Olah TKP
Olah TKP
Olah TKP
I. Pendahuluan
Dalam proses penyidikan untuk mengungkapkan suatu perkara pidana yang
menyangkut nyawa manusia, pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP)
merupakan kunci keberhasilan upaya pengungkapan tersebut. Penanganan yang baik,
tepat dan cermat dan dilaksanankan secara professional merupakan pertanda akan
tercapainya keberhasilan penyidik untuk membuat jelas dan terang perkara yang
dihadapi. Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter akan menjadi tidak bergunaoleh
akrena tidak dapat dipergunakan dengan baik.1
Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan lancar, maka penyidik dan dokter
perlu mengetahui bagaimana cara penanganan yang seharusnya bila mereka
diharuskan melalui pemeriksaan di tempat perkara kejahatan. Dalam melakukan
pemriksaan di TKP perlu diingat bahwa tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat
merubah, mengganggu, merusak keadaan di tempat kejadian tersebut, walaupun
sebagai kelanjutan dari oemeriksaan itu dokter harus mengumpulkan segala bukti,
yang ada kaitannya dengan manusia misalnya mengumpulkan bercak darah, bercak air
mani yang teradpat pada pakaain, sisa obat dan makanan, yang pada dasarnya tindakan
tersebut dapat merusak keadaan/ keaslian tempat kejadian itu sendiri. Sebelum dokter
datang ke TKP untuk melakukan pemeriksaan maka temaot tersebut harus dijaga
keasliannya, oleh petugas dan diabadikan dengan mebuat foto atau skteska keadaan di
TKP, sebelum para petugas menyentuhnya. Prinsip yang harus diingat dalam olah TKP
adalah to touch as little as possible and to displace nothing, dokter tidak boleh
menambah atau mengurangi benda benda yang terdapat di Tempat Kejadian Perkara.
Pemeriksaan dokter di TKP atas diri korban bertujuan untuk mendapatkan data yang
akurat dalam tempo singkat dan melalukan beberapatest lapangan yang berguna bagi
pihak penyidik agar ia dapat menentukan strategi serta langkah yang tepat untuk dapat
membuat jelas dan terang suatu perkara pidanana yang menyangkut sebuah tubuh
manusia. 1
Tempat lain yang perlu dan bahkan sering banyak memberikan informasi serta barang
bukti adalah rumah kediaman tersangka. 3
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemeriksaan di TKP dimana pihak penyidik
dan dokter bahu membahu dlaam menangani kasus yang dihadapi adalah
1. Membantu mempercepat proses penyidikan
2. Membantu mengarahkan tindakan atau pemeriksaan yang akan dilaksanakan
selanjutnya
3. Memberikan pelayanan kepada masyrakat yang baik dalam hl waktu, personalia
serta biaya.
IV.
Pengolahan TKP
Pengolahan TKP merupakan rangkaian penyelidikan dimana penyidik besama
dalam
penyelidikan
adalah
tim
penyelidik
yang
bertugas
luka-tembak dimana anak peluru merupakan suatu bukti, yang amat penting. Kalau
ditemukan anak peluru, perlu dijaga agar tidak sampai tergores, rusak atau hilang .6
Sebaliknya, bila tanda-tanda kematian jelas, penyidik tidak akan tergesa-gesa dan
dapat mengadakan pemeriksaan dengan lebih tenang. Bila dianggap perlu untuk
memeriksa korban, penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk datang di TKP
dengan tujuan untuk memperkirakan berapa lama korban meninggal, sebab, cara, dan
pola kematiannya ataupun hal-hal lain yang dianggap perlu guna kepentingan
penyidikan, tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seseorang itu telah meninggal
dunia adalah sebagai berikut :
a. Terhentinya denyut jantung.
Hal tersebut dapat diperiksa dengan menggunakan stetoskop atau dengan
menempelkan telinga ke dada sebelah kiri dari korban.
b. Terhentinya pergerakan pernapasan.
Hal tersebut dapat diperiksa dengan mengamati pergerakan dada korban, atau
dengan menempatkan cermin bersih dihadapan hidung dan mulut korban.
