Esai Tata Ruang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

A.

Pendahuluan

Pengendalian penataan ruang di daerah perkotaan dewasa ini mengalami tantangan yang cukup
berat. Hal ini dikarenakan, dengan fungsi kota sebagai pusat kekuasaan politik, peredaran uang dan
ekonomi industri, sehingga dalam merencanakan penataan ruang kawasan perkotaan harus
memperhitungkan faktor sosial kemasyarakatan, politik birokrasi, dan ekonomi keungan yang
berlangsung di dalamnya. Sementara di sisi lain, kemampuan daya dukung lingkungan yang ada terus
mengalami penurunan.

Undang undang 1945, pasal 33 ayat 3, mengamanatkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dengan dasar itu setiap upaya penataan ruang perlu dilakukan secara terencana,
terkoordinasi dan terpadu dengan daya dukung sumber daya alam, sumber daya manusia serta sumber
daya buatan menuju pola pembangunan yang berkelanjutan.

B. Pembahasan

KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin
tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan dalam kebijakan,
rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena tidak
ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang,
maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah (RTRW). KLHS
bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa
dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer)
dari penjabaran RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan
lingkungan lainnya menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para
pemangku kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta
memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah.

Namun pada kenyataannnya kecepatan pembangun serta tingginya populasi penduduk,


khususnya di kota-Kota besar yang tidak diimbangi dengan pengendalian pemanfaatan ruang yang
konsisten, dan pengendalian kerusakan lingkungan yang kuat telah mengakibatkan meningkatnya
bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan dengan kerugian yang cenderung terus meningkat, baik
berupa korban jiwa maupun korban material.

Penyebab terjadinya hal tersebut antara lain adalah pertama, Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) yang tidak terintegrasi. Kedua, penataan ruang saat ini khususnya perencanaan ruang cenderung
memberi ruang gerak yang lebih besar pada kepentingan ekonomi dibandingkan pada aspek
keberlanjutan (sustainability). Ketiga, penataan ruang saat ini masih banyak berupa planning paper
dibandingkan sebagai planning management. Penataan ruang wilayah provinsi, kabupaten, dan kota
masih sebatas di atas kertas dibandingkan dilaksanakan di lapangan.