TK3101 - PROSES PEMISAHAN - UAS - Compiled
TK3101 - PROSES PEMISAHAN - UAS - Compiled
TK3101 - PROSES PEMISAHAN - UAS - Compiled
1. Larutan 35%-berat solute C dalam pelarut A diekstraksi dengan pelarut B murni secara batch dua
tahap. Umpan F0 dibagi menjadi dua yaitu umpan F1 dan umpan B1.
Umpan F1 diekstraksi dengan pelarut S1 pada tahap ke 1, hingga kondisi setimbang dan
menghasilkan ekstrak E1 dan Rafinat R1. Perbandingan berat antara pelarut dan umpan adalah S1/F1
= 1/3.
Umpan B1 dicampur dengan Rafinat R1, dengan perbandingan berat B1/R1 = 1/3, menjadi umpan
F2 yang kemudian diekstraksi dalam tahap ke 2 dengan pelarut S2. Perbandingan berat antara
pelarut dan umpan di tahap ke-2 adalah S2/F2 = ½ (lihat gambar)
1. Grafik yang diberikan pada soal merupakan diagram kesetimbangan bebas pelarut B. Umpan F0
dibagi menjadi B1 dan F1 (komposisi solute sama) sehingga XF0 =XF1 =XB1 = 0,35 (tanpa solvent
2. S1 dan S2 merupakan pelarut murni B sehingga NS1 = NS2 = ∞
3. Hubungkan titik F1 dengan titik S1 (berupa garis vertical dengan gradien ∞)
4. Buat pemisalan F1 = 100 kg/h sebagai basis perhitungan, sehingga diperoleh S1=33,33
kg/h sementara M1 = F1 + S1 = 133,33 kg /h
5. Gunakan pemisalan tersebut untuk menghitung laju alir massa tiap komponen pada
masing masing aliran F1, S1, dan M1
6. Hitung
𝐵 100
𝑁𝑀1 = = = 0,33
𝐴 + 𝐶 300
7. Tarik garis tie line melalui M1 sehingga diperoleh titik E1 dan R1
8. Lakukan pemisalan R1’ = 100 kg/h
9. Hitung laju alir masing masing komponen A, B, dan C pada R1, B1 dan F2 melalui
hubungan B1 = ⅓ R1, F2 = R1 + B1, serta nilai X atau N yang telah diketahui
10. Hitung nilai XF2 (bebas solven) dan NF2 dari laju alir komponen pada F2 yang telah
diperoleh
𝐶 26,75
𝑋𝐹2 = = = 0,198
𝐴 + 𝐶 108,25 + 26,75
𝐵 5
𝑁𝐹2 = = = 0,037
𝐴 + 𝐶 108,25 + 26,75
11. Dengan menggunakan basis F2 = 140 kg/h (sama seperti hasil perhitungan no 8), maka
nilai S2 dan M2 dapat dihitung melalui hubungan S2 = ½ F2
12. Hitung laju alir masing-masing komponen pada M2 dengan menggunakan hubungan M2
= F2 + S2
13. Hitung nilai NM2 dan XM2 dari laju alir komponen pada M2 yang telah diperoleh
𝐵𝑀2
𝑁𝑀2 = = 0,56
𝐴𝑀2 + 𝐶𝑀2
𝐶
𝑋𝑀2 = 𝐴+𝐶 = 0.19
14. Tarik garis tie line melalui M2, diperoleh E2 dan R2.
Petunjuk :
1. Susun persamaan neraca massa pada ekstraksi tahap 1
𝐹0 = 𝐹1 + 𝐵1 ↔ 𝐵1 = 𝐹0 − 𝐹1 (1)
𝑆1 + 𝐹1 = 𝑅1 + 𝐸1 (2)
𝐵1 1
2. Dengan menggunakan hubungan = ,dan substitusi persamaan (1) ke (2) diperoleh
𝑅1 3
𝐸1 = 𝑆1 + 𝐹1 − 3𝐵1 = 𝑆1 + 4𝐹1 − 3𝐹0
𝑆 1
Substitusi 𝐹1 = 3, menjadi
1
𝐸1 = 4,33𝐹1 − 3𝐹0 (3)
3. Dengan menggunakan lever rule bebas pelarut
𝐸1
𝑅1 𝑀1 𝐸1′ 1 + 𝑁𝐸1
= =
𝑅1 𝐸1 𝑀1′ 𝑀1
1 + 𝑁𝑀1
𝑆1 1
Substitusi nilai 𝑀1 = 𝑆1 + 𝐹1 dengan =
𝐹1 3
𝐸1
3,04 𝑐𝑚 1 + 0,71
=
7,13 𝑐𝑚 4𝐹1
3
1 + 0,33
Sehingga diperoleh hubungan F1 dengan E1
𝐹1 = 1,3715 𝐸1 (4)
4. Substitusi Persamaan (4) ke (3) diperoleh
𝐸1 = 0,607 𝐹0
Answer : 𝐸1 = 60,7 𝑘𝑔
Untuk pemahaman lebih lanjut, pelajari slide Modul 11 segmen 1-2 dan Modul 12 segmen
2-3
2. Umpan yang mengandung 30%-b zat terlarut C dalam pelarut A diekstraksi terus menerus oleh
pelarut B yang mengandung 5%-b zat terlarut C. Proses ekstraksi dilakukan dalam beberapa tahap,
sedangkan aliran umpan berlawanan arah dengan pelarut B. Dalam operasi ini, aliran rafinat hasil
ekstraksi bertingkat mengandung 5%-b zat terlarut C. Operasi ekstraksi dilakukan dengan laju
pelarut 1,5 kali dari minimumnya, dengan laju massa umpan 5000 kg/jam.
Petunjuk :
1. Plot titik F, S, ESmin dan RN. ESmin adalah titik yang menghasilkan tie line yang dapat diperpanjang
hingga memotong titik F.
2. Hitung rasio Smin/F dengan menggunakan lever rule terhadap titik MSmin yang diperoleh dari
perpotongan antara garis ESmin-RN dan garis F-S
Smin = 0,192 F
3. Hitung nilai S sesuai keterangan soal (S = 1,5 Smin)
S = 0,288 F
4. Cari titik M dari lever rule antara S dan F
5. Cari titik E1 dengan menarik garis antara titik RN dan titik M
Jawaban :
yC = 0,41
yB = 0,47
yA = 0,12
1. Cari titik ΔR dengan mencari perpotongan antara garis E1-F dan garis S-RN
2. Gunakan tie line untuk menghubungkan E1 ke R1, lalu gunakan garis perpanjangan dari ΔR untuk
menghubungan R1 ke E2, lalu ulangi penggunaan tie line dan perpanjangan ΔR hingga mencapai
titik RN
3. Hitung jumlah tahap kesetimbangan yang terjadi
Jawaban : E1 = 3220 kg/h
Jawaban : 5 tahap
3. Umpan cair berupa larutan yang hanya mengandung 30%-b solut C dalam pelarut A diekstraksi
secara kontinyu dengan pelarut B murni. Ekstraksi dilakukan secara multitahap, dimana umpan
mengalir berlawanan arah dengan aliran pelarut. Laju massa pelarut pengekstrak adalah 1/3 laju
massa umpan. Dalam proses ini, rafinat yang keluar dari sistem ekstraksi multi-tahap masih
mengandung 5%-b C. Diagram kesetimbangan yang sesuai dengan kondisi operasi diberikan dalam
bentuk diagram x-y, sedangkan daerah dua fasa cair-cair diberikan dalam bentuk diagram segitiga
siku-siku tanpa tie-line. Tentukan jumlah tahap kesetimbangan secara grafis yang digambarkan
dalam “TK3101 UAS - Diagram untuk Soal No 3”
Petunjuk :
1. Plot titik F, RN, dan S dari data yang diketahui di soal
2. Gunakan data S/F dan lever rule untuk memperoleh titik M yang terletak pada garis S-F
3. Tarik garis yang menghubungkan RN dan M untuk mendapatkan titik E1
4. Cari titik ΔR dengan mencari perpotongan antara garis E1-F dan garis S-RN
5. Tarik beberapa garis (disarankan minimal 4 garis) dari titik ΔR hingga memotong dua titik pada
kubah diagram segitiga siku-siku tanpa tie line
6. Tarik garis horizontal ke kiri dari titik-titik yang diperoleh pada kurva segitiga siku-siku (garis
horizontal yang berasal dari garis rafinat / garis kubah sisi kiri berbelok 90o menjadi garis vertikal
ketika menyentuh garis y = x pada diagram kesetimbangan)
7. Buat titik-titik operasi dari perpotongan antara pasangan titik kurva segitiga siku-siku
8. Tarik garis operasi yang menghubungkan antara titik-titik operasi (tidak harus linear)
9. Hitung tahap kesetimbangan yang terbentuk antara garis kesetimbangan dan garis operasi (tangga
pertama dimulai dari titik operasi dengan nilai y = nilai y dari E1 hingga mencapai nilai y = nilai y
dari RN)
4. Larutan umpan F yang lajunya 100 kg/menit dan mengandung 25%-b solut C dalam pelarut
A, diekstraksi dengan pelarut S yang memiliki komposisi (dalam fraksi berat) A = 27%, B
= 7%, dan C = 3%. Ekstraksi dilakukan secara kontinyu multi-tahap dengan aliran umpan
F dan pelarut S arahanya berlawanan. Laju pelarut S adalah 1,5 x laju pelarut S min.
