Perangkat Pembelajaran Berbasis Adiwiyata
Perangkat Pembelajaran Berbasis Adiwiyata
Perangkat Pembelajaran Berbasis Adiwiyata
Adiwiyata merupakan salah satu Program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah sebagai upaya pelestarian
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun
yang akan datang. Hal ini tertuang dalam MoU pada tgl 3 Juni 2005 antara Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional kala itu.
Dalam sebuah referensi dinyatakan bahwa ADIWIYATA berasal dari 2 kata Sansekerta
ADI dan WIYATA. ADI mempunyai makna besar, agung, baik, ideal, atau sempurna.
WIYATA mempunyai makna tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma
dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabung, maka secara
keseluruhan ADIWIYATA mempunyai makna: Tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita
pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dimaknai bahwa SEKOLAH itulah yang
merupakan tempat yang AGUNG, tempat yang BAIK dan IDEAL untuk memperolah
pengetahuan, norma dan etika. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah langkah nyata apa
yang mungkin dilakukan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat yang Agung, Tempat yang
Baik dan Ideal, tempat yang Sempurna dalam memperoleh pengetahuan, moral dan etika?.
(miris.. ketika kita menyaksikan di TV, membaca di berbagai media Online maupun Offline
tentang maraknya berbagai fenomena kasus kekerasan fisik dan kekerasan seksual terhadap
anak usia sekolah yang dilakukan oleh guru).
Dari referensi yang sama dengan di atas dituliskan bahwa untuk mewujudkan sekolah
Adiwiyata maka sekolah perlu melakukan hal-hal berikut: (a) Pengembangan Kebijakan
Sekolah peduli
dan
berbudaya
Lingkungan,
(b)
Pengembangan Kurikulum
berbasis Lingkungan, (c). Pengembangan Kegiatan Lingkungan berbasis partisipatif, (d)
Pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah berbudaya Lingkungan. Misalnya:
Hemat Energi/penggunaan energi alternative, penghematan air, pengelolaan sampah dengan
prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).
Terkait dengan kurikulum berbasis lingkungan maka menurut penulis terdapat dua hal yang
dapat kita pahami: Hal pertama adalah Bagaimana menjadikan lingkungan sekolah sebagai
sumber/media yang mendukung pembelajaran. Hal ini dapat berarti bahwa Lingkungan sekolah
yang nyaman merupakan tempat yang kondusif bagi pembelajaran. Lingkungan sekolah dapat
memberikan pengalaman hidup yang bermakna bagi siswanya. Di lingkungan itu pula siswa
dapat menjadikannya tempat belajar yang menyenangkan. Untuk itu perlu mengurangi sifat
keformalan dari sebuah sekolah dengan cara mengubah lingkungan sekolah menjadi lingkungan
yang mendukung proses pembelajaran dan bersifat menyenangkan. Hal kedua adalah
Bagaimana menyampaikan materi lingkungan hidup kepada siswa melalui kurikulum yang
terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup. Pengembangan materi, model pembelajaran
dan metode belajar yang bervariasi, semua ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari (isu
local dan global).
Pengembangkan kurikulum berbasis Adiwiyata sangat terkait dengan tupoksi guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran atau dengan kata lain guru
harus memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup,
yaitu bagaimana guru menyusun perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan Pendidikan
lingkungan hidup (Perangkat pembelajaran berbasis Adiwiyata).
Mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis Adiwiyata dapat dilakukan dengan: (1)
Memformulasi kegiatan atau proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran yang dimaksud adalah cara belajar aktif yang berfokus pada peserta didik,
misalnya dengan demonstrasi, diskusi, simulasi, bermain peran, laboratorium, pengalaman
lapangan, dialog, simposium, dll. (2) Mengembangkan materi pelajaran dan indikator pelajaran
berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan sekitar (isu local) dan masalah-masalah
lingkungan secara luas (isu global). Isu lokal mencakup isu lingkungan hidup yang ada di
wilayah sekitar sekolah, yang merupakan potensi ketersedian sumberdaya alam dan kearifan
lingkungan, terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dapat berdampak pada
banjir, longsor, kekeringan, pencemaran sampah, pencemaran air/udara/tanah, penggundulan
hutan, kabut asap dan kebakaran hutan, dll sedangkan isu global mencakup isu lingkungan hidup
misalnya terkait: energy, ozon, perubahan iklim, keanekaragaman hayati, bahan berbahaya dan
beracun, tumpahan minyak di laut, rekayasa genetik dll. (3) Mengembangkan indikator dan
instrumen penilaian pembelajaran lingkungan hidup, artinya bahwa pembelajaran lingkungan
hidup baik secara integrasi maupun monolitik harus dilengkapi dengan indikator penilaian
tingkat keberhasilan. (4) Merancang pembelajaran di dalam maupun di luar kelas dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber/media pembelajaran. (5) Mengikutsertakan orang tua
siswa dan masyarakat dalam program pembelajaran, misalnya dengan memberikan tugas-tugas
yang melibatkan orang tua siswa dan masyarakat, misalnya terkait penyediaan air bersih, sarana
pengelolaan sampah (3R), saluran air limbah/ drainase, penghijauan, kantin ramah
lingkungan dan materi lainnya sesuai kebutuhan masyarakat. (6) Tenaga pendidik
mengkomunikasikan hasil inovasi pembelajaran Lingkungan Hidup kepada warga sekolah dan
masyarakat sekitar sekolah melalui; Nara sumber, media elektronik, media cetak, lingkungan
alam sekitar, dll. (7) Tenaga pendidik melakukan proses perubahan perilaku yang berbudaya
lingkungan melalui upaya peningkatan pengetahuan, ketertarikan, mengaplikasikan dan akhirnya
diharapkan menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan.
