Makalah KLHS
Makalah KLHS
Makalah KLHS
Oleh
Muhammad Aprian Jailani
Shelvy Mayandika
Zona Prayogo
135030101111008
135030101111005
135030101111099
2016
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Lingkungan hidup di Indonesia saat ini masih menunjukan penurunan
kondisi,
seperti
terjadinya
pencemaran,
kerusakan
lingkungan,
penurunan
dipandang
kurang
mempertimbangkan
prinsip-prinsip
pembangunan
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi semakin mendesak
untuk diatasi. Penanggulanganya dan pengendalian dampak negative terhadap
lingkungan hidup serta isu keberlanjutan lingkungan hidup terasa tidak cukup dan
kurang efektif jika dilakukan pada saat kegiatan telah memasuki masa operasi dan
sepenuhnya hanya mengandalkan pendekatan tekhnologi. Menyikapi situasi
tersebut, salah satu langkah yang dtempuh adala Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) , ini dimaksudkan untuk mencoba mengatasi permasalahan-permasalahan
yang muncul. Kerusakan sumber daya alam dan pencemarann lingkungan akan
lebih efektif dicegah bila sejak proses formulasi kebijakan, rencana dan program
(KRP) telah dipertinbangkan asalah lingkungan hidup dan ancaman terhadap
keberlanjutan.
Sejak tahun 1990-an di dunia internasional telah berkembang Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (Selanjutnya di singkat : KLHS) atau Strategic
Environmental Assessment (SEA). KLHS merupakan penyempurnaan dari AMDAL
sebagai instrument lingkungan hidup yang sudah ada sebelumnya. Jika AMDAL
hanya hadir pada tingkat proyek, maka KLHS ada pada Kebijakan, Rencana, dan
atau Program (KRP) pembangunan. KLHS menjadi semakin penting kehadiranyya
ketika tujuan ketujuh dari MDGs yakni terjaminya keberlanjutan lingkungan hidup,
menetapkan salah satu target penting yang hendak dicapai, yakni terintegrasinya
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan, rencana dan program
serta berkurangnya kerusakan sumber daya alam. Penetapan target ini telah
menyebabkan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) semakin banyak diadopsi
oleh berbagai Negara maju dan berkembang.
untuk
menjamin
keutuhan
lingkungan
serta
keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan. Dokumen- dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005,
yang menyebutkan tiga pilar pendukung pembangunan berkelanjutan yang saling
terkait, yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi. Keseimbangan antara lingkungan
dengan sosial akan menghasilkan ketahanan hidup, keseimbangan antara
lingkungan dengan ekonomi akan menjamin kehidupan terus berlangsung, dan
keseimbangan antara sosial dan ekonomi akan meberikan keadilan. Keseimbangan
antara lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi akan menjamin ketahanan hidup dapat
berlangsung terus menerus secara adil. Mengutamakan lingkungan dalam setiap
proses pembangunan, akan memberikan jaminan yang pasti dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan. Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP) yang
disusun dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus mengintegrasikan
pembangunan berkelanjutan untuk
1.2.2
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2007) memberikan definisi KLHS
yang dipandang sesuai untuk Indonesia dengan memperhatikan kondisi sumberdaya
alam, lingkungan hidup, sosial, ekonomi, politik, serta kapasitas SDM dan institusi di
masa mendatang, yaitu :
Suatu proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan dan menjamin
diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang
bersifat strategis.
KLHS
merupakan
salah
satu
instrument
untuk
mencegah
dan
ancaman
terhadap
pembangunan
berkelanjutan
dengan
dapat
dikalkulasikan
diselenggarakan
seperti
antar
secara
komfregensif.
wilayah,
antar
sector,
Artinya
dapat
antar
tingkat
mengakibatkan
marginalisasi
sekelompok/golongan
masyarakat
tertentu karena adanya pembatasan akses dan control terhadap sumbersumber alam atau modal atau pengetahuan.
Secara formal, landasan implementasi KLHS tercantum dalam Undangundang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Pasal 15 ayat 1 menegaskan Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. Pedoman penyusunan KLHS sudah diatur
sebelum undang-undang tersebut disahkan melalui Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS.
JENIS-JENIS PENDEKATAN KLHS DALAM PENATA RUANG WILAYAH
Jenis-jenis pendekatan KLHS dalam penataan ruang dibentuk oleh kerangka
bekerja dan metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada
4 (empat) model pendekatan KLHS untuk penataan ruang, yaitu :
1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup/AMDAL (EIA-Mainframe)
KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL, baik dari segi langkah-langkah
prosedur bekerjanya, maupun metodologi berpikirnya, yaitu mendasarkan telaah
pada efek dan dampak yang dimbulkan RTRW atau KRP tata ruang terhadap
lingkungan hidup.
