Perkembangan Ilmu Astronomi
Perkembangan Ilmu Astronomi
Perkembangan Ilmu Astronomi
BAB II
Pembahasan
1) Pengertian astronomi dan keterkaitannya dengan sains islam.
Ilmu Astronomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit,
seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk
mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit
yang lain.
Dalam literatur-literatur klasik ilmu ini disebut juga dengan Ilmu Falak, karena dalam bahasa
arab Falak mempunyai arti orbit atau lintasan benda-benda langit (madar al-nujum) . Selain
istilah di atas ilmu astronomi dalam dunia intelektual islam juga disebut dengan Ilmu Haiah,
Ilmu Rashd, Ilmu Miqat, Ilmu Hisab.
Akan tetapi karena perubahan makna, istilah astronomi dalam pandangan masyarakat
sekarang berbeda dengan Ilmu Falak. Karena Ilmu Falak diartikan sebagai ilmu yang hanya
membahas tentang penentuan awal bulan kamariah, awal waktu, arah kiblat, dan kapan
terjadinya gerhana, dengan kata lain masyarakat hanya menganggap ilmu falak hanya
berkutat pada masalah agama saja, padahal antara ilmu astronomi dan ilmu falak itu samasama mempunyai objek kajian yang sama, yaitu segala benda langit.
Namun sekarang, ilmu astronomi-lah yang diyakini mempunyai objek kajian yang lebih luas
dari pada ilmu falak, karena objek kajian ilmu falak dalam masalah ibadah hanya membahas
tentang matahari, bumi, dan bulan. Tidak seperti ilmu astronomi yang juga membahas tentang
peredaran planet-planet atau benda langit lainnya.
2) Perkembangan ilmu Astronomi pada masa sebelum masehi
Sebelum lebih jauh membahas perkembangan ilmu astronomi, terlebih dahulu kita berbicara
tentang siapa penemu ilmu ini, Memang jarang kita temukan literatur yang tercoret di
dalamnya siapa yang pertama kali melakukan pengamatan terhadap benda-benda langit.
Dalam kitab al-Khulasah al-Wafiyah oleh Zubaer Umar Jailani, rektor pertama IAIN
Walisongo Semarang dijelaskan bahwa ilmu ini pertama kali ditemukan oleh seorang yang
benar Itiqadnya, yang membawa misi monoteisme akan eksistensi dzat yang yang
menciptakan alam semesta ini (tuhan semesta alam), ia adalah Nabi Idris AS.
Jejak astronomi tertua ditemukan dalam peradaban bangsa Sumeria dan Babilonia yang
tinggal di Mesopotamia (3500-3000 SM). Abngsa Sumeria hanya menerapkan bentuk-bentuk
dasar astronomi. Pembagian waktu lingkaran menjadi 360 derajat berasal dari bangsa
Sumeria.
Orang sumeria juga sudah mengetahui gambaran konstelasi bintang sejak 3500 SM. Mereka
menggambar pola-pola rasi bintang pada segel, vas, dan papan permainan. Nama rasi
Aquarius yang kita kenal berasal dari bangsa Sumeria.
Astronomi juga sudah dikenal masyarakat India kuno. Sekitar tahun 500 SM, Aryabhata
melahirkan sistem matematika yang menempatkan bumi berputar pada porosnya. Aryabhata
membuat perkiraan mengenai lingkaran dan diameter bumi. Brahmagupta (598-668) juga
menulis teks astronomi yang berjudul Brahmasphutasiddhanta pada 628. Dia astronom yang
memecahkan masalah-masalah astronomi.
Tentang bagaimana ilmu astronomi pada zaman sebelum islam ini tentu tidak sebaik dan
seorang pengarag produktif yang telah mengarang lebih Dari 50 buku., disertai dengan
uraian-uraian yang sisematis.
2)Claudius Ptolomeus (140 SM)
Seorang ahli Geografi dan astrologi. Pendukung teori yang dikemukakan oleh aristoteles,
kemudian menyempurnakan dan mempopulerkannya hingga namanya lebih dikenal di dunia.
Dia juga seorang pengarang beberapa risalah astronomi , dimana risalah-risalah yang
dikarangnya tersebut banyak diadopsi oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya. Karya-karyanya
adalah: syntasis, Geografia, Tetrabiblos.
