Kimia Khairat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Natur Indonesia 6(2): 118-121 (2004)

118
ISSN Jurnal Natur Indonesia 6(2): 118-121 (2004)
1410-9379
Khairat & Herman.

Kinetika Reaksi Hidrolisis Minyak Sawit dengan


Katalisator Asam Klorida
Khairat, Syamsu Herman

Jurusan Teknik Kimia, FT, Universitas Riau, Pekanbaru 28293

Diterima 02-01-2003 Disetujui 04-10-2003

ABSTRACT
The hydrolysis of palm oil using hydrochloride acid as a catalyst was carried out in an autoclave. The palm oil
was first activated using hydrochloride acid and then the hot water was pervade into it in the autoclave. After the
desired reaction temperature had been reached, the samples were withdrawn at 30 minutes intervals and the
free fatty acid concentration was determined using titrimetric method. The rate constant (k1) and order of
reaction for oil and water (m, n) were calculated using numerical method of Runge-Kutta and Hooke – Jeeves.
Order of reaction found 1.3828 -1.4147 for palm oil and 0.5897 - 0.6274 for water respectively in the range
temperature of 110-140 0C. The relationship between the rate constant and temperature (T), can be presented as,
k= 9,295 x 107 e-10834,94/T with an experimental error 0.60%.

Keywords: autoclave, hydrolysis, order reactions, palm oil

PENDAHULUAN C18:1(9) (39-45%), linoleat C18:2(9,12) (7-11%): laurat C12:0


Diversifikasi utama minyak sawit adalah (46-52%), miristat C14:0 (14-17%), palmitat C16:0 (6,5–
mengolah minyak sawit menjadi produk lain, yang 9%), stearat C18:0 (1–2,5%), oleat C18:1(9) (13–19%) (Kirk
dapat diproses dengan jalan alkoholisis atau & Othmer 1980; Ketaren 1986).
hidrolisis. Pada umumnya reaksi hidrolisis minyak Reaksi hidrolisis minyak dengan memakai
nabati bertujuan untuk membentuk gliserol dan asam katalisator asam secara umum dapat dituliskan
lemak. Penelitian hidrolisis minyak nabati telah sebagai berikut:
banyak dilakukan. Sofiah (1989), telah meneliti
hidrolisis minyak biji karet dengan katalisator damar O

penukar kation (amberlis15) dalam reaktor autoklaf H2-C-O-C-R1 H2-C-OH HOOCR1

secara batch. Hendrawati (1992) meneliti tentang O


+
 H
hidrolisis minyak biji karet dengan katalisator reagen H-C-O-C-R2 + 3 H2O ↔ H-C-OH + HOOCR2
- (1)
A
twitchell. Kumoro (1995), telah meneliti hidrolisis O
minyak biji kluwak dengan katalisator asam sulfat, 
H2-C-O-C-R3 H2-C-OH HOOCR3
dalam autoklaf. Dari penelitian-penelitian di atas,
konstanta reaksi hidrolisis dihitung dengan asumsi Trigliserid Air Gliserol Asam lemak

orde reaksi sama dengan satu terhadap minyak, dan


orde nol untuk air, dengan kata lain berorde satu semu Jika persamaan (1) ditulis dalam bentuk
terhadap minyak. sederhana dan dalam bentuk eqivalen, maka bentuk
Mengingat pentingnya data kinetik dalam persamaan (1) menjadi:
perancangan alat alat pabrik, terutama untuk
k1
+ -
perancangan reaktor, maka pada penelitian ini, A+B+H A ↔ C+ D (2)
k2
peneliti mencoba menghitung konstanta reaksi
(konstanta kecepatan reaksi, dan orde reaksi Untuk pemakaian air yang berlebihan (CB0 >>
terhadap pereaksi) hidrolisis minyak sawit. CA0) dalam proses hidrolisis minyak, terutama pada
Komposisi utama minyak sawit dan inti sawit awal reaksi, reaksi merupakan reaksi searah,
adalah asam lemak jenuh dan asam lemak tidak sehingga persamaan (2) menjadi:
jenuh, antara lain adalah: miristat C14:0 (1,1-2,5%), k1
+ -
A+B+H A → C+ D (3)
palmitat C16:0 (40–45%), stearat C18:0 (3,6-4,7%), oleat
Kinetika reaksi hidrolisis minyak sawit 119