2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup
(Environmental Appraisal)
KLHS yang memiliki pendekatan ini menempatkan posisinya sebagai uji
kebijakan untuk menjamin keberlanjutan lingkungan hidup, sehingga bisa diterapkan
sebagai sebuah telaah khusus yang berpijak dari sudut pandang aspek lingkungan
hidup.
3. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated
Assessment/ Sustainability Appraisal)
Pendekatan ini menempatkan posisinya sebagai bagian dari uji kebijakan
untuk menjamin keberlanjutan secara holisk, sehingga sudut pandangnya
merupakan paduan kepenngan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.
4. KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya
Alam (Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolaan
Berkelanjutan Sumberdaya (Sustainable Resource Management)
KLHS diaplikasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dan a)
dilaksanakan sebagai bagian yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan
penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari strategi
spesifik pengelolaan sumberdaya alam. Model a) menekankan pertimbangan
pertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai dasar dari substansi RTRW atau
KRP tata ruang, sementara model b) menekankan penegasan fungsi RTRW atau
KRP tata ruang sebagai acuan aturan pemanfaatan dan perlindungan cadangan
sumberdaya alam.
Aplikasi-aplikasi pendekatan diatas dapat diterapkan dalam berbagai bentuk
kombinasi, baik dari segi cara maupun metoda telaahnya, sesuai dengan : 1) hirarki
dan jenis KRP tata ruang atau RTRW yang akan dihasilkan/ditelaah, 2) lingkup isu
yang menjadi fokus, 3) kapasitas instusi dan sumberdaya manusia selaku
pelaksana dan pengguna KLHS, serta 4) kemauan politisi pemanfaatan KLHS untuk
KRP tata ruang.
2.4 Pengertian Rencana Tata Ruang Kewilayahan (RTRW)
Ruang merupakan sumber daya yang secara kuantitatif jumlahnya terbatas
dan memiliki karakteristik yang tidak seragam sehingga tidak semua jenis fungsi
dapat dikembangkan pada ruang yang tersedia. Keterbatasan ruang tersebut
merupakan dasar dibutuhkannya kegiatan penataan ruang yang terdiri atas
perencanaan ruang yang menghasilkan dokumen rencana tata ruang, pemanfaatan
ruang yang mengacu pada dokumen tata ruang yang berlaku, serta pengendalian
pemanfaatan ruang yang dilakukan untuk memastikan bahwa fungsi yang
dikembangkan sesuai peruntukan sebagaimana ditetapkan dalam dokumen rencana
tata ruang antara lain dengan menggunakan instrumen perizinan pembangunan.
Dokumen tata ruang sebagai produk dari kegiatan perencanaan ruang, selain
berfungsi untuk mengefektifkan pemanfaatan ruang dan mencegah terjadinya konflik
antar-fungsi dalam proses pemanfaatan ruang, juga ditujukan untuk melindungi
masyarakat sebagai pengguna ruang dari bahaya-bahaya lingkungan yang mungkin
timbul akibat pengembangan fungsi ruang pada lokasi yang tidak sesuai peruntukan.
Sebagai contoh, dokumen rencana tata ruang menetapkan ruang dengan fungsi
perlindungan bencana pada lahan rawan longsor dengan tujuan agar masyarakat
dan aktivitas yang mereka kembangkan tidak menjadi korban apabila bencana
longsor terjadi.
Dalam praktik penyusunan ruang di Indonesia, dokumen tata ruang bersifat
hirarkis. Mulai dari dokumen yang bersifat makro yang berlaku pada level nasional
hingga dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Dokumen
tata ruang tersebut adalah:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan dokumen
rencana ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara
Indonesia. Dokumen ini berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam
penyusunan rencana tata ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan penjabaran
RTRWN pada masing-masing provinsi. Dokumen ini berlaku pada masing-masing
provinsi yang diaturnya, sebagai contoh RTRW Provinsi Aceh hanya berlaku pada
wilayah hukum Provinsi Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan dalam bentuk
dokumen RTRW Kabupaten/Kota dan dokumen detil lainnya.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); merupakan
penjabaran dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada level kabupaten/kota.
Dokumen ini berlaku pada masing-masing wilayah administratif kabupaten/kota.
Sebagai contoh, RTRW Kabupaten Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah hukum
Kabupaten Aceh Utara. RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk dokumen
detil ruang untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan pembangunan,
kebijakan dari pemerintah atau negara, bukan hanya berisi tentang argumentasi
maupun suatu pendapat para aparatur wakil rakyat belaka, namun opini dari publik
atau biasa di sebut publik opinion.