Kalau korban masih hidup terlihat adanya pergerakan dada atau cermin menjadi
keruh.
c. Kulit tampak pucat.
d. Melemasnya otot-otot tubuh.
Mentukan perkiraan saat kematian
Untuk memperkirakan saat kematian,hal-hal yang diperiksa adalah sebagai berikut : 1
a.
kurva sigmoid, dimana pada jam-jam pertama penurunan suhu akan berlangsung
degan lambat demikan pula bila suhu tubuh mayat telah mendekati suhu
lingkungan. Pengukuran suhu mayat dilakukan dengan mmeasukkan termometer
ke dalam rectum atau dapat pula ke dalam alat-alat tubuh seperti otak atau hati
yang dilakukan pada bedah mayat.
c. Kaku mayat. (Rigor Mortis)
1. Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal (setelah mati), dan
mencapai puncaknya 10-12 jam post
2. mortal. Kaku mayat dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada,perut
dan tungkai.
3. Kaku mayat maksimal akan bertahan sampai 24 jam post mortal.
4. Setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan
terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah,leher, lengan, dada, perut dan
tungkai.
5. Pada kematian karena infeksi, konvulsi (kejang-kejang), suhu keliling yang
tinggi serta keadaan gizinya jelek, akan mempercepat terbentuknya kaku
mayat.
e.
Pembusukan.
Pembusukan adalh suatu keadaan dimana bahan bahan organic tubuh
mengalami dekomposisi baik yang disebabkan oleh karena adanya aktivitas
bakteri maupun karena autolysis. Autolisis adalah perlunakan dan pencairan
jaringan tubuh yang terjadi dalam kondisi streil tanpa pengaruh bakteri, hal
tersebut dikarenakan karena adanya aktivitas enzimatik yang berasal dari sel itu
sendiri yang dilepas setelah terjadi kematian.1
1. Tanda awal dari pembusukan akan tampak sebagai pewarnaan kehijauan pada
daerah perut kanan bawah. Pembusukan akan menyebar keseluruh perut dan
kemudian kedaerah dada.
2. Pada akhir minggu pertama tubuh akan seluruhnya berwarna kehijauan dan
disana sini akan tampak merah ungu.
3. Pembentukan gas dalam tubuh akan dimulai pada awal minggu kedua.
Tanda-tandanya adalah perut akan tampak,menggelembung dan dindingnya
7
b.
c.
d.
e.
dijelaskan dengan rinci tentang apa yang dilihat, bila mungkin dipotret sebelum
dilakukan tindakan terhadap luka-luka tersebut. 5
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan
dari permasalahan sebagai berikut :
a. Jenis luka apakah yang terjadi ?
b. Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka ?
c. Bagaimanakah kualifikasi luka itu ?
Dengan demikian pada pemeriksaan luka yang ditemukan pada mayat, hal- hal yang
perlu dicatat adalah :
a.
Jenis luka
b.
c.
d.
e.
infeksi dalam pengumpulan sampel biologis. Pastikan untuk memakai sarung tangan,
pakaian pelindung, masker dan atau kacamata pelindung jika situasi mengharuskan 7,8.
Pengambilan benda-benda bukti tersebut juga tetap harus mematuhi prosedur
pengambilan barang bukti secara umum. Perlu diingat moto to touch as little as
possible and to displace nothing, yaitu tidak boleh menambah atau mengurangi
benda-benda yang ada di TKP. Dokter tidak boleh membuang barang sembarangan di
TKP, meninggalkan perlengkapannya, atau membuang air kecil di kamar mandi,
karena semua itu dikhawatirkan akan menghilangkan barang-barang bukti yang lain.
Beberapa tindakan lain yang dapat mempersulit penyidikan seperti memegang setiap
benda di TKP tanpa sarung tangan, mengganggu bercak darah, membuat jejak baru
serta melakukan pemeriksaan sambil merokok 2,7.