Perbandingan C/A pada rafinat (RN) = 1/9
1. Larutan 35%-berat solute C dalam pelarut A diekstraksi dengan pelarut B murni secara batch dua
tahap. Umpan F0 dibagi menjadi dua yaitu umpan F1 dan umpan B1.
Umpan F1 diekstraksi dengan pelarut S1 pada tahap ke 1, hingga kondisi setimbang dan menghasilkan
ekstrak E1 dan Rafinat R1. Perbandingan berat antara pelarut dan umpan adalah S1/F1 = 1/3.
Umpan B1 dicampur dengan Rafinat R1, dengan perbandingan berat B1/R1 = 1/3, menjadi umpan F2
yang kemudian diekstraksi dalam tahap ke 2 dengan pelarut S2. Perbandingan berat antara pelarut dan
umpan di tahap ke-2 adalah S2/F2 = ½ (lihat gambar)
Misalkan (A+C)R1 = 100 kg, maka C = 14,5 kg , A = 85,5 kg, B = 5 kg , sehingga R1 = 105 kg
Diketahui bahwa B1=Fo = 35% C dan 65% A, maka B1 terdiri dari 12,25 kg C dan 22,75 kg A
𝐴 = 85 ,5 𝑘𝑔 + 22,75 𝑘𝑔 = 108,25 𝑘𝑔
𝐵 = 5 𝑘𝑔
𝐶 = 14,5 𝑘𝑔 + 12,25 𝑘𝑔 = 26,75 𝑘𝑔
𝐹2 = 140 𝑘𝑔
𝐶 26,75
𝑋𝐹2 = = = 0,198
𝐴 + 𝐶 108,25 + 26,75
𝐵 5
𝑁𝐹2 = = = 0,037
𝐴 + 𝐶 108,25 + 26,75
𝑆1 + 𝐹1 = 𝑅1 + 𝐸1 (2)
𝐵 1
2. Dengan menggunakan hubungan 𝑅1 = 3,dan substitusi persamaan (1) ke (2) diperoleh
1
𝐸1 = 𝑆1 + 𝐹1 − 3𝐵1 = 𝑆1 + 4𝐹1 − 3𝐹0
𝑆 1
Substitusi 𝐹1 = 3, menjadi
1
𝐸1 = 4,33𝐹1 − 3𝐹0 (3)
Jawaban : 𝐸1 = 𝟔𝟎, 𝟕 𝒌𝒈
Untuk pemahaman lebih lanjut, pelajari slide Modul 11 segmen 1-2 dan Modul 12 segmen 2-3
2. Larutan umpan F yang mengandung 15%-berat solut C dalam pelarut A dipekatkan sehingga diperoleh
produk yang konsentrasi solut C dalam pelarut A meningkat dengan cukup signifikan. Larutan tersebut
mengalami 2 tahapan proses, yang pertama adalah Tahap Ekstraksi dengan pelarut S, yang merupakan
cairan B murni. Prosesnya multi-tahap dengan aliran berlawanan, sehingga diperoleh ekstrak E1 yang
mengandung 20%-berat solut C dan rafinat RN yang masih mengandung 5%-berat solut C. Tahap
berikutnya adalah Tahap Pemurnian yang mengolah ekstrak E1 dengan cairan refluk f sehingga
dihasilkan ekstrak e1 yang mengandungi 45%-berat solut C. Prosesnya multi-tahap dengan aliran yang
berlawanan.
Ekstrak e1 yang dihasilkan, dipisahkan dari cairan B secara sempurna dalam pemisah P. Hasil
pemisahan berupa cairan B murni, s0 dan larutan pekat yang tidak mengandung cairan B. Larutan
pekat tersebut sebagian digunakan sebagai refluk f di Tahap Pemurnian dan sisanya diambil sebagai
produk. Rafinat dari Tahap Pemurnian, yaitu rm, dicampur dengan umpan F yang kemudian menjadi
umpan Tahap Ekstraksi (lihar gambar).
Petunjuk :
1. Plot titik F, S, E1 dan RN, titik E1 berada di kurva kesetimbangan fasa ekstrak dengan
komposisi C = 0,2 dan titik RN berada di kurva kessetimbangan fasa rafinat dengan komposisi
C = 0,05
2. Karena komposisi rm di soal tidak diberikan, asumsikan komposisi C dalam larutan di rm
sama dengan komposisi C dalam larutan di F = 0,15.
3. Plot titik e1 pada kurva kesetimbangan fasa ekstrak, diperoleh komposisi e1 : A = 0,075 , B =
0,475, C = 0,45
4. Karena dalam pemisah (P), pelarut B dapat dipisahkan sepenuhnya dari larutan, maka
komposisi f dapat dihitung dari komposisi e1 yang dihilangkan pelarutnya (B).
Komposisi f =
𝐴
𝐴= = 0,143
𝐴+𝐶
𝐵=0
𝐶
𝐶= = 0,857
𝐴+𝐶
5. Plot titik f dan s0 pada kurva
Jawaban :
Jawaban : 4 tahap (jawaban bisa berbeda-beda sesuai dengan asumsi yang diambil)
3. Larutan umpan F yang lajunya 100 kg/menit dan mengandung 25%-berat solut C dalam pelarut A,
diekstraksi dengan pelarut S yang memiliki komposisi A = 27%, B = 70%, dan C = 3%.-berat.
Ekstraksi dilakukan secara kontinyu multi-tahap dengan aliran umpan F dan pelarut S arahnya
berlawanan. Laju pelarut S adalah 2 x laju pelarut S-minimum.
