai
katastrofik SAF berupa perburukan gejala akibat akselerasi koagulasi vaskulopati,
kematian janin dalam kandungan, Preeklampsia (PE) dan Eklampsia (E),
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), gawat janin dan persalinan kurang bulan.21,22,22
BAB II
Patogenesis dan patofisiologi
Antifosfolipid antibodi mempunyai aktivitas prokoagulan terhadap protein C, annexin
V dan trombosit , dan menginhibisi fibrinolisis. 5 Saat ini diketahui bahwa antibody
terhadap 2-glikoprotein merupakan antibodi utama yang berperan dalam patogenesis
sindroma antifosfolipid.4 2-glikoprotein akan berikatan dengan fosfolipid yang
bermuatan negatif dan menghambat aktivitas kontak kaskade koagulasi dan konversi
protrombin-trombin. 2- glikoprotein 1 berfungsi sebagai antikoagulan plasma
natural, sehingga adanya antibodi terhadap protein ini dapat merangsang terjadinya
trombosis.5
Mekanismemekanisme yang berperan dalam terjadinya hypercoagulable state pada
sindroma antifosfolipid adalah :
Antikardiolipin antibodi dan 2-glikoprotein antibodi akan meningkatkan
aktivasi dan adesi trombosit ke endotel.5
Adanya aktivasi endotel vaskuler yang akan meningkatkan adesi monosit dan
trombosis.5
Peningkatan ekspresi tissue factor pada permukaan monosit.5
Inhibisi aktivitas protein C, protein S dan factor-faktor koagulasi lain. Pada
penderita dengan antibodi antifosfolipid dapat ditemukan juga antibodi
terhadap heparin/heparan sulfat, protrombin, platelet-activating factor, tissuetype plasminogen activator, protein S, annexin (2, IV dan V), tromboplastin,
oxidized low density lipoprotein, trombomodulin, kininogen, factor VII, VIIa
dan XII.5
Antibodi terhadap heparan/heparan sulfat pada tempat ikatan dengan
antitrombin III dapat mengaktivasi koagulasi dengan cara menghambat
pembentukan kompleks heparin-antitrombin-trombin.5
Antibodi terhadap oxidized low density lipoprotein merupakan faktor yang
berperan dalam terjadinya aterosklerosis.5
Aktivasi komplemen melalui perlekatan aPL ke permukaan endotel dapat
menimbulkan kerusakan endotel dan merangsang trombosis yang berperan
dalam terjadinya kematian fetus.5
faktor-faktor yang diduga berperan sebagai pencetus terbentuknya antibodi
antifosfolipid adalah :
o Produksi antibodi natural yang berlebihan.6
o Molecular mimicry sebagai akibat infeksi.6
o Paparan terhadap fosfolipid selama aktivasi trombosis dan apoptosis selular. 6
7
Manifestasi klinis lain yang dapat ditemukan pada sindroma antifosfolipid adalah
sebagai berikut1 :
1. Trombosis pada pembuluh darah besar :
Neurologik
Transient ischemic attack, stroke iskemi, chorea, kejang, dementia ,mielitis
transversa, ensefalopati, migren, pseudotumor serebri, thrombosis vena serebral,
mononeuritis multipleks
Optalmik
Trombosis arteri/vena retina, amaurosis fugax
Kulit
Flebitis superfisial, ulkus di kaki, iskemi distal, blue toe syndrome
Jantung
Infark miokardial, vegetasi valvular, trombi intrakardiak, aterosklerosis
Paru-paru
Emboli paru, hipertensi pulmonal, trombosis arteri pulmonal, perdarahan alveolar
Arteri
Trombosis aorta, trombosis arteri besar dan kecil
Ginjal
Trombosis vena/arteri renalis, infark ginjal, gagal ginjal akut, proteinuria, hematuria ,
sindroma nefrotik
Gastrointestinal
Sindroma Budd-Chiari, infark hati, infark kandung empedu, infark usus, infark limpa,
pankreatitis, asites, perforasi esofagus, kolitis iskemi
Endokrin
Infark dan kegagalan fungsi adrenal, infark testis, infark prostat, infark dan kegagalan
fungsi pituitari
Vena
Trombosis vena ekstremitas, adrenal, hepatik, mesenterik, lien, vena cava.
