Proposal Kepemimpinan
Proposal Kepemimpinan
Proposal Kepemimpinan
PENDAHULUAN
1
2
Pada era desentralisasi sekarang ini pemerintah daerah juga ikut andil
dalam mengelola pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan nasional, yang pada
akhirnya tercapai peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar desentralisasi
dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah
perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara
fungsional sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan proses dan program pemberdayaan,
mereka akhirnya memiliki kinerja yang profesional dan fungsional. Kepala
sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai
manajer yang baik, kepala sekolah harus mampu mengatur agar semua potensi
sekolah dapat berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan
sekolah. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melakukan fungsi-
fungsi manajemen sekolah dengan baik yang meliputi antara lain: (1)
perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan; dan (4) pengawasan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasar latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru dengan didasarkan pada gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh Kepala
Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru yang didasarkan pada gaya kepemimpinan
kepala sekolah?
3. Upaya apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengatasi
hambatan-hambatan dalam meningkatakan profesionalisme guru?
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
yang dimilikinya pada suatu lingkungan, dan dalam situasi tertentu guna
mencapai tujuan bersama.
Ciri ciri kepemimpinan menurut Drs. Sondang Siagian MPA (1979: 86)
mengemukakan sejumlah persyaratan yang pada dasarnya merupakan ciri-ciri
kepemimpinan sebagai berikut:
2) Kemampuan Analitis
3) Ketrampilan Komunikasi
4) Ketrampilan Mendidik
5) Keberanian
6) Ketegasan
8) Kapabilitas Integratif
10) Kesederhanaan
b. Teori-Teori Kepemimpinan
1. Teori Sifat
a) Intelegensia
9
b) Kepribadian
c) Karakteristik Fisik
1) Membentuk struktur
2) Konsiderasi
3) Prinsip Keadilan
Untuk menjaga keseimbangan kepentingan, maka asas keadilan
harus benar-benar dijaga agar tidak muncul stgma-stigma
ketidakadilan.
4) Prinsip Kesederhanaan
Rasulullah Saw. Menegaskan bahwa serang pemimpin itu harus
melayani dan tidak meminta u tuk dilayani sebagaiman dalam
sabdanya :
“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka”( H.R Abu Na’im)
b) Pendekatan Historis
Al Qur’an begitu kaya dengan kisah-kisah umat masa lalu sebagai
pelajaran dan bahan pertimbangan (perenungan) bagi umat-yang akan
datang. Dengan pendekatan histories ini diharapkan akan lahir pemimpin-
pemimpin Islam yang melilki sifat Islami sebagai syarat keberhasilannya
dalam memimpin
c) Pendekatan teoritis
Ideologi Islam adalah ideology yang terbuka. Hal ini mengandung arti
walaupun dasar-dasar konseptual yang ada di dalam bangunan ideology
Islam sendiri sudah sempurna, namum, Islam tidak menutup kesempatan
mengkomunikasikan ide-ide dan pemikiran dari luar Islam selama
pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah
Rasulullah Saw.
12
2. Gaya Kepemimpinan
a. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya artinya sukap gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik
yang bagus, kekuatan , kesanggupan untuk berbuat baik.
Sedangkan arti (definisi) dari Gaya kepemimpinan menurut Prof. Dr.
Veithzal Rivai, M.B.A menyebutkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri
yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe
kepemimpinan. Terdapat tiga pola pokok pada gaya kepemimpinan yaitu yang
mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama, yang
terakhir mementingkan hasil yang dapat dicapai.
Pada tahun 1930-an ada yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan
sebagai suatu rangkaian kesatuan yang didasarkan pada derajat pembagian
kekuasaan dan pengaruh antara pimpinan dan bawahan. Dalam rangkaian tersebut
dapat diidentifikasikan empat gaya kepemimpinan dasar yaitu, mengatakan,
menjual, konsultasi, dan bergabung. Mengatakan adalah gaya kepemimpinan
otokratis, sedangkan bergabung adalah gaya kepemimpinan demokratis. Menurut
pendapat ini gaya kepemimpinan demokratis bukanlah pendekatan yang terbaik
semua kondisi (situasi), para ahli saat itu lebih menyarankan penggunaan semua
gaya mulai dari mengatakan sampai bergabung. Menurut para ahli saat itu juga
untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu
maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur yaitu dari diri
pemimpin, bawahan dan situasi yang menyeluruh
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1960-an yang dinamakan
“pola manajerial”. Kepemimpinan dipengaruhi oleh dua perhatian manajerial
yang mendasar, yaitu perhatian terhadap produksi atyau tugas dan perhatian
13
terhadap manusia. Menurut teori ini ada empat gaya dasar kepemimpinan : (1)
gaya manajemen tugas, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi terhadap
produksi terhadap perhatian rendah terhadap manusia, (2) gaya manajemen
country club, pemimpin memperlihatkan perhatian yang tinggi terhadap manusia
tetapi perhatian rendah terhadap produksi/tugas, (3) gaya manajemen miskin.