Peralatan yang sebaiknya dibawa saat pemeriksaan di TKP adalah sarung
tangan, kamera, film berwarna dan hitam putih (untuk ruangan gelap), lampu kilat,
lampu senter, lampu ultraviolet, alat tulis, tempat menyimpan barang bukti berupa
amplop atau kantung plastik, pinset, skalpel, jarum, tang, kaca pembesar, termometer
rektal, termometer ruangan, sarung tangan, kapas, kertas saring serta alat tulis (spidol)
untuk memberikan label pada barang bukti. Label pada barang bukti harus dituliskan
tentang jenis barang bukti, lokasi penemuan, saat penemuan, dan keterangan lain
yang diperlukan2. Keterangan itu dapat berupa penjelasan lengkap mengenai barang
bukti, jika ada nomor serinya maka harus ditulis juga, tidak lupa inisial penyidik yang
mengumpulkan barang bukti serta nomor identitasnya. Sebelum dokter melakukan
pemeriksaan maka TKP harus diamankan atau dijaga keasliannya oleh petugas
(dengan memasang garis polisi) serta diabadikan dengan membuat foto dan sketsa
keadaan di TKP. Sebelum melakukan prosedur trace evidence atau pencarian
barang bukti, dokter harus membuat foto dan sketsa TKP serta barang bukti yang
disimpan dengan baik untuk keperluan ketika diajukan sebagai saksi di pengadilan. 7,8
Sebagian besar barang bukti disimpan dalam wadah kertas seperti paket,
amplop dan kantung. Benda cair dapat dikirim dalam wadah yang tidak mudah pecah
dan tidak mudah bocor, seperti tabung reaksi kering. Barang bukti bekas terbakar
(arson) disimpan dalam kaleng logam bersih dan kedap udara. Hanya barang bukti
berupa serbuk dalam jumlah banyak yang disimpan dalam kantung plastik. Barang
10
bukti yang lembab dan basah (darah, tanaman, dll) dapat disimpan dalam wadah
plastik saat di tempat kejadian untuk dikirim ke tempat pemeriksaan hanya jika waktu
pengiriman kurang dari dua jam. Hal ini untuk mencegah kontaminasi dari barang
bukti yang lain. Setelah tiba di lokasi yang aman, barang bukti tersebut harus dibuka
dari wadahnya dan dikeringkan di udara. Barang bukti dapat disimpan kembali dalam
wadah kertas yang kering. Barang bukti yang lembab tidak boleh disimpan dalam
wadah plastik atau kertas lebih dari dua jam. Keadaan lembab memungkinkan
pertumbuhan mikroorganisme yang bisa menghancurkan atau mengubah barang bukti
8
.
Barang bukti yang berupa bercak kering di atas dasar keras harus dikerok dan
dimasukkan ke dalam amplop atau kantung plastik. Bercak pada kain harus diambil
seluruhnya atau apabila bendanya besar digunting dan dimasukkan ke dalam amplop
atau kantung plastik. Benda-benda keras diambil seluruhnya dan dimasukkan ke
dalam kantung plastik. Mayat yang ditemukan dibungkus dengan plastik atau kantong
plastik khusus mayat (kantong mayat) setelah sebelumnya diabadikan letak dan
posisinya serta pemeriksaan sidik jari oleh penyidik. Kedua tangan mayat juga harus
dibungkus plastik sebatas pergelangan tangan. Setiap barang yang bisa saling
mengontaminasi harus disimpan secara terpisah. Wadah harus ditutup dan diamankan
untuk mencegah percampuran dalam proses pengiriman.2
Mayat dan barang bukti biologis atau medis, termasuk obat atau racun dikirim
ke Instalasi Kedokteran Forensik atau ke Rumah Sakit Umum setempat untuk
pemeriksaan lanjutan. Apabila tidak tersedia sarana pemeriksaan laboratorium
forensik, maka dikirimkan ke Laboratorium Kepolisian atau ke Bagian Kedokteran
Forensik. Barang bukti bukan biologis dapat langsung dikirimkan ke Laboratorium
Kriminal atau Forensik Kepolisian daerah setempat. 2
Setiap jenis barang bukti mempunyai nilai yang khusus dalam penyidikan.