Komplikasi obstetrik
Keguguran, gangguan pertumbuhan janin intrauterin ; anemia hemolitik, peningkatan
enzim hati, trombositopeni (sindroma HELLP); oligohidramnion, preeklampsi
Hematologi
Trombositopenia, anemia hemolitik, sindroma hemolitik uremik, purpura trombotik
trombositopeni
Lain-lain
Perforasi septum nasal, nekrosis avaskular tulang
2. Trombosis mikrovaskuler.1 :
Mata
Retinitis
Kulit
Livido retikularis, gangren superfisial, purpura, ekimosis, nodul subkutan
Jantung
Infark miokardial, mikrotombi miokardial, miokarditis, abnormalitas katup
Paru-paru
Acute respiratory distress syndrome, perdarahan alveoler
Ginjal
Gagal ginjal akut, mikroangiopati trombotik, hipertensi
Gastrointestinal
Infark atau gangren usus, hati, limpa
Hematologi
Koagulasi intravaskuler diseminata (pada sindroma antifosfolipid katastropik)
Lain-lain
Mikrotrombi, mikroinfark
Bick mengklasifikasikan sindroma trombosis yang berhubungan dengan antibody
antifosfolipid menjadi 6 tipe sindroma yaitu 7,8 :
1. Sindroma tipe I
Trombosis vena dalam dengan atau tanpa emboli paru
2. Sindroma tipe II
Trombosis arteri koroner
Trombosis arteri perifer
Trombosis aorta
Trombosis arteri karotis
3. Sindroma tipe III
Trombosis arteri retina
Trombosis vena retina
Trombosis serebrovaskuler
Transient cerebral ischemic attacks
4. Sindroma tipe IV
Campuran sindroma tipe I,II dan III
5. Sindroma tipe V ( Fetal wastage sndrome)
Trombosis vaskuler plasenta
Fetal wastage ( sering pada trimester 1, dapat pada trimester 2 dan 3)
Trombositopeni maternal
6. Sindroma tipe VI
10
11
Keadaan-keadaan lain
Antifosfolipid antibodi juga ditemukan pada sickle cell anemia, anemia
pernisiosa,diabetes melitus, inflammatory bowel disease, terapi pengganti ginjal
dialisis dan sindroma Klinefelter.5
Pemeriksaan penunjang :
IgG dan IgM antikardiolipin antibodi.9
IgG dan IgM anti-2-glikoprotein .9,10
Test lupus antikoagulan.9
Kriteria diagnostik
Diagnostik didasarkan pada kriteria International Consensus Statement on an Update
of the Classification Criteria for Definite Antiphospholipid Sndrome tahun 2006. 9
Sindroma antifosfolipid definit adalah bila didapatkan minimal 1 kriteria klinis dan
minimal 1 kriteria laboratorium.
Kriteria klinis :
1 atau lebih episode trombosis vena, arterial atau pembuluh darah kecil dan /atau
morbiditas kehamilan
o trombosis : dibuktikan dengan pemeriksaan imaging atau histologi
o morbiditas kehamilan : satu atau lebih kematian fetus dengan morfologi
normal pada usia > 10 minggu kehamilan, atau satu atau lebih kelahiran prematur
sebelum usia 34 minggu karena eklampsi, preeklamsi atau insufisiensi plasenta, atau
tiga atau lebih kematian embrio (< 10 minggu) , tanpa adanya kelainan kromosom
ayah dan ibu atau kelainan anatomi ibu atau penyebab hormonal
Kriteria laboratorium :
Adanya aPL pada 2 atau lebih pemeriksaan dengan jarak minimal 12 minggu dan
tidak lebih dari 5 tahun sebelum terjadinya manifestasi klinis
o IgG dan/atau IgM anticardiolipin antibodi dengan titer moderat atau tinggi
(>40 unit GPL atau MPL atau >99th persentil)
o Antibodi 2- glikoprotein 1 IgG atau IgM isotipe dengan titer > 99th
persentil
o Adanya aktivitas lupus antikoagulan
Terapi
Terapi untuk trombosis pada sindroma antifosfolipid adalah :
Heparin.11
Warfarin
Pada umumnya warfarin saja cukup untuk terapi trombosis vena. Meskipun demikian,
penambahan aspirin atau dipiridamol pada terapi warfarin dapat mencegah rekurensi
trombosis arteri.11
12
antitrombotik
pada
trombosis
dengan
anbtiodi
1. Sindroma tipe I
Heparin unfractionated /low molecular weight heparin jangka pendek diikuti
pemberian heparin subkutan jangka panjang
clopidogrel jangka panjang dapat dipertimbangkan sebagai pengganti Heparin
unfractionated /low molecular weight heparin bila tidak terjadi thrombus dalam 6-12
bulan atau adanya efek samping osteoporosis karena heparin
2. Sindroma tipe II
Heparin unfractionated /low molecular weight heparin jangka pendek diikuti
pemberian jangka panjang heparin subkutan
Clopidogrel jangka panjang dapat dipertimbangkan sebagai pengganti
Heparin unfractionated /low molecular weight heparin bila tidak terjadi thrombus
dalam 6-12 bulan atau adanya efek samping osteoporosis karena heparin
3. Sindroma tipe III
Serebrovaskuler : clopidogrel dengan heparin sub kutan jangka panjang. Setelah
keadaan stabil dalam jangka panjang, heparin dapat dihentikan, clopidogrel tetap
diteruskan
Retinal : clopidogrel, bila gagal, ditambahkan heparin sub kutan jangka panjang
4. Sindroma tipe IV
Terapi tergantung jenis thrombosis
5. Sindroma tipe V
Aspirin 81 mg/hari sebelum konsepsi diikuti heparin 5000 unit setiap 12 jam
segera setelah konsepsi
6. Sindroma tipe VI
13
Tidak ada indikasi yang jelas untuk pemberian terapi antitrombotik Terapi
antitrombotik jangan dihentikan sampai antibodi antikardiolipin menjadi negative
dalam waktu 4-6 bulan.
