Fermentasi Ikan Nila Bekasam
Fermentasi Ikan Nila Bekasam
Fermentasi Ikan Nila Bekasam
Kelompok 5A
Disusun oleh :
Tien Siti Halimah
240210130002
Rosmala Titipanillah 240210130014
Adista Andrian H
240210130025
Ayu fauziah
240210130040
Nadya Maharani
240210130050
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi
yang tinggi di antaranya mengandung mineral, vitamin, dan lemak tak jenuh.
Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita
yang telah rusak. Selain air, protein merupakan bagian utama dari susunan
(komposisi) tubuh kita.
pengolahan
melalui
proses
senyawa lebih sederhana dengan bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan atau
mikroorganisme serta berlangsung dalam keadaan yang terkontrol atau diatur.
Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses penguraian
secara biologis atau semibiologis terhadap senyawa-senyawa komplek terutama
protein menjadi senyawa senyawa yang lebih sederhana dalam keadaan terkontrol.
Selama proses fermentasi, protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam
amino dan peptida, kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi
komponen-komponen lain yang berperan dalam pembentukan cita rasa produk.
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Fermentasi
Proses fermentasi ikan yang merupakan proses biologis atau semibiologis
pada prinsipnya dapat dibedakan atas empat golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Fermentasi menggunakan kadar garam tinggi, misalnya dalam pembuatan
peda, kecap ikan, terasi dan bekasem.
2. Fermentasi menggunakan asam-asam
organik,
misalnya
dalam
mineral,
misalnya
dalam
asin,
sehingga
sumber
protein
yang
diambil
hanya
sedikit.
contoh produk fermentasi asam laktat diantaranya adalah wadi, pekasam, ronto,
dan chao teri.
2.1.1. Fermentasi Garam
Fermentasi garam dapat dibedakan dengan dua cara, yaitu :
1. Fermentasi dengan cara penggaraman kering, biasanya dilakukan
terhadap ikanikan yang mempunyai kandungan lemak rendah.
2. Fermentasi dengan cara penggaraman basah, yaitu merendam di dalam
larutan garam dan cara tersebut biasanya dilakukan terhadap ikan-ikan
berlemak tinggi.
Penambahan garam dalam fermentasi ikan mempunyai beberapa fungsi
antara lain :
1. Meningkatkan rasa ikan
2. Membentuk tekstur yang diinginkan
3. Mengotrol mikroorganisme, yaitu
mikroorganisme
yang
diinginkan
merangsang
berperan
pertumbuhan
dalam
fermentasi,
glukosa
atau
heksosa
lainnya
menjadi
asam
yang berperan dalam fermentasi bahan makanan tradisional, akan bertitik tolak
dari ketiga jenis mikroorganisme di atas, yaitu bakteri, khamir dan kapang.
2.1.4. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Proses Fermentasi
Fermentasi
bahan
pangan
merupakan
hasil
kegiatan
beberapa
proses
fermentasi,
tentunya
tidak
lepas
dari
kegiatan
suhu
yang
memungkinkan
pertumbuhan
erat
dengan
komposisi
kimianya.Kebutuhan
fermentasi
hasil
perikanan
dapat
mengalami
kerusakan
jika tahapan yang dilakukan tidak tepat. Suhu penyimpanan yang terlalu tinggi
juga akan mengakibatkan enzim menjadi tidak aktif dan pertumbuhan bakteri
yang diinginkan menjadi terhambat. Apabila suhu terlalu rendah akan
mengakibatkan bakteri yang tidak kita inginkan tumbuh.
Kadar
garam
yang
tidak
sesuai
dengan
pertumbuhan
di Kalimantan Selatan dengan menggunakan kadar garam tinggi dan bakteri asam
laktat. Proses pembuatan bekasam di daerah Kalimantan Selatan umumnya
dikenal dengan nama samu. Bahan baku yang digunakan pada umumnya adalah
ikan air tawar. Proses pengolahannya pada umumnya memerlukan bahan-bahan
tambahan untuk berhasilnya fermentasi misalnya sumber karbohidrat dan kondisi
anaerobik. Karbohidrat tersebut akan diuraikan menjadi gula sederhana dan
selanjutnya menjadi alkohol dan asam. Hasil fermentasi inilah yang akan menjadi
bahan pengawet juga memberi rasa dan aroma khas.
Bekasam yang akan dibahas disini merupakan bekasam ikan nila. Ikan yang
dapat digunakan sebagai bekasam sebenarnya tidak hanya ikan nila, namun ikanikan lainnya seperti lele, ikan mas, ikan tawes, ikan gabus, ikan wader, dan mujair
yang merupakan jenis ikan air tawar juga dapat digunakan. Ikan nila lebih dipilih
karena rasanya yang lebih digemari.
2.3.
garam 15%-20% dan beras sangrai (samu) 15%. Bahan tersebut difermentasi
selama satu minggu sampai menghasilkan aroma dan rasa yang khas bekasam.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), ikan yang dibuat bekasam harus
dikelompokkan berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat kesegarannya agar
diperoleh ikan bekasam yang seragam dan bermutu baik. Ditambahkan oleh
Adawiyah (2007), ikan yang dapat digunakan sebagai bekasam merupakan jenis
ikan air tawar seperti lele, ikan mas, ikan tawes, ikan gabus, ikan nila, ikan wader,
dan mujair.