Nilai ini harus selalu disimpan dalam ingatan penyidik ketika melakukan penyidikan
di TKP. Sebagi contoh, ketika melakukan penyidikan di TKP penyidik harus lebih
memprioritaskan untuk mencari sidik jari yang bagus daripada mengumpulkan serat
baju yang tertinggal. Karena sidik jari dapat mengidentifikasi secara tepat orang yang
pernah berada di TKP, sedangkan serat baju bisa berasal dari siapa saja yang
11
mengenakan baju yang berbahan sama. Dalam kondisi khusus mungkin saja
mengumpulkan serat baju menjadi lebih penting karena ada dalam jumlah banyak
pada tubuh korban serta tidak ditemukan sidik jari di TKP. Lebih baik mengumpulkan
lebih banyak barang bukti daripada kurang. Penyidik seringkali hanya mempunyai
sekali kesempatan melakukan penyidikan di TKP, maka harus dimanfaatkan sebaikbaiknya 8.
BARANG BUKTI BIOLOGIS
DARAH
1. Bercak Darah
Pemeriksaan darah di TKP kasus criminal dapat memberikan informasi yang
berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan darah berguna untuk membuktikan apa
suatu tindak pidana itu telah terjadi, misalnya pada kasus tabrak lari, perkosaan dan
pembunuhan, dimanaa yang terakhir yaitu pada kasus pembunuhan dikaitkan dengan
bercak darah yang ada pada senjata, pada tubuh korban dan pada pakaian tersangka
pelaku kejahatan.
Alat dan perlengkapan pengambilan sampel darah adalah 9 :
a. Duk steril
e. Skalpel
c. Kaca obyek
g. Gunting kecil
12
i.
pelaku kejahatan
Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh darah vena ( pada
luka yang dangkal) akan berwarna merah gelap sedangkap dari pembuluh
tawon)
Darah yang berasal dari slauran pencernaan akan berwarna merah coklat
bercak merah itu darah atau bukan, menentukan bercak darah manusia atau
bukan dan menentukan jenis golongan darah. Laboratorium Kriminal pada
masa kini telah menggunakan tiga kategori luas dalam analisa bercak darah.
Ketiga kategori itu adalah :
a. Pemeriksaan serologik konvensional.
n. Menganalisa protein, enzim dan antigen dalam darah. Substansi ini
sangat mudah terdegradasi daripada DNA dan jenis pemeriksaan ini
memerlukan sejumlah besar sampel dalam kondisi bagus untuk hasil
yang optimal. Jenis pemeriksaan ini jarang bisa mengidentifikasi
seseorang secara statistik.
b. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) DNA analysis.
o. Analisa langsung pada sekuensi DNA tertentu yang terdapat dalam
sel darah putih. DNA lebih sulit terdegradasi daripada protein, enzim
dan antigen. Tes RFLP DNA biasanya dapat mengidentifikasi personal
secara statistik (satu dari beberapa juta atau beberapa milyar) dan
memiliki kekuatan validitas di sidang pengadilan. Metode ini juga
memerlukan sejumlah besar sampel untuk memperoleh hasil yang
signifikan.
c. Polymerase Chain Reaction (PCR) DNA analysis.
p. Analisa pada sekuensi DNA tertentu yang telah disalin berkali-kali
sampai pada batas jumlah yang dapat dideteksi. PCR dapat bekerja
baik pada sampel yang terdegradasi maupun sampel yang berjumlah
sedikit. Teknologi PCR juga mempunyai kekuatan validitas di sidang
pengadilan. Saat ini, terdapat perhatian untuk kemungkinan adanya
kontaminasi yang bisa memberikan hasil pemeriksaan yang salah.
Satu-satunya cara munculnya hasil yang salah adalah karena
kontaminasi silang langsung dari sampel yang basah.
q.
Jika benda yang terkena noda darah berukuran kecil dan mudah
serta
penipisan
bisa
diminimalkan
dengan
menghindari
Jika benda yang terkena noda darah terlalu besar dan sulit
dipotong
jika
ada,
kemudian
dikemas
dalam
wadah
terpisah.
sempurna. Angkat noda darah seperti mengangkat sidik jari dan tempatkan
pada penutup vinyl acetate (jangan menggunakan penutup kertas karena
membuat noda sulit untuk dianalisa). Proses ini bisa diulang beberapa kali
pada noda yang sama jika diperlukan. Berikan label pada noda dan kemas
dalam amplop kertas. Keuntungannya adalah penghindaran penggunaan
air sebagai media pengumpulan, kontrol negatif bisa dikumpulkan,
membutuhkan sedikit ruang penyimpanan dan merupakan teknik yang
mudah untuk dikerjakan.
c. Mengerok bercak darah ke dalam wadah kertas.
w.