Persamaan kecepatan reaksi adalah: eter, phenolpthalin dan zat analisis lainnya. Alat-alat
rA = -dCA/dt = k1 CAm CBn (4) yang digunakan reaktor (autoklaf) yang dilengkapi
Runge Kutta adalah satu dari sekian banyak regulator listrik (Gambar 1), motor pengaduk,
cara untuk menyelesaikan persamaan differensial termometer, labu pisah, oven, neraca analitis,
(PD) ordiner secara numeris, (F(x,y,dy/dx,d 2 y/ pendingin balik, buret, dan lain-lain.
dx2,…………) = 0, di mana penyelesaian dilakukan
dengan pendekatan, yang kesalahan atau 1 2 4
3
penyimpangannya semakin kecil jika interval ”x
semakin kecil. Formula untuk penghitungan:
5
k1 = f(x0 , y0) ∆x
k2 = f(x0 + ∆x/2 , y0 + k1/2) ∆x
6
k3 = f(x0 + ∆x/2 , y0 + k2/2) ∆x
k4 = f(x0 + ∆x , y0 + k3) ∆x
∆y = 1/16(k1 + 2k2 + 2k3 + k4) 7

x1 = x0 + ∆x , y1 = yo + ∆y

Untuk menghitung titik selanjutnya pada kurva 8


Gambar 1. Rangkaian alat hidrolisis minyak sawit: 1) motor, 2)
integral, dilakukan dengan cara yang sama, hanya x0 termometer, 3) pemasukan sampel, 4) pengambilan
dan y 0 diganti x1 dan y1. Hitungan ini diteruskan sampel, 5) pengaduk, 6) pemanas, 7) regulator listrik,
8) Autoklaf.
sampai batas x, kemudian dibuat grafik hubungan xi
dan yi, sehingga dy/dx dapat dihitung. Berhubung cara Pelaksanaan Penelitian. Minyak sawit dan
penghitungannya yang banyak, biasanya dikerjakan asam klorid dengan jumlah tertentu dimasukan dalam
dengan bantuan program komputer. reaktor (autoklaf), kemudian pemanas dan motor
Hook Jeves adalah cara optimasi pengaduk dihidupkan sampai dicapai suhu yang
menyelesaikan suatu persamaan dengan beberapa diinginkan (110°C,120°C,130°C,140°C) lalu pemanas
variabel bebas (optimasi banyak variabel, y = dan motor pengaduk dimatikan. Kemudian
f(x 1,x 2,x 3,….,x n), yang dilakukan secara numeris, ditambahkan air panas dalam jumlah tertentu.
dengan langkah langkah sebagai berikut; Pertama Pemanas dan motor pengaduk dihidupkan kembali.
kita mencoba suatu nilai untuk tiap variabel, kemudian Setelah dicapai suhu yang diinginkan
kita hitung fungsi, ini merupakan basis perhitungan, (110°C,120°C,130°C,140°C), maka setiap selang
kemudian kita lakukan eksplorasi tiap variabel atau waktu 30 menit cuplikan diambil untuk dianalisis asam
satu variabel dengan angka baru ( x1 + x1 , x2 + x2 ), lemak bebasnya, dengan cara titrasi asam basa (CD)
di mana angka lama ditambah suatu bilangan kecil (Paquot 1979; Swern 1982).
(delta ), dan kita uji dengan fungsi, hasil ini kita CD = VKOH NKOH / w (5)
bandingkan dengan hasil tahap awal, apakah hasil Asam lemak total (ALT) dihitung dengan cara
ini termasuk yang sukses atau yang gagal (tergantung lima g minyak dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang
fungsi Optimasi, maximasi atau minimasi). Kalau dilengkapi pendingin balik, ditambah 50 ml KOH 0,5
sukses, dilanjutkan dengan penambahan delta yang N alkoholik, didihkan sampai minyak tersabunkan
sama untuk variabel langkah dua, atau kalau gagal sempurna, dinginkan, tambahkan beberapa tetes
kita masukan harga delta baru. Proses dihentikan indikator fenolptalin, kemudian dititrasi dengan larutan
setelah eksplorasi gagal serta ”x1 dan ”x2 cukup kecil. HCl 0,5 N, sampai warna merah tepat hilang (Vts).
Penghitungan ini dilakukan dengan bantuan program Dengan cara yang sama dilakukan untuk blangko
komputer. (tanpa minyak) (Vtb-) (Paquot 1979).
BAHAN DAN METODE ALT = [(Vtb - Vts) x NHCl] / w (6)
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian CA = ALT - CD (7)
ini adalah minyak sawit, diperoleh dari PTPN V Dengan data konsentrasi CD atau CA sebagai fungsi
Propinsi Riau, air, asam klorid (HCl), natrium waktu, dan kondisi batas:
hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), dietil t = t0, CD = CD0, CA = CA0 : t = t, CD = CD, CA = CA.
120 Jurnal Natur Indonesia 6(2): 118-121 (2004) Khairat & Herman.

