Manajemen Termal Heat Sink Pada Modul Kendali Motor Kendaraan Hibrid
Manajemen Termal Heat Sink Pada Modul Kendali Motor Kendaraan Hibrid
Manajemen Termal Heat Sink Pada Modul Kendali Motor Kendaraan Hibrid
Abstract
This paper discusses about hybrid vehicles especially in the motor control module that requires heat control
management appropriate to the use of the motor. Hybrid vehicles have distinct characteristics that create a
specific heat characteristics as well. Therefore, heat control management is needed to maintain the
characterization so as to prolong motor lifecycle. Heat control management in this paper uses a heat sink
designed to absorb and release heat from the high temperature motor controller module to the air around the
heat sink. Heat sink designed in this paper is in the form of plate-shaped fins with passive cooling using natural
convection method. This method was chosen because the maximum operating temperature in the motor control
module of hybrid vehicles can reach 150C. Thermal resistance serves to measure the ability of motor control
module of hybrid vehicle to release heat. Thermal resistance value is affected by temperature, materials and
dimensions of the heat sink. The fins are made to increase heat transfer area to give optimal performance for
absorption and release of heat. Low thermal resistance value indicates the thermal management of motor
control module can release heat well so as to provide a stable motor performance in hybrid vehicles.
Keywords: Hybrid Vehicle, motor control module, heat sink, thermal resistance.
1. PENDAHULUAN
Pengembangan teknologi kendaraan telah banyak
bergerak pada model kendaraan listrik dan hibrid
terutama untuk mengurangi pemakaian bahan bakar
fosil dan pengembangan kendaraan ramah lingkungan.
Kendaraan hibrid mempunyai karakteristik tersendiri
yang menciptakan karakteristik panas tertentu pula.
Panas dengan temperatur tinggi yang dihasilkan oleh
modul kendali motor saat beroperasi akan
mengakibatkan tegangan dan penurunan kualitas
material [1]. Hal tersebut kemudian akan
menyebabkan umur pakai perangkat lebih pendek [2].
Manajemen pengendalian panas pada modul kendali
motor diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut.
Heat sink merupakan suatu alat yang berfungsi
untuk menyerap dan melepaskan/membuang panas
pada suatu perangkat sehingga temperatur perangkat
tersebut dapat beroperasi pada temperatur di bawah
temperatur maksimum yang ditentukan [3]. Heat sink
merupakan perangkat keras dengan biaya murah yang
umum digunakan untuk manajemen termal pada
perangkat microelectromechanical systems (MEMS).
Heat sink sangat sesuai dengan aplikasi mikro
elektronik dan hampir tidak tergantikan pada
integrated circuit modern seperti mikroprosesor,
digital signal processor (DSP), graphic processing
unit dan lainnya [4]. Heat sink banyak digunakan
dalam manajemen pengendalian panas pada modul
kendali motor. Dalam aplikasi kendaraan hibrid,
(1)
(2)
Dengan TJ adalah temperatur junction maksimum
(oC); TC adalah temperatur case (oC); TS adalah
temperatur heat sink (oC); TA adalah temperatur
ambient (oC); RJC adalah resistansi termal dari
junction ke case (oC/W); RCS adalah resistansi termal
dari case ke heat sink (oC/W); dan RSA adalah
resistansi termal dari heat sink ke ambient (oC/W).
TS
TA
t
S
q
RJC
RCS
TC : temperatur case
RSA : resistansi thermal dari heat sink ke ambient
Persamaan (1) dan (2) menunjukkan bahwa Dengan Nus adalah bilangan Nusselt; kfin adalah
resistansi termal mempengaruhi nilai laju pelepasan konduktivitas termal sirip (W/m oC); dan S adalah
panas pada heat sink (q). Semakin besar nilai channel/ gap antar sirip (m).
Efisiensi sirip ditunjukkan pada persamaan (7)
resistansi termal maka nilai laju pelepasan panas akan
semakin kecil, sebaliknya semakin kecil resistansi berikut ini
termal akan mengakibatkan laju pelepasan panas
semakin besar.
(7)
Persamaan resistansi termal dari junction ke case
adalah
Dimana
(3)
(8)
Dengan A adalah luas perpindahan panas (m2); dan kJ
adalah konduktivitas termal pada junction (W/m oC).
Persamaan resistansi termal dari case ke heat sink
adalah
(4)
Dengan kC adalah konduktivitas termal pada case
(W/m o C).