Gunakan alat yang bersih dan tajam untuk mengerok bercak darah
ke dalam wadah kertas. wadah tersebut diberi label dan dimasukkan dalam
amplop kertas. jangan gunakan wadah plastik karena listrik statis akan
menyebabkan kerokan bercak darah akan menempel pada pinggiran
wadah. Teknik ini bisa dikombinasikan dengan teknik selotip dengan
mengerok bercak di sisi lengket selotip. Keuntungannya karena tidak
menggunakan air, menggunakan sedikit ruang penyimpanan. Kerugiannya
penyidik harus menentukan bercak yang harus diambil, ketika dikerok
bercak darah cenderung untuk pecah menjadi bagian-bagian kecil, sangat
sulit untuk menampung kerokan, kerokan mudah sekali hilang kecuali
dengan teknik kombinasi, sebagian permukaan sulit dikerok.
d. Menyerap noda dengan setengah inci gulungan benang lembab.
x.
Gunakan
hanya
air
yang
bersih
untuk
membasahi
atau
100% katun muslin (kain katun tipis). Duk harus dididihkan dengan air
bersih dan dikeringkan di udara sebelum digunakan. Langkah ini untuk
menghilangkan pengaruh muslin. Jangan menyentuh kain dengan tangan
telanjang. Keuntungannya adalah bercak terkumpul pada permukaan yang
relatif kecil, memudahkan penanganannya, dan hanya memerlukan sedikit
ruang penyimpanan. Kerugiannya sama dengan menggunakan gulungan
benang .8
z. Bercak Darah Basah
a. Jika benda yang kena bercak darah kecil dan mudah dimuat, kemas dalam
kantung kertas atau dengan kantung plastik untuk menghindari
kontaminasi. Bawa ke tempat yang aman dan keringkan di udara. Kemas
kembali dalam wadah kertas yang baru. Keuntungannya adalah
memerlukan
sedikit
interaksi
penyidik
dengan
barang
bukti,
Luminol adalah cairan kimia yang jika dikenakan pada bercak darah,
meskipun bercak itu sudah sangat tipis akan menyebabkan bercak darah itu
berpendar dalam gelap. Teknik ini sudah lazim digunakan oleh ahli forensik,
biasanya mereka akan menyemprotkan cairan luminol pada benda yang
dicurigai pernah terkena darah dan dengan segera bisa dilihat luminesensi
berwarna biru pucat. Meskipun teknik ini sudah populer, tetapi memiliki
beberapa kelemahan, yaitu :
a. Pemeriksaan secara empirik untuk menentukan sebuah bercak adalah
darah adalah dengan penampakannya. Jika itu adalah bercak darah, maka
harus terlihat seperti darah pada umumnya. Bercak darah juga harus
terdapat dalam jumlah yang cukup untuk confirmatory test dan genetic
markers test. Ini memerlukan bercak darah yang terlihat dengan mata
telanjang. Reaksi luminol adalah tes yang paling baik untuk tes
penyaringan. Tetapi jika bercak sudah sangat tipis, sehingga hanya bisa
dilihat dengan luminol, maka selanjutnya tidak bisa lagi dilakukan tes
konfirmasi (meyakinkan) terhadap keberadaan bercak darah.
b. Luminol bisa memberikan hasil positif palsu. Luminol akan bereaksi
dengan ion tembaga, bahan dari tembaga, bahan dari besi, dan ion kobalt.