3) Hipparchus (150 SM)
Seorang berkebangsaan Yunani yang juga hali dalam bidang asronomi, dia termasuk salah
satu pendukung teori Geosentris. Karya-karya yang ia temukan adalah menyusun gambaran
baku alam semesta dan menyusun katalog bintang-bintang yang ditulis dalam bukunya yang
berjudul introduction to astronomy
4) Abu Jafar Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-875 M)
Ia sangat disegani oleh dunia, karena pengetahuan dan kemahirannya bukan saja di bidang
syariat tapi juga ahli dalam bidang filsafat, logik, aritmetik, geometri, musik, sastra, sejarah
islam dan kimia. Kontribusi beliau dalam ilmu pengetahuan antara lain: menemukan angka 0
(nol) dalam system perhitungan, menyusun table geometri, menemukan teori kemiringan
ekliptika, merevisi data astronomi dalam kitab sindihid, menciptakan pemakaian sinus,
cosinus, dan tangent dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi dan penyelesaian
persamaan, teorema segitiga, sama sisi juga segitiga sama kaki dan memperkirakan luas
segitiga, segi empat dan bulatan dalam geometria, memperkenalkan aljabar dan hisab. Karya
beliau adalah kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah.
5) Nasiruddin Muhammad al-Thusi (598-673 H/ 1201-1274 M)
Al-Thusi juga ahli dalam bidang astronomi, teologi, etika, dan filsafat masih dipelajari hingga
kini sbagaimana juga terhadap karya-karya Ibn Sina, sehingga banyak yang menjulukinya Ibn
Sina kedua.
Di antara karya-karyanya adalah Meneliti lintasan, ukuran, jarak planet merkurius; meneliti
terbit dan terbenam matahari; menemukan ukuran dan jarak matahari dengan bulan; meneliti
kenaiakan bintang-bintang; menemukan teori gerak planet. ia juga menulis buku: Jadwal alKaniyan, Zubdah al-haiah.
6) Ibnu Jabr al-Battani (858-929 M)
Salah seorang ahli astronomi dan matematika yang bergitu dikenal luas di dunia ilmu
pengetahuan. Kontribusinya dalam di bidang ilmu pengetahuan adalah menciptakan teropong
bintang; menemukan teori mengenai garis lengkung bulan dan matahari yang diaplikasikan
dalam menentukan gerak akselerasi bulan; menemukan bahwa kemiringan ekliptik,
panjangnya musim, dan orbit matahari; menemukan orbit bulan dan planet; menetapkan teori
baru untuk menentukan sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru; menemukan
perhitungan secara akurat revolusi bumi terhadap matahari. Adapun buku-buku yang ia tulis
Sekalipun ilmu falak dalam peradaban islam sudah cukup maju, namun yang perlu dicatat
adalah bahwa pandangan terhadap alam secara umum masih mengikuti pandangan geosentris.
Di abad yang sama, juga muncul tokoh islam yang menganggap bahwasanya teori geosentris
tidak masuk akal. Ia adalah Abu Raihan Al-Biruni. Ia merupakan orang yang pertama kali
menolak teori ptolomeus. Sekitar abad XIV juga muncul tokoh islam yang merombak habis
teori Geosentris Ptolomeus. Ia adalah Ibnu Shatir dalam bukunya yang berjudul Nihayat alSulfi Tashih al-Ushul
Walaupun ada beberapa tokoh yang menentang teori ptolomeus, namun sebenarnya lebih dari
tiga belas abad konsep geosentris diterima oleh masyarakat dunia. Baru pada tahun 1512 M
(abad XVI), Copernicus membuka sejarah baru dengan mengekemukakan bahwa planet dan
bintang mengelilingi matahari dengan orbit lingkaran (Heliosentris). Mulai abad inilah teori
Heliosentris diterima oleh masyarakat dunia. Walaupun sejak Copernicus mengekemukakan
pandangan heliosentrisnya muncul dua aliran, yaitu aliran Ptolomeus (Geosentris) dan aliran
Copernicus (Heliosentris). Namun teori Heliosentris senantiasa berkebang sesuai dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan lahirnya tokoh-tokoh pendukung teori ini, yaitu
Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Sir Isac Newton dengan penemuan-penemuanya.