Ikan Nila merupakan jenis ikan air tawar yang banyak ditemukan di daerahdaerah, dan produksinya dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Namun ikan
Nila biasanya hanya dikonsumsi dalam bentuk segar, oleh karena itu perlu
dilakukan alternatif pengolahan yang dapat memperpanjang masa simpannya,
salah satunya dengan cara difermentasi.
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik,
letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang
dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya orange dan agak keputihan.
Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak
kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun
rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki
garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis
bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung
sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di
ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al. 1993).
2.4.
Bakteri
dalam
asam
laktat
tergolong
faimili
untuk
daging maupun dari dalam sel mikroba, sehingga dapat menyeleksi mikroba yang
tidak dikehendaki yang memang tidak tahan garam, sehingga garam dapat
berfungsi sebagai pengendali aktivitas fermentasi (Desrosier, 1969).
Cara kerja garam dalam mengawetkan ikan adalah menyerap cairan tubuh
ikan dan menyerap cairan dari tubuh bakteri sehingga proses metabolisme bakteri
terganggu karena kekurangan cairan, akhirnya bakteri mengalami kekeringan dan
mati. Larutan garam juga menyebabkan proses osmosis pada sel sel
mikroorganisme sehingga terjadi plasmolisis sehingga menyebabkan kematian
bakteri. Garam yang digunakan dalam fermentasi sangat mempengaruhi produk
akhir, karena meskipun mengurangi laju enzimatik, garam juga dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri-bakteri pembusuk yang
dapat menimbulkan bau yang tidak dikehendaki (Reed,1982 dalam Efendi, 1992).
Fermentasi karbohidrat menjadi asam akan menurunkan pH dan cenderung
menciptakan kondisi yang menghambat organisme proteolitik. Produksi asam
laktat dan penurunan pH yang cepat di bawah 4 - 5 merupakan parameter
berhasilnya sebuah proses fermentasi (Wijayanti, 1985). Bekasam yang dihasilkan
mempunyai karakteristik daging ikan seperti ikan segar dengan daging ikan yang
semakin kenyal, rasa asam asin khas bekasam dengan aroma tertentu. Sumber
karbohidrat dari beras dan tape juga mempengaruhi cita rasa bekasam. Bakteri
asam laktat akan menguraikan pati menjadi senyawa-senyawa sederhana yaitu
asam laktat, asam asetat, asam propionat, dan etil alkohol (Rahayu, 1992).
Senyawa-senyawa ini berguna sebagai pengawet dan pemberi rasa asam pada
produk bekasam.
2.7. Review Jurnal
Bekasam merupakan produk olahan ikan dengan cara fermentasi yang
melibatkan bakteri asam laktat dan garam (Murtini, 1992). Dalam proses
pengolahan bekasam ditambahkan sumber karbohidrat seperti nasi atau
kerak dengan tujuan merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat. Tetapi
sumber karbon yang dibutuhkan dalam proses fermentasi bekasam terkadang
kurang mencukupi kebutuhan sehingga diperoleh hasil fermentasi yang kurang
optimal. Bakteri asam laktat akan menguraikan pati menjadi senyawa-
senyawa sederhana yaitu asam laktat, asam asetat, asam propionat, dan
etil alkohol. Senyawa-senyawa ini berguna sebagai pengawet dan pemberi
rasa asam pada produk bekasam (Rahayu et al., 1992). Menurut (Murtini et
al., 1997) sumber karbohidrat yang digunakan dalam pembuatan bekasam
dapat berupa nasi, beras sangrai, singkong, tape ketan, tepung,
dan
sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Konsentrasi
Sumber Karbohidrat dari Nasi dan Gula Merah yang Berbeda Terhadap Mutu
Bekasam Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penambahan konsentrasi sumber
karbohidrat nasi dan gula merah yang berbeda pada pengolahan bekasam
ikan Nila Merah selama fermentasi 7 hari pada suhu ruang terhadap mutu
produk dari segi kimiawi dan hedoniknya.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Nila
Merah segar yang diperoleh dari supermarket daerah
Banyumanik,
penurunan
pH
selama
fermentasi
pada produk
yang
karbon lebih banyak yang dapat dimanfaatkan bakteri asam laktat untuk
tumbuh dan diduga menghasilkan asam laktat.
Hermansyah (1999),
menyatakan
bahwa
karbohidrat
dalam
proses
BAB III
KESIMPULAN
1. Bekasam merupakan produk fermentasi ikan tradisional yang banyak
dikenal di daerah Sumatra dan Kalimantan terutama di Kalimantan Selatan
dengan menggunakan kadar garam tinggi dan bakteri asam laktat
2. Proses fermentasi berlangsung akibat adanya bakteri asam laktat
homofermentatif yang memecah glukosa menjadi senyawa-semyawa yang
menyebabkan cita rasa danaroma khas bekasam.
3. Protein pada produk bekasam juga dipecah menjadi asam amino dan
dipeptida oleh bakteri asam laktat proteolitik yang meningkatkan daya
cerna.
4. Penambahan garam pada bekasam berfungsi untuk mengurangi kadar air
dalam ikan sehingga akan mencegah pembusukan selain itu juga berfungsi
untuk menumbuhkan bakteri halofilik.
5. Sumber karbohidrat pada bekasam dapat diperoleh dari nasi, tape dan gula
merah.
6. Fermentasi bekasam membutuhkan waktu yang lama sehingga dibutuhkan
sumber karbohidrat yang mengandung kadar glukosa yang tinggi agar
dapat mempercepat proses fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Wader. Available at www.iftfishing.com (diakses tanggal 29
Maret 2016.)