Senyawa ini juga akan bereaksi dengan potassium permanganate
(ditemukan pada beberapa pewarna pakaian atau rambut) dan hydrated
sodium hypochlorite (pemutih). Ferricyanide dan peroksidase tanaman
juga bisa memberikan reaksi palsu.
c. Penelitian menunjukkan luminol akan menyebabkan hilangnya beberapa
penanda genetik (genetic markers).
d. Karena luminol adalah water based (berbahan dasar cair), maka bisa
menyebabkan jejak darah semakin melebar secara pelan. Luminol juga
bisa menyebabkan bercak yang sudah tipis menjadi semakin tipis
sehingga menurunkan volume bercak darah kurang dari batasan minimal
untuk pemeriksaan penanda genetik.
ab.
Tes Serologik
af.
Tes Kimiawi
ag.
Spektroskopik
ah.
Mikroskopik
ai.
baru atau segar sehingga bisa dibedakan dengan melihat bentuk dan inti
sel darah yang ditemukan.
aj. Langkah selanjutnya adalah menentukan golongan darah dari
bercak yang kita temukan. Ini penting untuk melihat kesesuaian apakah bercak
yang ditemukan berasal dari korban atau dari orang lain. Penentuan golongan
darah bisa menggunakan berbagai macam metode penggolongan darah, yang
terkenal adalah sistem ABO. Penentuan golongan darah bisa dilakukan pada
sampel darah segar maupun yang telah mengering, bahkan yang masih
menempel pada pakaian korban. Selain dari cairan darah bisa ditentukan juga
golongan darah seseorang dari cairan tubuhnya seperti air liur dan sperma,
pemeriksaan ini khusus untuk orang-orang bertipe secretor. 1
ak.
al. 2. Darah Orang Hidup
am.Tujuan pemeriksaan ini adalah :
a. Membuktikan adanya alkohol, morfin atau zat psikotropika lain pada
darah pelaku tindak pidana (pelanggaran lalu lintas, pemakai narkoba dan
lain-lain.)
b. Membuktikan hubungan paternitas pada tindak kejahatan bidang imigrasi
terutama dengan modus pemalsuan identitas keayahan.
c. Membuktikan tindak pidana perzinahan yang mengakibatkan lahirnya
anak dari hasil perzinahan itu
an.
dari jantung saat otopsi kemudian dimasukkan ke dalam tabung berisi asam
sitrat dan larutan dekstrosa (untuk pemeriksaan DNA). Dalam kasus tertentu
jika tidak didapatkan darah yang cair, mintalah ahli patologi untuk mengambil
potongan hati, tulang dan atau jaringan otot yang dalam untuk diperiksa. Jika
korban masih hidup dan akan dilakukan prosedur transfusi, maka pastikan
untuk mengambil sampel darah sebelum transfusi (biasanya sudah menjadi
prosedur tetap di rumah sakit) 5.
ar.
platina atau pipet. Jika tidak bisa diambil menggunakan cara ini, maka perlu
penyemprotan cairan fisiologis ke fornix posterior untuk dipusingkan (disentrifuge), diendapkan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Sperma bisa
dilihat langsung di bawah mikroskop atau dicat dulu dengan Methylen Blue
maupun Hematoxylin Eosin.
au.
Spesimen
kering
perlu
dilakukan
skrining
dulu
dengan
terhadap bercak sperma yang tidak dapat ditemukan spermatozoa (sel sperma)
sehingga dianggap bukan sperma. Untuk mengetahuinya perlu diperiksa
unsur-unsur yang ada di dalam cairan sperma seperti asam fosfatase (acid
phospatase), spermine dan kolin (choline). Metode pemeriksaan untuk
spermine adalah dengan Berberio test, sedangkan untuk choline menggunakan
Florens test 10
ax.
kecil untuk mengambil rambut dan masukkan dalam kemasan kertas atau
amplop. Lipat dan masukkan ke dalam amplop yang lebih besar serta berikan
label. Jika rambut menancap pada suatu obyek, seperti darah kering, pecahan
logam maupun kaca, jangan berusaha untuk memisahkannya. Biarkan tetap
menempel dan kemas beserta bendanya dalam wadah kertas. Jangan memotong
rambut, diperlukan sejumlah 50-100 buah rambut atau 30-60 rambut kemaluan
dalam kasus perkosaan. Jika seseorang dicurigai sebagai tersangka kumpulkan
contoh rambut dari seluruh bagian tubuhnya 6.
bb.