Nilai k1, m dan n pada persamaan (4) dihitung secara menaikan konstanta kecepatan reaksi sebanyak ±2
numeris, dengan metoda Runge-Kutta dan Hook- kali dari nilai awal. Hubungan konstanta kecepatan
Jeeves (Sediawan & Prasetya 1997). reaksi dengan suhu dilukiskan pada Gambar 3.
40
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang hidrolisis minyak sawit 30

dengan peubah suhu reaksi pada kisaran suhu 110oC

100000 k
20
sampai 140 o C, dan peubah lain (konsentrasi
katalisator asam khlorid 0,5 mgek/g minyak, 10

perbandingan pereaksi 16) dibuat tetap, tertera pada 0

Tabel 1 dan Gambar 2 berikut: 373 383 393 403 413 423
T, oK

Tabel 1. Pengaruh suhu dan waktu terhadap konsentrasi ALB (CD). Gambar 3. Grafik hubungan suhu dengan konstanta kecepatan
reaksi.
Waktu Konsentrasi ALB (CD), mgek/g minyak
0 0 0 0
(menit) 110 C 120 C 130 C 140 C
30 0,3063 0,4061 0,7375 0,7193
Hubungan konstanta kecepatan reaksi dengan
60 0,3273 0,4504 0,8044 0,8902 suhu ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
90 0,3579 0,4892 0,8712 1,1324 ln k = 18,34757 - 10834,94/T) (7)
120 0,3752 0,5173 0,9628 1,3134
150 0,3986 0,5994 1,1686 1,4349 atau k = 9,295x10 e
7 (-10834,94/T)
(8)
180 0,4384 0,6616 1,2199 1,5740 dengan tenaga pengaktif 21529,02, faktor frekuensi
210 0,4903 0,8057 1,3404 1,8582
9,295 x 107 , dengan ralat rata-rata 0,60%.
240 0,5719 0,8840 1,4379 1,9984
k 0,00005 0,00009 0,00021 0,00037 Nilai orde reaksi terhadap minyak (m) berkisar
m 1,3828 1.3907 1,4140 1,4147 dari 1,3828 sampai 1,4147 (m rata-rata 1,4) dan orde
n 0,5897 0,6055 0,6070 0,6274
reaksi terhadap air (n) berkisar dari 0,5897 sampai
SSE (%) 0,016 0,034 0,163 0,068
Ralat (%) 5,816 10,598 17,965 21,537 0,6274 (n rata-rata 0,6), untuk suhu dari 110°C sampai
140°C, orde reaksi total rata-rata adalah 2. Adanya
2,2
2
110 0C
kenaikan orde reaksi ini kemungkinan disebabkan
1,8
oleh pengaruh perubahan suhu reaksi, atau reaksi
CD, mg eq/g minyak