Ralat soal : Perbandingan C/A dirafinat = 1/9
Kerjakan hal-hal berikut dengan menggunakan “Diagram Kesetimbangan untuk Soal No.3 UAS
TK3101”:
a. Hitung laju minimum pelarut, S-minimum, dalam kg/menit,
Petunjuk :
1. Cari nilai N dan X atau Y masing masing titik (F,S dan RN)
𝐶 0,03 𝐵 0,7 𝐶
𝑌𝑆 = = = 0,1, 𝑁𝑆 = = = 2,33 ; 𝑋𝑅𝑁 =
𝐴 + 𝐶 0,27 + 0,03 𝐴 + 𝐶 0,27 + 0,03 𝐴+𝐶
1 𝐶 25 𝐵 0
= = 0,1 ; 𝑋𝐹 = = = 0,25 , 𝑁𝐹 = = =0
1+9 𝐴 + 𝐶 25 + 75 𝐴 + 𝐶 100
2. Plot titik F, S, dan rafinat (RN) pada diagram kesetimbangan (diagram yang diberikan bebas
pelarut)
3. Tarik garis yang menghubungkan S dengan RN dan perpanjang garisnya
4. Buatlah beberapa garis tie line dari conjugate curve disekitar daerah operasi. Daerah operasi
adalah daerah pada kurva kesetimbangan tempat terjadinya ekstraksi (dari F hingga RN). Cara
membuat tie line-nya adalah pilih satu titik di conjugate curve lalu tarik garis vertical ke bawah
untuk membaca fasa rafinat, dan Tarik garis horizontal ke kanan untuk membaca fasa ekstrak.
lalu garis tie line adalah garis yang menghubungkan fasa ekstrak dan rafinat dari satu titik di
conjugate curve.
5. Perpanjang garis tie line, cari garis tie line yang memotong titik F dan RN untuk menandai
batas daerah operasi, lalu perpanjang garis tie line hingga memotong kurva S-RN
6. ΔRMIN adalah titik potong tie line dengan kurva S-RN yang menghasilkan Smin yang paling
maksimal yaitu paling jauh
7. Buatlah garis yang menghubungkan ΔRMIN dengan F lalu perpanjang garis hingga menyentuh kurva
kesetimbangan fasa ekstrak untuk mendapatkan E1
8. Buatlah garis yang menghubungkan titik keluar-keluar proses overall (RN-E1) dan masuk-masuk
proses overall (S-F). Titik perpotongan kedua garis tersebut merupakan titik pencampuran pada
proses overall (M|S=SMIN)
9. Cari SMIN dengan menggunakan lever rule bebas pelarut
𝑆 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑀′ 𝐹 ′ 3
= =
𝐹 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆′𝑀′ 9,5
3 𝑆
=
95 100
𝑆 ′ min = 31,58 𝑘𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 (bebas solven)
𝐵 0,7 𝐵
𝑁𝑠 = = =
𝐴 + 𝐶 0,3 31,58
𝐵 = 73,69
𝑆𝑚𝑖𝑛 = 31,58 + 73,69 = 105,27 𝑘𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑘𝑔
𝑆 ′ min = 2 𝑥𝑆 ′ min = 2𝑥 31,58 = 63,16
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
′ ′ ′
𝑘𝑔
𝑀 = 𝑆 + 𝐹 = 63,16 + 100 = 163,16
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑁 𝑀 𝐸1′ 2,3
= =
𝑅𝑁 𝐸1 𝑀′ 5,5
2,3 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝐸1′ = 𝑥 163,16 = 68,23 (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑣𝑒𝑛𝑡, 𝐴 + 𝐶 𝑠𝑎𝑗𝑎)
5,5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Dari kurva, didapat
𝑁𝐸1 = 1,86
𝐵
1,86 =
𝐴+𝐶
𝑘𝑔
𝐵 = 1,86 𝑥 68,23 = 126,9
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑘𝑔
𝐸1 = 68,23 + 126,9 = 195, 1
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Untuk pemahaman lebih lanjut, pelajari slide Modul 11 segmen 1-5 dan Modul 12 segmen 2-3
4. Larutan F yang mengandung 15%-berat C dalam pelarut A diekstraksi secara kontinyu multi-tahap
lawan arah dengan pelarut sisa S1 yang komposisinya 10%-berat solut C dan 90%-berat pelarut B.
Ekstrak yang diperoleh (aliran E1) mengandung 30%-berat C dan rafinat (aliran RN) yang masih
mengandung 10%-berat C.
Rafinat RN tersebut kemudian dialirkan ke unit pengambilan solut C (unit P) yang merupakan
proses ekstraksi satu tahap dengan pelarut B murni (aliran S2). Dalam unit P ini semua solut C
dapat diambil sehingga rafinat yang keluar dari unit ini (aliran Rp) dapat dikatakan tidak
mengandung solut C (lihat gambar)
b. lakukan analisis kuantitatif dengan menggunakan diagram yang telah dilengkapi di butir a
sehingga dapat diketahui persentase perolehan (recovery) solut C di masing-masing aliran
ekstrak (aliran ekstrak E1 dan aliran ekstrak Ep).
Petunjuk :
1. Buatlah garis yang menghubungkan titik masuk-masuk proses ekstraksi overall (F-S1) dan titik
keluar keluar proses ekstraksi overall (RN-E1) titik potong kedua garis tersebut merupakan titik
campuran proses overall (M). Buat juga garis dengan cara yang sama untuk mendapatkan titik
campuran unit pengambilan solute (P)
2. Susunlah neraca massa solute (C) di E1 dan M serta di Ep dan P
3. Cari persentase perolehan solute C di masing masing aliran ekstrak E1 dan Ep
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶 𝑑𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐶𝐸1 𝑥 𝐸1
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦𝐸1 = 𝑥100% = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶 𝑑𝑖 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 𝐶𝑀 𝑥 𝑀
𝐹 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑀 𝑆1 5,2
= =
𝑆1 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐹 𝑀 1,4
1,4 𝑘𝑔
𝑆1 = 𝑥 100 = 26,92
5,2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑘𝑔
𝑀 = 𝐹 + 𝑆1 = 100 + 26,92 = 126,92
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐸1 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝑁 𝑀 0,8
= =
𝑀 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑀 𝐸1 3,6
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝑁 𝑀 0,8
𝐸1 = 𝑥𝑀= 𝑥 126,92 = 28,2 𝑘𝑔
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑀 𝐸1 3,6
Karena jumlah C di E1 adalah 30%, maka
𝐶 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 𝐶 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐸1 = 0,3 𝑥 28,2 𝑘𝑔 = 8,46 𝑘𝑔
(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝑁 𝑀) 𝑥 𝑀 𝑥 𝐶𝐸1
(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝑁 𝐸1)
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦𝐸1 = 𝑥100%
𝑀
𝑥((𝐶𝑆1 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐹 𝑀) + (𝐶𝐹 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑀 𝑆1))
(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐹 𝑆1)
Persentase perolehan solute pada aliran Ep bisa dihitung menggunakan cara yang sama
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶 𝑑𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦𝐸𝑝 = 𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶 𝑑𝑖 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
Umpan yang dimaksud adalah campuran S2 dan RN, namun karena S2 bebas C, maka
𝐶𝑅𝑁 = 10% 𝑥 𝑅𝑁 = 0,1 𝑥 98,72 𝑘𝑔 = 9,872 𝑘𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶 𝑑𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐶𝐸𝑝 9,872
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦𝐸𝑝 = 𝑥100% = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶 𝑑𝑖 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 𝐶𝑅𝑁 9,872
Atau cara lain : karena di soal semua C dapat di ambil, sehingga %recoveryEp = 100%
Jawab :
a.) Untuk menjawab pertanyaan A, kita harus mencari garis E1-F yang akan berhimpitan dengan
tie line. Karena definisi dari pelarut minimum adalah jumlah pelarut yang menyebabkan tahap
menjadi tak berhingga. Oleh karena itu, ini adalah step step yang disarankan untuk
mengerjakan masalah ini:
1. Tarik beberapa tie line , yang sekiranya tie line tersebut akan digunakan untuk menarik
garis E1-F apabila pelarut yang digunakan di bawah 40 kg (disini, pada soal B diberitahu
bahwa pelarut yang akan digunakan untuk ekstraksi adalah 40 kg, sehingga kita bisa
berasumsi bahwa 40 kg masih di atas pelarut minimum yang dapat digunakan)
2. Tarik garis antara F dan salah satu Ekstrak (E’1) yang diperoleh dari menarik tie line, cek
apakah garis tersebut berpotongan dengan R’1. Apabila garis tersebut memotong R’1, ini
berarti bahwa tahap ekstraksi yang digunakan akan mencapai tak hingga. Tandai Titik E’1
tersebut.