B. tokoh-tokoh dan pendukung Teori Heliosentris beserta peranannya
Di antara Tokoh-tokoh yang mendukung teori heliosentris sentries adalah:
1) Aristarcus (abad III SM)
Aristarcus merupakan seorang ahli astronomi klasik Yunani pertama yang tidak setuju dengan
pendapat Aristoteles tentang teori geosentrisnya pada abad III SM. Ia berpendapat bahwa
bumi bukalah pusat alam semesta (Geosentris), akan tetapi, bumi itu berputar dan beredar
mengelilingi langit.
2) Nicolas Copernicus (1473-1543)
Nicolas Copernicus adalah ahli astronomi amatir dari polandia yang menentang pandangan
Geosentris dari Ptolomeus. Ia mengekemukakan dalam bukunya Revolutionibus Orbium
Calestium bahwa matahari merupakan pusat dari suatu system peredaran benda-benda
langit, yang dikenal dengan Heliosentris yakni senagi pusat peredaran bumi dan benda-benda
langit lain yang menjadi anggotanya.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa bumi berputar pada sumbunya (rotasi) Sekali dalam
satu hari dan bulan pun bergerak mengitari bumi dalam 27 1/3 hari untuk sekali putaran.
Sejak Copernicus mengumumkan pandangan heliosentrisnya, maka dalam dunia astronomi
sampai abad 18 M ada dua aliran yaitu aliran Ptolomeus dan aliran Copernicus.
3) Galileo Galilei (1564-1642)
Setelah Galileo membaca karya Copernicus tentang gerak benda-benda langit, kemudian ia
menyusun teori kinematika tentang benda-benda langit yang sejalan dengan Copernicus.
Di samping itu ia berhasil membuat teleskop yang dapat dengan mudah dan jelas melihat
relief permukaan bulan, noda-noda matahari, planet saturnus dengan cincinnya yang indah,
planet Yupiter dengan empat buah satelitnya, dan sebagainya.
Karya Galileo tentang peredaran benda-benda langit seperti itu dinyatakan terlarang untuk
dibaca umum, karena bertentangan dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.
Penutup
Ilmu astronomi merupakan ilmu matematis yang paling cepat perkembangannya. Ilmu ini
pertama kali muncul embrionya pada zaman Nabi Idris As, beliau jugalah orang yang
pertama kali memperhatikan fenomena langit. Baru setelah zaman Babilonia (kaum Sumeria),
Yunani kuno pada masa sebelum masehi ilmu astronomi mulai mengalami perkembangan.
Dan dalam sejarahnya ilmu astronomi menjadi beberapa aliran, yaitu aliran Ptolomeus dan
aliran Copernicus. Sehingga pada masa setelahnya banyak ilmuwan yang lahir yang berupaya
untuk mencari suatu kebenaran tentang apakah bumi yang menjadi pusat alam semesta
ataukah matahari, wal-hasil kita adapat menemukan jawabannya, yaitu yang menjadi pusat
tata surya adalah matahari. Dengan system Copernicus inilah pergerakan benda-benda langit
dapat diprediksi dengan mudah dan akurat. Dan system Copernicus inlah yang menjadi
pegangan para ilmuwan muslim dan barat sekarang.Wallahu Alam bi Ash-Shawab.
Daftar Pustaka
A.Hasyimy, Sejarah Kebudayaan Islam, cet V, Jakarta : Bulan Bintang, 1995
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak: Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Buana Pustaka,
2004.
Endarto, Danang, Pengantar Kosmografi, Surakarta : LPP UNS dan UNS Press, cet. I, 2005.
Esposito, John L. (Ed), Sains Sains Islam, Depok : Inisiasi Press, cet. I. 2004.
Baiquni Ahmad, Al-Quran Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi. Cet. IV Yogyakarta : Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996.
Susiknan, Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Yogyakarta : Buana Pustaka) Cet II. 2008.
Al-Jailani, Zubair Umar, Al-Khulasah Al-Wafiyah, Kudus : Menara Kudus, t.th.
Hafez, Kumpulan Ilmu Islam, Era Muslim, 14 Maret 2005.
Kerrod, Robbin, Astronomi. Jakarta : Erlangga. 2005.
Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah, Jakarta : Erlangga. 2007. .
www.dakwahbilqolam.blogspot.com.