Pengalaman belajar yang diharapkan dari siswa sebagai implikasi dari perangkat
pembelajaran berbasis Adiwiyata yang dikembangkan guru adalah siswa melakukan kegiatan
pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dengan: (1)
Menghasilkan karya yang berkaitan dengan pelestarian dan fungsi Lingkungan Hidup,
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, misalnya dalam bentuk karya siswa,
laporan kegiatan siswa, laporan aksi nyata yang terkait dengan lingkungan hidup antara lain:
makalah, Puisi/Sajak, Artikel, Lagu, Laporan Penelitian, gambar, seni tari, dll (2) Menerapkan
pengetahuan Lingkungan Hidup yang diperoleh untuk memecahkan masalah Lingkungan Hidup
dalam kehidupan sehari-hari, Hal ini dapat terlihat dari perubahan perilaku yang berbudaya
Hidup,
b. Peningkatan kualitas pengelolaan Lingkungan di dalam dan di luar kawasan Sekolah.
c. Penghematan Sumber Daya Alam ( Listrik, Air, ATK ),
d. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.
e. Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
5. Mekanisme Seleksi Adiwiyata
3. Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan nonkependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup.
6. Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang
terkait dengan masalah lingkungan hidup.
PENGHARGAAN ADIWIYATA
Pada dasarnya program Adiwiyata tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi atau lomba.
Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada sekolah yang mampu
melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Penghargaan diberikan pada tahapan pemberdayaan (selama kurun
waktu kurang dari 3 tahun) dan tahap kemandirian (selama kurun waktu lebih dari 3 tahun).
Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Sekolah Adiwiyata adalah, sekolah yang dinilai telah berhasil dalam melaksanakan
Pendidikan Lingkungan Hidup.
2. Calon Sekolah Adiwiyata adalah. Sekolah yang dinilai telah berhasil dalam
Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Pada tahun 2007 kuesioner yang diterima oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dari
seluruh Indonesia sebanyak 146 sekolah yang berasal dari 17 propinsi. Setelah melalui
tahaptahap seleksi penilaian, maka ditetapkanlah 30 sekolah sebagai calon model sekolah
Adiwiyata tahun 2007. Sedangkan 10 sekolah yang telah terseleksi sebelumnya di tahun 2006
(meliputi ruang lingkup Pulau Jawa) ditetapkan sebagai sekolah penerima penghargaan
Adiwiyata sesuai dengan kategori pencapaiannya.
TATA CARA PENGUSULAN CALON PENERIMA PENGHARGAAN ADIWIYATA
Setiap Sekolah dapat diajukan oleh Pemerintah Daerah sebagai calon Sekolah Adiwiyata sesuai
dengan kuota yang ditetapkan oleh Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Pengajuan calon sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan mengisi kuesioner dan
menyertai lampiran yang diperlukan sesuai dengan formulir yang telah disediakan oleh Kantor
Negara Lingkungan Hidup.
Calon sekolah Adiwiyata dan sekolah Adiwiyata akan diteliti lebih lanjut oleh Dewan
Pertimbangan Adiwiyata.
Penerima penghargaan calon dan sekolah Adiwiyata ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup.
MEKANISME PENILAIAN PROGRAM ADIWIYATA
Pada dasarnya peluang mengikuti program Adiwiyata terbuka bagi seluruh sekolah di tanah air
Indonesia. Mengingat keterbatasan yang ada dan kepentingan dari semua pihak terkait, maka
dalam proses seleksi dan peni laian, Kementerian Negara Lingkungan Hidup dibantu oleh
berbagai pihak, antara lain: Pemerintah Daerah setempat (dalam hal ini dikoordinir oleh