3. Hubungkan titik E’1 yang telah diperoleh dari step ke-2 dengan Rn sehingga membentuk
garis E’1 -Rn
4. Cari titik perpotongan antara garis yang diperoleh dari step ke-3 dengan F yang ditarik
vertikal ke atas, perpotongan tersebut merupakan titik Mn
5. Dari titik Mn, ukur ordinatnya (N), sehingga diperoleh perbandingan antara pelarut
minimum dengan umpan yang diperlukan.
𝐵 32
Dari step ke-5, diketahui bahwa N dari M’N adalah 0,32, yang berarti bahwa 𝐴+𝐶 adalah 100.
Dengan kata lain, pelarut minimum yang diperlukan adalah 32 kg per 100 kg umpan.
b.) Untuk mencari tahap teoretis, lakukan langkah-langkah berikut (Hasil plot dapat dilihat di
halaman selanjutnya) :
1. Tentukan titik MN terlebih dahulu
2. Tarik garis dari titik Rn ke titik MN, lalu perpanjang ke kurva bagian atas sehingga
diperoleh E1
3. Tarik garis E1 ke F, dan perpanjang. Perpanjangan garis ini harus beprotongan dengan
garis vertikal yang ditarik pada titik Rn. Perpotongan kedua garis ini adalah Δ𝑅𝑛
4. Tarik garis dari titik Δ𝑅𝑛 ke R1, dan perpanjang ke kurva bagian atas sehingga diperoleh
E2
5. Gunakan conjugate curve untuk menentukan R2
6. Tarik garis dari R2 ke tiitk Δ𝑅𝑛 dan perpanjang ke kurva bagian atas sehingga diperoleh
E3
7. Gunakan conjugate curve untuk menentukan R3
8. Ternyata R3 sudah melebihi komposisi rafinat (Rn), sehingga dengan kata lain, proses
ekstraksi sudah selesai. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa diperlukan 3 tahap teoretis
untuk melakukan ekstraksi ini
c.) Tinjau E1 utnuk memperoleh komposisi ekstrak yang dihasilkan, dengan menggunakan basis
perhitungan A+C = 100 kg
B
N = 0,65 = → 𝐵 = 65 𝑘𝑔
𝐴+𝐶
C
𝑌 = 0,55 = → 𝐶 = 55 𝑘𝑔
𝐴+𝐶
𝐴 = 45 𝑘𝑔
Komposisi ekstrak :
𝐴 45
%𝐴 = = 𝑥 100% = 27,28%
𝐴+𝐵+𝐶 45 + 65 + 55
𝐵 65
%𝐵 = = 𝑥 100% = 39,39%
𝐴+𝐵+𝐶 45 + 65 + 55
𝐶 55
%𝐶 = = 𝑥 100% = 33,33%
𝐴 + 𝐵 + 𝐶 45 + 65 + 55
JAWABAN :
a.) Pelarut minimum : 32 kg pelarut murni per 100 kg umpan
b.) 3 tahap teoretis
c.) Komposisi Ekstrak : 27,28 %-A ; 39,39 %-B ; 33,33%-C
Plot untuk nomor 1b dan 1c
100 kg larutan yang mengandung 35%-b solut C dalam pelarut A di ekstraksi dengan pelarut B murni.
Ekstraksi dilakukan secara batch dalam 2 tahap. Dalam tiap tahap ekstraksi, perbandingan berat antara
umpan dan pelarut adalah 2/3. Hitung berat (dalam kg) dan komposisi (dalam %-berat A, B dan C) ekstrak
yang dihasilkan di tahap ke 2.
Petunjuk:
Disarankan telah membaca Slide Kuliah OPD Modul Ekstraksi yang dapat dilihat di Perpustakaan Diva
HIMATEK-ITB. Untuk menentukan berat dan komposisi ekstrak tahap 2, maka perlu diketahui letak titik
ekstrak tahap 2 pada diagram. Jika ekstraksi dilakukan secara batch dalam 2 tahap, maka rafinat hasil tahap
1 menjadi umpan tahap 2 yang diekstraksi kembali dengan pelarut B murni.
Pertama, tentukan titik umpan pertama (F) dan titik pelarut (S1) berdasarkan komposisi/informasi yang
telah diberikan. Tahap ekstraksi pertama yaitu antara F dan S1, hubungkan kedua titik tersebut, dan tentukan
dimana titik M1 (hasil pencampurannya) berdasarkan perbandingan berat yang telah diberikan.
Perbandingan berat ini bisa diterapkan pada perbandingan panjang garis antara FM1 dan M1S1 sehingga
akan diperoleh titik M1. Setelah tercampur, maka ekstraksi akan berjalan hingga kondisi setimbang dan
akan terbentuk ekstrak 1 dan rafinat 1. Ekstraksi ini berjalan secara batch, maka tentukan langsung tie line
(garis kesetimbangan) yang melewati M1, namun jika belum ada, perkirakan garis kesetimbangannya
dengan setepat mungkin. Dari ujung garis itu, akan diperoleh titik E1 (ekstrak 1) dan titik R1 (rafinat 1 yang
selanjutnya menjadi umpan tahap 2).
Tahap 2 dilakukan dengan mencampurkan rafinat 1 (R1) sebagai umpan dan pelarut B murni (S2). S1 dan
S2 memiliki letak yang sama pada diagram karena sama-sama merupakan pelarut B murni (100%-b B),
namun berbeda beratnya. Tahap ekstraksi kedua yaitu antara R1 dan S2, hubungkan kedua titik tersebut, dan
tentukan dimana titik M2 (hasil pencampurannya) berdasarkan perbandingan berat yang telah diberikan.
Dengan konsep yang sama seperti sebelumnya, akan diperoleh titik E2 (ekstrak 2) dan titik R2 (rafinat 2).
Untuk menghitung komposisi ekstrak 2, maka dapat langsung dilihat %-b B di sumbu alas dan %-b C di
sumbu tegak. Jika keduanya diketahui, maka %-b A dapat mudah dihitung dengan mengurangi %-b (B+C)
dari 100%-b.
Jawaban: Komposisi ekstrak dari tahap 2 yaitu sekitar 7,5%-b A; 87,50%-b B; 5,00%-b C.
Petunjuk: Untuk menghitung berat ekstrak 2 atau E2, digunakan prinsip perbandingan panjang garis yang
berbanding lurus dengan perbandingan berat.
Menghitung jumlah M1
5
𝑀1 = 𝑥 100 = 250 𝑘𝑔
2
Lalu, ditentukan berat R1 dari perbandingan panjang garis antara E1M1 dan R1E1,
𝑅1 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐸1 𝑀1 1,7
= =
𝑀1 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑅1 𝐸1 7,3
1,7
𝑅1 = 𝑥 250 𝑘𝑔 = 58,22 𝑘𝑔
7,3
diperoleh R1 sekitar 58,22 kg. Selanjutnya dicari nilai M2.
𝑅1 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑆2 𝑀2 3,7
= =
𝑀2 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑅1 𝑆2 9,4
9,4
𝑀2 = 𝑥 58,22 𝑘𝑔 = 147,91 𝑘𝑔
3,7
diperoleh M2 sekitar 147,91 kg. Selanjutnya dicari nilai E2.