Meskipun di Indonesia telah banyak kebijakan yang telah di cetuskan, namun
program dan rencana serta, peran dari berbagai pihak ternyata masih saja muncul
permasalahan terkait dengan sumber daya alam, dan lingkungan hidup belum juga
berakhir atau bisa di katakan tetap terjadi. Sehubungan dengan hal demikian,
kementrian Lingkungan Hidup telah mendorong untuk menyempurnakan kebijakan,
program serta rencana yang ada. Dalam menyusun kebijakan ini digunakan
perangkat Kajian Lingkungan Strategis (KLS) terhadap kebijakan, rencana dan
program yang telah ada dan terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Secara substansial, KLS merupakan suatu upaya sistematis dan
logis dalam memberikan landasan bagi terwujudnya pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan hidup secara berkelanjutan melalui proses pengambilan keputusan
yang berwawasan lingkungan.
Kebijakan lingkungan adalah setiap tindakan yang sengaja diambil (atau tidak
diambil) untuk mengelola kegiatan manusia dengan maksud untuk mencegah,
mengurangi, atau mengurangi efek yang merugikan pada sumber daya alam dan
alam. Kebijakan lingkungan adalah sebuah pernyataan sikap yang disepakati
didokumentasikan dari sebuah perusahaan terhadap lingkungan di mana ia
beroperasi.
Kebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga
bisa memperhitungkan dimensi sosial (kualitas hidup) dan dimensi ekonomi
BAB III
PEMBAHASAN
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
untuk
untuk
menjaga
masyarakat,
kelestarian
fungsi
setiap perencanaan
tata
lingkungan
ruang
hidup
dan
wilayah
wajib
didasarkan pada KLHS. Sehingga sudah sangat jelas bahwa penyusunan KLHS
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah maupun
pemerintah daerah. Penyusunan ini dimaksudkan untuk mengamankan kebijakan
yang dilandaskan pada kebijakan lingkungan yang berkelanjutan. KLHS diperlukan
dalam upaya penetapan RTRW yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi
pengaruh atau konsekuensi dari RTRW yang telah disusun terhadap lingkungan
hidup sebagai upaya untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam substansi RTRW,
menjadi sangat penting, sehingga penetapan RTRW tidak akan menimbulkan
persoalan baru, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga
dapat mengakomodir semua kepentingan dengan prinsip berkelanjutan. Prinsip
pengamanan dalam KLHS menjadikan RTRW mempunyai jiwa sosial, budaya,
keputusan
kebijakan,
perumusan
dan
alternatif
rekomendasi
rencana,
dan/atau
penyempurnaan
perbaikan
untuk
program
yang
tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing
hirarki rencana tata ruang wilayah (RTRW).
Penerapan
KLHS
dalam
penataan
ruang
juga
bermanfaat
untuk
Sumber : setyabudi.2016.
Dengan mengaplikasikan keterkaitan dalam KLHS diharapkan dapat dihasilkan KRP
yang mempertimbangkan keterkaitan antar sektor, wilayah, dan global-lokal. Pada arah yang
lebih mikro, yakni proses KLHS, keterkaitan juga mengandung makna dihasilkan KLHS yang
bersifat holistic berkat adanya keterkaitan analisis antar fisik-kimia,biologi dan social
ekonomi. Sehingga dengan adanya dasar tersebut tentunya setiap lembaga lingkungan
hidup daerah maupun pusat akan melakukan penyusunan KLHS untuk mengintegrasikan
pertimbangan lingkungan hidup dan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam penyusunan
KLHS untuk RTRW maupun RPJPD atau RPMD.
PRINSIP/NILAI
1.KETERKAITAN
MISAL : KERANGKA KERJA KLHS NTUK REVISI RTRW (KLHS DENGAN KERANGKA DASAR ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKU
2.KESEIMBANGAN
Gambar 1.2 Struktur RTRW<RPJP< dan RPJM.
3. KEADILAN
KLHS
RPJP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN
SOSIAL BUDAYA
EKONOMI
OUTPUT (HASIL)
Mengintegrasikan Prinsp SD
mengintegrasikan
secara
comprehensive
prinsip
pembangunan
berkelanjutan sehingga dalam penerannya mengurangi resiko dari efek atau akibat
dari RTRW/RPJP yang telah formulasikan. Dalam kerangka kerja KLHS untuk
mengkaji RTRW dengan konsep Kebijakan, program dan/atau rencan yang
memperhatikan nilai-nilai dari KLHS, disamping itu ada 3 jenis sifat yang
mempengaruhi RTRW yaitu (1) Instrumental, (2) Transformatif dann (3) Subtantif.