First event
Direkomendasikan pemberian antikoagulan warfarin dengan target INR antara 2-3
pada penderita dengan trombosis vena dalam atau emboli paru yang pertama kali
terjadi. Warfarin diberikan selama minimal 6 bulan.5
Recurrent disease
Direkomendasikan pemberian warfarin life-long dengan target INR 2-3. Bila terjadi
trombosis berulang selama terapi warfarin dengan target INR 2-3, direkomendasikan
untuk menaikkan target INR 3,1-4 dan /atau menambahkan aspirin dosis rendah.5
Terapi profilaksis : .11
Terapi profilaksis diberikan pada penderita asimptomatik dengan aPL tanpa riwayat
trombosis . Insidensi terjadinya trombosis pada keadaan ini berkisar antara 10- 75%
bila
kadar antibodi sangat tinggi. Terapi profilaksis yang direkomendasikan:
Aspirin 81 mg/hari direkomendasikan pada penderita simptomatik dan
tidak hamil.
Kombinasi aspirin dan hidroksiklorokuin (<6.5 mg/kg/hari)
Terapi pada Catastrophic APS : .11
Terapi faktor presipitasi (misalnya infeksi)
Heparin, diikuti warfarin ( target INR 2-3)
Metilprednisolon 1gram IV /hari selama 3 hari, diikuti steroid parenteral atau oral
ekivalen dengan prednison 1-2 mg/kg
Plasma exchange dan/atau IVIG (400 mg/kg /hari selama 5 hari bila didapatkan
adanya mikroangiopati (trombositopenia, anemi hemolitik mikroangiopati)
Siklofosfamid (diberikan pada sindroma antifosfolipid yang berhubungan dengan
lupus eritematosus sistemik dengan komplikasi yang mengancam jiwa.
Terapi eksperimental : fibrinolitik, prostasiklin, ancrod, defibrotide, antisitokin,
immunoadsorption, anti sel B antibodi (rituximab)
14
BAB III
KESIMPULAN
Sindroma antifosfolipid merupakan penyebab trombosis dengan manifestasi klinis
dari asimptomatis sampai trombosis yang mengancam jiwa. Berdasarkan ada atau
tidaknya penyakit dasar, terbagi menjadi sindroma antifosfolipid primer dan
sekunder. Patogenesis dan patofisiologi terjadinya trombosis adalah adanya gangguan
fungsi endotel, aktivasi trombosit, inhibisi fibrinolisis Manifestasi klinis utama adalah
trombosis vena dan/atau arteri serta morbiditas kehamilan. Untuk kepentingan terapi,
sindroma antifosfolipid dibagi ke dalam 6 tipe sindroma. Diagnostik didasarkan pada
kriteria International onsensus Statement on an Update of the Classification Criteria
for Definite Antiphospholipid Sndrome tahun 2006. Terapi yang diberikan adalah
antikoagulan dan anti agregasi trombosit.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Baker WF, Bick RL. The clinical spectrum of antiphospholipid syndrome.
Hematol Oncol Clin N Am 2008;22:33-52.
2. Levine JS, Branch DW, Rauch J. The antiphospholipid syndrome. N Engl J
Med 2002;346:752-63.
3. Bermas B, Erkan D, Schur PH. Clinical manifestations and diagnosis of
antiphospholipid syndrome.
4. De Groot PG, Derksen RHWM. Paotphysiology of the antiphospholipid
syndrome. J Thromb Haemost 2005;3:1854-60.
5. Bermas BL, Schur PH. Pathogenesis of the antiphospholipid syndrome.
6. Baker WF, Bick RL, Farreed J. Controversies and unresolved issues in
antiphospholipid syndrome pathogenesis and management. Hematol Oncol
Clin N Am 2008;22:155-74.
7. Bick RL.In : Bick RL, ed. Disorders of thrombosis and hemostasis clinical
and laboratory practice. 3rd ed. Philadelphia : Lippincot t Williams and
Wilkins;2002.p.
8. Bick RL, Baker WF. Treatment optioins for patients who have
antiphospholipid
9. syndromes. Hematol Oncol Clin N Am 2008;22:145-53.
10. Miyakis S, Lockshin MD, Atsumi T, Branch DW, Brey RL, Cervera R, et al.
International consensus statement on an uptodate of the classification criteria
for definite antiphospholipid syndrome (APS). Journal of Thrombosis and
Hemostasis 2006 ;4:295-306.
11. Pengo W. Anti-b2-glykoprotein I antibody testing in the laboratory diagnosis
of antiphospholipid syndrome. J Thromb Haemost 2006;3:1158-9.
12. Bermas BL, Schur PH. Treatment of the antiphospholipid syndrome.
13. Hathaway WE and Good Night SH. Antiphospholipid antibodies in Disorders
of Hemostatis and Thrombosis. A Clinical Guide McGraw Hill. 362-9.1993.
14. Arnout J and Carera SL. The antiphospholipid syndrome in Cardiovascular
Thrombosis Edr. Verstraete et al Lippincott-Raven 759-79.1998.
16
of
17
18