𝐸2 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑅2 𝑀2 5,6
= =
𝑀2 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑅2 𝐸2 8,3
5,6
𝐸2 = 𝑥 147,91 𝑘𝑔 = 99, 79 𝑘𝑔
8,3
Jawaban: Berat ekstrak dari tahap 2 (E2) adalah sekitar 99,79 kg.
Jawab:
a.) Ini merupakan ekstraksi secara batch, sehingga tidak diperlukan titik Δ𝑅 pada grafik. Pada
ekstraksi batch, cari titik 𝑀1 terlebih dahulu. Titik 𝑀1 akan terletak di koordinat (0,3;0,3)
pada grafik. Tarik garis tie line yang memotong titik 𝑀1 sehingga diperoleh titik 𝐸1 dan 𝑅1 .
Jumlah ekstrak yang diperoleh dapat dihitung menggunakan lever rule, dengan persamaan
sebagai berikut :
𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑅1 𝑀1 2,6
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = × (𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 + 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡) = 𝑥 (100 + 30) = 51,21
𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑅1 𝐸1 6,6
Dari perhitungan, diperoleh laju ekstrak sebesar 51,21 kg
c. ) Komposisi ekstrak tidak memenuhi spesifikasi yang ada di pasar (solut C hanya mencapai
29,76-%). Usulan proses yang memungkinkan adalah melakukan ekstraksi lagi. Pelarut yang
digunakan adalah ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi batch pertama dan umpan yang akan
diekstrak berupa larutan 30%-berat solut C dalam A (bebas B). Proses ekstraksi tahap kedua
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Setelah dilakukan perhitungan pada ekstraksi kedua (cara yang digunakan sama seperti cara nomor
1), diperoleh komposisi C pada ekstrak (E2) meningkat menjadi 35,8%.
Dicoba dilakukan ekstraksi ketiga (cairan pelarut menggunakan hasil ekstraksi kedua), dan
ekstraksi keempat, dan seterusnya (harap dicoba sendiri, hasil iterasi ekstraksi selanjutnya tidak
dituliskan pada solusi ini). Tetapi, tidak dapat diperoleh komposisi C pada ekstrak sesuai dengan
spesifikasi pasar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa larutan ekstrak yaang dapat memenuhi
spesifikasi pasar tidak dapat diperoleh apabila digunakan metode ekstraksi saja. Metode tambahan
yang bisa dilakukan adalah menggunakan solvent remover pada hasil ekstrak, sehingga komposisi
C dapat meningkat secara drastis, karena komposisi B pada ekstrak cukup banyak (Catatan : untuk
mencari nilai M2,M3,M4, dst, diperlukan kalkulasi massa B yang ada tiap ekstrak yang akan
digunakan ulang sebagai pelarut)
JAWABAN :
a.) Komposisi ekstrak pertama : 29,76 %-A ; 40,48 %-B ; 29,76 %-C
b.) Laju ekstrak sebesar 51,21 kg
c.1) ekstrak tidak dapat memenuhi spesifikasi pasar
c.2) Setelah dicoba menggunakan metode yang sudah dijelaskan pada jawaban C, tidak
bisa diperoleh ekstrak yang memenuhi spek pasar, oleh karena itu, disarankan
menggunakan solvent remover untuk menghilangkan B pada ekstrak.
Larutan 85%-berat solut C dalam pelarut A (F0, perbandingan massa C/A = 85/15) merupakan larutan
hasil ekstraksi sederhana. Larutan tersebut ditingkatkan perbandingan massa C/A menjadi 95/5 (ekstrak
EN) dengan cara refluks dengan larutan umpan (F2) secara kontinu bertahap yang konfigurasi prosesnya
ditampilkan dalam gambar di bawah. Umpan F0 dibagi menjadi 2 aliran yaitu aliran F1 untuk dicampur
dengan pelarut S untuk menghasilkan ekstrak E0 dan rafinat R0. Aliran F2 digunakan sebagai larutan
refluks untuk peningkatan perbandingan massa C/A ekstrak E0.
Pelarut S yang digunakan memiliki konsentrasi komponen pengekstrak B yang rendah, karena merupakan
campuran pelarut A dan pelarut B dengan perbandingan massa B/A = 3/4. Oleh karena itu, laju massa
pelarut S harus lebih besar dari laju massa F1. Dalam hal ini, laju massa S = 3,5 x laju massa F1. Ekstrak
E0 yang diperoleh, dikontakkan secara bertahap dengan larutan umpan F2 agar perbandingan massa C/A
meningkat menjadi 95/5 (ekstrak EN). Agar proses dapat berjalan dengan baik, laju massa umpan F2 =
1,23 x laju massa E0.
Diagram kesetimbangan untuk sistem campuran A-B-C pada kondisi yang sesuai dengan operasi di atas
disajikan dalam bentuk diagram N-XY yaitu diagram kesetimbangan dalam basis bebas pelarut B (solvent
free basis).
Hitung:
a. Jumlah tahap ideal yang digunakan untuk meningkatkan perbandingan massa C/A ekstrak E0 menjadi
ekstrak EN (bilangan bulat).
Petunjuk:
Disarankan telah membaca Slide Kuliah OPD Modul Ekstraksi yang dapat dilihat di Perpustakaan Diva
HIMATEK-ITB.
Pertama, tentukan letak titik S, F0 dan EN. Asumsi perbandingan C/A di F1 dan F2 sama yaitu 85/15 maka
keduanya terletak di titik yang sama dengan F0. Ingatlah bahwa diagram ini menggunakan basis tanpa
berat pelarut B. Ekstraksi sederhana dilakukan antara S dan F1. Maka, hubungkan garis S dan F1 lalu
tentukan titik M0 dengan perbandingan panjang garis yang berbanding lurus dengan perbandingan laju
massa S terhadap F1 yang telah diberikan pada soal. Jika kondisi ekstraksi sudah setimbang, maka akan
terbentuk ekstrak 0 (E0) dan rafinat 0 (R0).
Selanjutnya, ekstrak 0 akan direfluks dengan F2 pada beberapa tahapan. Maka, hubungkan garis antara
titik E0 dan F2 lalu tentukan titik M1 dengan konsep perbandingan garis dan laju massa seperti
sebelumnya. Lalu, hubungkan titik EN dan M1, perpanjang garis tersebut hingga ke ujung daerah
kesetimbangan untuk memperoleh titik R1. Cari ΔR yang merupakan titik temu antara perpanjangan garis
EN dan F2 dengan perpanjangan garis E0 dan R1 (jika kertas tidak cukup, gunakan kertas tambahan dan
jangan pernah mengubah posisinya).
operasi
E’1
E0 dan R1 telah dihubungkan oleh garis operasi (garis perpanjangan dari titik ΔR). Lalu, E1 dan R1 harus
dihubungkan dengan garis kesetimbangan (tie line) karena keduanya merupakan hasil saat kondisi telah
setimbang. Konsep yang sama digunakan hingga titik EN atau lebih sedikit dari titik EN. (Konsep ini dapat
dilihat di Slide Kuliah OPD DA Ekstraksi 4)
Jawaban: 3 tahap.
Dari prosedur di atas, diperoleh gambar yang ditunjukkan pada halaman selanjutnya.
Petunjuk: Gunakan neraca massa tahap ekstraksi sederhana atau F1+S=E0+R0 dan hubungan perbandingan
laju massa S/F1 pada soal serta perbandingan panjang garis E0M0/R0M0 untuk memperoleh perbandingan
laju massa antara R0/E0. Soal telah memberikan perbandingan F2 dengan E0, maka F1/F2 dapat diperoleh.