Untuk
secara
mikroskopik. Rambut yang utuh biasanya terdiri dari akar, batang dan ujung.
Akar rambut terdiri dari jaringan ikat longgar, sedangkan batang rambut terdiri
dari kutikula, kortek dan medula. Serat bukan rambut seperti serat sintetis
misalnya, akan mempunyai gambaran yang homogen 10
bc.
bukan juga bisa dilakukan di bawah mikroskop, dan untuk lebih akurat lagi
bisa menggunakan tes presipitasi. Perbedaan rambut manusia dan binatang
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
bd.
be. P
er
b
e
d
a
a
n
bh. M
or
fo
lo
gi
bk. K
ut
bm.
Bersisik
ik
ul
a
bn. M
bp. Lebar
d
ul
a
bq. K
br. Tebal
bs. Tipis
or
te
k
bt. In
d
e
x
m
e
d
ul
a
bw.Pi
g
m
e
perifer
sentral
n
bz.
ca.
bermedula dengan pola sisik yang lebih seragam dapat kita temui pada
bayi baru lahir (neonatus). Pola pertumbuhan kelamin sekunder juga bisa
menjadi patokan umur seseorang, karena rambut pubis dan ketiak akan
mulai tumbuh pada masa adolesen. Warna rambut yang memutih juga bisa
diidentifikasi sebagai milik orang-orang yang sudah tua/ lanjut usia.
b. Jenis kelamin
cc.
Rambut laki-laki biasanya lebih kaku dan kasar serta lebih gelap
daripada rambut wanita. Rambut wanita biasanya lebih halus, panjang dan
meruncing ke ujung. Rambut pada dagu (jenggot), bulu dada dan kumis
khas pada laki-laki. Pola penyebaran rambut pubis pada laki-laki dan
wanita juga berbeda. Jika sel-sel akar rambut masih ada, maka bisa
dilakukan pemeriksaan sex-chromatin.
c. Ras
cd.
lebih baik lagi jika ada pembandingnya. Warna, bentuk, minyak, cat dan
struktur mikroskopis dari rambut dapat dijadikan bahan pembanding bagi
benda bukti dan/atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga
kejahatan menurut suatu kesaksian . Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu investigasi. Berhasil atau
tidaknya suatu penyelidikan sangat bergantung pada pemeriksaan TKP.
Pemeriksaan langsung di tempat terjadinya suatu kasus memungkinkan seseorang
untuk mencari sesuatu yang mungkin tidak terpikirkan jika tidak datang secara
langsung ke lokasi kejadian
cj.
Penyelidikan
da.
cr.
cs.
ct.
cu.
cv.
cw.
cx.
cy.
cz.
DAFTAR PUSTAKA
db.
dc.
1. Munin
Abdul.Pedoman
Ilmu
Kedokteran
Forensik.Sagung
Seto.Jakarta.2011
2. Dagnan.G., Crime Scene Investigation : Protecting, Processing and
Reconstructing the Scene. USA : Journal of Forensic Identification Vol. 55
No.6. 2005
3. Ballou. S., Stolorow. M., et al. The Biological Evidence Preservation
Handbook: Best Practices for Evidence Handlers. USA: US Department
of Commerence. 2013
4. Evans. C., Crime Scene Investigations. USA: Chelsea House. 2009.4
5. Miller. M.T., Crime Scene Investigation : Forensic Science: An
Introduction to Scientific and Investigative Techniques. 2012
6. National Police Commision HQ Philippine National Police. Conduct of
Crime Scene Investigation. Philipine : Camp Frame. 2011
7. Robinson, M.R, Cina, J.S., Forensi Scene Investigation. Avaialble from
http://emedicine.medscape.com/article/1680358-overview#showall
[Updated 10 Mei 2013] (7)
8. Schollar. J., Harrison.A., Crime Scene investigation. Bioscience Vol.4
No.1. UK. 2008
9. Travis. J., Rau. R.M., Crime Scene Investigation :A Guide for Law
Enforcement. U.S. Department of Justice.2000
10. Newton. M., The Encyclopedia of Crime Scene Investigation. USA:
Infobase Publishing. 2008(6)
dd.
de.