Pemimpin tidak terlalu menunjukkan perhatian, baik terhadap produksi/ tugas
maupun manusia (4) gaya manajemen tim, pemimpin menunjukkan perhatian
yang tinggi terhadap produksi/tugas maupun manusia. Menurut teori ini gaya
menajemen tim, yang pada dasarnya sama dengan gaya demokratis merupakan
gaya kepemimpinan yang terbaik untuk semua orang dalam esgala situaasi yang
dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para
bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian
masalah yang dihadapi.
unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values
system) yang luhur sehingga semua unsur yang ada bersedia, tanpa
paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan
b. Persyaratan profesi
Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu kompleksnya,
maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan berikut
ini :
1) Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (Moh. Ali,
1985)
Selain pernyataan tersebut, menurut Moh. Uzer Usman masih ada
persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong dalam suatu
profesi antara lain : 1). Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. 2). Memiliki klien / objek layanan yang tetap, seperti dokter
dengan pasiennya, guru dengan muridnya. 3).Diakui oleh masyarakat kerena
memang diperlukan jasanya di masyarakat.
Atas dasar persyaratan tersebut jelaslah jabatan profesional harus di
tempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu.
Demikianpun dengan profesi guru, harus ditempuh dengan jenjang pendidikan pre
service education seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), KIP, dan
Fakultas Keguruan di luar lembaga kependidikan.
18
d. Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 158) guru diartikan
sebagai "Orang yang kerjanya mengajar". Sedangkan Moh. Uzer Usman (2005:
6) mengemukakan bahwa, "Guru merupakan profesi / jabatan / pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Pendapat lain menyatakan bahwa:
Guru adalah pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus
melalui lembaga pendidikan guru (LPTK), agar dengan keahliannya
mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya untuk menjadi warga
negara yang baik (susila), berilmu, produktif, sosial, sehat, dan
20
e. Tugas Guru
Menurut Piet A. Saherlian (199-1: 12-13)," Tugas guru umumnya
dibedakan: a) Tugas Personal, b) Tugas Sosial, dan c) Tugas Profesional".
Sedangkan Moh. Uzer Usman (2005: 6-7) berpendapat bahwa, " Terdapat
tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas
dalam bidang kemasyarakatan". Macam-macam tugas tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1). Tugas Personal
Yang dimaksud dengan tugas personal adalah tugas guru yang
menyangkut dirinya sendiri, setiap guru harus mendalami konsep dirinya dan
menatap dirinya, mampu berkaca pada diri sendiri, dengan begitu dia akan
melihat bahwa apa yang ada pada dirinya bukan lainnya. satu pribadi, melainkan
tiga pribadi yaitu: Saya dengan konsep diri saya {self concept), saya dengan
ide diri saya (self idea), saya dengan realita diri saya (self reality).
2). Tugas Sosial
Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan, mendidik dan
mengajar adalah tugas pemanusiaan manusia. Guru harus dapat menjadikan
dirinya scbagai orang tua kedua di sekolah, harus dapat menarik simpati
sehingga dia menjadi idola para siswanya. Pembelajaran apapun yang
diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.
3). Tugas Profesional
21
Menurut Glickman yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2003: 5)," Seorang guru
bisa dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of
abstract) dan rnotivasi kerja yang tinggi Qiigh level of commitment) ".Apabila
ditelaah lebih mendalam temyata kata komitmen memiliki makna lebih luas
daripada concern sebab komitmen mencakup waktu dan usaha. Tingkat komitmen
guru terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak dari yang paling rendah
menuju yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya
wajib, memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga
yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pun sangat sedikit.
Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen tinggi biasanya tinggi sekali
pecrhatiannya kepada murid, demikian pula waktu yang disediakan untuk
peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Menurut Piet A. Saherlian (1994:
30) " makna profesional dapat dipandung dari tiga dimensi, yaitii ahli (ekspert),
rasa tanggung jawab (responsibility), dan memiliki rasa kesejawatan". Ketiga hal
tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut:
1) Ahli (Ekspert)
Maksud dari ahli adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan
dan ahli dalam fungsi mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pengajaran
yang diajarkan tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai
pengetahuan yang diajarkan.