𝐹1 + 𝑆 = 𝐸𝑜 + 𝑅𝑜
𝑆 = 3,5𝐹1
4,5𝐹1 = 𝐸𝑜 + 𝑅𝑜
𝐸𝑜 2,7
= ; 𝑅 = 0,52𝐸𝑜
𝑅𝑜 1,4 𝑜
4,5𝐹1 = 1,52𝐸𝑜
Karena F2 = 1,23 x Eo
4,5 𝐹1 = 1,87 𝐹2
𝐹1 1,87
= = 0,415
𝐹2 4,5
Petunjuk: Gunakan neraca massa overall saat refluks yaitu E0+F2=EN+R1. E0 dan F2 dapat dihitung dengan
menggunakan perbandingan laju massa yang diperoleh sebelumnya. Lalu gunakan perbandingan laju massa
dengan panjang garis untuk memperoleh hubungan EN dan R1. Maka dapat diperoleh laju massa EN. Jangan
lupa mengubah satuan dari kg/menit ke kg/jam.
𝐹𝑜 = 𝐹1 + 𝐹2
100 = 1,415𝐹2
𝑘𝑔
𝐹2 = 70,67
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑘𝑔
𝐹1 = 29,33
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐸𝑜 + 𝐹2 = 𝐸𝑁 + 𝑅1
4,5𝐹1 = 1,52 𝐸𝑜
𝐸𝑜 + 𝐹2 = 𝐸𝑁 + 𝑅1
Petunjuk: Lihat sumbu tegak yang menyatakan jumlah B / A+C, lihat sumbu alas yang menyatakan jumlah
C/A+C
Sumbu tegak
𝐵 𝐵
0,59 = = → 𝐵 = 59 𝑘𝑔
𝐴 + 𝐶 100
Sumbu alas
𝐶 𝐶
0,95 = = → 𝐶 = 95 𝑘𝑔
𝐴 + 𝐶 100
Karena (A+C) = 100, maka A =5 kg
𝐴 5
%𝐴 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 3,14%
𝐴+𝐵+𝐶 95 + 59 + 5
𝐵 59
%𝐵 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 37,11%
𝐴+𝐵+𝐶 95 + 59 + 5
𝐶 95
%𝐶 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 59,75%
𝐴+𝐵+𝐶 95 + 59 + 5
Jawaban: EN terdiri dari 3,14%-b A, 37,11%-b B dan 59,75%-b C.
ΔR
Soal no.1
Umpan cair berupa larutan yang mengandung 30%-berat C dalam pelarut A diekstraksi secara
kontinu dengan pelarut B yang mengandung 5%-berat C. Ekstraksi dilakukan secara multitahap,
dimana umpan mengalir berlawanan arah dengan aliran pelarut. Dalam proses ini, rafinat yang
ekluar dari sistem ekstraksi multi-tahap masih mengandung 5%-berat C. Operasi dijalankan
dengan laju pelarut 1,5 kali minimumnya dna laju umpan = 5000 kg/jam.
Tentukan:
𝑘𝑔
𝑆 = 1,5 × 𝑆𝑚𝑖𝑛 = 1350
𝑗𝑎𝑚
3. Menentukan komposisi ekstrak yang diperoleh
a. Menentukan titik M --> aturan pengungkit
b. Hubungkan titik Rn dengan titik M = titik E1
Komposisi ekstrak: 20% A, 35% B, 45% C
Soal No. 2
Umpan cair berupa larutan yang hanya mengandung 30%-berat solut C dalam pelarut A diekstraksi secara
kontinu dengan pelarut B murni. Ekstraksi dilakukan secara multitahap, dimana umpan mengalir
berlawanan arah dengan aliran pelarut. Laju massa pelarut pengekstrak adalah 1/3 laju massa umpan. Dalam
proses ini, rafinat yang keluar dari sistem ekstraksi multitahap masih mengandung 5%-berat C. Tentukan
jumlah tahap kesetimbangan yang digambarkan dalam diagram x-y.
Petunjuk:
Disarankan telah membaca Slide Kuliah OPD Modul Ekstraksi yang dapat dilihat di Perpustakaan Diva
HIMATEK-ITB. Untuk mengetahui jumlah tahap kesetimbangan dalam diagram x-y, diperlukan informasi
dimana titik-titik F, S, M, RN, E1 terlebih dahulu. Soal ini tidak memuat tie line (garis kesetimbangan) dalam
grafik sebelah kanan (fraksi berat C vs fraksi berat B), maka kesetimbangannya digambarkan oleh grafik
kesetimbangan di sebelah kiri (akan dijelaskan lebih lanjut).
Soal memberikan informasi berat solut C dalam pelarut A, maka titik F dapat ditentukan langsung pada
grafik sebelah kanan. Begitu pun dengan titik S (pelarut B murni) dan titik RN (rafinat yang keluar dari
sistem ekstraksi), dapat ditentukan langsung pada grafik sebelah kanan. Untuk mengetahui dimana titik E1
(hasil ekstrak) berada, digunakan informasi perbandingan laju massa pengekstrak dan laju massa
umpan yang akan menentukan titik M (titik hasil pencampurannya) yang pasti berada pada garis SF
(hubungkanlah titik S dan F). S/F bernilai 1/3, maka perbandingan panjang garis FM terhadap panjang garis
SF bernilai 1/3 (Agar mudah mengingatnya, ingatlah pertanyaan “siapa larutan yang lebih banyak?”
maka titik M harus lebih dekat ke larutan tersebut. Ibarat mencampur air dengan sabun yang lebih banyak
dari air, maka hasil campurannya memiliki komposisi yang lebih mendekati sabun). Dengan begitu, titik M
dapat ditemukan. Hubungkan titik RN dengan M, perpanjang garisnya ke ujung daerah kesetimbangan,
maka diperoleh titik E1.
Buatlah garis antara titik F dan E1, kemudian buatlah garis antara RN dan S. Pertemukanlah kedua garis
tersebut dengan cara memperpanjang garisnya untuk memperoleh titik temunya yang akan dinamakan titik
ΔR. Titik ini merupakan titik acuan operasi. Alasan mengapa dibuat garis antara F dan E 1 yaitu karena
keduanya merupakan kedua aliran yang berada dalam hubungan “operasi”. Terdapat dua hubungan yaitu
“kesetimbangan” dan “operasi”, kesetimbangan adalah hasil dari tahapannya (berupa ekstrak dan
rafinat yang dihasilkan) sedangkan operasi adalah hubungan antara aliran masuk dan keluar pada
suatu bagian. Untuk mempermudah memahaminya, perhatikan diagram dibawah (berlaku untuk proses
ekstraksi yang berlawanan arah dan multitahap) yang diambil dari Slide OPD Ekstraksi 4.
Pada bagian dimana umpan F masuk terdapat aliran E1 yang keluar, maka keduanya dihubungkan dengan
garis operasi (sudah). Saat keadaan sudah mencapai kesetimbangan, akan terbentuk ekstrak (E1 yang
nantinya keluar) dan R1, namun kita tidak dapat secara langsung menentukan dimana R1 pada grafik sebelah
kanan karena tidak ada informasi garis tie line (garis kesetimbangan). Oleh karena itu, grafik kesetimbangan
di sebelah kiri akan sangat membantu.
Buatlah garis E1 hingga ke garis melengkung pada grafik sebelah kiri secara lurus. Garis melengkung
tersebut merupakan garis kesetimbangan. Ketika garis lurus dari titik E1 sampai di garis melengkung
tersebut, tariklah ke bawah hingga garis diagonal (x=y), kemudian buatlah garis secara lurus dari titik pada
diagonal tersebut hingga grafik sebelah kanan dimana titik R1 (rafinat pertama) akan diperoleh pada batas
kiri daerah kesetimbangan. Oleh karena R1 sudah didapatkan, maka tinggal hubungkan R1 dengan ΔR,
perpanjang garisnya hingga diperoleh E2.