1,6 120 0C
1,4 130 0C
1,2
yang terjadi tidak sesuai dengan model matematis
140 0C
1 atau model persamaan yang digunakan dalam
0,8
0,6 menghitung orde reaksi tersebut, hal ini didukung
0,4
0,2 dengan ralat yang juga bertambah dengan naiknya
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 suhu.
w aktu, mnt Pembandingan hasil penelitian ini dengan
Gambar 2. Grafik hubungan ALB (CD) dengan waktu untuk penelitian yang lain, terlihat pada Tabel 2 berikut.
beberapa suhu.
Tabel 2. Pengaruh suhu dan waktu terhadap konsentrasi ALB (CD).
Peningkatan suhu reaksi, mempercepat
kenaikan konsentrasi ALB(C D ), memperbesar Variabel Minyak Minyak Minyak biji Minyak biji
penurunan konsentrasi A(CA), atau dengan kata lain sawit kluwak karet, 1 karet, 2
Suhu (0C) 140 130 140 100
menaikan konversi (XA). Hal ini disebabkan karena
Katalis HCl H2SO4 Amberlist Twichell
dengan naiknya suhu reaksi, maka suplai energi untuk 15
mengaktifkan pereaksi dan tumbukan antar pereaksi Waktu 240 180 105 180
reaksi
untuk menghasilkan reaksi juga akan bertambah, (menit)
sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih Konversi 51,24 73 24,7 60,4
banyak. Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) naik (%)
Orde 1,4 1 1 1
dengan kenaikan suhu reaksi (rata-rata kenaikannya terhadap
±2 kali dari nilai awal), hal ini sesuai dengan teori CA
Orde 0,6 0 0 0
Arrhenius dan pernyataan Westerterp (1984), bahwa
terhadap
kenaikan suhu akan menaikan nilai konstanta CB
kecepatan reaksi, di mana kenaikan 10°C suhu reaksi Nilai k 0,00037 0,0020 0,0031 0,0027
Kinetika reaksi hidrolisis minyak sawit 121

Adanya perbedaan nilai k dan orde reaksi pada Pimpinan beserta staf PKS Sei Galuh PTPN V
penelitian ini dengan penelitian yang lain, disebabkan Pekanbaru, atas bantuan sampel minyak sawit nya,
perbedaaan dalam perhitungannya. Di mana pada Pimpinan Universitas, dan Kepala Lembaga
penelitian yang lain nilai ini diasumsikan, sedangkan Penelitian Universitas Riau, yang telah mendanai
pada penelitian ini dihitung. Sedangkan perbedaan penelitian ini.
pada konversi yang dicapai, kemungkinan DAFTAR PUSTAKA
disebabkan perbedaan jenis dan aktifitas dari Groggins, P.H. 1958. Unit processis in organic synthesis. New
York: McGraw-Hill.
katalisator yang digunakan. Hendrawati, T.Y. 1992. Hidrolisis minyak biji karet dengan
katalisator reagen Twitchell. Laporan Penelitian. Yogyakarta:
Lab Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia FT UGM.
KESIMPULAN Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Kirk, R.E. & Othmer, D.F. 1951. Encyclopedia of Chemical
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat
Technology. New York: The Intersciense Encyclopedia.
disimpulkan 1) Nilai orde reaksi terhadap minyak (m) Kumoro, A.C. 1995. Hidrolisis minyak biji kluwak pada suhu di
atas 100 oC. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lab Proses
berkisar dari 1,3828 sampai 1,4147 (m rata-rata 1,4) Kimia Jurusan Teknik Kimia FT UGM.
dan orde reaksi terhadap air (n) berkisar dari 0,5897 Paquot, C. 1979. Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats
and Derivatives, Part 1. New York: Pergamon Press.
sampai 0,6274 (n rata-rata 0,6) untuk suhu dari 110°C Sediawan, W.B. & Prasetya, A. 1997. Pemodelan Matematis
sampai 140°C; 2) Nilai orde reaksi total rata-rata dan Penyelesaian Numeris dalam Teknik Kimia. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
adalah 2; 3) Nilai konstanta kecepatan reaksi adalah Sofiah. 1989. Hidrolisis minyak biji karet dengan katalisator damar
fungsi suhu (T), dinyatakan dengan persamaan k = penukar kation. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lab Proses
Kimia Jurusan Teknik Kimia FT UGM.
9,295x107 e(-10834,94/T) dengan ralat 0,60%; 4) Konversi Swern, D. 1982. Bailey’s Industrial Oil and Fat Product. New
York: John Wiley & Sons.
yang dicapai 51,24%. Westerterp, K.R., van Swaaij, W.P. & Beenackers, A.A.C.M.
1984. Chemical Reactor Design and Operation. New York:
John Wiley and Sons.
UCAPAN TERIMA KASIH Winarno, F.G. 1989. Kimia Pangan & Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

Anda mungkin juga menyukai