Pemahaman konsep dapat dikuasai bila guru juga memahami psikologi
belajar. Psikologi belajar membantu guru menguasai cara membimbing subjek
belajar dalam memahami konsep tentang apa yang di ajarkan. Selain itu, guru juga
menyampaikan pesan-pesan didik. Guru yang ahli memiliki pengalaman tentang
cara mengajar (leaching is a skill) dan mengerti bahwa mengajar adalah juga
suatu seni (teaching is an art). Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga, mendidik.
Dengan mengajar maka guru membentuk konsep berfikir, sikap jiwa, dan
menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subjek didik. Selain itu,
dengan mengajar berarti guru memberikan pengetahuan, mengembangkan
pengetahuan, dan menumbuhkan apresiasi, sehingga inti kemanusiaan subjek
didik dapat berkembang.
23
c) Developer
Guru yang memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya.
Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan menjawab tantangan-
tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai sistem.
Faktor-faktor lain, selain faktor-faktor pengetahuan, kecakapan,
ketrampilan dan tanggap terhadap ide pembaharuan dan wawasan yang lebih luas
sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya masih memerlukan
persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus itu adalah faktor
yang menyebabkan seseorani itu rnerasa senang, karena merasa terpanggil
hati nuraninya untuk menjadi pendidikatau guru.
Menurut Oemar Hamalik (2006: 27) "Guru profesional merupakan
orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat
master serta telah memiliki ijazah negara dan telah berpengalaman dalam
mengajar pada kelas-kelas besar". Secara lebih rinci, beliau menyampaikan
bahwa, guru profesional mempuyai kriteria sebagai berikut :
a) Fisik
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan
atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik
b) Mental aiau kepribadian
1) Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang
kepada anak didik
2) Berbudi pekerti yang luhur
26
2) Kualifikasi Profesional
Guru yang berkualitas professional yaitu guru yang tahu secara
mendalam tentang apay yang diajarkannya, cakap dalam mengajarkan
secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian mantap.
Menurut Soekartawi (1995: 33)disebutkan bahwa, “Profil pengakar
dituntut serba bisa”, antara lain meliputi peran:
a) Mempunyai keahlian terhadap ilmu
pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan kepada siswanya;
Mempunyai keahlian dalam dalam memberikan
pengajaran:
c) Mampu memberikan motivasi kepada siswa
d) Mampu bertindak sebagai manajer di kelas
(kadang-kadang juga dikantor dimana dia bekerja)
e) Mampu bertindak sebagai pemimpin;
f) Mempunyai keahlian dalam memberikan
bimbingan
g) mempunyai keahlian sebagai "ahli lingkungan"
dalam arti bahwa bila di lingkungan di mana pengajar tersebut
bekerja dirasakan terjadi situasi yang kurang menyenangkan, atau
bila di kelas dimana ia mengajar terjadi situasi kurang mendukung
proses belajar mengajar, maka pengajar harus pula mengubahnya;
h) Mampu sebagai figur yang berwatak- ing
ngarso sung tulodho ing madaya mangun karsa lan tut wuri
handayani (di depan pengajar mampu berperan sebagai figur
30
B. Kerangka Berfikir
Guru yang professional tidak pernah lepas dari tugasnya mendidik peserta
didiknya untuk itu seorang guru harus mematuhi perintah dari kepala sekolah
yang dimana perintah dari kepala sekolah tersebut sesuai pada kaedah/aturan
sekolah
Sebagai seorang pemimpin di lingkungan sekolah seorang kepala sekolah
ditutuntut untuk memberikan yang terbaik kepada keprofesionalan guruuntuk
selalu ditingkatkan dengan berbagai cara, yang disesuiakan dengan kemampuan
dan aturan-atturan yang ada di sekolah tersebut. Sebagai contoh yang dapat
dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah
dengan mengikutsertakan guru pada pelatihan-pelatihan yang dapat meningktaka
profesipnalisme guru.