Tahapan ini dilakukan secara berulang hingga titik akhir RN aktual (yang kita peroleh dari tahapan-tahapan
seperti tadi) berada di titik RN yang kita buat di awal berdasarkan informasi soal atau lebih ke bawah sedikit
tidaklah apa-apa. Untuk menghitung jumlah tahapan kesetimbangannya, maka hitung berapa anak tangga
yang terbentuk pada grafik sebelah kiri atau berapa pasang ekstrak-rafinat yang diperoleh.
Jawaban: 3 tahap.
Soal No. 3
Umpan cair yang mengandung 25% berat solut C dalam pelarut A diekstraksi dengan pelarut murni B secara
kontinu bertahap. Perbandingan laju massa umpan terhadap laju massa pelarut adalah 100/30. Rafinat yang
diinginkan memiliki perbandingan massa C terhadap A sebesar 5/95. Diagram kesetimbangan yang sesuai
dalam bentuk diagram N-X,Y yang dilengkapi dengan conjugate curve tertera di bawah. Tentukan:
b. Komposisi ekstrak yang dihasilkan, dinyatakan dalam %-berat A, %-berat B, dan %-berat C
Petunjuk:
Disarankan telah membaca Slide Kuliah OPD Modul Ekstraksi yang dapat dilihat di Perpustakaan Diva
HIMATEK-ITB. Untuk menentukan komposisi ekstrak yang dihasilkan, maka perlu diketahui dimana titik
E1 berada pada grafik. Jumlah tahapan kesetimbangan akan diperoleh dengan melakukan tahapan-tahapan
berikut.
Pertama, tentukan titik F dan RN berdasarkan informasi pada soal, ingatlah grafik N-X,Y adalah grafik yang
berbasis (A+C) dan N adalah B/(A+C). Titik S berada nan jauh di atas grafik (sesuatu dibagi nol bernilai
tak hingga), maka buatlah garis dengan lurus dari titik F ke atas (vertikal). Tentukan titik M (hasil
pencampuran F dan S) pada garis vertikal tadi berdasarkan informasi perbandingan laju massa
umpan/pelarut sebesar 100/30, maka titik M berada pada N = B/(A+C) = 0,3. Buatlah garis antara RN dan
M, perpanjang garis tersebut ke ujung daerah kesetimbangan sehingga diperoleh titik E1 (yang nantinya
akan dihitung komposisinya).
Dengan menggunakan konsep yang sama (“operasi” dan “kesetimbangan”) seperti pada soal
sebelumnya, maka jumlah tahapan kesetimbangan akan diperoleh. Hubungkan titik F dan E1 lalu
hubungkan juga titik RN dengan S (titik tak hingga) sehingga bentuknya garis vertikal biasa. Perpanjang
kedua garis tersebut hingga terdapat titik temu atau titik potong bernama ΔR.
Untuk memperoleh titik R1, diperlukan garis kesetimbangan. Namun, pada grafik soal ini tidak terdapat
tie line (garis kesetimbangan), sehingga conjugate curve akan sangat membantu. Tarik garis secara
horizontal (lurus) dari titik E1 ke conjugate curve, lalu tarik lagi ke ujung bawah daerah kesetimbangan
sehingga diperoleh titik R1. R1 dan E2 merupakan aliran masuk dan keluar dari bagian 2, maka buatlah garis
operasi dengan cara menarik garis dari titik ΔR ke R1 dan perpanjang ke ujung atas daerah kesetimbangan
sehingga diperoleh titik E2. Lakukan tahapan-tahapan tersebut sehingga diperoleh rafinat terakhir yang
berada pada titik RN seperti yang telah dibuat di awal atau lebih kiri sedikit (yang penting adalah titik
tersebut terlewati). Untuk menghitung jumlah tahapan kesetimbangannya, maka hitung berapa pasang
ekstrak-rafinat yang diperoleh.
Jawaban: 4 tahap.
Petunjuk: Untuk menentukan komposisi ekstrak yang dihasilkan atau E1 (jangan terkecoh, bukan E4)
maka tarik garis secara horizontal dan vertikal ke sumbu sebelah kiri dan sumbu di bawah. Maka akan
diperoleh nilai N dan Y (bukan X, X untuk rafinat). N = B/(A+C) dan Y = C/(A+C), dengan pemisalan
A+C = 100 kg maka dengan persamaan-persamaan tersebut cukup untuk menentukan persen berat A, B
dan C. Pastikan jumlahnya adalah 100%.
Sumbu tegak
𝐵 𝐵
0,65 = = → 𝐵 = 65 𝑘𝑔
𝐴 + 𝐶 100
Sumbu alas
𝐶 𝐶
0,54 = = → 𝐶 = 54 𝑘𝑔
𝐴 + 𝐶 100
Karena (A+C) = 100, maka A =46 kg
𝐴 46
%𝐴 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 27,80%
𝐴+𝐵+𝐶 46 + 65 + 54
𝐵 65
%𝐵 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 39%
𝐴+𝐵+𝐶 46 + 65 + 54
𝐶 54
%𝐶 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 32,75%
𝐴+𝐵+𝐶 46 + 65 + 54
Jawaban: Ekstrak yang dihasilkan terdiri dari 28,48%-berat A, 39,40%-berat B dan 32,12%-berat
C.
Soal No. 4
Umpan cair berupa larutan yang mengandung 45%-berat C dalam pelarut A diekstraksi secara kontinu
dengan pelarut B yang hanya mengandung 5% berat C. Ekstraksi dilakukan secara multitahap, dimana
umpan mengalir berlawan arah dengan aliran pelarut. Dalam proses ini, rafinat yang keluar dari sistem
ekstraksi multitahap masih mengandung 5%-berat C, sedangkan ekstrak akhir mengandung 45%-berat C.
Diagram segitiga siku-siku dibawah adalah diagram kesetimbangan yang sesuai dengan kondisi operasi di
atas. Dengan menggunakan diagram segitiga siku-siku sistem ABC di bawah, tentukan:
a. Perbandingan laju massa pelarut terhadap laju massa umpan
b. Jumlah tahap kesetimbangan
Petunjuk:
Untuk menentukan perbandingan laju massa pelarut terhadap laju massa umpan, maka perlu diketahui
dimana titik hasil pencampuran F dan S yaitu titik M. Titik F (umpan) dan S (pelarut pengekstrak yang
kaya akan B) dapat langsung ditentukan pada grafik. Terdapat informasi titik RN (rafinat yang keluar) dan
titik E1 (ekstrak akhir) pada soal, maka kedua titik tersebut dapat secara langsung ditentukan pada grafik.
Hubungkan titik F dan S, lalu hubungan titik RN dan E1. Titik potong antara kedua garis tersebut adalah
titik M. Jika sudah mengerjakan/membaca soal sebelumnya, maka titik M akan memberikan informasi
mengenai perbandingan F/S atau RN/E1. Perbandingan panjang garis antara FM/MS adalah
perbandingan laju massa pelarut/umpan (yang ditanyakan).
Petunjuk:
Untuk menentukan jumlah tahapan kesetimbangan, maka pertama yang harus dilakukan adalah
menghubungkan titik E1 dan F (operasi) lalu menghubungkan titik RN dan S (operasi). Terlihat bahwa kedua
garis yang terbentuk merupakan garis horizontal lurus. Maka, garis operasinya pada keadaan operasi ini
merupakan garis horizontal yang lurus.