Persamaan resistansi termal dari heat sink ke
ambient adalah
(5)
Dengan h adalah koefisien konveksi pada heat sink
(W/m2 oC); dan Aheat sink adalah luas heat sink (m2).
Heat sink didesain dengan metode natural
convection, maka persamaan yang digunakan untuk
menghitung koefisien konveksi (h) ditunjukkan pada
persamaan (6) berikut ini.
(6)
SNTTM X | 392
Gambar 2. Grafik klasifikasi material dilihat dari perbandingan konduktifitas termal vs resistansi elektrik
Dari nilai-nilai standar, dapat dilihat bahwa panas semakin baik. Hal ini akan mempengaruhi nilai
aluminium adalah bahan terbaik untuk memberikan efisiensi, sehingga sirip yang panjang dan lebih tipis
perpindahan panas maksimum diantara perangkat dan akan memberikan nilai efisiensi yang tinggi/optimal.
Untuk pemilihan bahan, material yang digunakan
heat sink [10].
dipilih dari bahan yang mampu memberikan resistansi
termal yang rendah. Oleh karena itu material yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Persamaan (3), (4) dan (5) adalah persamaan digunakan harus mampu memberikan resistansi
resistansi termal pada setiap komponen. Persamaan- elektrik yang maksimal untuk menjadi insulator yang
persamaan tersebut menunjukkan bahwa pemilihan baik dan juga mempunyai konduktivitas termal yang
material mempengaruhi nilai resistansi termal. Untuk tinggi. Selain itu diperlukan material dengan
mendapatkan nilai resistansi termal yang rendah kemampuan perpindahan panas yang optimal. Dalam
diperlukan material dengan nilai konduktivitas termal penelitian yang dilakukan oleh G. Prashant Reddy
yang baik (tinggi). Luas permukaan heat sink juga dkk. menunjukkan bahwa aluminum alloy merupakan
berpengaruh dalam menentukan nilai resistansi termal material yang paling baik untuk memberikan
dari heat sink. Semakin besar luas permukaan heat persyaratan diatas.
sink akan memperkecil resistansi termal, sebaliknya
semakin kecil luas permukaan heat sink akan 4. KESIMPULAN
Manajemen termal heat sink pada modul kendali
memperbesar resistansi termal. Oleh karena itu untuk
mendapatkan nilai resistansi termal yang rendah motor kendaraan hibrid memberikan kesimpulan
diperlukan material dengan konduktivitas termal yang bahwa untuk mendapatkan nilai laju pelepasan panas
tinggi serta luas permukaan heat sink yang tinggi pula yang baik pada heat sink diperlukan nilai resistansi
agar proses laju penyerapan dan pelepasan panas termal yang rendah. Resistansi termal yang rendah
didapatkan dari jenis material dengan konduktivitas
semakin baik.
Persamaan (6) yang menunjukkan nilai koefisien termal (kemampuan menyerap panas dengan baik)
konveksi dipengaruhi oleh konduktivitas termal pada yang tinggi serta luas permukaan heat sink yang
sirip dan gap/channel antar sirip. Nilai koefisien tinggi. Aluminum alloy/metals merupakan material
konveksi yang tinggi akan menyebabkan nilai yang menjanjikan untuk heat sink mikroelektronik.
Luas permukaan heat sink yang tinggi dihasilkan
resistansi termal menjadi rendah, sehingga untuk
mendapatkan nilai koefisien konveksi (h) yang tinggi dari lebar dan panjang dari heat sink. Heat sink
dapat dilakukan dengan membuat jarak gap/channel dengan nilai koefisien konveksi yang tinggi, sirip
antar sirip lebih dekat. Selain itu, nilai konduktivitas yang panjang dan lebih tipis memberikan nilai
termal pada sirip yang tinggi juga akan membuat nilai efisiensi yang tinggi. Nilai resistansi termal yang
rendah akan membuat performansi modul kendali
koefisien konveksi menjadi besar.
Efisiensi sirip yang ditunjukkan pada persamaan bekerja dengan optimal.
Proses desain heat sink untuk modul kendali motor
(7) dapat menjadi lebih optimal dengan menganalisis
tebal dan panjang dari sirip. Semakin tebal sirip, maka pada kendaraan konvensional dan kendaraan hibrid
laju pelepasan panasnya semakin rendah, sedangkan tidak berbeda, yang membedakan adalah capaian
semakin panjang sirip akan membuat laju pelepasan
SNTTM X | 393
SNTTM X | 394