Seperti misa dalam hal ini KLHS mengkaji RTRW dari salah satu pendekatan KLHS
yaitu Sebagai berikut :
Gambar 1.3
Kerangka Kerja KLHS Untuk Revisi RTRW (Pendekatan KLHS DENGAN KERANGKA DASAR
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP/AMDAL
untuk
untuk
menjaga
masyarakat,
kelestarian
fungsi
setiap perencanaan
tata
lingkungan
ruang
hidup
dan
wilayah
wajib
didasarkan pada KLHS. Sehingga sudah sangat jelas bahwa penyusunan KLHS
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah maupun
pemerintah daerah.
Mengingat
KLHS
dilakukan
untuk
mengevaluasi
RTRW,
yang
memerlukan
instrumen
pengelolaan
lingkungan
hidup
yang
dengan
masalah
perumusan
kebijakan,
rencana
dan/atau
program
pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Dengan kata lain, sumber masalah
degradasi kualitas lingkungan hidup berawal dari proses pengambilan keputusan
atau proses perencanaan yang kurang memikirkan aspek lingkungan sebagai dasar
perencanaan pembangunan.
la
memerlukan
instrumen
pengelolaan
LH
yang
memungkinkan
keputusan
perencanaan
pembangunan
(decision-making
process), dalam hal ini implementasi difokuskan pada perencanaan tata ruang.
cycle
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
KLHS
merupakan
salah
satu
instrument
untuk
mencegah
menyatakan
untuk
menjaga
keselamatan
masyarakat,
kelestarian
fungsi
setiap perencanaan
tata
lingkungan
ruang
hidup
wilayah
dan
wajib
didasarkan pada KLHS. Sehingga sudah sangat jelas bahwa penyusunan KLHS
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah maupun
pemerintah daerah. Penyusunan ini dimaksudkan untuk mengamankan kebijakan
yang dilandaskan pada kebijakan lingkungan yang berkelanjutan. KLHS diperlukan
dalam upaya penetapan RTRW yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi
pengaruh atau konsekuensi dari RTRW yang telah disusun terhadap lingkungan
hidup sebagai upaya untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2016.kajian klhs sebagai solusi daya dukung wilayah. Melalui (Online)
http://www.menlh.go.id/klhs-kajian-klhs-sebagai-solusi-daya-dukung-wilayah/
diunduh pada tanggal 16 maret 2016.
ardhy,
2011.
Kebijakan
Lingkungan.
Melalui
(online)
http://ardhysatrio.blogspot.co.id/2011/10/kebijakan-lingkungan.html diakses
pada14 Maret 2016.
Anonim. 2016. Melalui (Online)
http://ppejawa.com/ekoplasa79_klhs_dki_jakarta.html#sthash.PidNv9tl.dpuf
didunduh pada tanggal 15 maret 2016.
Brontowiyono ,widodo, dkk. 2010. Klhs Untuk Pembangunan Daerah Yang Berkelanjutan
Melalui (Online) didunduh pada tanggal 14 Maret 2016.
Firdaus.
2014.
http://medialingkungan.com/index.php/news/opini/pentingnya-kajianlingkungan-hidup-strategis-klhs-dalam-perencanaan-tata-ruang. dinduh pada
tanggal 15 maret 2016
Lepa, Alex.a, dkk. 2011.Lingkungan Hidup Strategis Terhadap Perencanaan Tata Ruang
Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2011-2030. Melalui (Online)
didundu pada tanggal 14 Maret 2016.
Nasir.2013. Pengertian Fungsi dan hirarki rencana tata ruang. Melalui (Online)
http://acehutarapenataanruang.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fungsidan-hirarki-rencana.html diunduh pada tanggal 18 maret 2016.
Setyabudi, Bambang. 2016. Kajian Lingkungan Hidup Strategis [Klhs] Sebagai Kerangka
Berfikir
Dalam
Perencanaan
Tata
Ruang
Wilayah.Melalui
(Online)Http://Penataanruang.Pu.Go.Id/Bulletin/Upload/Data_Artikel/Kajian
%20lingkungan%20hidup%20strategis%20sebagai%20kerangka%20berfikir
%20dalam%20perencanaan%20tata%20ruang%20wilayah-Ir.Bambang
%20setyabudi,Murp.Pdf. Diunduh Pada Tanggal 15 Maret 2016.
Supianto.2013.
Petingnya
KLHS
terhdap
RTRW.
Melalui
(Online)
http://www.penataanruang.com/tata-ruang/pentingnya-klhs-dalam-rtrw.
diunduh pada tanggal 15 maret 2016.