Tahap kesetimbangan pertama akan menghasilkan E1 dan R1. Dari titik E1, lihatlah kemana dia terhubung
(garis putus-putus yang merupakan garis kesetimbangan/tie line) ke ujung kiri daerah kesetimbangan. Jika
tidak ada tie line yang menghubungkan, maka buatlah garis tie line secara mandiri seproporsional
mungkin. Maka R1 pun diperoleh, buatlah garis secara horizontal lurus (operasi) ke ujung kanan daerah
kesetimbangan untuk mendapatkan titik E2. Prosedur ini dilakukan hingga diperoleh rafinat terakhir yang
berada pada titik RN yang telah dibuat di awal atau lebih ke bawah sedikit. Untuk menghitung jumlah
tahapan kesetimbangannya, maka hitung berapa pasang ekstrak-rafinat yang diperoleh.
Jawaban: 3 tahap.
Dengan petunjuk di atas, diperoleh gambar berikut:
Dik:
Komposisi Feed (F): 70%-berat A, 0%-berat B, dan 30%-berat C
Komposisi Solvent (S): 0%-berat A, 95%-berat B, 5%-berat C
Komposisi Rafinat (Rn): 5%-berat C
F = 100 kg/detik
Dit: Smin?
Dik:
Komposisi Feed (F): 75%-berat A, 0%-berat B, dan 25%-berat C
Komposisi Solvent (S): 0%-berat A, 95%-berat B, 5%-berat C
Komposisi Rafinat (Rn): 5%-berat C
Dit:
jumlah tahap kesetimbangan?
Solusi Nomor 2
bebas pelarut sebagian dijadikan cairan refluk di bagian pengkayaan dan sebagian diambil sebagai
produk ep. Umpan F dengan laju 100 kg/jam yang hanya mengandung 30%-berat solut C dicampur
dengan rafinat rm dari bagian pengkayaan, kemudian diekstrak pada bagian ekstraksi dengan
pelarut B murni S0 yang lajunya 300 kg/jam. Rafinat bagian ekstraksi Rn masih mengandung solut
C yang perbandingan beratnya terhadap pelarut umpan A adalah 5/95. Dalam lembar jawaban soal
no.3, terdapat kurva kesetimbangan dalam bentuk diagram N-X,Y lengkap dengan ‘tie-line’ yang
sesuai untuk proses ekstraksi tersebut di atas. Tentukan:
a. Jumlah tahap ideal di bagian ekstraksi n dan bagian pengkayaan m’ (bilangan bulat)
b. Komposisi ekstrak/produk ep, dinyatakan dalam kg/jam
c. Komposisi pelarut hasil pemisahan di PM Sr, dinyatakan dalam %-berat A, B, dan C
d. Laju pelarut hasil pemisahan di PM Sr, dinyatakan dalam kg/jam
Keterangan gambar:
Sistem ekstraksi dengan bagian pengkayaan. F’: umpan
Bagian ekstraksi
1=tahap pertama; n=tahap terakhir; E’1=ekstrak; R’n=rafinat; R’0 = umpan; S’0 = pelarut
pengekstrak
Bagian Pengkayaan
PM=pemisah; 1’=tahap pertama; m’=tahap terakhir; E’1=umpan; r’m=rafinat;
S’r=pelarut murni hasil pemisahan; e’p=produk/ekstrak.
Catatan: Tanda superskrip ‘ menyatakan besaran dalam basis bebas pelarut (solvent free basis)
Dik:
Ekstraksi
Komposisi Feed (F): 70%-berat A, 0%-berat B, dan 30%-berat C; F = 100 kg/jam
Komposisi Solvent (S): 0%-berat A, 100%-berat B, 0%-berat C; S = 300 kg/jam
Komposisi Rafinat (Rn):
Komposisi produk (e’p): 10%-berat A, 0%-berat B, dan 90%-berat C
Ujian ini terdiri atas 4 soal. Bersama dengan berkas soal ini, peserta ujian diberi berkas Lembar
Jawaban yang terdiri dari 4 (empat) lembar. Masing-masing lembar tersebut ditujukan untuk
menjawab masing-masing soal. Jawaban yang ditulis dilembar lain selain lembar jawaban
masing-masing soal yang telah disediakan tidak akan dievaluasi. Tiap lembar pada berkas
Lembar Jawaban wajib diberi nama dan NIM yang menjawab soal tersebut. Berkas soal tidak
perlu dikembalikan.
Soal No.1 [Jawaban soal ini harus di Lembar Jawaban Soal No.1, boleh ditulis bolak-balik]
Umpan cair yang mengandung 40 %-berat solut C dalam pelarut A diekstrasi secara kontinyu
bertahap dengan pelarut B yang hanya mengandung 5 %-berat solut C. Hasil yang diinginkan
berupa ekstrak yang mengandung 40 %-berat C dan rafinat yang mengandung 5 %-berat C.
Dengan menggunakan diagram kesetimbangan dalam bentuk segi tiga siku-siku yang dimuat
dalam Lembar Jawaban Soal.1, tentukan:
a. tahap teoritis yang diperlukan,
b. massa pelarut B yang diperlukan per 100 kg umpan,
c. massa ekstrak dan rafinat yang dihasilkan per 100 kg umpan,
Soal No.2 [Jawaban soal ini harus di Lembar Jawaban Soal No.2, boleh ditulis bolak-balik]
Umpan cair berupa larutan yang mengandung 50 %-berat C dalam pelarut A diekstraksi secara
kontinyu dengan pelarut B murni. Ekstraksi dilakukan secara kontinyu dan bertahap. Dalam proses
ini, rafinat yang keluar dari sistem ekstraksi masih mengandung 5 %-berat C. Diagram segitiga
siku-siku di Lembar Jawaban Soal No.2 adalah diagram kesetimbangan yang sesuai dengan
kondisi operasi di atas. Dengan menggunakan diagram segitiga siku-siku sistem A-B-C tersebut,
tentukan perbandingan laju minimum massa pelarut terhadap laju massa umpan.
Soal No.3 [Jawaban soal ini harus di Lembar Jawaban Soal No.3, boleh ditulis bolak-balik]
Umpan cair yang mengandung 30 %-berat solut C dalam pelarut A diekstrasi dengan pelarut murni
B secara kontinyu bertahap. Perbandingan laju massa umpan terhadap laju massa pelarut adalah
100/35. Rafinat yang diinginkan perbandingan massa C terhadap A adalah 5/95. Diagran
kesetimbangann yang sesuai dimuat dalam Lembar Jawaban Soal.3. dalam bentuk diagran N-X,Y
yang dilengkapi dengan conjugate curve. Tentukan:
a. jumlah tahap teoritis yang diperlukan,
b. komposisi ekstrak dan rafinat yang dihasilkan, dinyatakan dalam %-berat A, %-berat B
dan %-berat C,
Soal No.4 [Jawaban soal ini harus di Lembar Jawaban Soal No.4, boleh ditulis bolak-balik]
Untuk memperoleh ektrak dengan kemurnian yang tinggi, maka pada sistem ekstraksi bertahap
dilengkapi dengan bagian pengkayaan seperti terihat pada gambar di bawah. Bagian pengkayaan
dilengkapi dengan pemisah pelarut (Pm) sehingga ekstrak e1’ yang dihasilkan dari bagian
pengkayaan dipisahkan pelarutnya secara sempurna. Cairan yang telah bebas pelarut sebagian
dijadikan cairan refluk di bagian pengkayaan dan sebagian diambil sebagai produk ekstrak ep.
Umpan F dengan laju 100 kg/jam mengandung 30 %-berat solut C dan 70 %-berat pelarut A
diekstrak dengan ppelarut S0 yang lajunya 300 kg/jam. Kurva kesetimbangan dalam bentuk
diagram N-X,Y yang sesuai untuk proses ekstraksi tersebut di atas dimuat dalam lembar jawaban
soal no.4 terlampir. Tentukan jumlah tahap ideal di bagian ekstraksi dan bagian pengkayaan.
Selesai