Berdasarkan kajian teori diatas, dapat disusun suatu kerangka pemikiran
yang mengarah pada penemuan jawaban sementara. Adapun kerangka pemikiran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Guru
Kepemimpinan Profesionalis
Kepala sekolah me Guru
Karyawan di
lingkungan
Sekolah
BAB III
METODOLOGI
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dari persiapan, tahap
pelaksanaan sampai dengan tahap penyusunan laporan.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan kagiatan seperti permohonan
pembimbing, pengajuan proposal penelitian, permohonan ijin penelitianke
Sekolah Menengah Atas negeri 1 Wonosari, Klaten dilaksanakan pada
bulan Januari sampai dengan Februari 2009
b. Tahap Pelaksanaan
33
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengambilan data. Kegiatan ini
akan dilaksankan mulai bulan April sampai bulan Mei 2009
c. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data hasil penelitian, penulisan
laporan hasil penelitian dan konsultasi dosen pembimbing, dilaksanakan
pada bulan Juni sampai Juli 2009
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
startegi penelitian tunggal terpancang, dimana peneliti hanya mengkaji satu
masalah saja yaitu tentang bagaimana meningkatkan profesionalisme guru di
Sekolah Menengah Atas negeri 1 Wonosari yang didasarkan pada gaya
kepemimpinan kepala sekolah. Jadi strategi tunggal terpancang yang digunakan
dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai tunggal dalam arti hanya ada
datu ruang lingkup penelitian di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari.
Sedangkan terpancang pada tujuan penelitian maksudnya yaitu, bahwa yang harus
34
C. Sumber Data
Lofland dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong (2003:112)
mengemukakan bahwa “sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya seperti dokummen dan lain-lainnya.
Perlu dijelaskan bahwa peran dari sumber data sangatlah penting, karena
berkatian dengan bias atau tidaknya data penelitian diperoleh. Oleh karena itu
pada penelitian ini peneliti menggunkan data sebagai berikut:
1. Informan
Adalah orang yang dipandang mengetahui peraslahan yang akan dikaji
peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:116) “Responden atau
informan penelitian adalah orang yang dapat merespon dan memberikan
informasi tentang data penelitian”. Dalam penelitian ini yang dijadikan
informan adalah Kepala Sekolah dan guru di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Wonosari
2. Lokasi
Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian mengenai gaya
kepemimpinan ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari
3. Arsip dan Dokumen
Merupakan sumber data dalam penelitian kualitaif, terutama apabila
sasarannya terarah pada latar belakang peristiwa masa lalu yang sekarang
sedang dipelajari. Arsip dan dokumen yang digunakan oleh peneliti yang
sesuai dengsn tema dan masalah penelitian ini berupa buku, data dari
internet dan data dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari .
35
1. Wawancara
Lexy J Moleong (2003 :135) menyatkan bahwa, “Wawancara Adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawanara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan”. Dengan wawancara yang mendalam diharapkan penliti
mampu memperoleh acara detail informasi-informasi dari informan
sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat dan obyektif.
2. Observasi
Menurut Kerlinger yang dikutip dari Suharsimi Arikunto (2002: 171)
bahwa “Metode Observasi adalan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan
data yang dilakukan secar sistematis, dengan prosedur yang terstandar”.
Observasi sebagaimana halnya dengan wawancara adalah termasuk teknik
pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kulaitatif
sebagai pelengkap dari teknik wawancara.
3. Analisis Dokumen
Teknik ini dilakukan untuk pengumpulan data yang besumber dari arsip
dan dokumen yang ada di lokasi penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto
(2002: 202), “Metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat dan
sebagainya
E. Teknik Sampling
36
F. Validitas Data
Suharsimi Arikunto (2002: 136) menyatakan bahwa “Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keabsahan ssuatu
instrument”. Sehingga dikatakan pula “Sebuah instrument dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa uang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid
apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul
tidak menyimpang dari gambaran tentsng variabel yang dimaksud”.
Dalam penelitian ini pemeriksaan data yang digunakan adalah triangulasi.
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding
terhadap data itu”. (Lexy J. Moleong, 2003: 78).
37
Bawahan
2. Triangulasi Tekhnik
Triangulasi tekhnik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda
Wawancara Observasi
Kuisioner/
Dokumen
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan tekhnik wawancara di pagi hari pada saat sumber
Sore
38
masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan daya yang lebih
valid sehingga lebih kredibel.
Siang
Pagi
G. Analisis Data
Menurut Miles & Huberman (1992: 16), “Dalam proses analisis terdapat
tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti
kualitatif yaitu, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi”. Ketiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling
berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Pada penelitian ini digunakan
ketiga komponen tersebut., yaitu :
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat
dilakukan
2. Sajian Data
39
Reduksi
data
Penarikan
kesimpulan
H. Prosedur Penelitian
40
DAFTAR PUSTAKA